Tepat satu
bulan semenjak aku menginjakkan kaki ke Ibukota untuk menerima penghargaan
apresiasi pendidikan keluarga, jejak rindunya masih terasa.
Yang kusesali
adalah aku tak segera menuliskan kesan selama aku berada disana setibanya di
Surabaya. Salah satu alasannya karena berurutan dengan training TBS dan
keikutsertaanku pada lomba Cagar Budaya Indonesia oleh Kemendikbud dan IIDN (yaah kebanyakan alesan huhu).
Maka di
lembaran ini, aku ingin sedikit menggoreskan kesan dari setiap langkahku ke
Jakarta. Sebagai bagian dari perjalananku menjadi seorang Ibu rumah tangga yang
“nyambi” menulis di blog dan akhirnya beruntung menang lomba blog yang
diselenggarakan Kemendikbud melalui Direktorat Pembinaan Pendidikan Keluarga,
Direktorat Jenderal Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) dan Pendidikan Masyarakat
(Dikmas). Saya sebut nyambi karena pekerjaan utama saya sekarang adalah
seorang Ibu yang mendidik anak dari rumah.
pemenang lomba jurnalistik (feature, opini), blog dan vlog Pendidikan Keluarga 2019. Foto oleh panitia |
Berikut ini beberapa kesan yang ingin kuikat dalam hati dan pikiranku.
MENUJU BANDARA JUANDA, MOBIL MOGOK
Memilih
penerbangan paling awal adalah keputusan yang memang aku rencanakan sejak awal.
Agar bisa dolan sebelum acara di hotel.
Maka, sejak pukul 02.00 aku
sudah mandi dan bersiap. Padahal malamnya aku masih sibuk menata barang di
koper, sibuk ke atm ambil uang, dan mengisi saldo Gopay, OVO hingga e-money.
Pukul
03.00 aku sudah dijemput suamiku menuju airport. Kenapa tak pesan taxi daring
saja? Nanti kamu diculik, begitu aku menirukan ucapan Adit lalu kami berangkat.
Semua
nampak baik-baik saja hingga di lampu merah Jalan Girilaya, persneling mobil
tidak bisa digerakkan. Dan mesin mati. Krik krik. Ayam kokok belum bersuara,
yang ada hanyalah hembusan angin malam yang semakin membuat berkeringat.
Dalam
kepanikan itu, aku punya ide untuk telfon 112, sebuah call center dari pemerintah
Kota Surabaya untuk menangani bencana dan perlindungan masyarakat. Telfon awal
kurang mendapat respon dari petugasnya, malah tidak dimintai data (apa dia
punya telepati atau GPS yang bisa liat posisi penelfon berada di mana,
entahlah).
Telfon kedua kali baru didata lengkap dan Adit dengan terpaksa
merelakan aku pergi ke airport diantar taxi daring. Aku meninggalkannya
dipinggir jalan Girilaya sendiri hingga akhirnya mobil derek tiba.
PERTAMA KALI TERBANG DENGAN MASKAPAI GARUDA
Terakhir
terbang adalah saat ke Jakarta saat Luigi berusia 9 bulan. Saat itu kami menggunakan
maskapai low cost carrier. Dan karena ini dibayarin panitia lomba jadi
saya memilih terbang dengan Garuda Indonesia.
Bedanya dengan penerbangan sebelumnya adalah dapat snack berupa roti, dan minum, juga fasilitas video audio. Meski tak berpengaruh pada perjalanan singkat, namun lumayan mengganjal perut yang kosong dan hiburan singkat.
Bedanya dengan penerbangan sebelumnya adalah dapat snack berupa roti, dan minum, juga fasilitas video audio. Meski tak berpengaruh pada perjalanan singkat, namun lumayan mengganjal perut yang kosong dan hiburan singkat.
PETUALANGAN SEBELUM TIBA DI HOTEL
Tiba di
bandara tak langsung menuju hotel menggunakan bus Damri yang tidak ribet,
langsung nyampe depan hotel. Namun aku menuju Perpustakaan Nasional dengan
perjalanan panjang.
