Pekerjaan dan tempat
tinggal saya di kota industri, Gresik. Dengan beberapa pertimbangan, Lui
bersama Ibu di Surabaya selama saya kerja. Tahun kemarin saya resign dari pekerjaan dan Lui tetap
tinggal sama Ibu. Sepertinya udah nyaman ya, apa-apa dibantuin. Sejak saya resign, saya tetap tidak
pernah berfikir Lui gimana ketika saya ikut seminar atau liputan event blogger karena toh Lui ada
ditangan orang yang terpercaya. Bahkan seperti pelatihan TBS yang 3 hari, malah
saya pulangnya ke Gresik, gak ke Lui di Surabaya.
Sumber gambar dari Canva, diedit sendiri |
Semua berubah
sejak ladang gandum dibanjiri cokelat *bukan iklan Koko Krunch :D. Bulan Ramadhan lalu, Lui maunya tinggal di
Gresik terus. Bahkan sekarang tidak mau lagi pulang ke Ibu di Surabaya. Alhasil
kami tinggal bertiga, Adit, saya dan Lui. Dan hal itu menjadikan saya 24 jam
berkutat sama anak dan pekerjaan rumah tangga. Setiap hari. Setiap waktu.
Buat beberapa
orang, tidak akan masalah hanya melakukan pekerjaan seperti cuci piring, cuci baju,
dan lainnya jika dilakukan sesekali. Tapi buat saya, mengerjakaan pekerjaan
domestik seakan tak ada ujungnya. Cuci piring bisa berkali-kali. Gak bisa
sekedar buka laptop, mandi syantik,
bahkan menjelang Idul Fitri saya nolak job
review hanya gegara saya harus main sama Lui. Halah gitu doang nelangsa. Iya karena feenya bisa menggendutkan sedikit isi
tabungan saya hihi :p
Sampai pada satu
titik, saya bertanya dalam diri. Apa mungkin saya bosan dengan pekerjaan
domestik rumah tangga? Apa aku jenuh sebagai ibu rumah tangga?
Setiap peristiwa adalah netral
Pada hakikatnya
setiap peristiwa adalah netral alias tidak membawa makna. Kita bisa jadi ngerasa
nelangsa, sedih, marah, senang karena
kita memaknai peristiwa tersebut. Ketika peristiwa itu dibingkai makna dan
menghasilkan emosi, akan mendorong kita buat bertindak.
Contohnya misal
ada peristiwa “Lui nolak belajar ngaji”. Saya maknai (frame) Lui anak pemalas. Lalu karena frame tersebut, emosi yang muncul pasti marah dan respon saya ngomel wkwk.
Beda lagi jika
kita Lui nolak ngaji saya maknai (reframe)
oh Lui bosan dengan metode belajar ngaji satu arah. Emosi yang muncul menjadi netral. Dan
respon saya adalah berfikir untuk menyiapkan agenda cara belajar ngaji yang
menyenangkan, tidak di buku Iqro’ saja. Misalnya mengenalkan huruf hijaiyah
dengan three lesson period ala
Montessori.
(Baca juga : Mengenal Metode Montessori)
Akan terasa beda responnya
bukan? jika kita menyelesaikan emosi dengan mengubah cara pandang. Inilah yang disebut reframing. Dengan reframing
kita jadi punya makna baru terhadap peristiwanya. Dan bisa memberi respon yang
memberdayakan.
Sebab jenuh
Apa sih yang bikin
jenuh dari pekerjaan ibu rumah tangga? Menurut saya sebabnya karena mengerjakan
aktivitas monoton seperti cuci piring, cuci baju, setrika, masak yang
ujung-ujungnya bikin lelah. Ditambah minim interaksi sosial dan keuangan yang
pas-pasan.
Semakin jenuh
karena kurang memaknai apa yang kita lakukan (yang katanya monoton tadi). Dibawah
ini saya coba mengubah cara pandang (reframing)
terhadap pekerjaan domestik agar lebih
memberdayakan.
