Andil Komunitas ISB pada Perjalanan Ngeblogku

 


“kurang 2 cm aja, tinggi Luigi masuk kategori stunting, Bu” ungkap Dr. dr Meta Hanindita, Sp.A (K), dokter anak yang mendampingi Luigi dalam kondisi underweight. Underweight adalah berat badan kurang dimana kondisi berat badan anak berada di bawah rentang rata-rata atau normal.

 

***

 

Tahu kotak musik, nggak? Yang ketika kotaknya dibuka ada kejutan perempuan menari ballet berputar di dalam kotaknya? Musiknya berputar mengiringi sang penari balet.

 

Mungkin seperti itulah gambaran perjalanan blog aku. Buatku blog ini seperti kotak, yang ketika dibuka membawa perjalanan yang penuh kejutan kadang diiringi musik tangis dan tawa.

 



Sejak SD aku suka menulis diary dan membaca buku. Perjalanan hidup akhirnya terlewati satu demi satu, aku bekerja dan menikah. Awal menikah itulah aku bikin blog. Masa hamil dan masa bayinya anakku Luigi, adalah tulisan-tulisan dengan latar kesedihan.

 

Anakku Luigi underweight, anemia defisiensi besi, oral motor disorder, harus terapi oromotorik, mudah muntah, minum susu khusus tinggi kalori yang saat itu sebotol Rp.25.000/200 ml. Belum lagi anakku harus sering ke rumah sakit. Terserang pheumonia 2x, hingga pernah 9 hari rawat inap gara pheumonia ini.

 

Detik menit terasa lama, tapi kudu lari. Seperti kejar-kejaran dengan waktu. Sebelum usia Luigi 2 tahun, berat badan dan tingginya kudu sesuai sama standart WHO, normal sesuai usianya. Dokter anak selalu memantaunya. Berat badan yang kurang atau underweight adalah pertanda bahwa tubuh anak tidak mendapat cukup zat gizi untuk mendukung perkembangan tubuh.


Aku yang banyak membaca tentang dampak underweight bahkan stunting jadi lumayan terpontal-pontal dengan semua ikhtiarnya. 


Ke dokter spesialis anak - sub spesialis nutrisi anak, ke dokter rehab medik, ke laboratorium tes ini-itu dan berkawan dengan ruangan terapi wicara fokus untuk keterampilan makan di Rumah Sakit.

 

Luigi sedang terapi oromotorik di National Hospital Surabaya, dari kiri dr Farida Agustina, Sp. KFR, Luigi dan Pak Wahyu terapis wicara

 

Bersama Ibuk, bertiga sama Luigi kesana-kemari demi Luigi bisa sehat. Sehat bukan berarti tidak sakit yang terlihat. Namun sehat tumbuh dan kembangnya, termasuk berat dan tinggi badannya. Semua itu dilewati dengan biaya mandiri.

 

Dengan kepayahan ini, tentu aku butuh lebih banyak mengobrol. Alhamdulillah blog ini menjadi jembatan aku untuk terus berkomunikasi, karena terkadang menuangkan curhatan bisa membuat “beban” lebih enteng. Ketika menulis blog, seluruh perasaan dan emosi menggelegak untuk dituangkan. Lega.

 

Lalu aku terus rajin curhat tentang Luigi dan Luigi lagi. Hingga terbersit, apakah blog hanya untuk curhat seperti ini saja?

 

Suatu siang aku melihat sebuah poster dari instagram dengan tema acara “Create Opportunities From Blogging” pada 5 Mei 2019 dengan pembicara dari komunitas Indonesian Social Blogpreneur (ISB), Ani Berta, Dama Vara, Riri Restiani, dan Liswanti Pertiwi.

 

Sepertinya Allah memberikan jawaban dari kegelisahanku. Apakah iya blog hanya sebagai diary online saja? Namun sayang seribu sayang, lokasinya di Malang. Hmm, 3 jam dari Surabaya kalau naik bus.

 

Aku melobi suami untuk bisa berangkat juga memohon pada Ibuku untuk menitip Luigi. Ijin dari suami aku kantongi syaratnya harus menggunakan transportasi kereta api. Baiklah, aku pesan tiket kereta api melalui aplikasi platform perjalanan.