Halo Perpustakaan Nasional :D |
Pertamakali mencoba skytrain (kalayang), kereta bandara Railink, MRT, trans Jakarta, sambang
Monas hingga akhirnya tiba di Perpusnas. Akhirnya ...
skytrain (kalayang/kereta api layang) dari Bandara Soeta |
arek Suroboyo numpak MRT guys |
hai Jakarta :D akhirnya bisa kesini lagi, kota yang pernah menempaku dulu |
PERTAMA KALI BERTEMU DENGAN PAK WIRANTO
Adalah
seorang dengan tutup kepala yang khas (sejenis udeng Bali), yang pertamakali aku temui sesama pemenang lomba dalam sebuah
lift menuju lokasi registrasi. Dialah Pak Wiranto, seorang guru Seni dan Budaya
SMAN 1 Wonosegoro, Kab Boyolali.
Bahkan setelah menyelesaikan absensi,
beliaulah yang sukarela menggeret koperku untuk duduk di sofa dekat lift. Makasih banyak ya Pak.
MENINGGALKAN FORUM
Hari
pertama ada forum perkenalan dan gambaran singkat mengenai program Sahabat
Keluarga Kemdikbud. Acara dimulai sore dan dilanjutkan setelah shalat maghrib.
Di
ruang Merica lantai 2 Hotel Menara Peninsula, ada berbagai macam pemenang lomba
diantaranya sekolah sahabat keluarga dan film pendek. Juga pemenang jurnalistik
(feature dan opini), blog dan vlog.
difotoin Inezz, abaikan muka lelahku |
Namun sedihnya pukul 19.42 belum mulai guys. Aku ngantuk gak ketulungan. Mata sudah gak bisa diganjel lagi. Akhirnya pukul 21.00 aku mengendap-endap kembali ke kamar dan tarik selimut.
Sungguh perjalanan sejak dari Surabaya,
tragedi mobil mogok dan perjalanan menuju Perpusnas membuatku sangat letih.
BERTEMU BU YANTI KERLIP
Saat aku dan
mba Dian sarapan bareng, meja kami didekati oleh seorang Ibu. Namanya Bu Yanti,
yang baru kutahu ternyata menjadi salah satu pemenang mitra sahabat keluarga Kemdikbud.
Bu yanti adalah inisiator KERLIP (Keluarga Peduli Pendidikan) Indonesia yang
suka ke pelosok bencana untuk membantu anak-anak.
Pesan beliau yang saya ingat
adalah ketika anak masih dibawah 7 tahun, “fokuslah!!!”. Bahkan dulu bu
Yanti membawa anaknya kemana-mana saat anaknya masih usia dini.
PENGUMUNAN DILAKSANAKAN DI HOTEL
Pagi di 6
November, akhirnya diumumkan dari semua nominasi siapa saja yang menyabet juara
1,2 dan 3. Selain ketiga pemenang itu tentu saja yang lain juara Harapan.
Akhirnya
namaku disebut, Septia Wahyu Anggraeni Surabaya menjadi salah satu pemenang juara
Harapan kategori blog.
Mba Dian Kusumawardani sesama nominasi dari Surabaya dan
sekamar pula sama aku juara 2, beneran bangga rasanya. Kami pernah liputan event
bloger bareng saat menulis kain khas Batak.
juara Harapan lomba Blog Pendidikan Keluarga 2019 |
6 dari 10 pemenang lomba Blog Pendidikan Keluarga 2019. Samping kanan dan kiriku juga merupakan penulis buku. |
makasih Cristhian dari Medan atas jepretannya |
Sejak masuk WAG nominasi pemenang, aku sudah gak peduli dapat juara mana aja. Bisa berangkat ke Jakarta saja hatiku tak karuan. Menyisihkan banyak tulisan, seperti pemenang tahun lalu, para bloger parenting yang juga ikutan lomba, belum lagi para penulis yang tulisannya wara wiri di media nasional. Hal itu sudah rezeki dariNya yang cukup membuatku menepuk pipi untuk memastikan bahwa aku tidak bermimpi.
Belum lagi bertemu dengan sesama pemenang yang inspiratif. Mereka kayaknya diciptakan Tuhan emang serba bisa deh. Ada yang ASN tapi juga produktif nulis blog dan buku, ada yang Ibu homeschooling yang penulis novel dan blogging juga, ada kepala sekolah, dosen dan punya Rumah Literasi, peneliti, jurnalis, dan banyak profesi lainnya.
