SEKOLAH ANAK USIA DINI MENURUT AHLI TUMBUH KEMBANG


Ketika bekerja liputan event yang melibatkan parenting blogger seperti saya, tentu saja tak ingin melewatkan sekejap pun penjelasan dari narasumber. Apalagi saat itu pematerinya adalah konsultan tumbuh kembang pediatri sosial tersohor di Indonesia, beliau juga merupakan ketua Ikatan Dokter Tumbuh Kembang Indonesia. Adalah Dr. dr. Ahmad Suryawan, Sp. A (K) yang saat itu membuka tanya jawab terhadap peserta yang hadir. 

 

Hanya berselang beberapa detik MC membuka pertanyaan, reflek tangan saya langsung gerak cepat. Mengangkat satu tangan sebelum peserta lain juga ikut bertanya. Alhamdulillah meski setiap meja hanya diberi kesempatan satu penanya, saya terjaring yang diangkut untuk dijawab. 

 

Kapan lagi bisa konsultasi gratis (dibayar pula karena liputan *eh) dengan ahli tumbuh kembang yang butuh antri minimal 6 bulan untuk konsultasi di tempat praktiknya.



sumber gambar dari Canva dan diedit oleh penulis

Lama amat sih ini kalimat pembukanya haha, maaaaf Jeng. Baiqlaah, pertanyaan saya simple tapi saya yakin mewakili para emak milenial hari ini. Iya apa iya hayoo?



“Dokter, nama saya Septi, anak saya sekarang usia 3 tahun dan belum sekolah formal. Bagaimana sekolah usia dini menurut dokter selaku ahli tumbuh kembang?” 


Eh ada pertanyaan colongan lagi sih 


“Dok anak saya sudah mulai saya ajarin huruf hijaiyah (ngaji), normal gak sih dok?” (jangan diketawain yak pertanyaan terakhir itu xixi, biar rame gitu loh)

 

Dokter anak dengan panggilan dokter Wawan ini cara menjawabnya dengan balik tanya ke kita para hadirin. 


“Siapa dari kita yang pernah sekolah SD, tolong angkat tangan” ya semuanya ngacung dong. Bahkan fotografer aja disuruh ikutan jawab, mau ngelawak kali ya nih orang 😅😅😅. 


“ternyata semua pernah SD ya, dan anda jadi manusia dewasa hari ini dan ketemu saya karena pernah SD” jawabnya

 

“Siapa yang pernah sekolah TK” saat itu ada beberapa peserta yang tidak angkat tangan. 


“Siapa yang pernah sekolah bayi” nol persen gak ada yang angkat tangan. 


“Wah berarti meski ada yang tidak sekolah TK, sekolah PG, dan sekolah bayi tapi Anda menjadi manusia dewasa yang baik dan benar ya hari ini” tanggapan dokter Wawan terhadap survei kecil-kecilannya ini.

 

Dokter memberi pertanyaan tadi untuk menggiring kita dengan menyimpulkan jika anak bayi tidak sekolah seperti baby school ya tidak apa-apa, tidak usah bingung, bahkan gak usah meratap. 


“Jika anak kita tidak sekolah playgroup jangan terlalu memaksakan kehendak, apalagi sekolah bayi, karena itu bukan esensi untuk tumbuh kembang. Ketika tidak TK mulai ada rasa khawatir, boleh-boleh saja. Baru ketika anak tidak SD khawatir 100% is fun” begitu jawaban pengantarnya.

 

Maka apa yang harus kita lakukan sebagai orang tua?



dr Ahmad Suryawan, Sp. A (K) di acara Clozette Indonesia

“Di umur 3 tahun kebawah jangan bingung dulu dengan dunia luar rumah. Bingunglah dengan pengasuhan sehari-hari yang dilakukan bersama anak. Tanpa sekolah usia 3 tahun kebawah akan sangat normal di masa depannya. Namun jika sekolah dibawah 3 tahun harusnya jangan menggangu pola hidupnya, toh sekolahnya hanya kelompok yang playing” ujar dokter Wawan berapi-api.

