“Mama garam ini kok asin,
terbuat dari apa sih garam?”
“Gula kok rasanya manis,
darimana asal gula?”
Adalah beberapa
pertanyaan yang diajukan oleh anak saya –Luigi- beberapa waktu lalu. Tapi saya
jawab sekadarnya, garam dari air laut dan gula dari tebu. Semakin hanya dijawab
singkat, semakin ia terus bertanya. Saya pikir toh setelah ini dia sekolah,
pasti gurunya akan menjelaskan panjang kali lebar.
Ternyata kehadiran
Covid-19 membuyarkan semuanya termasuk rencana sekolah TK Luigi. Ia mundur dari
sekolahnya. Bagaimanapun kesehatan dan keselamatan anak adalah yang utama. Dan
belajar di rumah adalah pilihan terbaik saat ini. Jujur awalnya saja saya
bingung, tidak siap, dan mulai mengikuti webinar bertema aktivitas anak usia
dini.
Hingga saya menyimak live
streaming youtube “Sekolah Pening, belajar di Rumah Pusing” bersama Bu
Okina Fitriani, Terry Putri dan dr Reisa Brotoasmoro pada (4/6). Webinar
tersebut disimpan di IGTV oleh Bu Okina, dan diawal beliau mengingatkan bahwa “Mendidik
anak adalah tugas orang tua, sekolah bagus adalah bonus”.
Jleb.
Saya sudah menyiapkan
sekolah TK (yang katanya) terbaik di kota kecil tempat kami tinggal (kabupaten
Gresik), tapi lupa bukankah kelak yang akan dimintai pertanggungjawaban bukan
sekolah melainkan orangtua.
Pandemi tidak tahu kapan
berakhir, sekolah tak tahu kapan dibuka. Maka, yang perlu diperhatikan selama
belajar di rumah adalah menjaga gairah belajar anak. Dalam IGTV tersebut
Bu Okina memberikan metode balajar bernama CEPE. Yang ini selaras dengan
tujuan pembelajaran jarak jauh ala Kemendikbud yakni memberikan pengalaman
belajar yang bermakna.
(Baca juga : Fleksibilitas Kurikulum Pembelajaran Jarak Jauh)
Apa itu CEPE?
CEPE adalah singkatan
dari Curious (rasa ingin tahu), Explore (eksplorasi mencari jawaban), Predict
(dugaan, memperkiraan hasil dari eksplorasi), and Explain -based on analysis- (menjelaskan).
Apa itu gairah belajar anak?
Gairah adalah keinginan
(hasrat, keberanian) yang kuat (KBBI). Sedangkan minat itu kecenderungan hati yang tinggi terhadap sesuatu ;
gairah ; keinginan (KBBI). Ijinkan saya menyamakan antara minat dan gairah
berdasarkan pengertian diatas.
Sehingga anak yang minat/bergairah dalam belajar adalah mereka yang merasa
senang tanpa ada paksaan untuk belajar, yang hasilnya bisa berupa perubahan
pengetahuan, perilaku atau keterampilan.
Mengapa gairah belajar anak harus terus
dijaga?
Dalam bukunya The Secret
of Enlightening Parenting, Bu Okina menjelaskan bahwa setiap anak adalah
pembelajar tangguh yang pantang menyerah. Ibarat gawai, mereka sudah diinstal
olehNya dengan fitrah (potensi) baik salah satunya fitrah belajar hingga
piawai. Jadi, fitrah belajar hingga piawai sudah ada sejak anak masih bayi.
Di IGTV bu Okina
menuturkan, sayangnya potensi belajar ini seringkali mati karena orangtua malah
ngomel jika anak eksplorasi. Hal ini karena orangtua tidak aware bahwa
ini adalah potensi yang harus dijaga.
(Baca juga : Seni Mengasuh ala Enlightening Parenting)
Bagaimana metode CEPE untuk menjaga gairah
belajar anak?
Menteri pendidikan
memberikan surat edaran bahwa pembelajaran jarak jauh adalah memberikan
pengalaman belajar yang bermakna. Tanpa siswa terbebani menuntaskan kurikulum
secara menyeluruh.
Maka, -menurut bu Okina-
ambil saja kurikulum yang utama, untuk diolah dalam CEPE ini. Misalnya anak SD
ketika melihat katak, muncul pertanyaan katak dulu waktu kecil seperti apa ya?
