Cara Merawat Orang Tua Lanjut Usia

 

Kita pasti tua

Lemah dan tak bertenaga

Dibalik rambut putihku

Kita pasti tua mulai pelan dan pelupa

Rabun sudah bola mata

Ada yang tak berubah

Kita pasti tua

 

Suara Ari Lesmana mengalun pelan dalam pendengaranku malam itu. Penggalan lirik lagu Kita Pasti Tua karya grup band Fourtwnty dari album “Ego & Fungsi Otak” di atas bercerita kondisi kita di usia lanjut. Ari Lesmana benar menggambarkannya. Tahun 2020 Ibuku mengeluh lutut dan tumit yang sakit, padahal kala itu Ibuku rajin olahraga mulai jalan kaki dan lari. Jarak tak pernah dihiraukannya.



Hingga suatu pagi ketika bangun tidur, lututnya terasa kaku, dan satu lututnya tak bisa diluruskan sejajar dengan lantai jika selonjoran. Aku bawa Ibuku ke klinik, dan dirujuk ke RS untuk foto rontgen. Oleh dokter spesialis rehab medik, Ibu didiagnosa osteoarthritis. Akhirnya sebelum pandemi, Ibu rutin menjalani fisioterapi di RS. Beliau tak boleh lagi berlari.

 

Sedangkan Bapak yang dulu mengenalkanku pada teknologi bernama komputer, malah sekarang sering bertanya padaku jika ada masalah pada pekerjaannya. Beliau sekarang mudah lupa. TV dirumah juga semakin kencang kala Bapak nonton siaran berita. Apa Bapak tidak dengar dengan volume remote yang kecil?


(Baca juga : Ketika Bapak Tanya Melulu)

 

Ternyata itu adalah hal yang alamiah, yang terjadi pada manusia, siapapun itu. Hal ini aku dapatkan ketika mengikuti zoom meeting Refresh Ilmu Malam Minggu untuk alumni Enlightening Parenting pada 7 November 2020 dengan pembicara dr. Melda Warliani, Sp.KFR, Mbak Wita Dewi dan Bu Okina Fitriani, S.Psi, MA, Psikolog. Iya, memang sudah lama tulisan ini hanya teronggok menjadi draft semata. Hingga aku berniat menyelesaikan pada awal tahun ini.

 

Menurut dr Imey –panggilan dr Melda-, proses bertambah tua / penuaan (aging) tidak tiba-tiba muncul usia 50 tahun atau 60 tahun. Namun dimulai sejak usia kita ini. Artinya, kita sekarang sedang dalam tahap aging sampai memuncak di usia lanjut. Proses penuaan memang lama (kronik) dan itu normal. Jadi semua orang akan mengalami ini, baik artis, dokter, atlit, pelan namun pasti kita akan mencapai tahap aging saat kita usia lanjut.

 

Puncaknya adalah hilangnya fungsi regenerasi dan bioproteksi. Apa itu? Gampangnya gini : seorang anak ketika jatuh dan terluka akan cepet sembuhnya. Namun ketika semakin berumur dan penuaan terjadi, regenerasi/perbaikan sel tubuh mulai melambat, sampai tidak dapat memperbaiki dirinya sendiri (penurunan kemampuan sel). Hingga terjadilah perubahan fungsi organ tubuh.


dr Melda Warliani, Sp. KFR (K) menjelaskan mengenai kondisi lanjut usia, Alhamdulillah beliau jelasin nggak cepat-cepat :) Makasih dok Imey :))

Apa itu Lanjut Usia?

Aku ingin manyamakan asumsi mengenai gerontologi, geriatri dan usia lanjut. Tolak ukur usia lanjut adalah mereka yang berusia 60 tahun ke atas (ini berdasarkan Undang-Undang Nomor 13 Tahun 1998 tentang Kesejahteraan Lanjut Usia).

 

Gerontologi adalah semua ilmu (bukan cuma di kedokteran), yang mempelajari kehidupan manusia usia lanjut. Sedangkan Geriatri adalah bagian dari ilmu kedokteran yang mempelajari kesehatan pada usia lanjut. Di Indonesia ada dokter yang secara khusus menangani pasien usia lanjut, yakni dokter rehab medik konsultan geriatri ( gelarnya dr. Sp.KFR (K))

 

Penyebutan geriatri merujuk pada orang usia lanjut yang punya masalah medis lebih dari satu. Sedangkan orang diatas 60 tahun tanpa adanya penyakit disebut usia lanjut. Untuk memudahkan pembahasan, aku menggunakan istilah usia lanjut dalam tulisan ini.

 

Mengapa Merawat Orang Tua Lanjut Usia?