 

Secara ilmu medis, playgroup relation atau hubungan dengan antar usia sebaya di otak anak baru muncul diatas 3 tahun. Jadi kalo anak dibawah 3 tahun masih belum mau sama temannya, masih belum mau main sama sebayanya, gak usah bingung. Karena anak itu harus mau bermain sama Ibunya, mau bermain sama kakaknya dirumah. 

 

Bagaimana dengan anak yang sekolah play group umur 2 tahun tapi kemampuannya sudah di 3 tahun? “itu boleh kita berikan pengalaman diluar rumah, karena hanya usianya saja yang 2 tahun, namun kemampuannya sudah melebihi usianya”.’

 

Maka nih Mams, kalo kita melihat di sekolah bayi ada anak yang bisa ini, ada yang gak bisa itu, ya gpp bagi ahli tumbuh kembang. 


“Jangan berfikir anak dibawah 3 tahun yang gak bisa bergaul itu lebih buruk daripada anak yang mudah bergaul” tambah dokter yang menempuh pendidikan doktoralnya di Universitas Airlangga Surabaya ini. 

 

Sehingga usia dini bukan disikapi dengan sekolah usia dini, tapi disikapi dengan pengasuhan usia dini. Sekolah yang mulai transisi adalah dari TK ke SD.

 

Bagaimana jika anak sudah sekolah usia dini?

Playgroup dan TK esensinya jangan dievaluasi dengan prestasi anak, karena yang dilaporkan gurunya itu bukan raport, tapi report. Barulah kalo SD itu bentuk evaluasinya raport. Karena SD sudah ada nilainya. 


“Ibaratnya masak PG aja menyendok makanan nilainya 9,5, bergandengan tangan dengan temannya nilainya 5.5” begitu penjelasan dokter.

 

Jadi, jikalau harus sekolah usia dini laporannya berupa report, yakni anak mau atau tidak dalam berkegiatan. “PG dan TK disikapi enjoy-able dan play-able. Mau gak anak bermain dengan temannya, ngerasa nyaman di sekolahkah?, itu saja yang menjadi bahan evaluasi. 

 

Ketika SD barulah dinilai prestasinya. Sehingga usia dini, tidak perlu ditanggapi kekhawatiran tertentu ketika anak kita tidak mendapatnya di usia TK kebawah.” kesimpulan dr Wawan.



Luigi belajar arah penulisan huruf i melalui media cat air


Tentang Mengajari Luigi Mengaji di Usia 3 Tahun

Diteori perkembangan otak anak, acuan dokter tumbuh kembang pada usia anak 6 tahun kebawah, tidak ada standart kemampuan membaca dan kemampuan menulis. 


“Namun yang ada adalah kemampuan menggambar bentuk (shaping), mencoret garis, membuat lingkaran, membuat tanda plus, kotak, menggambar gambar orang yang lingkarannya, kotaknya, dan lainnya” ucap dokter yang praktik di Siloam Hospitals Surabaya ini.

 

Sementaran sekarang kebalik, gak boleh masuk SD jika belum bisa baca tulis. “Jika dipaksakan maka otaknya tidak berkembang by order, meski akhirnya bisa, perilaku yang gak terkoordinasi” kata dokter Wawan. 

 

Apa anak boleh menguasai calistung dibawah 6 tahun? Boleh. Asal mampu. Yang gak boleh dipakai syarat masuk SD. Anak yang belum berdiri jangan diajarkan berlari, karena berlari membutuhkan syarat berdiri.

 

“Belajar mengaji boleh-boleh saja, itu sangat mulia, tapi kemampuan non mengajinya sudah sempurna atau belum” jawaban dokter penerima “The Winner of Young Researcher Award” Asian Pediatric Conference 2002 ini.