Pasca pengumuman pula aku mendapat oleh-oleh dari seorang multitalenta, yakni mas Roikan si kartunis kondang dan peneliti dari Malang.
proses dikartunin, difoto oleh mas Adi Kurniawan dari Palembang, yang ngelirik mas Denza dari Suara Surabaya |
yeyy kartun wajahku hihi. Difoto mas Roikan |
BERJALAN DI RED CARPET BALAI KARTINI
Setelah mendapat
materi Strategi Optimasi Aset Digital : Website, Media dan Youtube dari
pimpinan Grid.Id, kami bersiap menuju Balai Kartini. Harus sedikit
berlari-larian mengejar bus, terburu-buru bersama mba Dian. Apalagi sandal mba
Dian menyulitkan, hehe. Akhirnya duduk sama Kak Firdaus dari Sulawesi Selatan,
dan ngobrol-ngobrol tentang menulis blog.
Tiba di
Balai Kartini rasanya aku melihat raut bahagia dari setiap tamu yang hadir.
Karena tidak hanya nominasi lomba jurnalistik, blog dan vlog, namun ada juga
pemenang lomba film pendek, 21 sekolah sahabat keluarga yang terdiri dari PAUD,
TK, SD, SMP, SMA/SMK, SLB dan pendidikan non formal, 32 orang tua hebat dari
Aceh hingga Papua, dan organisasi mitra PAUD dan pendidikan keluarga.
Tema yang
digaungkan dalam malam apreasiasi ini adalah Penguatan
Karakter Melalui Pendidikan Anak Usia Dini dan Pelibatan Keluarga.
Difoto mas Tunggul dari Rumah Literasi Indonesia |
Sebelumnya
kami makan terlebih dahulu dan shalat di lantai bawah. Alhamdulillah sebelum
berangkat aku dan mba Dian sudah “sangu” wudhu dari hotel. Jadi tak perlu lagi mengantri
toilet untuk mensucikan diri membasuh tangan dan kaki.
Dan akhirnya
seperti para artis yang akan menerima penghargaan, kami berjalan dan berfoto di
red carpet dengan piagam yang sengaja kami bawa dari hotel. Bahagia banget
di dalam Nusa Indah Teater Balai Kartini karena aku dan teman-teman berada barisan
lantai 1 sehingga dapat menikmati acara lebih jelas.
Pengisi hiburan para jebolan Indonesia Mencari Bakat IMB), seperti penyanyi seriosa Putri Ayu, pelukis media pasir Vina Candrawati, penari Funky Papua, juga aneka tarian tradisional. Dipandu MC Senandung Nacyta acara sungguh meriah, haru dan inspiratif. By the way, aku cukup terkesan dengan sand art ala Vina Candrawati, keren banget dia melukiskan sebuah cerita, seperti tanpa berfikir namun mengena.
makasih mas Tunggul atas jepretannya :) |
Pengisi hiburan para jebolan Indonesia Mencari Bakat IMB), seperti penyanyi seriosa Putri Ayu, pelukis media pasir Vina Candrawati, penari Funky Papua, juga aneka tarian tradisional. Dipandu MC Senandung Nacyta acara sungguh meriah, haru dan inspiratif. By the way, aku cukup terkesan dengan sand art ala Vina Candrawati, keren banget dia melukiskan sebuah cerita, seperti tanpa berfikir namun mengena.
(Baca juga : Kemenangan Kompetisi Blog Membawaku ke Ibu Kota)
Putri Ayu membawakan lagu Bunda dan Keluarga Cemara |
sebagian penerima penghargaan dari mas menteri |
kami ada di barisan lantai 1 |
INSPIRASI DARI MAK CUT – ORANG TUA HEBAT
Dari pemenang
orang tua hebat ada satu orang tua yang membuat hadirin mengharu biru. Adalah Mak
Cut, seorang Ibu sederhana dari Aceh, penjual sayur, mendidik seorang Aula
Andika Fikrullah (anak ketujuh) seorang diri hingga bisa mengantarkan sekolah S2
di Lehigh University Amerika Serikat.