Menurut Bu Okina, rujukannya adalah ayat Allah yakni Q.S Annisa ayat 36  Di ayat tersebut disebutkan perintah berbakti pada orangtua setelah perintah menyembah Tuhan.

 

Dalam materinya, dr Imey juga menjelaskan hal ini karena perintah Allah untuk berbuat baik kepada Ibu dan Bapak, seperti pada Q.S Al Isro ayat 23. Tidak hanya itu, kenapa kita harus mendampingi orangtua di usia lanjut karena pada usia lanjut ada perubahan fungsi organ tubuh.

 

Lanjut Usia Menurut dr. Melda, Sp. KFR, spesialis rehab medik

Masalah Fisik

 

Efek penuaan menurut dr Imey dapat menyerang fungsi otak, neuron, fungsi jantung dan pembuluh darah, fungsi paru-paru, fungsi otot, komposisi tubuh, dan menyerang metabolisme.

 

Contoh gangguan fungsi otak, adalah mereka mudah lupa. Baru saja ngomong sesuatu kemudian diulang lagi, hal yang sama, termasuk ngomel yang berulang. HEHE :p

 

Hal ini karena neuron sel saraf sudah menurun, berbeda ketika masa anak-anak diajarin cepet karena jaras-jaras otak semakin naik dan mudah menyerap sesuatu seperti spons, sementara pada usia lanjut malah sebaliknya. Akhirnya gangguan otak dan per-syaraf-an berefek pada tidak mampu mengontrol gerakan, tangan mudah gemetar, jalannya nggak cepet. Gerakannya tak lagi tangkas.

 

Orangtua pada usia lanjut juga mengalami masalah pada jantung dan pembuluh darah. Badan kita saat berkegiatan butuh oksigen, namun pada usia lanjut mengalami penurunan kemampuan menghantarkan oksigen ke seluruh tubuh. Akhirnya tekanan darah naik.

 

Saat masih muda dulu pembuluh darah juga bersih, tapi kebiasaan di masa muda makan yang enak, mulai timbul plak seperti lapisan lemak, lama kelamaan tekanan darah tinggi.

 

Untuk masalah jantung misalnya yang harusnya memompa cepet malah lambat, yang harusnya lambat jadi cepat. Dulu masih muda kekar dan berotot, bisa ngangkat satu karung beras, sekarang ngangkat piring gemeteran, dulu lari bisa berpuluh kilometer, sekarang baru 5 meter lelah.

 

Untuk keseimbangan, dulu jalan bisa cepet, mau ada batu gundukan-lah. Saat usia lanjut, ototnya terganggu, maka berpengaruh pada gerakan keseimbangan. Dulu kuat naik turun tangga, tapi saat usia lanjut naik tangga lutut bunyi krek krek kayak engsel pintu.

 

Masalah lainnya ada penurunan massa otot, lemak bebasnya berkurang, akhirnya tubuh menjadi kewer-kewer. Kepadatan tulang juga berkurang menyebabkan kepleset dikit jadi patah panggul atau patah pergelangan tangan. Hal ini karena massa tulang yang keropos. Diabetes juga menjadi masalah yang banyak pada usia lanjut karena penggunaan gula yang berlebihan.

 

Kebanyakan pada geriatri mengalami malnutrisi karena nafsu makan berkurang, sebabnya penyerapan usus berkurang. Kadang ngerasa sudah kenyang, karena sensor tubuhnya menurun, sehingga nggak bisa mengenal lapar dan kenyang.

 

Fungsi ginjal tidak berfungsi dengan baik akhirnya dehidrasi. Resikonya nggak bisa nahan buang air kecil, keluar saja, dan itu tidak dirasakan.

 

Tentu masalah-masalah ini semua akan berefek pada kegiatan sehari-hari orangtua usia lanjut. Maka kita perlu sadari bahwa ini NORMAL, karena semua orang akan mengalami penuaan. Jadi jika kita ajak orangtua muterin Tunjungan Plaza 1-6 Surabaya lalu nyampe rumah mereka dongkol, nggak malah hepi, ya wajar aja, karena kekuatan otot kaki berkurang, belum lagi jika lututnya radang sendi :)



Sehingga dalam dunia medis, pada pasien usia lanjut akan diperiksa 14 i di bawah ini. Kadang untuk menyelesaikannya dibutuhkan beberapa disiplin ilmu selain dokter rehab medik, diantaranya penyakit dalam, psikolog, terapis, psikiater, juga ada tim nyeri.

