Luigi Kautsarrazky, Sabet Medali Perak pada Kompetisi Sains Nalaria Realistik (KSNR) ke 7 Tingkat Nasional

 


Luigi Kautsarrazky sebenarnya adalah atlet catur junior dan menata dirinya menjadi petarung di cabang olahraga catur. Namun tiba-tiba di Tangerang Selatan, ia taklukkan soal-soal sains dalam Kompetisi Sains Nalaria Realistik (KSNR) ke 7 dengan penuh kesabaran dan ketangguhan hingga raih medali perak.


Kompetisi Sains Nalaria Realistik (KSNR) merupakan ajang kompetisi sains bidang IPA dengan metode nalaria realistik (penalaran) dan logika. Diselenggarakan oleh Klinik Pendidikan MIPA (KPM) yang berpusat di Bogor, tujuan KSNR adalah sebagai wadah untuk melahirkan generasi yang berpikir kritis, kreatif, dan solutif melalui soal-soal sains yang aplikatif, menantang, dan berbasis nalar, bukan hanya hafalan. Kompetisi ini diikuti oleh siswa SD sampai SMP.



Perjalanan siswa kelas 3 SD Muhammadiyah 1 GKB Gresik ini dimulai sejak seleksi assessment level sekolah, berlanjut babak penyisihan tingkat kota/kabupaten, babak semifinal tingkat provinsi hingga puncaknya di babak final se-Indonesia.

 

Di SD Muhammadiyah 1 GKB Gresik, Luigi tidak sendirian. Ada 4 siswa kelas 3 dan 2 siswa kelas 6 yang melaju sebagai finalis. Sementara 2 guru sains juga lolos final Olimpiade Guru Sains (OGS) ke 5. Sehingga final KSNR-7 dan OGS-5 dilaksanakan serentak terpusat di Universitas Terbuka Convention Center (UTCC) Tangerang Selatan pada Minggu, 19 Oktober 2025.





Luigi sebenarnya tidak benar-benar memfokuskan diri untuk mempersiapkan setiap babak, karena ia harus berlatih catur setiap hari. Namun, karena tiba-tiba Luigi lolos sebagai finalis, Luigi akhirnya menghentikan latihan dan pertandingan catur sementara, lalu mulai menyempatkan waktu untuk berlatih soal KSNR.

 

Soal-soal itu ia dapatkan secara daring melalui KPM Cabang Surabaya. Dari latihan soal itulah Luigi bisa belajar mandiri. Seminggu sebelum babak final, Luigi juga mengikuti les untuk memahami konsep IPA.

 

Namun ketika semangat belajar Luigi mulai membara, Ayahnya harus opname di Rumah Sakit karena panas tinggi yang tak kunjung turun. Luigi akhirnya ikut menginap di Rumah Sakit bersama saya sambil membawa tumpukan lembaran latihan soal KSNR. Bahkan pembinaan online melalui zoom meeting dilakukan Luigi di samping bed Ayah.



Selain belajar mandiri, untungnya sekolah juga memberikan pembimbingan siswa finalis KSNR-7 saat pulang sekolah selama 4 hari. Itupun Luigi harus bolos pembimbingan sehari karena saat itu banyak tamu yang menjenguk Ayah sehingga Luigi membantu saya di Rumah Sakit. Lespun terpaksa saya hentikan juga. 

 

Di detik-detik kami harus berangkat menuju Jakarta, Ayahnya belum ada tanda keluar RS. Hingga siang setelah Jumatan ketika hasil laboratorium "terbaca normal", akhirnya dokter spesialis penyakit dalam membolehkan pulang. Tidak butuh waktu lama istirahat, sorenya Ayah mengantar kami ke titik kumpul bus. Luigi dan saya ikut rombongan bus KPM Ahmad Dahlan Gresik.




Rombongan bus KPM Ahmad Dahlan Gresik berangkat pada 17 Oktober 2025 malam dan tidak langsung menuju Tangerang Selatan. Paginya 18 Oktober 2025 rombongan bus menuju Jakarta terlebih dulu untuk sejenak istirahat dan shalat di Masjid Istiqlal sekalian singgah ke Kawasan Wisata Kota Tua Jakarta. Sorenya baru check-in di Hotel Yello Harmoni Jakarta.





Di Hotel Yello Harmoni Jakarta lantai 20 dengan view gedung megah Jakarta Pusat inilah, Luigi  merebahkan punggung setelah perjalanan yang melelahkan. Setelah membersihkan diri dan makan kami ngobrol sebentar. Lalu sejenak Luigi membaca pembahasan soal latihan, dan mata tak kuat dibuka lagi. Kami diserang kantuk yang kuat. Besok, kami harus check-out pukul 5 pagi.

