“Luigi sudah dijemput” teriak ustadzah
dengan pengeras suara.
Rabu (11/5/22) mungkin dunia sejenak berhenti berputar. Sekonyong-konyong temen Luigi – Davian – dan anak gurunya berlari menuju ustadzah yang memanggil nama Luigi karena udah aku jemput.
Dengan tergopoh mereka bilang Luigi ada di ruang UKS karena habis jatuh dan
entah bilang apa lagi aku lupa. Wajah mereka berdua menunjukkan bahwa ada
sesuatu yang gawat.
Seketika aku lari mendatangi ruang kesehatan. Di ruang sempit itu ada guru Luigi dan ustazah dari kelas lain yang sedang mengoles kaki Luigi dengan sejenis minyak.
Guru Luigi menjelaskan dengan
pelan bahwa saat bermain Luigi didorong temannya dan nggak mau jalan karena
katanya sakit.
Tanpa tanya bermain dengan siapa, kronologisnya dan kenapa-kenapa yang terus berderet, aku hanya mengangguk tanpa mengerti dan segera menggendong Luigi, membawa sepatu dan tasnya lalu kami pulang.
sumber gambar : canva dan di edit oleh penulis |
Sesampai
di rumah aku lihat hidungnya basah.
Adek pilek?
Nggak Ma. Khan aku nangis.
Ohyaya, maaf mama nggak ngerti.
Kami
masuk kamar, membantu melepas baju dan celananya. Aku tawarkan makan apa? Jika
Lui yang memilih kupikir bakalan membuatnya senang meski ia kesakitan.
Mau ayam goreng? Ide yang kutawarkan padanya
Kalau pempek Farina aku lebih mau, Ma
Aku raih ponsel dan memesankan pempek kesukaannya di aplikasi pesan makan daring. Ia menyantap pangan asal Palembang ini dengan lahap dan menghabiskan semua yang aku siapkan di piring.
Setelah kami bercerita sebentar, aku menyuruhnya tidur.
Aku berharap saat aku dan Luigi membuka mata, semua bakalan baik-baik saja.
Sakit di kakinya pun segera hilang.
Bangun tidur Luigi minta AC kamar dimatikan. Embusan AC terlalu dingin katanya. Aku cek badan Luigi dengan alat pengukur suhu. Nggak panas tuh. Suhu tubuhnya seperti biasa. Aku lihat wajahnya pucat.
Lalu tiba-tiba Luigi bilang, “aku mau muntah”.
Segera aku gendong ke kamar mandi dan semua pempek yang dimakan dikeluarkan
tanpa sisa. Bau amis ikan menyeruak di kamar mandi. *sumpah ini amis banget 😂
Dengan
perut kosong, ia aku todong pertanyaan. Gimana tadi jatuhnya? Apa kena kepala?
Apa kepalanya terbentur paving juga? Berkali-kali juga Luigi jawab tidak.
Ia
terus meyakinkan bahwa saat bergantian bermain lompat jatuh, ia didorong
temannya. Padahal Luigi belum siap terjun dari ketinggian. Sehingga badan dan
kaki kanannya mendarat di matras. Namun nahas, kaki kirinya malah membentur
paving. Lalu ia rasakan nyeri, kesulitan berjalan dan harus digendong ustadzah.
Setelah ia jelaskan kronologi jatuhnya, aku memberinya air putih sambil telpon mbak Erti. Ternyata air putihnya pun di muntahkan. Hingga malam ia muntah 3x. Malam itu juga Luigi tiba-tiba diare.
Muntah dan diare di saat tidak bisa jalan cukup
bikin aku pusing juga. Aku harus menggendong ke kamar mandi supaya tidak
mengenai kasur, saat membersihkan dirinya. Ternyata berat juga anak laki 20 kg
ini.
Esoknya
ada Bapak dan Ibuk ke rumah. Ibuk menyuruhku untuk membawa Luigi ke Surabaya.
Luigi harus dipijat urat katanya. Aku kena marah Ibuk, dianggap cuma nungguin
Luigi aja di kamar malah nggak melakukan apa-apa buat cucunya ini. Sedangkan
Bapak bilang, aku sudah melakukan sesuatu namun cara Ibu dan caraku beda. Ibu
akhirnya mengalah.
Aku
tidak akan pernah bawa Luigi ke pijat urut, nanti bakal sembuh sendiri.
Sedangkan untuk diare Luigi aku belikan entrostop anak, lacto B dan guanistrep
namun semua nggak ada yang bisa mengurangi frekuensi pup Luigi. Muntahnya aku
kasih antimo anak. *jangan ditiru cara ngawur yang terakhir ya 😅
Tiba-tiba
aku kepikiran, kenapa sudah 2 hari kaki Luigi masih nggak bisa dibuat jalan.
Apakah terlalu keras benturan di paving sehingga ada sesuatu di tulangnya. Aku
berdiskusi dengan suami, gimana supaya Luigi dibawa saja ke rumah sakit.
Luigi harus rontgen kaki !!! apalagi setelah jatuh ia muntah, dan ditambah
diare.
Luigi
aku briefing *sat set was wes. Kita besok ke IGD rumah sakit, kakinya di
rontgen, mual dan diarenya juga harus diobati untuk tahu sebabnya. Mungkin
bakalan diambil darah juga. Iya hanya mengangguk tanda setuju.
masih di IGD |
Esoknya
Jumat (13/5/22) pagi sempat terjadi musyawarah kecil sama mas Adit. Pilihannya
ke RS Semen Gresik atau ke RS Petrokimia Gresik. Adit cenderung ke RS Semen
karena Februari kemarin juga rawat inap disana sedangkan aku sebaliknya. Hatiku
lebih cenderung ke RS Petrokimia karena aku mendapat pengalaman baik selama
rawat jalan THT (meski nggak ada hubungannya dengan sakitnya Luigi).