 

1.       Imobilisasi : lebih banyak diem dan tidur

2.       Instabilitas : gangguan keseimbangan, mudah jatuh

3.       Inkontinens : nggak bsia nahan buang air kecil

4.       Intelektual impairment : masalah kognisi

5.       Infeksi : karena penurunan imun, dan infeksi bisa terjadi di mana saja

6.       Impairment of vision and hearing  : penglihatan dan pendengaran menurun misalnya manggil, kok nggak denger.

7.       Irritable colon : gampang diare atau malah konstipasi, jarang BAB

8.       Isolasition (depresi) : jika di rehab medik begitu ada depresi program yang lain akan sulit untuk jalan, sehingga sebisa mungkin jangan terjadi



sumber foto : mbak Kunti melalui grup WA TBS


9.       Inanition (malnutrisi) : penyerapan di usus berkurang, nafsu makan berkurang

10.   Impecunity (masalah keuanagan) : tadinya aktif, menghasilkan, mandiri, tiba2 pensiun,

11.   Iatrogenesis (akibat obat-obatan) : geriatri obatnya banyak. Boro-boro usia lanjut mau makan, karena mereka minum obat saja sudah kenyang. Dokter Imey pernah mendapati pasien yang mengkonsumsi obat paling banyak 14 jenis obat2an. Sebabnya saat diberi dokter lain, nggak bilang di dokter yang baru, padahal jenisnya sama.

12.   Imsonia (gangguan tidur) : biasanya jam 8 sudah bisa dengan mudah tidur, pada usia lanjut kadang jam 10 nggak bisa tidur, atau mudah terbangun saat tidur

13.   Immune defisiensi  : penurunan imun

14.   Impotensi : keluhannya banyak terutama pada usia lanjut awal.

 

Biasanya kadang muncul 3 dari 14 i, kadang malah semuanya, tergantung kondisi medisnya dan support system pasien.

 

Masalah Psikososial

 

Yang paling banyak terjadi pada usia lanjut adalah perasaan kecemasan dan ketakutan. Misalnya mengenai status kehidupan sosial, dulunya seseorang yang menjabat, sekarang tidak. Merasa kehilangan peranan, status, jabatan, teman, relasi, anak dan keluarga.

 

Mereka juga merasa kesepian dan berpikir apa umur segitu mereka masih dibutuhkan. Apalagi setelah anak menikah dan berada jauh dari orangtua karena ikut suami/istri, belum lagi kesibukan anak setelah berkeluarga.

 

Efeknya mudah tersinggung, dan banyak menuntut. Dan hal tersebut BUKAN MEREKA BUAT-BUAT.



 

Apa yang bisa kita lakukan merawat orang tua usia lanjut

Sebelum membahas bagaimana merawat orangtua usia lanjut, maka perlu diselesaikan terlebih dahulu jika ada konflik dengan mereka. Bagaimana caranya?



Pilihannya cuma dua. Mau kita maafkan. Menjalani usia dengan bahagia, kesempatan yang ada kita manfaatkan sebaik-baiknya sebagai anak lalu kita evaluasi dan atur strategi baru. ATAU terus mengingat masa lalu dan membawa beban itu dalam kehidupan. Bisa jadi dulu yang kita rasakan adalah hal terbaik yang bisa dilakukan orangtua dengan pengetahuannya saat itu.

 

Lalu apa yang bisa kita bantu mendampingi orangtua pada usia lanjut?

Intinya menjaga kemampuan fungsi organ tubuh agar merasa baik, sampai akhir hayatnya. Dokter Imey pernah melihat pasien geriatri di Taiwan yang berkomunitas (komunitas geriatri). Mereka membuat acara yang menampilkan pasien usia lanjut, penontonnya pun dari kalangan geriatri. Mereka masih bisa naik gunung, dan bersepeda. Berarti, kesuksesan penuaan masih bisa dicapai.


Ada 3 hal kesuksesan dalam mendampingi lanjut usia :

1.       Meminimalisir risiko medis

2.       Menjaga hubungan dengan kehidupan sosial

3.       Menjaga atau mempertahankan kondisi fisik, berpikir dan dan psikis



Membantu Mengurangi risiko medis

Kontrol dokter teratur

Kontrol dokter ada atau tidak ada gejala. Pada usia lanjut juga butuh cek up, 3-6 bulan sekali. Kalo ada obat rutin, harus kontrol. Setelah obat habis tidak boleh beli sendiri. Kadang pasien usia lanjut tidak kembali ke dokter awal dan beli sendiri obatnya, padahal bisa memperburuk kondisi. Jadi, harus kontrol kepada dokter yang sama, dokter yang telah memberi obat pertama.