Reframing
Mencari makna pekerjaan
rumah tangga yang lebih memberdayakan dari SEBAB jenuhnya.
“Duh nyuci nyuci piring melulu”
Tandanya dapur
mengepul, ada perut orang terkasih yang sudah memakan sajian lezat dari tangan
lembutku (hiyaaa lembut jare). Alhamdulillah ada beras dan lauk yang bisa
dimasak hari ini.
“astaga aku harus setrika segunung semeru”
wah berarti aku
dan Lui punya baju banyak yang bisa gonta-ganti kapanpun. Banyak orang yang
bahkan beli baju menjelang lebaran adalah sesuatu yang mewah. Sementara aku? Gak
pernah kekurangan untuk padu padan dalam menutup aurat. Pun juga Lui, basah
dikit ganti, kena kotor dikit ganti, karena emang bajunya satu lemari sendiri. Alhamdulillah.
“nyapu ngepel pagi siang sore”
Tanda anak sehat, bisa
berlarian dan berantakin rumah. Coba kalo anak sakit, pasti rumah bersih namun
sepi. Dengan menyapu dan mengepel, Alhamdulillah berarti punya tempat tinggal untuk
dibersihkan.
“nyikat kamar mandi dan WC”
Alhamdulillah bisa
punya kamar mandi sendiri. Diluar sana banyak yang kudu ke ponten dulu untuk
sekedar buang air kecil. Meski gak mewah kayak di hotel, tapi Alhamdulillah
kamar mandi ini jadi sejarah perjalanan toilet
training Luigi (kisah nyata haha).
(Baca juga : Perjalanan Toilet Training Luigi)
“aku lelah seharian kerja dirumah”
Alhamdulillah lelahnya
bikin keluarga sehat. Lelahnya bikin rumah rapi sehingga membuat keluarga betah
dirumah. Dengan betahnya dirumah, bisa membangun bonding yang kuat. Alhamdulillah lelahnya untuk kegiatan yang
bermanfaat demi keluarga. Bukan buat melakukan yang sia-sia, tanpa bernilai
pahala.
“kesepian gak punya teman, gak bisa jalan-jalan”
Alhamdulillah uang
aman, gak sering buat jalan-jalan *elus-elus dompet*. Lagian masih sepian di
alam kubur, sendirian. Hiks.
“keuangan pas-pasan”
Alhamdulillah yang
penting cukup. Alhamdulillah punya suami bertanggung jawab yang mau bekerja
keras mencari nafkah untuk keluarga. Dengan ikhlas menjadi tumpuan dalam
keuangan keluarga. Dilingkungan terdekat, saya banyak melihat para wanita yang
tidak hanya mengurus anak dan rumah saja, namun juga menjadi tulang punggung
keluarga.
“yah kerjanya cuma dirumah”
Jika kita frame pekerjaan kita dirumah hanya
ngerjain hal sederhana dan remeh temeh
kita bakal merasa kecil, sehingga segala yang dilakukan jadi berat. Kalo lihat
kurangnya, pasti isinya ngeluh.
Beda lagi jika memaknai pekerjaan ini misalnya sebagai manajer, kita ngerasa enteng jalanin peran karena ngerasa “oh aku ini manager dalam keluarga yang mengurus rumah seisinya, bikin hunian nyaman dan keluarga sehat”.
Beda lagi jika memaknai pekerjaan ini misalnya sebagai manajer, kita ngerasa enteng jalanin peran karena ngerasa “oh aku ini manager dalam keluarga yang mengurus rumah seisinya, bikin hunian nyaman dan keluarga sehat”.
Sebagai manajer
kita punya ruang kerja berupa ruang
tamu, kamar, dapur, dan kamar mandi. Fasilitasnya
ada TV, kasur empuk yang nyaman, ruang tidur ber AC, kulkas, dapur dengan
setumpuk indomie yang bisa dimasak kapan saja kita mau.