Singkatnya sesampai di IGD RS Petrokimia Gresik, mas Adit meminjam kursi roda kepada satpam. Masuk
di ruang dingin IGD, aku disambut dengan perawat laki-laki muda yang sangat
sopan. Aku menjelaskan semuanya. Perawat mencatat di kertas : tidak gawat dan
tidak darurat. Hmm, yaudahlah suka-suka perawat menggolongkan sakitnya.
Rontgen dan Rawat Inap
Barulah di ranjang IGD ditemui dokter
Farizky. Terlihat masih muda. Aku ditanya kronologi dan jelaskan kondisi Luigi
tidak bisa jalan karena terbentur dari ketinggian, diikuti muntah dan diare.
Dokter kemudian mengarahkan kami untuk rontgen kaki dan dada. Untuk melihat
tulangnya apa ada masalah.
Kamipun diantar oleh perawat ke
radiologi. Setengah jam kemudian dari hasil foto (bukan dari kertas dokter
radiologi) dokter umum ini bilang tulang Luigi tidak ada masalah, namun
tetap perlu ke dokter bedah orthopedi untuk memastikan.
Karena sakit Luigi disertai muntah dan
diare, maka dokter IGD menyarankan untuk rawat inap. Dengan senang hati aku
jawab silahkan dok, mana aja yang terbaik. Sempat galau, mengenai fasilitas apa
yang akan digunakan Luigi. Hingga kami memutuskan menggunakan kartu asuransi mandiri.
Untuk masalah kakinya, Luigi akhirnya ditangani oleh dr. Wirindro Wisnubroto, Sp.OT(K). Nama bekennya dokter Bot. Dan dari pembacaan dokter Bot dan ahli radiologi, tulang kaki Luigi retak atau istilahnya patah tulang/patah tulang kaki/fraktur ankle/fracture ankle/ankle fracture. Luigi harus dipasang gips.
Bumi seketika berhenti berputar.
“...nggak lama Bu, anak-anak cepet kok
penyembuhannya. Ya antara 2-4 minggu” kata ahli bedah tulang berkacamata ini.
Sebagai
manusia biasa, ibu yang mengantarnya sekolah dalam kondisi sehat dan ibu dengan
anak (yang masih) satu-satunya tentu ada rasa berkecamuk di dada. Self talk
seperti pasar. Tapi aku nggak mau terhijack emosi dengan self talk yang
terus ramai.
Self talk yang selama ini aku dengar hanyalah mendinginkan hati, bahwa Luigi
bakalan baik-baik saja. Besok Luigi sembuh. Besok Luigi bisa jalan lagi.
Kakinya hanya sedikit terkilir. Apalagi dokter jaga IGD bilang tulangnya nggak
kenapa-napa 👀. Sehingga aku nggak punya what if scenario. Nggak ada
bayangan dikasih sepatu sekeras batu seperti gips.
Apa sih Patah Tulang?
Patah tulang atau dalam istilah kedokteran
yaitu fraktur adalah hilangnya kontinuitas jaringan tulang yang ditandai oleh
rasa nyeri, pembengkakan, deformitas dan gangguan fungsi pada area fraktur,
biasanya disebabkan akibat trauma pada tulang tergantung pada jenis trauma,
kekuatan, dan arahnya.
Adanya patah tulang biasanya dapat
dikenali dari pemeriksaan fisik saja, namun gambaran diagnostik seperti
pemeriksaan radiologi foto polos/ X Ray/ Rontgent dibutuhkan untuk menentukan
fraktur lebih rinci.
Kebanyakan patah tulang tidak mengalami
penyulit jika dilakukan penanganan yang tepat. Hal ini jika dilakukan oleh
dokter ahli orthopaedi dan dilakukan di fasilitas kesehatan atau RS yang
mendukung. Kasus patah tulang dengan komplikasi sering diakibatkan oleh pilihan
pengobatan secara tradisional.
Patah Tulang Kaki
Dari laman alodokter disebutkan bahwa
pergelangan kaki punya 3 bagian, namanya tibia/tulang betis, fibula/tulang
kering dan talus sebagai dasarnya. Pergeralangan kaki diselimuti cairan sendi
dan kapsul supaya tidak terjadi gesekan antar tulang.
Patah pergelangan kaki bisa terjadi saat satu atau lebih, tulang-tulang itu patah. Tingkat keparahan bervariasi, mulai retak hingga patah tulang yang menembus kulit. Nah, kondisi tulang Luigi retak dan masuk ke patah tulang tibia.
sumber gambar : https://www.alodokter.com/patah-pergelangan-kaki |
Bolehkah Pengobatan
ke Pijat Urut/Dukun Tulang pada Patah Tulang?
Untuk menjawab ini, aku cuplik teks dr.
Asa Ibrahim, Sp.OT pada feed instagram 5 Mei 2021 kenapa sebaiknya tidak diurut
atau ke dukun tulang.
“Karena yang namanya cedera itu
bikin kerusakan bagian tubuh, ada luka dalam. Logikanya aja deh, kalo ada luka
dalam tambah diurut pasti tambah parah. Ibarat tabrakan naik motor sampe rusak
trus biar bener motornya lo tabrak-tabrakin lagi.” (dr
Asa Ibrahim, Sp.OT)
Dokter Asa di feed instagram tanggal 21
Januari 2021 juga ngasih contoh banyaknya komplikasi karena salah penangangan
awal.
