Kita pasti
tua
Lemah dan tak
bertenaga
Dibalik
rambut putihku
Kita pasti
tua mulai pelan dan pelupa
Rabun sudah
bola mata
Ada yang tak
berubah
Kita pasti
tua
Suara Ari Lesmana mengalun pelan dalam pendengaranku
malam itu. Penggalan lirik lagu Kita Pasti Tua karya grup band Fourtwnty
dari album “Ego & Fungsi Otak” di atas bercerita kondisi kita di usia
lanjut. Ari Lesmana benar menggambarkannya. Tahun 2020 Ibuku mengeluh lutut dan
tumit yang sakit, padahal kala itu Ibuku rajin olahraga mulai jalan kaki dan
lari. Jarak tak pernah dihiraukannya.
Hingga suatu pagi ketika bangun tidur, lututnya terasa
kaku, dan satu lututnya tak bisa diluruskan sejajar dengan lantai jika
selonjoran. Aku bawa Ibuku ke klinik, dan dirujuk ke RS untuk foto rontgen.
Oleh dokter spesialis rehab medik, Ibu didiagnosa osteoarthritis.
Akhirnya sebelum pandemi, Ibu rutin menjalani fisioterapi di RS. Beliau tak
boleh lagi berlari.
Sedangkan Bapak yang dulu mengenalkanku pada teknologi
bernama komputer, malah sekarang sering bertanya padaku jika ada masalah pada
pekerjaannya. Beliau sekarang mudah lupa. TV dirumah juga semakin kencang kala Bapak
nonton siaran berita. Apa Bapak tidak dengar dengan volume remote yang kecil?
(Baca juga : Ketika Bapak Tanya Melulu)
Ternyata itu adalah hal yang alamiah, yang terjadi pada
manusia, siapapun itu. Hal ini aku dapatkan ketika mengikuti zoom meeting Refresh
Ilmu Malam Minggu untuk alumni Enlightening Parenting pada 7
November 2020 dengan pembicara dr. Melda Warliani, Sp.KFR, Mbak Wita Dewi dan
Bu Okina Fitriani, S.Psi, MA, Psikolog. Iya, memang sudah lama tulisan ini
hanya teronggok menjadi draft semata. Hingga aku berniat menyelesaikan
pada awal tahun ini.
Menurut dr Imey –panggilan dr Melda-, proses bertambah
tua / penuaan (aging) tidak tiba-tiba muncul usia 50 tahun atau 60
tahun. Namun dimulai sejak usia kita ini. Artinya, kita sekarang sedang dalam tahap
aging sampai memuncak di usia lanjut. Proses penuaan memang lama
(kronik) dan itu normal. Jadi semua orang akan mengalami ini, baik artis,
dokter, atlit, pelan namun pasti kita akan mencapai tahap aging saat
kita usia lanjut.
Puncaknya adalah hilangnya fungsi regenerasi dan bioproteksi. Apa itu? Gampangnya gini : seorang anak ketika jatuh dan terluka akan cepet sembuhnya. Namun ketika semakin berumur dan penuaan terjadi, regenerasi/perbaikan sel tubuh mulai melambat, sampai tidak dapat memperbaiki dirinya sendiri (penurunan kemampuan sel). Hingga terjadilah perubahan fungsi organ tubuh.
dr Melda Warliani, Sp. KFR (K) menjelaskan mengenai kondisi lanjut usia, Alhamdulillah beliau jelasin nggak cepat-cepat :) Makasih dok Imey :)) |
Apa itu Lanjut Usia?
Aku ingin manyamakan asumsi mengenai gerontologi,
geriatri dan usia lanjut. Tolak ukur usia lanjut adalah mereka yang berusia 60
tahun ke atas (ini berdasarkan Undang-Undang Nomor 13 Tahun 1998 tentang
Kesejahteraan Lanjut Usia).
Gerontologi adalah semua
ilmu (bukan cuma di kedokteran), yang mempelajari kehidupan manusia usia
lanjut. Sedangkan Geriatri adalah bagian dari ilmu kedokteran yang mempelajari
kesehatan pada usia lanjut. Di Indonesia ada dokter yang secara khusus
menangani pasien usia lanjut, yakni dokter rehab medik konsultan geriatri (
gelarnya dr. Sp.KFR (K))
Penyebutan geriatri merujuk pada orang usia lanjut
yang punya masalah medis lebih dari satu. Sedangkan orang diatas 60 tahun tanpa
adanya penyakit disebut usia lanjut. Untuk memudahkan pembahasan, aku menggunakan
istilah usia lanjut dalam tulisan ini.