 

List obat

Kita dapat membantu membuat list obat yang diminum apa saja. Memastikan diminum berapa kali sehari, dan memastikan dosisnya benar. Cara pemberiannya harus sebelum atau sesudah minum obat, atau efek sampingnya. Kenapa butuh tahu efek samping? Misalnya obatnya membuat ngantuk, kita bisa mengetahui tanda-tandanya.

 

Nutrisi

Nutrisi penting buat usia lanjut, karena mereka berisiko malnutri. Meski kelihatan besar/gendut belum tentu nutrisinya terpenuhi, karena kadang nutrisi tidak terserap dengan baik apalagi ketika banyak obat, sehingga makannya lebih sedikit.




Vitamin dan mineral sebaiknya dalam bentuk alamiah ditambah suplemen, karena jika semua diberikan dalam bentuk suplemen penyerapannya akan susah.

 

Cairan yang diminum minimal 8 gelas sehari (1.500-2.500 ml sehari atau sekitar 30 ml/kg/hari). Hal ini akan berbeda pada pasien gagal ginjal karena dokter yang akan menghitung kebutuhannya.

 

Usia lanjut cepat kenyang karena mengkonsumsi obat-obatan, apa yang bisa kita bantu? Bantu tetap makan sedikit demi sedikit, namun sering. Atau seperti yang kita lakukan pada anak kita, menggunakan cara rayuan, menggunakan tampilan yang menarik dan rasa yang kuat (karena pengecapan usia lanjut menurun).

 

Lingkungan tempat tinggal

Jika ada risiko jatuh, kita bantu ada pegangan, atau anti licin pada lantai. Kita juga perhatikan ruang tidurnya, apakah kasurnya bagus untuk kondisi pinggangnya, posisi kasur dibawah apa diatas, jika kesulitan naik bisa diganti kasur bawah. Jika kesulitan jongkok, bisa mengganti WC duduk. Sirkulasi udara juga perlu diperhatikan.


poin yang digunakan dokter rehab medik untuk membantu pasien geriatri

Membantu Kehidupan sosial-spiritual

Usia lanjut bisa didukung berkomunitas karena dukungan orang terdekat sangat penting. Misalnya komunitas geriatri, komunitas jantung sehat, ibu-ibu pengajian, dan komunitas memberdayakan lainnya.

 

Ada waktunya untuk beliau menjalankan hobby. Berikan beliau waktu luang (leisure time) dan waktu senggang (free time). Menurut penelitian, social relationship dapat meningkatkan kesehatan kita lebih lama 50%.

 

Membantu Tetap Aktif

Bantu mereka tetap aktif baik untuk kekuatan otot dan tulang, keseimbangan, daya tahan otot, jantung dan paru. Satu-satunya cara untuk meningkatkan ini semua, bukan vitamin, namun latihan. Misalnya tulang sendi, jika tak dilatih tidak akan terbentuk. Namun kita perlu tahu jenis latihannya, monitoringnya bagaimana dan kapan harus dilakukan.





Fungsi latihan fisik diantaranya mengurangi risiko jatih, meningkatkan massa tulang, juga kekuatan otot. Dengan latihan fisik yang tepat, bisa meningkatkan level imun dan kepercayaan diri. Seperti Ibuku yang radang sendi disarankan dokter rehab medik menggunakan sepeda statis sebagai bentuk olahraganya. Sebelum pandemi Ibuk juga rajin diterapi di rumah sakit, beliau merasa kakinya seperti dihangatkan.

 

Untuk kekuatan otot dapat menggunakan alat yang ada di rumah, misalnya barble 1 kg lalu perlahan dinaikkan menjadi 1.5 kg, sesuai kondisi. Bisa juga latihan peregangan, ditahan kurang lebih 60 detik.

 

Yang pasti dalam latihan fisik tidak boleh berlebihan. Ukuran berlebihan adalah jika bicaranya patah-patah, hanya 2-3 kata sudah engap. Itu tandanya sudah berlebihan intensitasnya.

 

Kuncinya latihan fisik adalah dilakukan konsisten. Karena jika bolong-bolong, efeknya hanya pegal-pegal saja, sementara tidak mendapat perbaikan jaringannya.



Pengalaman Mendampingi Ibu Lanjut Usia dari Mbak Wita

Sekarang mbak Wita Widi, berbagi pengalaman mendampingi mamanya yang berusia 67 tahun. Selanjutnya aku ceritakan dengan penyebutan Wita dalam tulisan ini. Wita merupakan salah satu dari team sharing Enlightening Parenting yang berhasil mengatasi konflik dengan Ibunya.