Apakah seperti katak besar tapi ukurannya kecil?. Hal ini masuk dalam ranah curious.
Lalu anak eksplore - mencari di buku atau
nonton di youtube apakah benar katak kecil adalah katak besar yang ukurannya
kecil. Hingga anak menemukan jawaban ternyata masa kecil katak tidak
seperti katak besar.
Kemudian mereka predict - berarti ada perubahan
bentuk, lalu diamati, misalnya dari katak ditaruh di kolam.
Terakhir, anak melaporkan
dengan presentasi kepada Ibunya (explain) mengenai
penemuannya mengenai bagaimana katak bertumbuh.
Inilah proses belajar
CEPE. Dengan cara ini gairah belajar anak hidup sekaligus bisa mengikuti target
kurikulum.
Dengan metode CEPE kita
bisa menghidupkan gairah belajar anak meski sekolah di rumah saja. Kita kemas
kurikulum dari sekolah secara menarik dengan langkah-langkah CEPE diatas.
Teknisnya ibarat anak melakukan riset secara sederhana.
Proses belajar ini
penting karena dalam pendidikan sejak SD hingga S3 yang dibutuhkan adalah 4
kemampuan belajar CEPE diatas. Misalnya ada sebuah masalah yang kita sebut
latar belakang (curiosity), lalu kita eksplore kita cari teorinya seperti apa,
kita bandingkan, kemudian kita lakukan prediksi atau namanya hipotesis
(kayaknya ini jawabannya ini deh). Terakhir kita analisa, dan jawaban yang
dihasilkan kita presentasikan.
Dalam refresh ilmu alumni Enlightening Parenting, Bu Okina menuturkan bahwa rasa ingin tahu anak adalah hal yang natural, menjadi modal belajar manusia. Dengan rasa ingin tahu ia akan explore disekitarnya. Tinggal orang tua menangkap moment, dipupuk hingga menjadi keahlian.
Jika
anak tidak ada tanda-tanda CEPE kemungkinan ada yang terbunuh, entah C (curiosity)-nya,
E (exploration)-nya, P (prediction)-nya atau Explain-nya. Bagaimana caranya
jika sudah pupus? kita panggilkan dewa 19 aja. Eh salah :p
Maksudnya kita hidupkan
lagi.
Mba Elfira dalam
presentasinya pada refresh ilmu juga mengatakan bahwa Rasa ingin tahu anak
tidak selalu harus hal-hal besar, dan berhubungan dengan akademis. Terkadang
bisa datang dari pertanyaan atau pengamatan anak. Bahkan tidak selalu berasal
dari anak, tapi kita yang memancing pertanyaan.
Eksplorasi tidak harus
mencari di buku atau google. Tergantung konteks, misalnya bisa bertanya pada
yang ahli.
Untuk predict, belum
tentu anak dapat langsung memprediksi, dan tidak harus dalam satu waktu bisa
prediksi.
Explain teknisnya bisa dengan anak yang bercerita, bisa
presentasi atau bentuk lainnya yang penting maksudnya adalah ia menjelaskan
kepada orang tua.
Pengalaman menerapkan CEPE pada Luigi
Penjelasan Bu Okina
diatas menjadi bekal saya dalam menjawab pertanyaan Luigi yang belum selesai.
Keingintahuannya adalah bagaimana cara membuat garam? Ini saya jadikan curoisity.
Sebelumnya pernah saya
jawab singkat bahwa garam dari air laut. Dia malah bingung kok bisa
garam terbuat dari air.
Langkah-langkah untuk
mendapat jawaban adalah kita sama-sama cari tahu di youtube.
Kami melihat proses
pembuatan garam oleh petambak garam Madura yang memang dikenal sebagai Pulau
Garam. Mereka menggunakan air laut untuk membuat garam.
Ini saya sebut Luigi
sedang tahap eksplore
Kemudian ia mendapat
jawaban bahwa air laut dipanaskan, lalu menguap karena sinar matahari akan
menjadi garam. Luigi menyimpulkan berarti air laut jika dipanaskan dibawah
sinar matahari menjadi garam yang asin karena air laut asin. *Kebetulan dia
sering incip air laut ketika kami main di pantai.