Ajari satu bahasa terlebih dahulu. Sering munculkan kalimat 3 hal dalam keseharian yakni obrolan nama benda sekitarnya, nama kegiatannya sehari-hari dan nama orang sekitarnya. Kalo gak bermasalah, barulah ajari second language seperti bahasa Inggris atau bahasa Arab.

 

Saya ucapkan terima kasih atas jawabannya yang singkat dan padat dari Dr. dr Ahmad Suryawan, Sp. A (K) dari sisi ahli tumbuh kembang. Semoga terjawab ya teman-teman, terutama para Mama yang galau anaknya gak pernah sekolah baby, atau playgroup seperti Luigi. Yang penting kita asuh anak dari rumah dengan baik, sesuai umurnya. 

 

Usia 0-3 tahun disiapkan "imun"nya dari dalam rumah sebelum bertemu dunia luar. Dan jangan lupa untuk suka komentari apapun ocehan anak, dengan menggunakan bahasa Ibu terlebih dahulu. Fokus pada kemampuan pra membaca dan pra menulis sebelum diajarin baca tulis.




Baca juga : 

20 komentar

  1. aku malah malas sebetulnya dulu amsukin anak ke TKB , tapi karena amsuk sd harus melewati TK akhirnya ya dimasukan. walau aku bekerja, waktu anak belum sekolah bermain sellau denagn aku

    BalasHapus
  2. Nah, sama Mak. Anakku dulu waktu masih kecil, pernah masuk PG yang notabennya atas keinginan eyangnya dan tidak bisa dibantah. Akhirnya, baru tiga bulan langsung aku berhentikan. Setelah itu cuma ikut main-main aja di TK. Ngga ikut belajar. Tapi, baru aku benar-benar masukin TK gara-gara dia yang minta. Seenggaknya, pas baca reportasenya mak Septi, jadi merasa enteng kalau aku ga salah langkah

    BalasHapus
  3. Sekarang banyak ya anak-anak usia 1 th udah masuk playground. Anak-anakku umur 4 masuk TK karena syaratnya masuk SD ya wajib sekolah TK dulu. Masuk SD belum begitu lancar sih calistung karena di TK kebanyakan bermain, bernyanyi, bikin prakarya. Jadi ortu akhirnya juga mengajari dikit2 calistung saat akan masuk SD :)

    BalasHapus
  4. Mama Luiiii, diriku selalu salut padamu, rajin banget main bareng Lui, mainnya bermanfaat pula.
    Jadi panutan banget deh mama Lui ini :)

    Kalau saya masih kurang kreatif say, kebanyakan sih cuman membaca bersama, main mobil-mobilan, main gunting tempel, ya gitu-gitu saja.
    Kayaknya juga karena saya agak parno ama kotor , mamak lelah beresinnya hahahaha

    BalasHapus
  5. Aku ada kekhawatiran juga nih mbak soal ini, walau masih jauh dari usia sekolah tapi lingkungan juga sedikit banyak berpengaruh sama pemikiranku juga. Tapi untung nya suami mau diajak diskusi perihal ini, jadi bisa ambil keputusan sama-sama

    BalasHapus
  6. Hadudu aku kurang setuju banget kalo anak 2 tahunan udah di sekolahin,rasanya cukup sekolah dengan mamanya di dalam lingkungan rumah, kasian kalo dituntut belajar ini itu kalo belom waktunya yaa...

    BalasHapus
  7. Anakky skg berumur 7thn , sudah sekolah formal. Semakin hari, semakin gak mau dibilangin. Apa akibat pergaulan di sekolah atau pola asuh sy y yg terlalu memanjakan anak

    BalasHapus
  8. Aku setuju banget, memang anak dibawah 3 tahun sebaiknya maksimalkan pendidikan dari dalam rumah

    BalasHapus
  9. Dokter WAwan ini favorit aku bangeeett. Gaya presentasi, diksi, caranya berkomunikasi keren puolll.