 

Singkatnya saat Wita hamil anak pertama, ia mengajak mamanya tinggal bersama. Ibu dua anak ini membayangkan ceritanya akan indah jika hidup berdampingan dengan mama. Ternyata baginya itu hanya impian belaka.

 

Hampir setiap hari, pemilik bisnis kuliner ini dimarah-marahin mamanya. Apalagi setelah ia memutuskan menjadi ibu rumah tangga setelah melahirkan, akhirnya mau tidak mau bertemu setiap hari, setiap saat. Perilaku mamanya selain marah juga membentak bahkan menggunakan bahasa yang kasar saat ngobrol dengan Wita. Belum lagi jika memanggil harus menggunakan nada teriak.



Mba Wita yang sekarang hepi tinggal bareng Mama. Sumber poto : oleh Bu Okina Fitriani melalui grup WA TBS


Yang tidak pernah dilupakan Wita adalah ketika hamil anak kedua, ia dimarahin dan menangis di depan mamanya. Saat menangis, ia malah terus dimarahin. Efek dari konflik ini adalah Wita dan mamanya sering sakit typus, rajin ke Rumah Sakit bahkan dirawat di Rumah Sakit. Sakit flu pun harus menggunakan antibiotik, karena ia merasa tidak mempan lagi obat flu yang biasa.

 

Ternyata mama Wita juga memiliki hubungan yang buruk dengan suaminya, dengan saudara mamanya, dengan besannya. Kakak Wita sendiri saja menyerah hingga jarang menengok.

 

Yang dilakukan Wita saat itu adalah curhat ke ustadz, pergi ke psikolog dan psikiater. Ia merasa, minimal tidak hanya suaminya saja yang kena curhat, namun orang-orang itu. Selama 9 bulan ia rutin ke psikolog dan psikiater. Ada yang membekas dari curhatnya ke ustadz, ia diajarkan meditasi dzikir sehingga hatinya lebih tenang.

 

Hingga dari ketenangan itu membawanya pada training Enlightening Parenting dan Tranforming Behavior Skill yang dimentori oleh Okina Fitriani, S.Psi, MA, Psikolog, juga forum Merajut Hubungan dengan Orang Tua dan Mertua (MOM) yang diisi Dini Swastiana.

 

(Baca juga  Merajut Cinta dengan Orangtua dan Mertua)

 

Dari pelatihan itu ia menemukan makna baru atas perlakukan mamanya. Makna yang Wita pilih adalah mamanya itu kesepian. Mengalami perceraian sejak Wita balita dan menjanda hingga saat ini. Beliau single parent dan mencari nafkah sendiri hingga bisa menyekolahkan Wita. Mamanya juga kecewa ternyata Wita menjadi ibu rumah tangga.


Yang dilakukan Wita adalah mencatat semua kesukaan mamanya. Ada tiga hal disimpulkan, mamanya suka baju baru, make up, dan jalan-jalan. Tak lupa Ibu dua anak ini juga mencatat yang tidak disukai mamanya. Salah satunya tidak suka Wita memakai daster. Agar mamanya didekati tidak “nyetrum”, maka Wita membuang semua dasternya. 



Wita juga membantu mamanya mengatasi trauma ketinggian. Ilmu ini ia peroleh dari training Enlightening Parenting dari Bu Okina Fitriani. Wita ingat, 30 tahun yang lalu, mamanya menolak ditawari naik haji dan dibiayai penuh oleh kantor tempatnya bekerja hanya karena takut ketinggian.

 

Berkat bantuan Wita, saat ini mamanya sudah ke Mekkah, dan menjelajah bumi Allah di luar negeri menggunakan moda transportasi burung besi. Wita pun membantu meraih impian-impian mamanya seperti kuliah lagi di jurusan sastra inggris dan melengkapi semua biaya administrasinya.

 

Tak berhenti disitu, berkat ilmu coaching yang diajarkan di Enlightening Parenting, Wita mewujudkan mimpi mamanya menjadi penulis. Hingga Ibunya telah mengeluarkan 3 buku secara indie.

 

Wita juga mencatat semua kebaikan mamanya, ia menajamkan semua inderanya. Ia menyimpulkan bahwa sebenarnya mamanya seru diajak ngobrol asal sikonnya pas. Ia terus fleksible dalam bertindak.

 

Sekarang Wita dengan bangga mengatakan bahwa mamanya adalah sahabatnya. Yang bersamanya ia bisa cerita apa saja baik masa lalu, atau masa depan. 

 

Setelah semua yang diperjuangkan, komunikasinya sudah membaik, ia juga sering berpelukan dengan mamanya. Yang lebih penting lagi ia tak pernah lagi curhat kegeramannya pada mama kepada kesuaminya, yang ia ceritakan sekarang adalah hal-hal yang membahagiakan. Wita jadi lebih betah berada di rumah. Saat ini Wita juga menjadi sumber terpercaya mamanya dalam pengasuhan cucu-cucunya.