Luigi cicip air laut di pantai Delegan, Kabupaten Gresik |
Kemudian Luigi tanya,
berarti air lautnya dibawa ke tambak? Pakai apa ya? Eh iyaya, saya sebagai Mama
juga kepo, dibawa pakai apa ya air lautnya. Padahal tambak seluas itu. Pakai
galon? Pakai jirigen? Pakai apa ya?
Dari sini saya sebut
Luigi tahap predict, memperkirakan
bahwa air lautnya diangkut dan digerojok ke petak-petak tambak.
Untuk mendapat jawaban,
siang itu Luigi saya bawa langsung ke tambak garam di sekitar Gelora Bung
Tomo (GBT) Surabaya pada hari Kamis, 15 Oktober 2020. Ah jadi kangen
nonton Persebaya, sementara Liga 1 masih belum diijinkan berkompetisi karena
pandemi. Hiks -.-
(Baca juga : Terjebak di Tribun Utara Gelora Bung Tomo (GBT) Surabaya)
Ok kembali ke garam.
Kami mencari tambak yang
sudah mulai panen dan cari petani garam yang bisa ditanya mengenai proses
pembuatan garam hingga panen. Saya amati dari kejauhan ada rumah kecil di
tengah lahan tambak dan disebelahnya ada gunungan garam yang belum dikemas
karung.
Melewati jalan setapak diantara
petak tambak, kami berjalan pelan menuju kesana. Bertemu dengan seorang Ibu
yang menjaga 2 anaknya dipinggir tambak. Beliau memperbolehkan kami jalan-jalan
di sekitar tambak.
Darisana kami mengamati dengan berjalan di setiap petak
tambak dan mengamati kincir angin. Hingga akhirnya kami menemukan jawaban dari
sang Ibu tadi, bahwa bahan baku air di setiap petak lahan tambak bukan
dari air laut melainkan dari air sungai yang dialirkan pelan-pelan dari
kincir angin.
Air yang dialirkan berasal dari Sungai Bengawan Solo yang memang ada
jalurnya dekat tambak (perbatasan Gresik – Surabaya). Air sungai itulah yang
dipanaskan berhari-hari, menguap, hingga menyisakan kristal-kristal asin yang
disebut garam.
Setelah sebelumnya melakukan prediksi bawah air tambak adalah air laut,
maka dari penjelasan Ibu tersebut kami jadi tahu bahwa air sungai juga bisa
dipakai untuk membuat garam.
Ini sungguh saya juga
baru tahu -.- dulu waktu SD ngantuk pas pelajaran ini, Errrr -.-
Akhirnya kami menyimpulkan - berarti tidak hanya air
laut yang asin, air sungai juga asin. Air sungai juga bisa dibuat
menjadi garam. Dan ada perubahan bentuk ketika air sungai dipanaskan, lalu
menguap dan menjadi garam.
Sesampainya di rumah kami
mencari tahu jawaban kenapa air sungai rasanya juga asin. Kami mencari jawaban
di kanal youtube Kok Bisa dengan judul Kenapa Air Laut Rasanya Asin?
Inilah petikan jawaban
dari kanal youtube dengan 1 juta subscriber tersebut :
“Awalnya karena hujan,
airnya yang jatuh menghantam berbagai jenis batuan, hingga mengikis batuan di
daratan kemudian membawa garam dan mineral dalam batu-batuan tersebut
bersamanya. Air hujan kemudian pergi ke sungai membawa garam dan mineral dari batu. Setelah berkelana jauh garam dan
mineral lainnya sampai ke tujuan akhirnya yaitu laut. Garam dan mineral akhirnya berkumpul di lautan. Ketika
air laut menguap untuk membentuk awan garam di laut tetap ada laut.”
Darisini kami mendapat
jawaban bahwa hujan mencuci batuan yang mengandung garam di daratan, lalu mengalirkan
ke sungai kemudian terus mengalir ke laut. Oleh karena itu, air sungai juga
bisa diolah menjadi garam
Esoknya Luigi saya suruh
menjelaskan (explain) kepada Ayahnya mengenai
bagaimana proses air sungai menjadi garam. Saya nyimak sambil mata berbinar.