“...Kasus patah tulang yang harusnya
:
Mungkin nggak perlu operasi, cuma
pasang gips
Mungkin perlu operasi, tapi
kemungkinan sembuhnya tinggi
Mungkin perlu operasi untuk
menyelamatkan tangan karena ada pembuluh darah atau syaraf yang putus
Tapi jadi nggak karu-karuan
gara-gara komplikasi pengobatan alternatif, yang dibebat pakai daun pisang,
pakai bambu, kayu, kardus
Emang lemper atau kerajinan tangan
anak SD?
Yang namanya tulang patah itu memang
pada kondisi normal akan nyambung sendiri.
Masalahnya nyambung dalam posisi
apa? pendek sebelah? Bengkok? Sendi kaku nggak bisa gerakk? Dan lain
sebagainya
Yang diinginkan adalah tulang patah,
kemudian nyambung dalam posisi yang baik, dengan fungsi yang baik
Pada kasus yang sederhana, bisa sih yang namanya tulang patah itu nyambung dengan pengobatan alternatif, bahkan nggak usah ke alternatif dibiarin aja tulang itu nyambung kok. Tubuh manusia itu kemampuan sembuhnya luar biasa. Paling ya bengkok dikit, tapi its ok lah masih buat ngapa-ngapain.
Tapi pada kasus yang parah. Hati-hati. Salah salah
bisa sampe lumpuh seumur hidup, amputasi/cacat seumur hidup atau bahkan sampai
meninggal...”. (dr Asa Ibrahim, Sp.OT)
Bagaimana Selesaikan Emosi Mendampingi Anak Patah Tulang Kaki?
Untuk menerima Luigi nggak bisa jalan
awalnya sulit buat aku. Apalagi mendengar diagnosa patah tulang kaki/fraktur
ankle dan harus menggunakan gips. Tidak hanya itu, dampak dari semua ini Luigi
jalan kaki dengan bantuan kruk.
Namun, untuk mendampingi Luigi mengalami semua ini aku harus selesai sama diri sendiri. Sebetulnya semua peristiwa itu netral. Luigi patah tulang, kejadiannya di sekolah, harus pakai gips dan kruk sebenarnya ya netral. Yang menyebabkan sedih atau bahkan marah adalah self talk aku sendiri yang kasih makna kejadian itu.
Maka, aku harus menyelesaikan emosi
dengan mendengar self talk kembali. Self talk itu seperti kata
dari diri sendiri dan diucapkan pada diri sendiri. Mudahnya seperti suara kecil
dalam hati.
Semua perilaku kita itu tidak otomatis.
Bisa didahului self talk hingga kita memutuskan memilih mana yang
dikeraskan suaranya lalu jadi keputusan atau respon. Namun, self talk manusia itu nggak hanya satu. InsyaAllah ada self talk baik dan bijak.
Disini aku coba daftar self talk
apa saja yang muncul selama mendampingi Luigi patah tulang dan gimana aku berdiskusinya
dengan diri sendiri.
Patah
Tulang, buset!
Mendengar dokter ahli bedah tulang
mendiagnosa Luigi dengan sebutan patah tulang, jantung rasanya dag dig dug. Apaaah?
Balung tugel? Patah jadi dua? Eh gimana sih dok? Ada retak gitu Bu, di
bagian pergelangan kaki. Jawab si pak dokter. Istilah medisnya ankle
fracture / fracture ankle.
Untuk menurunkan emosi, akupun memilih
kata yang sesuai istilah kedokteran yakni frackture ankle. Biar nggak
mengerikan dengernya.
Tapi tetep aja, ankle fracture kalo
aku googling artinya patah tulang pergelangan kaki. Maka aku ganti lagi : tulang
kaki Luigi retak.
Waduh gelas retak aja sulit disatukan.
Lalu cara apa lagi supaya aku nggak
lagi panik atau khawatir berlebihan sama istilah pada diagnosa ini. Caranya
dengan editing VAK.
kaki Luigi sebelum dikasih gips :) |
Editing Visual Auditif Kinestetik (VAK)
Kita ini merekam semua informasi
melalui indera berupa visual, auditori dan kinestetik (VAK) atau disebut modality.
Masing-masing indera punya hal spesifik atau submodality. Gampangnya nih,
misalnya rekaman secara visual maka submodality yang terbentuk bisa berupa
gambar berwarna, hitam putih, besar kecil, jauh atau dekat, gambar maju mundur,
atau gambarnya bergerak seperti film.
Kalau kita permainkan sub modalitas,
bakalan bisa menghasilkan emosi yang berbeda. Caranya dengan mengubah secara
imajinatif kejadian yang bikin khawatir tentang gambaran patah tulang.
Cara yang aku lakukan adalah dengan
mengubah patah tulang secara visual. Aku munculkan bayangan gambar tulang
engkel yang retak dalam pikiran. Aku bikin diam seperti foto. Lalu aku cat
pakai aquaproof pada bagian yang retak. Taraaaa setelah dilapisi aquaproof,
tulang pergelangan kaki nyatu lagi. Kekhawatiran gambaran “patah tulang/tulang
retak/fraktur ankle/ankle fracture” menjadi berkurang.
Editing visual, auditif, kinestetik
(VAK) pernah
aku tulis saat mengatasi Luigi yang takut eskalator.
Baca juga : Cara Mengatasi Anak Takut Eskalator
Kenapa Luigi Mengalami Patah Tulang yang Disebabkan Kelalaian Orang Lain?
Di rumah meski pakai tangga brakiasi
sampai gaya salto pun, juga baik-baik aja. Sekarang aku urai lagi self talk ini. Kata lalai, teledor, itu takutnya labeling. Jadi aku ganti
kalimatnya Luigi jatuh di sekolah.