 

Apes. Pada hari H, aku malah bangun kesiangan karena kudu mengerjakan sesuatu malam harinya. Kereta api sudah meninggalkanku. Jauh.

 

Pagi itu, 2 bisikan melintas. Tetap berangkat ke Malang naik sepeda motor atau Bus.

Atau

yasudahlah. Di rumah saja. Anggap belum rezeki ikut materinya.

 

Bisikan baik : Tapi kan ini bloger terpilih?

Bisikan kurang baik : Pasti ada lagi lah acara seperti ini, gak harus ikut sekarang kan?

 

Suara hati lain lebih kencang berbisik.

 

Hingga aku memilih nekat berangkat. Sepeda motor aku titipkan stasiun dan aku berangkat ke terminal Bungurasih Surabaya. Pada bilangan ke 12 bulan Mei 2019, bus AC membawaku ke Malang. Nanti pulangnya setelah turun dari kereta api bisa langsung ambil motor di parkiran Stasiun Gubeng Baru. Begitu rencanaku.

 

Selama perjalanan aku membuka blog pengisi acara. Lalu halaman about me di blog Ani Berta yang akbab disapa teh Ani menarik fokusku. Berderet pencapaian mulai dari raihan penghargaan internasional, kompetisi lomba blog, sebagai juri, pembicara dan liputan media massa.


(Baca juga : Kenalan dengan Ani Berta)

 

Sungguh aku melongo. Terbersit keinginan diri, aku ingin “about me” pada blogku ada prestasi seperti teh Ani. Setelah menyesapi materi dari semua pembicara ISB, aku berdiam sejenak. Apa peluangnya yang pertama kira-kira aku bisa lakukan? Pikiranku lentur menyusupi celah-celah blogging.


 



Taraaa, aku harus mengikuti lomba blog. Bagaimana mungkin punya portofolio prestasi menang lomba blog kalau nggak berkompetisi. Ya kan?

 

Kucoba peruntungan di lomba blog Pendidikan Keluarga yang diselenggarakan oleh Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan. Aku menulis dari keseharianku bersama Luigi. Semesta dan juga garis tangan akhirnya menunjukku sebagai salah satu pemenang. Tuhan memeluk satu mimpi.

 

Lalu bulan November 2019 aku terbang ke Jakarta memenuhi undangan dari Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan di acara Apresiasi Pendidikan Keluarga, menginap di hotel, diberi bekal materi dari Kementrian dan dihadiahi sejumlah uang tunai.  


Karena kemenangan itu pula, aku diajak mampir ke rumah teh Ani Berta. KRL membawaku ke kediaman founder ISB, darisanalah aku diberi banyak wejangan. Khususnya untuk terus menulis, menjaga attitude bloger dan mencoba lomba blog lainnya.


(Baca juga : Apresiasi Pendidikan Keluarga)

 

berfoto di depan rumah teh Ani Berta


Setelah Workshop bareng komunitas ISB di Malang dan kemenangan lomba di Jakarta, akhir tahun 2019 datanglah pandemi.


Pandemi dan Keajaiban

Disaat kami harus “di rumah aja”, komunitas ISB mengadakan kursus blog yang diprakarsai oleh teh Ani Berta. Alhamdulillah aku masuk di batch pertama. Luar biasanya adalah kursus ini gratis, selama 1 bulan dengan 2 kali pertemuan dalam seminggu melalui google meet.

 

Selain teh Ani Berta, ada mas Ardan juga mbak Dzulkhulaifah Eva yang mengisi materi Search Engine Optimization (SEO) dan design di canva.

 

Materi yang paling aku ingat dari teh Ani Berta adalah outline yang bikin tulisan kita jelas tujuan dan lebih terarah. Selain itu pentingnya storytelling dengan mengekspresikan tulisan.

 

Ilmu outline dari teh Ani, aku terapkan pada tulisan lomba blog bertema kekerasan berbasis gender yang diselenggarakan Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan. Ketentuannya hanya maksimal 500 kata. Jadi gimana caranya, tulisan yang singkat namun merangkum sesuai tujuanku.

 

Dari outline yang fokus, tulisanku dinobatkan juara 1 kategori Umum. Akupun diganjar dengan hadiah ponsel merek Samsung. Hp baru mendarat cantik di rumah.