 

Dulu Wita berpikir apakah karena kehadirannya di dunia, yang bikin mama menderita. Namun disuatu hari, mamanya mendekatinya dan mengucapkan kalimat penuh keharuan.

 

“Tahu nggak Ta (Wita), mama nggak pernah kepikiran papamu, tadi habis (setelah) shalat, mama bilang ‘Papa makasih ya sudah kasih Ita buat mama, mama beruntung punya Ita’” Esoknya mamanya mengatakan hal yang sama “Mama beruntung punya Ita”. Kalimat itu membuat indera penglihatannya berkaca-kaca, ia peluk mamanya entah berapa kali.

 

Saat ini, ia dan mamanya menjadi tim yang solid saat anaknya sakit. Ia juga kompak janjian sahur, puasa sunnah bersama, bahkan shalat tahajud bareng.

 

Setelah ia renungi, sebab konfliknya dengan orang yang melahirkannnya selama ini adalah ego, merasa diri ini pinter, merasa diri ini berhak diginiin, atau merasa diri ini korban. Kadang ia juga membandingkan diri dengan orang lain. Hingga ia berjuang dengan mengambil makna dan melakukan upaya terindah.

 

Sungguh mendengar cerita Wita, mataku menghangat. Ada embun kecil yang tekanannya mendorong untuk segera dikeluarkan. Aku inget betul, suatu pagi membaca harian Kompas, ada kalimat berkesan. Zhou Daxin pemenang hadiah sastra Mau Dun mengatakan lanjut usia ibarat langit yang menjadi gelap perlahan-lahan (The Sky Gets Dark, Slowly).

 

Namun dengan sharing Wita, aku bisa simpulkan, ternyata orangtua pada usia lanjut tak (selalu) gelap perlahan, ia bisa bersinar. Bahkan kejoranya lebih terang.

 

Penutup

Menurut Bu Okina Fitriani biarkan orangtua pada usia lanjut merasa tenang. Tugas kita adalah membantu beliau menjalani usia lanjut dengan bahagia dan tidak mengubah-ngubah mereka. Kita terus tingkatkan usaha terbaik dan terindah agar kualitas hidup orangtua pada usia lanjut semakin meningkat.


Bu Okina menggunakan latar poto almarhum Ayahnya, juga poto Ibunya yang kini divonis dementia

Hmm jadi ingat apa kata Allah,

Bukankah perintah berbakti pada orangtua, setelah perintah menyembah Tuhan?

Bukankah kita pasti tua?

Nantinya ...

Juga mengalami semuanya ...

 

***

Teman-teman, hari ini sudah bertanya kabar orangtua/mertuanya? Pernah mendampingi orangtua lanjut usia? Bagikan pengalamannya di kolom komentar ya :)

30 komentar

  1. jujur, aku kayanya ga akan sanggup kalau harus merawat orang tua. kebetulan saja masih ada kakak di kampung halaman, jadi secara otomatis kelimpahan tugas. ibu diabet yg lalu komplikasi, dan bapak penurunan fungsi paru dan jantung. keduanya sudah berpulang.

    ah semoga masih banyak waktu berbagi cinta dengan ortunya ya, mbak.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Amin, makasih ya mba sudah mampir kesini. Alfatihah buat kedua orangtuanya mba.

      Hapus
  2. klo dulu oas kuliah ada mata kuliah masalah sosial lansia
    saat lansia itu seperti banduk jam, kembali spt masa masa saat balita
    secara fisik butuh bantua scr psikologis juga sangat butuh perhatian

    BalasHapus
    Balasan
    1. halo mba Dian, apa kabar? Iya aku masih belajar memahami perubahan yang terjadi. Dan bantu Ibuku kalo dibutuhkan antar ke dokter atau terapi di RS. Semoga mba Dian dan keluarga sehat selalu ya mba :)

      Hapus
  3. "Mencatat kesukaan ibu". Noted mbak. Hal sepele padahal besar sekali manfaatnya karena dari sana bisa pelan-pelan maupun terus menerus membuat orang tua yang sudah lansia menjadi tenang dan senang ya :)

    BalasHapus
    Balasan
    1. iya mbak, dulu waktu kecil kita juga berusaha dibikin seneng sama orangtua juga khan, seperti dibelikan bola bekel :)

      Hapus
  4. Ilmu yang sangat bermanfaat dan mengingatkan kembali bagaimana seharusnya perlakuan pada orangtua.