Luigi
jatuh apakah tidak karena Allah? Udah seijin Allah? Ya udah terima. Kebetulan
aja kejadiannya di sekolah sama ustadzah. Jika marah sama ustadzah, maka ingat
lagi. Lebih banyak mana, kebaikan ustadzah dengan 1 kali kejadian jatuh?
Yuk
Septi, buka mata dan hadirkan fakta sesungguhnya
Luigi
bisa hafal surat pada ayat 30 bukan karena Mama, tapi karena bantuan ustadzah
Luigi
mau mewarnai, pakai alat warna, bukan karena Mama, tapi karena ustadzah
Luigi
bisa bangun pagi, karena suasana sekolah yang nyaman bersama ustadzah
Berapa
kali Luigi kebelet pipis di sekolah dan diantar ustadzah ke kamar mandi?
Berapa
kali Luigi kesulitan pakai sepatu, dan dibantu ustadzah?
Berapa
hari Luigi selalu dalam pandangan dan perhatian ustadzah? Sejak tahun ajaran
baru, sepanjang waktu sekolah.
Kebaikan adab yang diajarkan pada Luigi seyogyanya siswa TK Islam Terpadu (TKIT)
Kebaikan karena mengenalkan Luigi pada Tuhannya
Kebaikan yang membuat Luigi mampu meraih pencapaian kemampuan terbaik dibanding sebelum sekolah
Ketika Luigi di sekolah bersama ustadzah, cucian piring yang kemiringannya seperti menara pisa pun selesai, ukep ayam selesai, tulisan selesai. Dan banyak lainnya.
Lalu
kenapa kebaikan sebanyak ini nggak pernah di apresiasi pada ustadzah, namun
kejadian 1 hari itu di pahat dalam hati sepanjang hari?
Ingat dari sepanjang waktu sekolah, hanya 1 kali Luigi jatuh. Artinya, kebaikannya jauh lebih banyak.
Makasih banyak ya ust :’)
Makasih
juga telah menyempatkan waktu untuk menjenguk Luigi :)
Jika
di rumah bersamaku Luigi beraktifitas dengan tangga brakiasi dan baik-baik
saja, itu apakah karena aku jaga? Atau Allah yang jaga? astaghfirullah hal
adzim, semoga aku bukan tergolong hambaMu yang sombong ya Rabb. Self
talk itulah suaranya yang aku keraskan.
Alhamdulillah
karena tenang setelah berdialog dengan diri sendiri, aku inisiatif WA ustadzah
terlebih dahulu. Bukan untuk menyalahkan, namun untuk mengucapkan terima kasih
dan minta maaf.
saling menyalahkan X saling minta maaf V |
Tapi Luigi Patah Tulang karena di Dorong Temannya
Sebut saja nama kawan Luigi adalah Bunga
(karena perempuan)🌹. Saat aku ditelfon mama Bunga, Bunga ini juga sempat cerita ke mamanya. Bahwa ada temannya
yang sakit dan di rumah sakit.
“entah
Luigi aku senggol apa aku dorong, aku lupa Ma. Aku juga sudah minta maaf sama
Luigi pas jatuh” cerita Bunga pada Mamanya
Dari
situ aku langsung ingat. Kebanyakan temen sekelas Lui, usianya di bawah Luigi. Artinya,
mungkin temannya masih “belajar” sensori hingga akhirnya ia tidak bisa membedakan
gerakan mendorong atau menyenggol. Aku berprasangka, mungkin maksudnya menyenggol tapi
kebablasan?
Aku
tanya sama Luigi lagi cerita detailnya. Bunga saat itu nyeletuk “kamu terjunnya
lama”. Luigi dianggap tidak segera terjun ke bawah.
Lalu aku berpikir, oh iya mungkin memang ada anak yang masih belajar berlatih sabar dalam antrian. Mungkin belum di briefing atau memang karena usianya. Yaudah, Bunga nggak ada salah sama Luigi. Apalagi Mamanya Bunga.
Anak oranglain bukan kendaliku. Fokus aja sama kesembuhan Luigi.
Makasih banyak mama
Bunga uda telfon aku *salim
Kakinya harus di Gips, Jalan Pakai Kruk. Oh No! Kasih Susu aja, Gimana?
Siang
itu aku bilang dokter orthopedi saat visit “dok, gimana kalau Luigi nggak pakai
gips tapi minum susu khusus tinggi kalsium. Yang paling mahal gpp, tapi nggak
usah di gips”
*meski dalam hati berbisik, aduh ya jangan susu yang mahal beneran laaah,
emang punya duit? Wkwk
Setelah
dijelasin kenapa harus gips, dampaknya jika tidak di gips, kenapa jalan pakai
kruk dan dokter pergi meninggalkan ruangan.
Aku
tarik napas perlahan, buang napas. Huift
Dadaku sesak, dan aku nangis sendiri depan kamar mandi ketika Luigi tidur. Lalu aku berfikir lagi, cari root cause-nya. Kenapa ya sampai hampir nolak anjuran dokter Spesialis Orthopaedi dan Traumatologi, ini ahlinya loh, dokter yang sekolah tanpa henti hingga jadi konsultan orthopedi.
Sampai
dalam lubuk hati terdalam bilang dengan lirih.
Aku nggak mau repot 😭😭
penyesuaian sepatu baru yang sekeras batu |
Filter pikiran ditentukan salah satunya oleh pengalaman dan filter
mempengaruhi self talk. Self talk inilah yang mendorong respon
atau reaksi.