Hayoh, fasilitas kerja mana yang bisa sekeren ini?
Ibu Manajer diluar sana pasti mikir seribu kali buat masak indomie+telur setengah mateng dan cabe 5 biji saat jam kerja, ya khan? Hoahaha. Mereka bisa dengan mudah beli, padahal indomie kenikmatannya ada pada racikan sendiri, betul apa betul? *duta indomie :D
Hayoh, fasilitas kerja mana yang bisa sekeren ini?
Ibu Manajer diluar sana pasti mikir seribu kali buat masak indomie+telur setengah mateng dan cabe 5 biji saat jam kerja, ya khan? Hoahaha. Mereka bisa dengan mudah beli, padahal indomie kenikmatannya ada pada racikan sendiri, betul apa betul? *duta indomie :D
Dari fasilitas
mewah diatas, Alhamdulillah berkesempatan bersama anak 24 jam, menjaga dan
menemainya main. Memberikan edukasi di usia emasnya yang sesuai dengan nilai
keluarga.
Tips menikmati pekerjaan rumah tangga
Nah berikut ini
cara saya menikmati aktifitas dirumah dengan setumpuk pekerjaan domestik
kerumahtanggan.
Gugurkan limiting belief dan bikin anchor
Terlahir sebagai
anak bungsu, Ibu saya SELALU menyediakan semua. Mulai makan yang tersaji di
meja makan sampai tumpukan baju rapi dilemari. Hingga kuliah saya gak pernah
cuci baju dan masak!!! Aku si anak manja. Sangat kaget saat harus merantau
kerja di Jakarta, Babat Lamongan dan Bojonegoro. Sendirian !!!, tanpa orangtua
dan saudara.
Setelah dijalani
(dengan beberapa tangisan – terutama di Jakarta) saya bisa survive mengurus diri sendiri. Ternyata saya bisa pegang kompor,
pegang setrika dan ngucek baju. Alhamdulillah. Berarti saya bukan anak manja,
saya juga bisa mengerjakan pekerjaan rumah tangga. Tangan ini bisa diajak bersusah
ria.
Akhirnya survive saya diperantauan, saya bikin anchor, kalo saya ngerasa malas karena ngerasa gak bisa, saya pencet “tombol Jakarta” ditangan kanan. Langsung semangat lagi deh :D
Tentang limiting belief ada ditulisan ini dan anchor ada ditulisan ini
Akhirnya survive saya diperantauan, saya bikin anchor, kalo saya ngerasa malas karena ngerasa gak bisa, saya pencet “tombol Jakarta” ditangan kanan. Langsung semangat lagi deh :D
Tentang limiting belief ada ditulisan ini dan anchor ada ditulisan ini
Membuat skala
prioritas dengan manajemen waktu
Namanya manajer
rumah tangga, tentu harus juga memakai POAC
dalam menjalankannya. Pekerjaan ini bukan main-main, pertanggungjawabannya
diakherat. Maka saya tulis, seminggu apa target umumnya. Lalu di pecah perhari,
sehingga setiap hari berusaha selalu ada aktivitas buat Luigi. Jika saya udah
buntu, main play doh, corat coret dibuku
gambar dan sepedaan jadi andalan hehe :p
(Baca juga : Mengapa Luigi Memakai Balance Bike?)
(Baca juga : Mengapa Luigi Memakai Balance Bike?)
Menekuni kegemaran
Supaya ada waktu
sejenak untuk diri sendiri, kita bisa menekuni hal yang paling kita sukai. Misalnya
menulis, menjahit, fotografi, memasak dan lainnya. Siapa tau besok saat anak-anak sudah besar, kegemaran yang terus dilakukan menemukan muaranya. Misalnya berjualan kue dari hobby bikin kue, memberikan pelatihan blogging untuk ibu-ibu perumahan, membuat buku cerita anak dan masih banyak lagi sesuai passion.