    BalasHapus
  10. Yeay jadi pengen ikut kegitan sepertiini mba. Mau belajar banyak soal edukasi anak. Nah aku setuju kalau anak under 6 tahun ya sebaiknya ga calistugn dlu. Kalo versi aku ya

    BalasHapus
  11. surveinya dr. Wawan simple tapi mengena, yaa
    berarti usia batita fokusnya ya bermain dengan keluarga. Kalau mau sekolah ya monggo asalkan fun.

    BalasHapus
  12. Dulu, anakku sih memang aku masukkin playgroup tp memang fokusnya lebih pgn ke sosialisasi aja dan itu aku sampaikan ke gurunya. Jd gak perlu belajar yg berat2 dulu. Dan dulu jamannya aku curious sm teknik montessori

    BalasHapus
  13. Sepakat dengan jawaban dokter Wawan yg memang ahli, mba. Pengalaman sy memasukkan anak PG, tujuannya biar bermain sembari bersosialisasi, aman. Begitu TK A di yayasan yg sama, gurunya sama, dan si guru kesayangan itu agak 'serius' mendisiplinkannya (hukuman), anak sy sempat shok. Lumayan perlu waktu utk mengembalikan kepercayaan anak pada sekolah.

    BalasHapus
  14. Jadi emang lenih baik di maksimalin dri rumah dlu ya mbak unuk usia dini.. Yang masih lajang kek aku gini jadi dpt ilmu baru ini. Hehe

    BalasHapus
  15. Dan menariknya banyak orang tua sekolahkan anak karena gengsi. Kadangkala disitulah aku gak mengerti. Padahal sederhana saja, si anak hanya butuh waktu lebih banyak ke ibu atau anggota keluarga lainnya

    BalasHapus
  16. Well note mbak, bagaimanapun juga 0-3 tahun Ibu dan lingkungan keluarga sangat berpengaruh terhadap perkembangan otak anak ya.. ajarkan hal hal sederhana.. dan selalu menjawab ocehan anak dengan demikian otak anak bisa berkembang dan terus menerus dilatih ya mbak

    BalasHapus
  17. Benar sekali jawaban pak dokter itu ya, nggak usah terlalu khawatir kalau anak kita tidak ikut PAUD atau sebangsanya. Dulu aku maunya ya gitu, anak main dengan ibunya aja di rumah waktu usia 3 tahun. Tapi kebetulan anak-anakku penginnya sekolah di usia itu hehehe... jadi ya udah deh kutitipkan di PAUD untuk bermain dan bergembira saja.

    BalasHapus
  18. dulu aku pernah menjadi orang yang berpikiran untuk nyekolahin anak sejak usia dini. Biar nanti lulus usianya jauh lebih muda daripada usia temen sekelasnya. Tapi kemudian baca sebuah artikel tentang anak yang stres saat usia 10 tahun. Padahal dia sangat pandai. Eh ternyata karena bersekolah sebelom usia yang pas. Sejak itu, aku jadi selaw aja. Gak pernah maksa-maksa pula anak kudu bisa baca tulis dan hitung saat TK. Anakku yg kelas 1 SD, bacanya masih belom lancar. Tapi lihat antusias dia belajar, sungguh bikin bahagia. Dan anak yg bungsu udah 5 tahun belom masuk TK. Tetangga yang ribut karena itu. Aku santai aja. Biar aja mereka main dulu sampe puas :D

    BalasHapus
  19. Bergizi banget ini materinya!
    Sekaligus menjadi bahan edukasi untukku juga.

    BalasHapus
  20. Anakku yg tengah saya sekolah in PG dari usia 2 tahun 7 bulan..tp ga masalah skrg sdh kelas xi.bahkan gurunya bilang klo si tengah jd murid favorit nya..hehe

    BalasHapus