Ketika
merawat Luigi di rumah aku ingat capeknya. Gendong Lui tiap ke kamar mandi,
gendong ke ruang mana dia mau. Apalagi ntar di gips dan pakai kruk. Gimana
kalau pipis? Gimana kalau pup? Gimana kalau mandi? Gimana ngajarin jalan pakai
kruk? Bayanginnya aja udah kayak ditimpuk pohon pisang. Abot!!! Berat !
Tapi emang kalau gendong itu mana sih yang capek? Semua badan? Telinga ikut capek nggak? Bilang badan capek itu generalisasi. Generalisasi maksudnya menyamaratakan peristiwa yang dianggap mirip, padahal masih ada yang berbeda. Maka aku mencacah informasi (chunking down) untuk mengembalikan pada realitas sesungguhnya, dengan menyebut tanganku yang capek. Hanya bagian tangan.
Lagian gendong cuma berapa detik dari 24
jam. Siapin biskuat beres, bisa sekuat macan haummm 🦁🦁
Ketika
self talk bilang, tidak harus pasang gips kan? Self talk lain
menjawab apa dampak terburuknya jika memilih yang lain, siap menyesal jika akan
berdampak pada masa depan Luigi? ya nggak siap sih 😞
Semakin
cepat Lui di gips, semakin cepat kamu bisa lihat ia berlari lagi, dan kamu
nggak perlu gendong lagi. Malah enak to, jeng Sep.
*jeng arisan
Setelah
obrolan dengan diri sendiri itu, malah nangis karena nyesel kenapa sampai
muncul ide dan bilang ke dokter orthopedi kalau Lui bisa sembuh cuma minum susu
tinggi kalsium.
Ini
hanya sementara, setelah hujan insyaAllah ada pelangi 🌈. Alhamdulillah satu
bulan, daripada 2 bulan. Alhamdulillah hanya di gips daripada operasi. Alhamdulillah
pakai kruk, daripada kursi roda. Alhamdulillah Luigi udah gede, jadi bisa
diajak ngobrol mengenai kebutuhan atau keluhannya.
Akhirnya
bikin action yang WFO (well formed outcome)
Ketika
rawat jalan di rumah, kalau kebelet pipis harus gimana, kalau kebelut pup,
kalau mandi, kalau gosok gigi. Gimana kalau gips-nya terlanjur kena air? Gimana
teknis jalan kaki pakai kruk untuk anak seusia Luigi?
Termasuk kalau mama lelah hati? 😝 ini sih ada maunya. Tau kan maunya apa? Hanya butuh makanan dan pelukan, eaaaaaa *canda pelukan.
Patah tulang kaki trus kakinya di
gips tandanya punya kaki. MashaAllah Alhamdulillah.
Baca juga : WFO Enlightening Parenting
Kenapa Luigi Sakit Lagi dan Lagi
Sebenarnya Luigi barusan rawat inap juga 😅😅 Pulang ke rumah setelah rawat inap karena pheumonia tanggal 1 Maret, dan kejadian jatuh 11 Mei lalu rawat inap lagi 😁.
Emang beneran Luigi sakit lagi dan lagi?
Apakah selama Maret
– Mei Luigi pernah sakit? Nggak.
Apakah mudik ke desa sakit? Perjalanan
berjam-jam di mobil, ketemu banyak orang, salaman, haha hihi sama
saudara trus sakit? Nggak.
Mabuk perjalanan nggak? Nggak blas
Huaaah bersyukur,
Luigi lebih banyak sehatnya daripada sakitnya. Luigi nggak sakit melulu kok.
*plak
*elus elus pipi
Baca juga : Ketika Covid-19 dan Pheumonia Datang Bersama
Reframing
Reframing tuh intinya mengambil makna baru
yang lebih memberdayakan.
Ibuk dan Bapak mau bawa Luigi ke tukang urut di daerah Kembang Kuning Surabaya
Tandanya sangat perhatian. Aku selalu yakin, sayangnya simbah pada cucu melebihi apapun. Saran Ibuk tergantung pengetahuan. Kalau Ibuk ngira cuma keseleo aja wajar lah punya ide dibawa ke tukang urut.
Keluarga kami juga Alhamdulillah nggak pernah ada yang pengalaman
sakit seperti ini. Makanya pengetahuan terbatas mengenai pengobatan patah
tulang.
Ada temen DM dan WA intinya bilang gimana tanggung jawab sekolah
Ada yang bilang gimana kompensasi sekolah. Itu tandanya mereka perhatian sama aku dan Luigi. Kalau ora urus, ngapain sampai menyediakan waktu untuk DM bahkan WA.
Baik banget kalian. Peduli sama kami. Sayang kalian semua, *peluuuk
virtual.
Baca juga : Reframing Ibu Rumah Tangga
Asuransi Nggak Cover semua Tagihan
Ini awalnya bikin kita sedih haha.
Setelah menikmati fasilitas ruangan VIP 1, ternyata
asuransi nggak cover semua. Mau ngamuk ke siapa dan juga ngapain.
Tagihannya hampir 10 juta dan kita bayar separuh.
Coba
kalau Luigi nggak sakit, kita mungkin udah ke Bali. (ini beneran kita bertiga
pingin ke Bali, meskipun liburan hemat). Nggak lama sebelum kejadian ini, duit kami
udah habis mepet juga karena bantu adeknya suami.
Self talk baik bilang :
Daripada
buat liburan, lebih berpahala mana dengan pengobatan/ikhtiar titipanNya ini?
Kalau
masih dikasih tagihan RS yang ditanggung pribadi, berarti sama Allah dicukupin.