Untuk saat ini saya masih memilih membaca buku sebagai sarana waktu untuk diri sendiri. Tulisan ini saya kerjakan saat Lui tidur. Jika ada waktu bertemu teman, saya minta difoto dengan background kota Surabaya wkwk. Asli receh bener bahagiaku yang terakhir ini. Biarin!!!
Untuk saat ini saya masih memilih membaca buku sebagai sarana waktu untuk diri sendiri. Tulisan ini saya kerjakan saat Lui tidur. Jika ada waktu bertemu teman, saya minta difoto dengan background kota Surabaya wkwk. Asli receh bener bahagiaku yang terakhir ini. Biarin!!!
Bangun lebih
pagi dan olahraga
Saya pernah ikut event blogger, pembicaranya pernah
mengatakan bahwa olahraga memacu hormon endorfin yang merupakan hormon bahagia.
Gak perlu ke tempat fitnes, ngikutin gerakan senam berbekal yutub udah cukup
kogh. Apalagi jika musiknya rame, makin semangat deh memulai hari. Dan emang
kalo memulai hari dengan bergerak, jadi happy
terus sepanjang hari. Cobain deh.
Follow
akun yang memberdayakan
Karena emosi itu
menular maka saya mulai meng-unfollow
akun yang unfaedah. Dan menggantinya
dengan memfollow akun yang memberdayakan. Untuk ibu rumah tangga bisa follow akun @RahelYosi. Dan yang wajib
di-follow adalah Instagram founder Enlightening Parenting @OkinaFitriani dan semua akun team sharing. Tidak hanya mencerahkan,
namun bisa ditiru cara penerapan ilmu EP-nya.
(Baca juga : Seni Pengasuhan ala Enlightening Parenting)
Mendengarkan musik
Sejak kecil saya
suka mendengarkan musik lembut. Sambil masak, sambil nyuci, sambil nyikat kamar
mandi, selalu sambil menyetel musik. Pekerjaan pun tak terasa lekas selesai,
karena mengerjakannya sambil nyanyi dan joget. Wkwk.
(Baca juga : Bertemu penyiar Meta Hanindita)
Mengefektifkan
Dapur
Karena saya (belum
bisa) memasak, maka saya buat dapur senyaman mungkin. Saya tata sedemikian rupa
agar saya betah berlama-lama didapur meski hanya untuk goreng nuget. Barang yang
tidak perlu saya singkirkan. Saya juga mengefektifkan isi dapur, piring hanya
saya siapkan 5, mangkuk 5, sendok 10, wajan dan panci masing-masing satu buah. Hal
ini agar saya tidak pernah merasa cucian piring menumpuk seperti gunung semeru.
Karena dengan alat makan yang terbatas, membuat saya dengan segera mencucinya
jika kehabisan.
Melibatkan Anak
Saya berusaha melibatkan
Luigi dalam aktifitas yang sederhana. Seperti mengajaknya mengambil jemuran. Anak-anak
pasti senang karena merasa melakukan pekerjaan yang bermakna seperti orang
dewasa lakukan. Bahkan jika selesai nyuci dia tanya “jemurane wes kering ta Ma?”
***
Gimana manajer
rumah tangga, sudah lumayan berubah belum emosinya jika pekerjaan domestik
dimaknai secara positif? Sudah legowo
dan bisa nyengir seperti muka habis
ditembak suami pertama kali? Hihi.
Manusia itu takut kehilangan. Sebelum Allah mengambil semua nikmat diatas, yuk kita jalani peran saat ini
dengan ungkapan syukur dan hati lapang. Caranya dengan dengan reframing. Mengambil makna yang
memberdayakan agar menjadi manusia yang efektif. Menjalankan hari dengan sebaik
mungkin. Seperti kata guru saya dibawah ini.