 

Dari Hp itupula aku bisa membantu seorang perempuan yang sangat membutuhkan ponsel, namun karena pandemi, ia tak bisa jika membelinya secara tunai. Mau utangpun juga tak ada jaminan.

 

Akhirnya ponsel baru itu aku jual padanya dengan harga rendah dan angsuran terserah nominalnya. Yang penting ada tanggung jawab untuk mengangsur. Alhamdulillah hp itu digunakannya untuk bekerja secara online.

 

dapat hp karena juara 1 lomba blog Kemendikbud, Luigi membantu membuka paketnya yang dipacking kayu. Selain hp, paket juga berisi tumbler dan masker Cerdas Berkarakter Kemendikbud

 

Oia, namanya ilmu baru, sayang kalau tidak diikat melalui tulisan. Kadang dengan menulis materi webinar yang pernah kita ikuti, kita bisa belajar dan review lagi. Materi SEO yang disampaikan mas Ardan di kursus blog ISB, aku coba tulis sesuai pemahamanku.

 

Syahdan, aku ada tugas meliput sebuah apartemen di Surabaya yang artikelnya juga dilombakan. Aku mempelajari lagi materi SEO untuk blogger pemula dari mas Ardan, lalu kuterapkan pada lomba blog Sinarmas Land.

 

Antara rezeki dan ikhtiar yang menyatu, entahlah. Aku cuma belajar SEO ya sama mas Ardan doang di Kursus Blog ISB. Eh ternyata tulisanku menemui takdirnya menjadi juara 1 dan aku mendapat kamera GoPro Hero 9.

 

Dari kamera itulah aku dan Luigi sama-sama belajar vlogging karena kameranya sangat jernih, stabil dan aman masuk air. Barusan aku intip videoku tentang ulasan sebuah hotel menghadap laut di Lamongan, Jawa Timur mendapat view 1,3K. Alhamdulillah.

 

Darisanalah semangat terus menulis, merekam, dan ikut lomba demi lomba. Kalah menang aku hadapi. Menang aku syukuri, kalahpun juga. Namun ternyata sebuah lomba tidak berhenti hanya sebuah lomba dan mendapatkan hadiah. Justru membuka peluang lain.

 

Karena ngeblog dan mengikuti lomba blog, aku bisa bertemu banyak teman bloger dari berbagai kota di Indonesia. Karena ngeblog, aku menjajal sharing melalui IG live dari ajakan sebuah komunitas menulis, bertemu master travel bloger Kak Trinity, kenal mbak Heni Prasetyorini founder Heztec Coding, wawancara Pak Polisi Bonek, bertemu teman baru berbagai profesi yang inspiratif dan banyak lainnya.




Gara-gara komunitas ISB pula, aku berkesempatan menjadi salah satu narasumber yang berbicara tentang andil bloger mengatasi persebaran hoaks selama pandemi bersama Siti Aisah dari Tempo.co Health Fellow dalam program Facebook -Global Health FellowshipIbu Anita Wahid sebagai Presidium Mafindo (Masyarakat Anti Fitnah Indonesia).

 

Selain itu ada Pak Donny Budhi Utoyo dari ICT Watchdan Ibu Devie Rahmawati dari Universitas Indonesia sebagai perwakilan kampus yang bekerjasama mengadakan training cek fakta kesehatan. Acara ini juga dimoderatori oleh Inge Klara Safitri dari Pemeriksa Fakta Tempo dan acaranya dibuka oleh Mas Anton Septian dari Pemimpin Redaksi Tempo.co.

 

Sementara aku siapa? Hanya emak emak biasa -.-


Jika bukan karena ISB, wajahku tidak mungkin berada satu poster diantara orang-orang hebat di atas. Sungguh kesempatan pada hari itu menjadi hal yang bikin meriang saking deg-degannya. Aku bener-bener belajar tema yang disajikan. Terima kasih mas Adhe dan teh Ani Berta yang meyakinkan aku.




Seperti bola menggelinding, peluang ngeblog yang tumbuh, tiba-tiba aku bisa diajak kerjasama oleh Serikat Pekerja sebuah BUMN di Jawa Timur.