    BalasHapus
  5. Menyenangkan bisa merawat orang tua lansia, meniti jalan ridhoNya....semoga bisa sebagai anak berbakti kepada keduanya bahkan lansia sekalipun. Insya Allah ada jalan kebaikan...

    BalasHapus
  6. Ya ampun bagus banget tulisan nya
    Saya bookmark ya
    Trus ibunya Mbak Septi ga pernah jalan kaki lagi?
    Saya juga punya masalah di kaki tapi tetap pingin jalan

    BalasHapus
    Balasan
    1. Ibu saya sekarang masih jalan kaki ke pasar tapi itupun jarang banget, lebih memilih beli di mas-mas yang lewat depan rumah buat belanja hehe. Paling aku ajak jalan ke alam yang ada tempat duduknya :) Kalo lari udah nggak pernah lagi. Naik turun tangga juga dikurangi. Makasih ambu :)

      Hapus
  7. Ngomongin soal usia lanjut, aku pas jaga'in almarhumah nenek pernah dimarahin beliau, padahal udah ijin dengan beliau untuk pindah channel tv. Pas kupindahin channel, eh, dimarahin. Wkwkwk.

    Kalo jagain Papaku, dimarahin juga kadang-kadang. Tapi aku usahakan nggak ambil hati, karena kondisi beliau juga hanya bisa rebahan & duduk bersandar. Aktivitas lainnya sudah harus dibantu, makan disuapin, BAB dicebokin dll. Paling tidak aku merasakanlah gimana merawat yang lanjut usia, walaupun bergantian dengan Mama & Adik.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Semoga menjadi jalan kebaikan berbakti ya mba :) Salut banget sama perjuangannya mendampingi Papanya. Hehe neneknya kayak anak saya :p ya gimana lagi, mungkin bagi neneknya mbak hanya TV itulah hiburannya :)

      Hapus
  8. Terharu sama kisah mbak Wita, tulisan ini kudu disave nih siapa tau suatu saat butuh

    BalasHapus
    Balasan
    1. Mba Wita emang menginspirasi mba :) Makasih ya mba, semoga bermanfaat :)

      Hapus
  9. Aku terharu banget baca kisah mb Wita. Ditunjukkan jalan oleh Allah swt hingga bisa bersahabat ama Mamanya. Barakallah semoga mba Wita umur panjang dan banyak rizki.
    Btw...i-nya sampai 14, banyak juga yah. Aku engga mau terlalu mikiran ah. Soalnya aku udah termasuk golongan ini...hehe...

    BalasHapus
  10. Sistaaa,
    Trimakasiiii artikelnyaaa


    Aku sekarang dapat amanah menemani ibu mertua yg udah sepuh. Beliau baiiikk sih, cuma ya kadang karena kami serumah, beberapa kali aku gesrek sih ya. 😆 yg jelas, artikel ini jadi friendly reminder buat aquu

    Makasiii😍

    BalasHapus
  11. sekarang saya juga mendapat amanah menjaga ibu mertua yang sakit, tidak bisa bangun dari tempat tidur karena saraf tulang belakang dan pernah jatuh. Semua aktivitas hanya dilakukan di tempat tidur. Pada awal-awal sakit beliau memang sering marah-marah bahkan mengamuk mungkin karena stress juga menghadapi kondisinya yg tidak berdaya. Namun kini emosi Ibu sudah jauh lebih baik, stabil, tidak mudah marah, walaupun fisik belum kuat. Kami anak-anak berusaha merawat sebaik mungkin. Penguat kami adalah keyakinan akan kasih sayang dan rida Allah di balik semua ini.

    BalasHapus
  12. hiks hiks ...

    duluuuu aku malah temen berantem ibu, tapi saat aku sudah berkeluarga, aku baru tahu bahwa Ibu tuh segalanya untukku...
    Aku malah siap menghajar siapa saja yang berani melawan ibuku. Aku berteman dengan Ibu di level yang indah, berdoa semoga aku bisa kayak mbak Wita Widi, barakallah banget ya beliau, bisa menyekolahkan ibunya, bisa meng(haji atau umroh)kan ibunya, semoga aku bisa begitu juga nanti.

    Dan kuberharap anak-anakku juga kelak akan menjadi sahabat di kala usia senja, amiiin

    makasih ya mbak ulasannya baguuus bangeeet

    BalasHapus
  13. Yuni nih mulai memperhatikan lingkungan. Sebisa mungkin menciptakan suasana lingkungan yang aman. Nggak licin dan lainnya. Apalagi ibuku keseimbangannya mulai goyang. Kadang nggak bisa berdiri lama juga.