“Jalani
peran kita sebaik-baiknya, Jangan setengah-setengah. Jadilah ahli. Tidak hanya
di profesi publik yang kita jalani tetapi juga peran domestik. Tidak ada peran
yang kecil. Jadi istri, ahli menyenangkan suami. Jadi Ibu, ahli mendidik anak. Jadi
murid, ahli mengerjakan assignment. Maka sangat penting menyadari sepenuhnya
tiap langkah yang diambil. Hidup bukan sekedar mengalir, karena manusia
diciptakan lebih baik dari air” (oleh Okina Fitriani pada IGS 2 Juli 2019)
Menulis adalah menasehati diri sendiri
Gresik, 3 Juli 2019
Gresik, 3 Juli 2019
hahahah, tulisan Mbak ini kok enak banget bacanya , bikin hati adem.👍😆. Informatif dan Memotivasi bangezt.
BalasHapus# Kayaknya blog ini bakal jadi idola saya dech...😃.
mamaaaaahhhhh Luiiiiii, sini kiss kiss duluhh..
BalasHapusMasha Allaaahh, saya mewekk loh bacanya.
To be honnest, sejak sore tadi saya bad mood.
Tapi Allah menggiring saya buka laptop, keliling ke beberapa blog teman, dan ini postingan kedua yang bikin adeeemmmmmmm. Alhamdulillah.
Nggak bisa diungkapin deh, how i need tulisan penyemangat kayak gini.
Melihat sesuatu dalam hal positif.
Meskipun jujur, mungkin masih kudu berusaha sebaik mungkin menerapkannya, tapi minimal, ada sudut yang hangat dan sejuk menjalar di hati.
Keuangan pas-pasan, kerjaan monoton cuman di seputar masak nyuci nyetrika, anak yang nggak punya jadwal tidur teratur.
Sungguh bikin saya kadang pengen teriak, dan tidak jarang udah teriak, pas anak lemot hahaha.
Kayak tadi sore, si kakak yang ngantuk, gara-gara semalam tidur pukul 2, bangun pukul 5 subuh dan nggak mau tdur lagi seharian, alhasil sore dia ngantuk dan numpahin air di meja sampai menggenang.
Duh saya yang bahkan udah mau habis waktunya Magrib belum juga bisa mandi, rasanya emosiiiii banget.
Akhirnya teriak juga marahin si kakak, untungnya segera sadar dan minta maaf sama kakak, huhuhu.
Padahal di otak saya tuh melayang-layang perkataan hati
"Rey, butuh 5 menit saja buat ngelap air tersebut, tapi butuh waktu seumur hidup bagi anak melupakan bentakanmu" huhuhu.
Ya Allah..
Alhamdulillah, meski masih sering bocor2, tapi sebisa mungkin saya berusaha untuk selalu berpikir positif, menahan diri dengan istigfar.
Thanks so much mama Lui.
Btw, saya dulu pernah dapatin ilmu 'mengulik penyebab suatu masalah sampai 3 lapis pertanyaan".
Sayang sekali, sekarang sama sekali nggak bisa ikut seminar parenting hiks
Yah, saya bisa membayangkan perasaan ibu rumah tangga yang hidup sendirian hanya dengan dua anaknya kayak begini.
HapusSaya inget dulu saya pernah kerja kantoran, etos kerja saya keras, saya pegawai yang disiplin, tapi kemudian saya memilih tinggal di rumah untuk berkonsentrasi punya anak. Saya pernah merasa super kelelahan, nangis karena kecapekan, nangis karena terjebak di dalam rumah.
Sampai kemudian suatu hari saya memutuskan untuk pulang ke rumah orang tua selama dua minggu, meninggalkan suami saya, membiarkan dia mengurusi hajat hidupnya sendiri. Pulang-pulang saya mendapati tempat sampah penuh dengan bekas-bekas kaleng sarden, kulit telur, dan dia sedikit bersin-bersin. Ternyata suami saya cuman makan lauk sarden, nggoreng telor dadar sendiri, dan tidak makan sayur, selama saya pergi. Detik itu saya nyadar bahwa saya sebetulnya bukan "pembantu rumah tangga", tetapi saya manajer rumah tangga yang memastikan seluruh keluarga dalam keadaan sehat. Tanpa ibu rumah tangga, maka ayah dan anak-anak itu sesungguhnya berantakan.