Dari proses CEPE ini ada
pembelajaran yang pasti didapat, seperti :
Literasi : saat bertanya selama di tambak garam dan ketika
menjelaskan ke Ayahnya
Matematika : saat menghitung jumlah karung garam
Sains : perubahan bentuk dari air yang menguap menjadi butiran
garam (water cycle)
Beberapa malam
selanjutnya (karena ini lupa di bahas) kami mensyukuri bersama karena bisa
jalan-jalan ke tambak garam.
M : Luigi ingat gak, yang
kita ke tambak garam?
L : ingat Ma, panas
M : Haha. Alhamdulillah panas
dek, jadi petani garamnya nggak susah. Kalo nggak ada sinar matahari malah
entar airnya nggak bisa jadi garam. Alhamdulillah kemarin adek bisa ngitung
jumlah karungnya, Lui disana juga banyak tanya sama Mama dan Ayah, dan
Alhamdulillah adek semangat pas jelasin ke Ayah. Mama seneng banget.
L&M : (berpelukan)
M : Alhamdulillah Luigi
dan Mama bisa jalan-jalan ke tambak garam, terus kita belajar cara membuat
garam. Dulu Mama dan Luigi nggak tahu bagaimana cara bikin garam, sekarang jadi
tahu. Enak banget ya Lui, kalo kita belajar dan punya ilmu.
Sehingga, itulah gambaran
proses pengalaman Luigi menerapkan CEPE untuk mendapat jawaban bagaimana cara
membuat garam.
(Baca juga : Mengatasi Anak yang Takut Eskalator)
Tips menerapkan CEPE pada Anak Usia Dini
Bertanya adalah modal
belajar sepanjang hayat dan mencari jawaban dengan cara yang fun akan
membuat anak terus mencari tahu. Maka, jawab pertanyaan anak dengan bahasa yang
mudah dipahami menyesuaikan usianya.
Tidak pernah ada
pertanyaan atau pernyataan anak yang sepele. Kita harus terima rasa ingin
tahunya. Jangan pernah mengatakan hal yang seakan meremehkan misalnya “kamu
masih kecil” atau “tanya mulu sih”. Karena membuat rasa ingin tahunya mati.
Justru kita harusnya bahagia
anak yang banyak tanya. Apalagi anak usia dini adalah masa golden ages, masa
yang tak akan terulang, dimana otaknya berkembang sangat cepat.
Bila perlu, cari tahu
jawaban bersama-sama. Jika orangtua tidak tahu jawabannya, beri anak pengertian
untuk memberi waktu ayah bunda menjawab secara tepat. Jujurlah jika memang
masih belum tahu. Kita jangan memberi jawaban “asal jawab” karena takutnya
nanti berbohong. Misalnya anak tanya kenapa ya langit warnanya biru? Kita jawab
karena pantulan dari laut yang juga warna biru. Padahal itu keliru.
Teruslah seeding value
nikmatnya belajar dan punya ilmu, agar ia selalu belajar semangat, belajar
dengan binar bahagia.
Menurut Bu Okina anak
yang terus digairahkan belajarnya dengan CEPE, kelak tidak akan kesulitan dalam
mengambil keputusan dan bisa menghadapi segala tantangan. Hal ini karena
kemampuan prediksi dan analisa resikonya terasah.
Kesimpulan
Tak perlu pusing dengan
belajar di rumah, toh pemerintah juga tak mengharuskan menuntaskan semua
kurikulum. Tak perlu bingung dengan proses pembelajaran selama pandemi karena
kita bisa melakukan proses belajar dengen CEPE (Curious, Explore, Predict and
Explain).
Dengan menjawab
keingintahuannya (curious), memberinya kesempatan untuk eksplore, kemudian
biarkan anak memprediksi hasil eksplorasinya, dan mencoba menjawabnya dengan
riset sederhana. Dan kita dorong anak untuk menjelaskan hasil belajarnya kepada
penghuni rumah.
Yang penting, CEPE
dilakukan dalam koridor yang menyenangkan, tidak kaku dalam prosesnya
dan bahagia bersama orang tua.
Dengan cara ini pengalaman
belajar menjadi asyik, menjadi fun, dan tentunya bermakna seperti pesan
mas Menteri Pendidikan.
Yuk, lakukan CEPE di
rumah, agar gairah belajar anak tetap membara. Lakukan dari hal yang sederhana,
hingga kelak ia bisa menjawab tantangan dunia.