 

Pagi itu pukul 4, Luigi masih berat membuka mata. Setelah bangun-pun, kakinya melangkah payah ke kamar mandi. Namun jika tidak segera dimulai maka bakalan terlambat dan ia akhirnya segera mandi pukul 4.30. Jarak hotel ke UTCC Tangerang Selatan sekitar 1-1,5 jam. Belum lagi potensi macet di sepanjang jalan sekitar lokasi lomba mengingat ini acara nasional. Dengan segenap nyawa, kami beneran bisa check-out tepat waktu. 



Sesampainya di UTCC, melihat ribuan peserta memakai seragam, saya tercenung sejenak. Bahwa perjalanan Luigi ini bukan perjalanan biasa. Luigi telah menempuh tahapan demi tahapan seleksi KSNR-7 dari 42.714 peserta se-Indonesia, hingga HANYA tersaring 1.871 finalis dan ia menjadi salah satunya.

 

Namun saya tetap sadar diri, bahwa ini adalah pengalaman pertamanya melaju hingga final. Maka sampai di tahap ini saja, saya sudah sangat bersyukur Luigi diberi kesempatan Allah merasakan kompetisi hingga kancah nasional selain bidang yang digelutinya selama ini, yakni catur.






Setelah semua peserta selesai mengerjakan soal dan keluar dari ruangan, saya hanya bertanya bagaimana tadi soalnya? “lumayan, lumayan susah, Ma” jawab Luigi lemas. Dari kata itu saja, saya sudah tidak terlalu punya harapan yang membubung tinggi. Lembar soal yang memang boleh dibawa pulang, langsung saya masukkan tas. Tanpa saya koreksi dimana kira-kira salahnya. Karena hasil itu sudah rahasia Allah.

 

Selama jeda istirahat dan acara bebas menunggu pengumuman, malah Luigi bermain dengan teman-temannya. Ia tetaplah anak-anak yang butuh waktu bercanda dan bermain. Kartu UNO yang saya beli di salah satu stand makanan di luar gedung, menjadi bekal Luigi dan temannya membunuh waktu sampai awarding tiba.

 

Ketika pengumuman medali perunggu disebutkan MC dan nama Luigi tidak terdengar, saya sebenarnya telah pesimis. Namun kami tetap duduk di bangku peserta mengikuti serangkaian awarding.

 

Setengah jam berselang.

 

“Luigi Kautsarrazky dari SD Muhammadiyah 1 GKB, Gresik” disebut lantang oleh MC sebagai peraih medali perak.

 

Saya terperangah. Tangan bergetar saat mencoba merekam Luigi berjalan menuju panggung untuk menerima medali. Ustadzah Tasya juga turut mendokumentasikan Luigi. 

 

Sungguh diluar dugaan, Luigi bisa mencapai posisi Juara 2. Siapa Luigi? Bukan anak olimpiade, tidak fokus di perlombaan mata pelajaran, hanya atlet catur, namun mampu sabet salah satu penghargaan bergengsi di bidang sains tingkat nasional. Hiks -.-



Baca jugaMenjaga Gairah Belajar Luigi dengan CEPE






semoga segera mendapat dokumentasi pemenang dengan resolusi yang lebih baik








Beberapa siswa mungkin kurang meminati sains karena dianggap sulit dipelajari. Adakalanya harus memahami rumus, menghafal dan bereksperimen untuk memahami sains. Namun jika ditelisik sejarahnya, sebenarnya kepiawaian Luigi dalam bidang sains bukan muncul secara tiba-tiba. 


Luigi menyukai sains sejak kecil. Ia suka coba-coba dan bertanya tentang kebumian. Pada saat TK, ia pernah dipilih sendiri oleh gurunya untuk ikut lomba sains dan ternyata raih juara 2. Sama seperti sekarang.  


Baca juga : (pengalaman lomba sains Luigi saat TK)

 


”Babak final KSNR-7 akan menjadi puncak pembuktian kecerdasan, kreativitas, dan ketangguhan mental peserta terbaik dari seluruh Indonesia.” (sumber : read1bogorplus.com)

 


Hari ini, di Kota Tangerang Selatan Banten, Luigi Kautsarrazky seorang pecatur cilik kelas 3 SD asal Kabupaten Gresik ini telah taklukkan dunia sains di panggung nasional. Dari catur ke finalis KSNR-7 hingga bawa pulang medali perak. Semoga di bidang apapun yang Luigi geluti, ia tetap totalitas berlatih, disiplin, dan bersemangat.


masih ngantuk - perjalanan dari Jakarta menuju Tangerang Selatan



Tidak ada komentar