Eh
iya, ternyata sungguh ada rezeki itu. Masih ada duit menang lomba blog Kemendikbud, lalu itu aku kasih suami, ikhlas lillahi ta'ala, suer. Ternyata Allah tahu kemampuan
hambaNya. Duit dari lomba ya segitu.
foto maupun video sudah seijin dokter, malah disuruh biar Luigi ingat 😊 |
Dan
Allah sudah kasih pemanasan padaku sebelum memberi “tantangan” fraktur ankle
ini. Luigi pheumoni disaat aku mengalami covid-19, lanjut aku harus bolak balik klinik THT,
trus di RS Petrokimia Gresik dirujuk ke poli THT RSUD dr Soetomo Surabaya (emang berasa
parah banget wkwk, tapi emang parah sih 😭 ini nggak lebai ya 😝). Pokoknya kalau aku ke RS rujukan terbesar se Indonesia Timur ini kudu
merasa parah biar rajin kontrol 💪
Trus dengan kesembuhan telinga, baru deh siap dikasih tantangan ini. MashaAllah. Semua nggak yang sia-sia. Kesembuhan telinga aku artinya untuk kesiapan dampingi Luigi. Nggak bayangin pas diajak ngomong dokter tentang patah tulang aku cuma jawab hah hah apa dok, hah. Ulang 1.000 kali.
*trus dokter
angkat pengeras suara 🗣
*perhatian-perhatian 🔊
Mama yang selesai emosi, enak banget briefing
Luigi. Ngomong juga santai, anaknya juga hepi-hepi aja selama di rumah
sakit. Nggak pernah rewel, blaaas. Obat oral pahit pun, hayuuuk aja.
Kadang dia juga kasih solusi buat dirinya sendiri ketika kurang nyaman. Bahkan
pencet bel sendiri kalau butuh suster, padahal ada aku 😅
Terakhir dia kasih saran perawat untuk
memindahkan jarum infus dari tangan kirinya ke sebelah kanan karena Lui ngerasa
nggak nyaman. Tangan kirinya tetep sakit, meski sudah ikhtiar di elus-elus
pakai tisu basah. Trus susternya nurut dong, sama anak 6 tahun ini,
coblos jarum ke tangan satunya. Ganti tangan untuk saluran infus tanpa drama 👏.
dokter Bot ngajarin jalan pakai kruk |
Itulah perjalananku mendampingi Luigi
yang mengalami patah tulang kaki. Ternyata yang aku tulis di caption instagram
itu nggak otomatis, namun melalui proses nangis, bahagia hingga ucap
Alhamdulillah.
*Btw, makasih semua doanya pada postingan instagram Disini
Makasih dr. Wirindro Wisnubroto, Sp.OT(K), dr. Natalia Erica Jahja, Sp.A, M.Biomed, semua perawat dan tim medis yang bantu kami selama di RS. Petrokimia Gresik. Makasih suami udah bayarin asuransi tiap bulan sehingga Luigi mendapat pengobatan medis yang insyaAllah terbaik menurut pengetahuan kami.
Penutup
Kamu tau nggak? Ternyata perjalanan
Luigi di dorong kursi roda dari IGD ke ruang VIP, Luigi nggak muntah dan nggak
diare lagi. Padahal disuruh rawat inapnya itu karena diare dan muntahnya. Selama
di kamar perawatan, pup lancar dan no mabuk club.
Sehingga selama di rumah sakit ya tinggal
masalah kakinya aja. Asik banget berasa libur panjang 5 hari di rumah sakit.
Alhamduliilah Allah kasih muntah, coba kalau nggak disertai gejala itu bakalan rawat
jalan ke poli orthopedi yang sangat melelahkan. *bayangin antriannya pingin
pingsan 🙈
Tidak hanya itu, tak kurang 2 minggu
Luigi sudah lepas gips. Kontrol terakhir nggak dikasih obat apapun. Hanya
vitamin D 400 IU. Biayanya kontrol pun juga ditanggung asuransi. Luigi dipuji
dokter udah berani lepas gips, padahal suara alatnya mirip gerinda. Ngueeeeeeenggg 🔊
Sekarang, anakku bisa lari, bahkan main
lompat jatuh lagi di tempat sama yang bikin kakinya terbelenggu gips. Ketika
ikhlas, memaafkan dan bersyukur, ternyata Allah mudahkan semua prosesnya.
Semoga Allah selalu menjaga keluarga kami, melimpahkan kasih sayangNya yang tak
putus.
Kalimat : fraktur tulang di garis efifise os tibia distal kiri pada kertas hasil radiologi akan menjadi kenangan bahwa ada seorang Ibu bisa berhasil tak bimbang mendampingi anak patah tulang kaki. Sehingga hati benderang dan hepi.
Terimakasih semua :)
setelah lepas gips, kita pergi ke Taman Flora (taman rusa) Surabaya, lari-larian 😅 |
Referensi :
Okina Fitriani, dkk. The Secret of Self Improvement Detoks Hati dan Pikiran, 2014, PT. Gramedia Pustaka Utama Jakarta, hal 21-23
Dyah Purnaning, dkk. Penyuluhan Penanganan Tepat Kasus Patah Tulang pada
Masyarakat di desa Senggigi, 2020, Departemen Orthopaedi dan Traumatologi, Fakultas
Kedokteran Universitas Mataram.