“Education is a natural process carried out by the child
and is not acquired by listening to words but by experiences in the
environment.” (Maria Montessori)
Referensi :
IGTV @Okina Fitriani 5
Juni 2020 https://www.instagram.com/p/CBCTeiQAG5q/
Okina Fitriani dkk, The
Secret of Enlightening Parenting, (Jakarta : PT Serambi Ilmu Semesta), 2017
Menghidupkan Gairah Belajar Anak oleh Elfira Mahda dalam Malam Minggu Refresh Ilmu Alumni Enlightening Parenting melalui zoom meeting 17 Oktober 2020
Kanal Youtube "Kok Bisa" Mengapa Air Laut Rasanya Asin? 23 September 2015 https://www.youtube.com/watch?v=XuequhjXWrc&t=1s
Thankiss mbak septi share ilmunya. Aku itu kadang kalau anak mulai bertanya, ku masih pake media youtube ni mbak, belum eksplore langsung.
BalasHapussama-sama mba, semoga bermanfaat :)
HapusSeneng nih kalo punya ibu inspiratif kaya Mba Septi.
BalasHapusSeneng nih kalo punya ibu inspiratif kaya Mba Septi.
BalasHapusaku juga seneng entar bakal sebuku sama mba Nana di project buku Dieng sama tim Kemendikbud. Ya ampun mimpi aku bakal jadi penulis buku, sama ibu guru blogger satu ini pula :D
HapusBaca topik parenting jadi merasa berdosa ke anak anak
BalasHapusKarena ngga maksimal menerapkan CEPE, ngga sabar dst
yang penting sekarang ambu sudah sabar dan sangat bijaksana, kelihatan dari tulisan2nya :)
HapusMetode cepe ini juga bisa diterapkan ke semua usia ya, mak? Soalnya bagus banget buat yang pengen mempelajari sesuatu lagi. Biar tau langkah awalnya gitu.
BalasHapusini kayak belajar cara belajar mba, jadi bisa dilakukan segala usia, tinggal kontennya aja yang diubah2 :)
HapusDAEBAAAKKK tenan kamu sist!
BalasHapusWaahh aku salut ama ibu2 yg antusias dan passionate banget menerapkan ilmu ke anak.
Bismillah, semoga aku bisa ikuti jejakmu ya!
anggap aku ngisi diary mba, hehe, daripada fotonya ilang sekalian aja diceritakan :D aih aku juga selalu salut sama mba Nurul loh, kapan kita meet up yak, kangen :D
HapusWah aku baru denger mba metode CEPE. Tapi pas baca pengertiannya konsepnya kurang lebih sama dengan metode yang lain ya. Yaitu sama-sama caranya menyenangkan untuk anak 😍. Aku ikut seneng sekarang semakin banyak seminar online tentang parenting ini. Jadi bikin kita nggak terlalu gamang ya dan ngerasa ada temen bareng-bareng belajarnya 😍
BalasHapuskalo belajar nggak menyenangkan nanti anaknya kabur mba, hihi. Cukup pandemi aja yang kita harapkan segera kabur :D
HapusYa ampun aku jg baru tau mbak kalo air sungai jg bisa m dijadikan bahan utk pembuatan garam.
BalasHapusEksplorasi mba nih mantep banget sampe beneran lgsg ke tambaknya. Perlu saya tiru nih. Selama ini masih mengeksplor ya lewat YouTube tp kurang komprehensif juga. Thanks berat buat sharing ilmunya mbak
iya nih mba, belajarnya jadi seru hehe
HapusBahasan yang menarik, Anggi. Jadi pengen ikut bahasan seperti ini. Anakku udah ABG, tentu dengan permasalahannya juga. Kadang2 kangen anak-anak masih kecil dan kepoan kayak Luigi deh.
BalasHapuswah asiknya aku dipanggil Anggi :D Iya anak-anak itu emang alamiahnya kepo, jadi kita kudu menjawab setiap keponya ya teh hihi
HapusAnak-anak sering banget mudah bosan dalam belajar dan dengan adanya metoda menarik dalam belajar tentu membuat mereka ingin terus melakukannya ya mba. Saya pun punya murid yang mudah sekali bosan dan pernah juga lakukan metode belajar dengan cara mengeksplorasi lingkungan sekitar dan membuat rasa ingin tahu mereka bisa dikeluarkan dari hal-hal yang dilihat mereka.