 

BUMN yang memproduksi pupuk ini, menggandeng aku untuk menulis buku tentang kiprah Serikat Pekerja yang telah banyak berkontribusi untuk perusahaan, karyawan, pensiunan dan masyarakat sekitar. Dibantu mas Rudi si belalang cerewet- rekan sesama bloger - sebagai editor dan layout, buku tersebut sukses dicetak setebal 234 halaman. (bangga akutuh bisa nulis buku sendirian setebal itu, hiks -.-)


Sungguh pengalaman itu sangat berharga buatku, karena banyak wawancara bersama Vice President (VP) dan halaman awal bukunya diberi Kata Sambutan langsung oleh Direktur Utama BUMN tersebut.  


Tiga Tahun Perjalanan Serikat Pekerja Petrokimia Gresik (SKPG) - Mengabdi dan Mengukir Aksi, oleh Septia Wahyu Anggraeni


Yang awalnya aku terinspirasi dari founder ISB untuk berprestasi melalui blog, biar halaman “about me” tampak keren, ternyata aku mendapatkan lebih dari itu semua. Dari mengisi waktu akibat “di rumah saja” ternyata kreativitas menulis tak pernah benar-benar terkubur pagebluk. Aku masih menggeliat dengan bermacam polah.

 

Seiring bertumbuhnya blogku yang dimulai dari cerita anak, bertumbuh pula anakku. Sekarang Luigi kelas 2 SD dan berat badannya 38 kg (menjadi salah satu yang ter-gemoy di kelas). Ia sekarang mendalami dunia papan kotak hitam putih. Berstrategi melalui catur.

 

Mungkin aku nggak fokus ngelomba seperti dulu, mungkin aku nggak menggebu-gebu dengan kaku. Aku masih tetap menulis. Karena esensi menulis adalah untuk berbagi cerita. Jika ada yang bisa diambil baiknya dari blog ini, aku sungguh bersyukur.

 

Terkhusus komunitas Indonesian Social Blogpreneur, terima kasih telah membuatku bertumbuh. Terima kasih telah menemani masa pandemi yang gelap dengan kreativitas.

 

****

 



Doa yang dipanjatkan salah satu pembaca karena tulisan Terapi Oromotorik Luigi, membuat jemariku berhenti mengetik sejenak. Kurasakan ada embun tipis di sudut mataku.

 

Menurut Kristi Poerwandari dari harian Kompas.id menyebutkan, pengalaman negatif, atau hal-hal yang sebelumnya dirasakan menyakitkan, dapat dimaknai dengan cara berbeda, diintegrasikan pula dengan pengalaman positif.

 

Mungkin Allah kasih tantangan pada masa bayinya Luigi agar bisa menjadi hikmah bagi oranglain. Mungkin dengan menuliskannya, bisa memberikan sedikit pencerahan kepada ibu-ibu bahwa setiap masalah itu ada solusinya dan nggak ada yang instan. Orang tua tidak lagi denial sama berat badan anak dan masalah makan.

 

Ternyata esensi menulis adalah untuk berbagi. Semoga kelak setiap kalimat baik yang menari di paragraf blogku, menjadi pemberat amal kebaikanku di Yaumul Hisab kelak. Seperti kata Taufik Ismail dalam lagu yang dinyanyikan Chrisye :

Berkata tangan kita

Tentang apa yang dilakukannya

Berkata kaki kita

Kemana saja dia melangkahnya

 

Maka teruslah menulis blog. Karena kita tak pernah tahu, keajaiban apa yang Allah persiapkan untuk setiap kata yang terukir dalam blog. Selamat Hari Bloger Nasional 2024. 

 

 

 

 

Artikel ini diikutsertakan dalam Lomba Menulis Blogging Journey dari Komunitas ISB di Instagram ISB



 

#BloggingJourney #HariBloggerNasional #HariBloggerNasional2024 #KomunitasISB

 

 


1 komentar

  1. Setujuuu mba. Pada dasarnya blogging itu ttg berbagi. Berbagi ilmu, berbagi pengalaman. Ga harus pakai uang, krn toh mau membagikan ilmu yg dipunya itu aja udah termasuk sedekah jariyah.

    Alasan itu juga yg bikin aku ga bisa stop ngeblog. Berbagi pengalaman, menyalurkan hobi menulis, semuanya bikin aku ngerasa puas dan lebih rileks. Semacam me time iya juga.

    Hebaaat deh mba septiπŸ‘πŸ‘πŸ‘.. Prestasinya ga main2, sampe bikin buku pula 😍😍

    BalasHapus