Patah pergelangan kaki https://www.alodokter.com/patah-pergelangan-kaki
dr Asa Ibrahim, Sp.OT pada feed instagram 5 Mei 2021, Kecelakaan atau
Jatuh, Kapan Sebaiknya ke Dokter? https://www.instagram.com/p/COfIS-HLQJt/
dr Asa Ibrahim, Sp.OT pada feed
instagram 21 Januari 2021, Patah Tulang ke Dokter apa Tukang Urut? https://www.instagram.com/p/CKTko8gLd3G/
Tulisannya menginspirasi pertama perjuangan orang tua terhadap anak, kedua perhatian orang tua terhadap perawatan anak, ketiga memilih tempat perawatan buat anak
BalasHapusAlhamdulillah Mbak anak sudah sembuh ya. Kebayang perasaan Mbak gimana. Anakku pun 6 tahun. Pasti berat menerima kejadian ini dan ikhlas. Yang penting anak sehat Mbak
BalasHapusAlhamdulillah sudah sembuh ya Mba..
BalasHapusDan benar sih Mba soal self talk ini, seringnya logika yang terjadi dan kronologis itu wajar tapi seringnya bagaimana kita memaknai yang membuat ada drama-drama dan emosi. Belajar lagi nih dari Mba untuk tetap berpikir logis dan nggak mudah menyalahkan gitu..
Saya kok ikut deg-degan bacanya. Kalau ngikutin emosi rasanya pengen marah ya Mbak. Tapi yang namanya anak-anak memang belum paham akan resiko. Mereka tahunya main, seneng-seneng dan ketawa-ketawa. Apalagi anak lelaki yang doyan banget gelut-gelutan, dorong-dorongan dan segala aktivitias fisik yang heboh.
BalasHapusSemoga Luigi semakin pulih dan efek patah tulangnya tidak parah untuk kedepannya. Memang lebih baik, jika ada kejadian seperti ini, dibawa dulu ke dokter untuk rontgen dan konsultasi. Jikapun nanti perawatannya lewat fasilitas tradisional, setidaknya ada ulasan ilmiahnya.
Seru juga ya pengalamannya, ada lucu sedih, terharu, kek film korea hehe
BalasHapussaya doakan Luiqi berjodoh sama Bunga. Amin
Ya, Allah aku ikut miris dgn apa yg terjadi dgn luigi. Tapi yg terjadi juga faktor ketidaksengajaan (penuturan temannya yg tak paham menyenggol/mendorong)
BalasHapusTapi semoga dari waktu kewaktu luigi semakin sehat begitupun segenap keluarga
Sehat-sehat terus ya dede Luigi, semoga makin pulih dengan baik.
BalasHapusTernyata pendampingan patah tulang itu tidak bisa sembarangan ya
Dokter Asa Ibrahim bisa nggak ya marah-marahin pembuat adegan sineton tentang amnesia karena kejeduk, lalu dijedukin-jedukin lagi biar amnesianya sembuh? >.<
BalasHapusSehat-sehat, Luigiiiii.
duh Luigi, dia pasti menahan sakit hingga muntah begitu
BalasHapusSaya pernah jatuh dari atas pohon Mbak, tangan kiri retak dan rasanya sakit sekali
boro boro mau makan, maunya nangis melulu (kala itu masih SD)
Untung alm bapak masih ada, beliau segera membawa saya ke rumah sakit untuk diobati dan digips
andai bapak saya membawa ke tukang urut pastinya malah gak karuan :D
Oiya waktu jatuh kepalanya kena gak
karena sekitar 5 tahun sesudah jatuh saya mengidap epilepsi Mbak
Kak Anggraeni.......
BalasHapusKu ingin curhat jadinya.. Karena baca tulisan yang sangat menginspirasi ini.
Aku selalu suka dengan celah ((atau bisa dibilang sudut pandang yaah..)) yang dilakukan saat reframing ini.
Intinya adalah Ibu sedih.
Tapi ada banyak hal yang tetap harus disyukuri daripada meratapi kesedihan yang sebenernya kita tahu banget kok kalau ini bagian dari ujian. Hanya cara mengambil tindakan selanjutnya yang akan menambah kemuliaan kita sebagai hamba atau malah menurunkan derajat ((karena sibuk ngedumel dan nyalah-nyalahin sana sini))
Dan kak Anggraeni mengambil sikap yang bijaksana.
Aku suka...aku sukaaaaa...
Padahal aku juga baca buku yang sama, tapi masih sering lupa kalau kena masalah. Rasanya memang yang paling gampang adalah menunjuk 1 jari ke orang lain ((dan lupa bahwa 4 jari lainnya ke diri sendiri)).
Haturnuhun, kak Anggraeni atas insightnya.
So love it!
Syafahullah untuk Luigi.
Eh, uda sembuh yaa..
Doanya dari ateu, semoga Mas Luigi segera bisa ke Bali, segera bisa lari-lari di pantai dan berpetualang bersama Ayah dan Bunda.
Salam sayang~
Ya Allah bacanya aja udah takut kenapa2 pas di awal. Luigi alhamdulillah happy menjalaninya meski saat sakit ya Mba. Masya Allah bisa sembuh sehat sempurna kembali, sehat2 selalu mba dan keluarga
BalasHapusAku baca semua meski panjaaang...Salut padamu Mbak Septi, ada banyak pembelajaran di postingan ini
BalasHapusSyukur Luigi sudah sehat kembali. Soleh dan baik-baik aja ya, Nak, seterusnya hingga nanti. Mamamu hebat begini. Terima kasih sudah membagikan cerita tentang Luigi patah tulang kaki
Kalau sudah begini suka kesel sama anak yang dorong anak kita. Walaupun masih anak anak paling tidak jadi pelajaran baginya agar tidak melakukan hal yang sama
BalasHapusAlhamdulillah Luigi sudah pulih ya, semoga selalu sehat dan tidak ada efek apa-apa ya nak sampai dewasa nanti. Bersyukur juga dibalik musibah, bundanya masih berfikir positif dan tawakal sama Allah, akhirnya banyak pertolongan dari arah yang tak disangka-sangka
BalasHapusAlhamdulillah. Sekarang sudah sehat. Suami saya pernah juga patah tulang dan benar, karena salah langkah pengobatan di awal jadinya penyembuhan makin lama dan posisi tulang tidak kembali ke tempat semula
BalasHapusSetahuku patah tulang itu sudah ranah medis jadi gk bisa di mases/pijat. Pijat hanya untuk relaksasi otot kaku/spasme dan sendi.