BalasHapusiya nih kalo anak diajak eksplore jadi pembelajaran lebih menarik ya mba, karena belajar gak melulu dari teks :)
HapusBaru tau nih, istilah CEPE. anak2 pasti makin bergairah ya, belajarnya.
BalasHapusemaknya juga kudu bergairah dalam menjawab keingintahuan anak :)
HapusNice nih pake metode belajar CEPE, bagus buat menaikkan semangat anak-anak untuk belajar yaa, cobain ah praktekkin
BalasHapusasiiiik :)
Hapusgaris bawahi banget itu pernyataan di atas, TIDAK ADA PERTANYAAN ANAK YANG SEPELE!
BalasHapusAku juga termasuk ortu yang seneng menjawab pertanyaan anak dengan bahasan laiknya kepada dewasa tapi dengan cara anak anak mencerna, wah ribet nih ..
maksudnya aku selalu berusaha menjelaskan ke anak anak tapi tidak menganggap mereka "anak kecil" tapi manusia yang akan dewasa
iya mba, kalo dijawab ala orang dewasa yang ada dia pusing :p
HapusAlhamdulillah ketemu artikel ini..bener banget menjaga gairah belajar penting... juga konsistensi gairah kita mengajar ya mba.. btw ada kah link yutub nya mba? yang live streaming
BalasHapuscoba mba buka kanal yutub SheandShe linknya https://www.youtube.com/watch?v=g997CAQmI5c (link gak bisa hidup ya kayaknya), atau ketik aja Wanita Punya Cerita, judul yutubnya NGOBROL BARENG DR REISA BROTO ASMORO - JUBIR BARU GUGUS TUGAS COVID-19 DAN OKINA FITRIANI. Sekolah pening, Belajar di rumah pusing.
HapusMenjadi guru sesungguhnya membuat kita menjadi murid. Kita harus nambah ilmunya, pengetahuannya dan kebisaannya sebelum mengjarkan sesuatu kepada anak.
BalasHapusSaya setuju dengan semboyan bahwa mengajar sejatinya adalah tugas orangtua, pendidikan yg didapat dari sekolah yg bagus adalah bonus.
Teknik CEPE membuat anak mengikuti proses belajar. Sementara hasilnya adalah bukan hanya ilmu. Tapi juga pemahaman akan sesuatu yg baru
iya nih CEPE bikin pemahaman anak2 jadi makin nanceup hehe
HapusNice share nih Mba Anggraeni... CEPE ya... Anak² emang hrs belajar keluar dari buku teks pelajarannya seperti yg disampaikan Maria Montessori di atas
BalasHapusAnak-anak dimasa yang akan datang kualitasnya bisa bagus-bagus ni kalau kaya gini, selain cerdas juga dekat sama ibunya. Materi pembelajaran anak fkip kedepannya harus banyak upgrade nih kalau kelas2 webinar yang diambil orang tua udah kece-kece gini, jadi bisa ngimbangin kemampuan pendampingan belajar si emak dirumahnya ya mbak, betewe makasih infonya mbak.ku keep buat referensi kedepan.
BalasHapusDalam menerapkan pola belajar dari rumah, mesti ada sikap yang komunikatif antara orang tua dan anak. Dan setidaknya orang tua mesti memahami bagaimana tipe belajar yang tepat bagi anak sehingga dapat menyesuaikan cara dan alat yang diperlukan
BalasHapusLuigi: Ingat, Ma.. panas.
BalasHapusHahaha aku auto teringat Babybear waktu kuajak lihat air terjun. Yang teringat malah suara tongeret drpd air terjunnya.
Itu lah anak ya, sejatinya mereka kadang mengamati hal lain juga.
Metode belajar yang sangat bagus, ini. Saya baru tahu lho. Dan saya suka konsep belajarnya. Langsung ke alam atau ke sumber ilmu.
BalasHapuswah keren ini ya, dan saya mah sdh terlambat ya wong anakku sdh pada dewasa semua
BalasHapusNah,, itu yg aku pikirkan selama ini, walaupun aku belum punya anak, aku selalu mikir, mendidik anak adalah tugas orangtua. Gimana dia dididik di rumah, akan tercermin di luar. Sekolah adalah tambahan.
BalasHapus