Reframing terhadap suatu kejadian adalah ide yang sangat bagus, Septi. :)
Sama bun. Aku suka pakai metode reframing juga pada diri aku sendiri. Terkadang pernah juga ketika hatinya dalam keadaan kurang jadinya nangis saking lelah dan bosannya. Udah gitu bangkit lagi
BalasHapusAKu juga pakai metode ini mbak pada diri sendiri sejak mengalami depresi akhir tahun lalu. Dengan begitu kita juga jadi lebih damai ya
BalasHapusAku suka baca ini. Reframing ini postif thinking juga terhadap keadaan. Mencoba tidak Mengeluhkan keadaan dan mencari hal untuk disyukuri. Merasa terinspirasi sekali setelah baca ini. Makasih sharingnya, Mbak
BalasHapuskeinget kalau lagi setrika baju atau pas cuci piring pake headset biar gak bosen dan bikin hepi.
BalasHapusKalo aku pas udah bunek dan pikiran butek pasti minta Papih... kita plesiran dong! Ke mana gitu kek, yang penting dolan!!! Sambil kacak pinggang dan manyun hahahaha..
BalasHapusReframing kayaknya bagus ni, tapi ya emang nggak akan semudah itu praktiknya. Terkadang, kita memang harus berteriak atau apalah, sekedar utk mengeluarkan sampah dalam hati dan pikiran. Hehehe itu pendapat pribadiku sih, soalnya akutu tipe orang yang agak susah tampil lemah lembut mbake. Aku lebih nyaman bersikap dan bertindak impulsif. Hahaha itu bahasa lain dari kata "bocor dan selebor"
Alih-alih diem, aku akan ngomong sama anak-anak dan suami kalo aku emang capek, aku butuh ngaso, butuh me time dan butuh dilayani sesekali. Tapi, itu kalo udah jenuh sekali. Dan so far mereka bisa ngertiin.
Eniwe,ini cuma pendapat pribadi loh. Tulisan mba Septi is very great. Nice to read this laaffff u mbake...
Masyaallah mbaa ini lengkap bangettttt
BalasHapusMasya allaaahhh jadi tergerak hati buat lebih berubah, aku seringnya ngeliat yanh jelek aja. Liat cucian numpuk bete. Liat anak berantakin rumah suka mendengus, liat kamar belom rapi bawannya pengen jungkir balik. Padahal maaah semua bisa dilakukan kalo ubah pola pikir ya kak lui
BalasHapusWah.. Menarik ya mba konsepnya. Seperti memahami case dari dua sudut pandang. Syakep...
BalasHapusSelalu ada syukur di setiap keluh kesah ya intinya mbak. Jika cucianmu setinggi Semeru, maka cucianku bagaikan Gunung Everest, lebih tinggi. Alhamdulillah cucianku lebih indah dan bersalju hehehee.
BalasHapusYa Allah sesungguhnya kita harus banyak bersyukur dengan apa yang kita jalani saat ini. Di karuniai anak-anak yang bikin heboh rumah. Coba kalau mereka ga ada pasti rasanya sepi. Terkadang merasa jenuh sama aktifitas yang itu itu ajah. Refarming emang sangat bermanfaat sekali.
BalasHapusKalau menurut daku di rumah pun para ibu rumah tangga bisa juga mendapatkan penghasilan dengan membuka usaha sampingan
BalasHapusGw selalu salut sama perempuan-perempuan yang rela mengundurkan diri dari kerjanya hanya untuk mengurus suami dan anaknya.
BalasHapusSemangat mbak !
Btw, kok gw cowok sendiri sih?