    BalasHapus
  14. Aku kadang penasaran, apa yg dilakukan oleh Mahatir Muhammad dan ratu Elizabeth, sudah 90 tahun lebih tapi msh aktif dan pemimpin negara pula. Walopun aku ga yakin akan bisa sesehat mereka di masa tua, tapi keinginan itu msh kuat bgt. Setidaknya dgn olahraga setiap hari, melatih otak dengan membaca, ngaji, dan hitung2an juga.

    Mertuaku kebetulan 2&2 nya udh ga ada. Tapi mereka saat meninggal semua berlangsung cepet mulai dr sakit dan meninggal. Hanya itungan hari. Jd jujur aku ga sempet merawat lama. Ortuku sendiri msh aktif juga, pegang bisnisnya. Walopun mama yg udh mulai banyak keluhan pinggang, jantung dll . Cuma bersyukurnya mama tinggal Ama adekku yg kebetulan dokter di Medan. Jd agak tenang sih kalo sakit mama kumat, ada adek yg LBH ngerti.

    Tapi setidaknya baca tulisan ini, aku jd LBH paham dan bisa merasakan mba. 1 yg aku pengen banget, aku berharap tidak menyusahkan anak2ku di masa tua.

    BalasHapus
  15. Saya merasakan betul sekarang ortu sudah tua dan mulai mengalami berbagai masalah kesehatan dan psikologi. Sebenarnya nggak terlalu kesepian karena masih ada kakak. Tapi namanya orangtua, ya pokoknya berasa sepi kalau anak-anak sudah berumah tangga sendiri-sendiri. Piranti pengamanan juga mulai kami siapkan, seperti tempat tidur yang rendah dan pegangan di kamar mandi. Pokoknya memang masa itu pasti datang. Kita pun nanti pasti mengalaminya, ya kan?

    BalasHapus
  16. Beruntung dan bersyukur seorang anak yang bisa merawat orangtuanya saat sudah lanjut usia. Seperti Mbak Septi ini, Semoga Bapak Ibu sehat selalu. Alhamdulillah selalu bisa di dekat dan merawat Beliau berdua ya Mbak
    Aku sejak lulus SMA sudah jauh dari ortu..Apalagi udah nikah gini, paling setahun sekali dua kali aja ketemu. Jadi cuma tahu ceritanya aja kondisi ortuku dari kakakku yang tinggal bersama Ortuku. Dan, Alhamdulillah di usia Bapak 82 daan Ibu 76 tahun ,masih sehat terkontrol kondisinya

    BalasHapus
  17. Aku dikasih kesempatan merawat ibu yang sakit-sakitan. Sayang, aku blm sempat mengalami peristiwa seperti mba Wita. Hubungan kami biasa-biasa saja sampai ibu berpulang mendadak dan rasanya baru ngeh selama ini jarang ngobrol mendalam sama almarhum. Mendampingi beliau selama 7 tahun terakhir rasanya masih banyak yang belum aku lakukan. Aku pikir masih ada waktu, ibu masih akan lama bersamaku. Ternyata... Takdir berkata lain. Dan aku bersyukur untuk 7 tahun terakhir bersama beliau. Semoga kita semua bisa merawat ortu dengan ikhlas ya mba.. salam hormat utk bapak sama ibu..

    BalasHapus
  18. Berbicara tentang merawat orangtua saya jadi ingat nenek mertua. Dulu beliau sakit karena terjatuh, padahal sebelumnya beliau sehat dan terlihat bugar. Pada akhirnya kondisi fisik yang membuat beliau berpulang.
    Kisah Wita dan ibunya sangat inspiratif, ya, Mbak. Banyak yang bisa kita ambil hikmahnya

    BalasHapus
  19. Selalu menyenangkan merawat lansia jika penuh cinta. Aku juga sempat rawat almarhumah nenek aku sampai beliau berpulang. Ada cabaran tersendiri, tapi semua bisa dilewati karna ikhlas dan sabar. Snagt menyentuh sekali cerita mbak dan ibunya..

    BalasHapus
  20. ilmu yang sangat berharga untuk merawat orang tua ya :') terimakasih telah berbagi ya kak

    BalasHapus
  21. makasih sharingnya, ya semoga kita diberi kekuatan merawat orang tua

    BalasHapus
  22. Aq anak bungsu dan rumah masih sama orang tua. Konflik trus apalagi ada luka batin di masa kecil. Tp aku berusaha sebisa mungkin menjaga mereka sampai akhir hayat.. Terimakasih sharingnya ya mbak.. Ada banyak hal yg harus saya benahi jg setelah membaca ini 😊

    BalasHapus