BalasHapussama kaya aku mbak, aku retak di pergelangan kaki dan digip 5 minggu, awal-awal shock, aktivitas jadi terhambat, kemana-mana nggak bisa dan cuman ngojek atau diantar, ke kantor pake tongkat plus naik tangga. 5 minggu rasanya luama banget
BalasHapussekarang udah dibuka tapi masih ga berani lari lari karena masih ada sakitnya.
seneng liat Luigi udah bisa jalan-jalan lagi
Alhamdulillah Luigi sudah sembuh ya. Dewi sedih dan sampai na ng is bacanya. Betapa kuatnya Bunda (mbak Septi) yang mendampingi, salut juga Luigi yang semangat dan mampu melewati ini semua. Smg Luigi dan mom sll sehat yaaa...Aamiin..
BalasHapusAku suka insight nya ini mba. Ga menyalahkan, tapi malah memikirkan sisi lain dari musibah. Ga semua orang bisa begitu. Kalo terlalu emosian, pasti udah paling enak nyalahin guru atau ortu si anak yg mendorong. Tapi trus apa... Hubungan jadi jelek, ada ganjelan sakit hati, malah ga tenang jadinya.
BalasHapusAkupun kalo di posisi mba, lebih memilih jalan damai aja. Si guru toh ga mungkin mengawasi semua murid di sekolah. Jadi wajar aja kalo mungkin anak kita jatuh tanpa sepengetahuan dia.
Utk ortu yg mendorong, toh sudah minta maaf. Buatku itu juga cukup. Namanya anak2 yaaa 😁.
Luigi hebaaaaat, ga rewel.. tau banget sakitnya itu. Krn dulu zaman SMP kls 1 akupun pernah ngalamin retak, tapi di siku kanan. Kanan pulaaa 😂. Udah kebayang susahnya, Krn aku ngelakuin apa2 pakai kanan kan. Pakai jilbab pas ke sekolah susah bukan main. Tapi untungnya dibantu pengasuh ku. Dan di sekolah dibantu Ama temrn2. Temen yg mendorong, Trutama udah minta maaf banget. Dia ga sengaja memang saat mendorong itu, akupun langsung maafin kok. Untungnya papa mama pun tipe yg berkepala dingin, ga mau menyalahkan. JD setelahnya hubungan kami pun tetep baik2 aja
mashaAllah makasih banyak mba Fanny, terima kasih sudah membacanya. Terharu. ya ampun mbak Fanny ternyata pernah juga tulang tangan kanannya retak, hiks. Untungnya dulu banyak bantuan ya mbak, nggak bayangin susahnya itu.
HapusAku tuh bingung mbak awalnya, keluarga nggak pernah ada pengalaman yang sakit gini. Jadi dorongan untuk bawa ke tukang pijat/urut itu besar, dorongan dari kanan kiri. Hehe. Untungnya aku percaya insting Ibu untuk bawa jalur medis, Alhamdulillah makasih lah para dokter yang sering share di IG, tentang pertulangan ini hehe.
Aku seneng mbak pun berpikiran yang sama, meski memang nggak harus sama juga sih. Cuma bener kata mbak, toh yang mendorong sudah meminta maaf, ini yang dorong juga anak TK yang masih berkembang sensorinya, jadi menuntut apa kita? Malah dengan saling memaafkan hubungan menjadi baik dan banyak plus plus lainnya. :)
Aku percaya guru anak usia dini itu "mata"nya ada banyak, tapi kalau sampai lolos, yaudah diterima, yakin bahwa itu udah yang terbaik menurut Allah, gitu aja sih mikirnya :p
mashaAllah makasih banyak mba Fanny, terima kasih sudah membacanya. Terharu.
BalasHapusya ampun mbak Fanny ternyata pernah juga tulang tangan kanannya retak, hiks. Untungnya dulu banyak bantuan ya mbak, nggak bayangin susahnya itu.
Aku tuh bingung mbak awalnya, keluarga nggak pernah ada pengalaman yang sakit gini. Jadi dorongan untuk bawa ke tukang pijat/urut itu besar, dorongan dari kanan kiri. Hehe. Untungnya aku percaya insting Ibu untuk bawa jalur medis, Alhamdulillah makasih lah para dokter yang sering share di IG, tentang pertulangan ini hehe.
Aku seneng mbak pun berpikiran yang sama, meski memang nggak harus sama juga sih. Cuma bener kata mbak, toh yang mendorong sudah meminta maaf, ini yang dorong juga anak TK yang masih berkembang sensorinya, jadi menuntut apa kita? Malah dengan saling memaafkan hubungan menjadi baik dan banyak plus plus lainnya. :)
Aku percaya guru anak usia dini itu "mata"nya ada banyak, tapi kalau sampai lolos, yaudah diterima, yakin bahwa itu udah yang terbaik menurut Allah, gitu aja sih mikirnya :p
peluk mba Septi dan ananda Luigi. alhamdulillah ... sehat selalu ya. pengalaman berharga ini ya mba. setiap episode hidup bila kita kembalikan kepada Allah pasti tenang, plus ikhtiar maksimal, lalu hasilnya kembalikan lagi kepada Allah.
BalasHapussalam hangat