Dalam video yang diputar singkat, kak
Aula sering minta dibangunkan jam 3 dini
hari untuk belajar dan Ibunya selalu menemani meski Ibunya tidak bisa baca
tulis.
Mak Cut sang orang tua hebat |
Kata-kata Aula yang membuat para tamu terhenyak adalah.
“apa yang saat ini saya dapat, melanjutkan
master of science di Lehigh University bukan karena kecerdasan dan kepintaran
yang saya miliki, tapi hal ini terealisasi karena saya punya doa seorang Ibu”.
Ia percaya doa seorang Ibu dapat menembus langit.
Harapan seorang Aula kelak adalah bisa mengumrohkan bahkan menghajikan Ibunya.
Jika kelak tercapai ia ingin mengumrohkan dan menghajikan almarhum Ayahnya pula,
sehingga ia dan keluarganya bisa berkumpul di SurgaNya kelak.
MashaAllah
sebagai Ibu yang memiliki anak laki-laki, mataku menghangat, hatiku berdegub
kencang, dan berkata dalam hati “semoga kelak akupun bisa antarkan anakku hingga
tercapai cita-cita dunia akhiratnya”. Kulihat kanan kiri, dan membaca WAG –
mereka semua meneteskan air mata.
video Aula dari Amerika yang diputar di Balai Kartini |
Pukul
21.30 acara selesai, namun aku tak bisa segera beranjak dari kursi tamu. Sungguh,
acara yang kulihat barusan sangat membekas. Aku ditunjukkan sosok-sosok
inspiratif dari belahan daerah lain. Yang telah memberikan dedikasinya untuk
keluarga dan masyarakat. Hingga Allah membalasnya dengan ganjaran penghargaan
dari Menteri Pendidikan dan Kebudayaan RI. Ah kalian :'(
Pukul 21.43
aku dan teman-teman menuju bus dan kembali ke Menara Peninsula hotel.
PIALA PERTAMA DAN BUKU PERTAMA KARENA BLOGGING
Dari
serangkaian acara di Jakarta yang juga bikin haru adalah aku memegang piala bertuliskan Pemenang
Harapan Lomba Blog Pendidikan Keluarga 2019. Aku coba memanggil masa dimana
aku buta tentang blog, dan tulisan pertamaku hanya seputar menjadi istri dan
menjadi mama muda. Belajar menulis secara otodidak, berharap ada kenangan buat
Luigi esok.
Ternyata
karena menuliskan cerita kami, aku bisa ke ibu kota. Tidak hanya itu, kumpulan
karya pemenang lomba dibukukan bersama. MashaAllah, meski buku ini dicetak
terbatas hanya untuk Kemendikbud dan penulis, namun sungguh aku sangat senang.
Inez dari Depok, yang aku kenal awal setelah registrasi di hotel. Kami sama-sama ingin menukar jaket yang kegedean |
hari terakhir seneng bareng |
foto bareng dari tongsis yang sengaja aku bawa dari Surabaya haha |
dari kika, Pak Wiranto (Boyolali), mas Wiwit, mas Roikan, aku, mas Denza, mba Puri dari Surabaya |
pemenang lomba dan seluruh panitia, terimakasih mas mbak panitia yang menjamu kami dengan baik selama acara. Foto oleh : panitia |
Dalam setiap
perjalanan selalu ada perkenalan lalu perpisahan. Pada hari ketiga setelah
mendapat uang perjalanan PP, hadiah, dan bonus hadiah, akhirnya kami
berpamitan. Huhu terasa singkat rasanya, namun sungguh membekas.
Kami berikhtiar
menulis tentang literasi, hingga jalin menjalin dalam dunia literasi dan
dikumpulkan di Jakarta. Semoga kelak, bertemu lagi dalam karya lainnya ya
teman-teman.
Takut diculik jare...terima kasih mengapresiasi gambarku..salam dari super mario servis ledeng
BalasHapusMantul, ada nama ku juga di sebut, terus berkarya mb anggraini septi.
BalasHapusMantuuullll sistaaaa
BalasHapusSelalu bangga dan bahagia dgn pencapaian dirimuuuhhh