Wkwkwkwk
hahahak sebagai perempuan yang pernah jadi workingmom dan skrg jadi IRT aku ngerasain banget bedanya. ALhamdulillah aku ketemu cara kalau lagi kumat jenuhku, thanks to blogging, social media, dan online shop hehehe
BalasHapusAku jadi IRT baru setahun ini karena sebelumnya working mom dan emang beda banget, apalagi mobilitasnya. Makanya dulu sebelum memutuskan untuk jadi IRT kudu menyiapkan kesibukan lain, jadilah ngeblog dan untungnya ada fotografi yang menyelamatkanku.
BalasHapusBegitulah mbak konsekuensi jd ibu, akhirnya ya kita gak sebebas merpati.
BalasHapusAh bagus banget tips reframingnya, aku juga suka ngeluh capek ini itu, tpi dengan mengubah pikiran jd kyk gtu sepertinya lebih enteng ya semua kerjaan2 RT dll TFS
sebagai workingmom jujur aku pingin banget ngerasain jadi irt yang full day ngurusin rumah sama anak, jadi kalau baca ini bisa relate :(
BalasHapusJadi termotivasi dan semangat lagi, penasaran sama EP, aku jadi ingin mampir ke page yg lain
BalasHapusReframing sangat efektif ya mba. Wajarlah kalau kita kadang jenuh dengan pekerjaan kita sehari hari. Reframing pemikiran ini bisa jadi salah satu cara penangannya. Terima kasih sudah berbagi.
BalasHapusEmang kadang2 pekerjaan ibu rumahtangga itu membosankan tetapi dinikmatin aja.
BalasHapusBaca tulisan ini mbaa, berasa semua uneg-uneg kayak tersampaikan gitu mba. Duh, memang ya mba pekerjaan terberat itu adalah menjadi IRT, tanpa gaji dan cuti pula. Pas baca ini jadi makin adem deh mba hihii
BalasHapusMasya Allah ak bacanya agak sambil terisak nih mba hihi. Serasa udh d wakilkan perasaannya, walaupun ak belum punya debay. Makasih banyak ya mbaa terutama ilmu reframing ini sering banget luput, padahal pernah ikut workshop cleansing dan bahas reframing
BalasHapusAlhamdulillah ya mbak kita dikasih rejeki anak.. masih banyak wanita lain yang menginginkan posisi kita sebagai ibu.. semangat semangat.. ayok semangat mamaaaaa mamaaaa
BalasHapusWah bacaan berat dan berdaging. Aku bacanya pelan2 banget dan butuh pemahaman. Setuju bnget kalau siap dan sdh jadi istri yang kudu yg maksimal pelayanannya. Jadi ibu dari anak juga kudu jdibu yg paham akan anak dan kebutuhannya. Jd iRT? Kudu nrimo dan melakukan hak dan kwajiban yg semestinya. Capek? Ya me time...makasih ya mba info, sharing dan papaparannya.
BalasHapussekarang saya jenuh sekali. mengurusi rumah tangga, dengan 3 anak, yang masih kecil. dan mencari solusi dan nemu tulisan ini. terima kasih.
BalasHapusDuh aku kalau manggil mbak septi kayaknya tuaan aku deh�� (padahal emang iya), dek septi apalagi? Kok sepertinya gimana gitu ya...
BalasHapusHmm..kayaknya aku panggil mama lui aja deh ah, seringnya pake mama lui kalau menceritakan kisahnya ya ma...
Oke mama lui, dari tulisan ini kembali seperti tulisan - tulisan mama lui yang aku baca sebelumnya. Manfaat dapet! Menghibur dapet banget! Tulisannnyaaa kece gini sih ma...., emosiku bisa main saat baca ini. Sederhana tapi dalem banget. Ijin share ke story WA ya...pastinya dengan sumber dicantumkan ma...
aduh kita ini sama-sama tua mbak wkwk :D santei aja :D hadapi umur ini dengan keihklasan dan wajah glowing :p Makasih banyak ya Simbok sudah membacanya :D Aku terharu tulisan ini sampe di share huhu, love u simbok kesayangan :))
Hapus