Mengapa Merawat Orang Tua Lanjut Usia?
Menurut Bu Okina, rujukannya adalah ayat Allah yakni Q.S
Annisa ayat 36 Di ayat tersebut
disebutkan perintah berbakti pada orangtua setelah perintah menyembah Tuhan.
Dalam materinya, dr Imey juga menjelaskan hal ini karena perintah Allah untuk berbuat baik kepada Ibu dan Bapak, seperti pada Q.S Al Isro ayat 23. Tidak hanya itu, kenapa kita harus mendampingi orangtua di usia lanjut karena pada usia lanjut ada perubahan fungsi organ tubuh.
Lanjut Usia Menurut dr. Melda, Sp. KFR, spesialis rehab medik
Masalah Fisik
Efek penuaan menurut dr Imey dapat menyerang fungsi otak,
neuron, fungsi jantung dan pembuluh darah, fungsi paru-paru, fungsi otot,
komposisi tubuh, dan menyerang metabolisme.
Contoh gangguan fungsi otak, adalah mereka mudah lupa. Baru
saja ngomong sesuatu kemudian diulang lagi, hal yang sama, termasuk ngomel yang
berulang. HEHE :p
Hal ini karena neuron sel saraf sudah menurun, berbeda
ketika masa anak-anak diajarin cepet karena jaras-jaras otak semakin naik dan
mudah menyerap sesuatu seperti spons, sementara pada usia lanjut malah sebaliknya.
Akhirnya gangguan otak dan per-syaraf-an berefek pada tidak mampu mengontrol gerakan,
tangan mudah gemetar, jalannya nggak cepet. Gerakannya tak lagi tangkas.
Orangtua pada usia lanjut juga mengalami masalah pada jantung
dan pembuluh darah. Badan kita saat berkegiatan butuh oksigen, namun pada usia
lanjut mengalami penurunan kemampuan menghantarkan oksigen ke seluruh tubuh.
Akhirnya tekanan darah naik.
Saat masih muda dulu pembuluh darah juga bersih, tapi
kebiasaan di masa muda makan yang enak, mulai timbul plak seperti lapisan
lemak, lama kelamaan tekanan darah tinggi.
Untuk masalah jantung misalnya yang harusnya memompa
cepet malah lambat, yang harusnya lambat jadi cepat. Dulu masih muda kekar dan berotot,
bisa ngangkat satu karung beras, sekarang ngangkat piring gemeteran, dulu lari
bisa berpuluh kilometer, sekarang baru 5 meter lelah.
Untuk keseimbangan, dulu jalan bisa cepet, mau ada batu
gundukan-lah. Saat usia lanjut, ototnya terganggu, maka berpengaruh pada
gerakan keseimbangan. Dulu kuat naik turun tangga, tapi saat usia lanjut naik
tangga lutut bunyi krek krek kayak engsel pintu.
Masalah lainnya ada penurunan massa otot, lemak bebasnya
berkurang, akhirnya tubuh menjadi kewer-kewer. Kepadatan tulang juga
berkurang menyebabkan kepleset dikit jadi patah panggul atau patah pergelangan
tangan. Hal ini karena massa tulang yang keropos. Diabetes juga menjadi masalah
yang banyak pada usia lanjut karena penggunaan gula yang berlebihan.
Kebanyakan pada geriatri mengalami malnutrisi karena
nafsu makan berkurang, sebabnya penyerapan usus berkurang. Kadang ngerasa sudah
kenyang, karena sensor tubuhnya menurun, sehingga nggak bisa mengenal lapar dan
kenyang.
Fungsi ginjal tidak berfungsi dengan baik akhirnya
dehidrasi. Resikonya nggak bisa nahan buang air kecil, keluar saja, dan itu
tidak dirasakan.
Tentu masalah-masalah ini semua akan berefek pada
kegiatan sehari-hari orangtua usia lanjut. Maka kita perlu sadari bahwa ini
NORMAL, karena semua orang akan mengalami penuaan. Jadi jika kita ajak orangtua muterin Tunjungan Plaza 1-6 Surabaya lalu nyampe rumah mereka dongkol, nggak malah hepi, ya wajar aja, karena kekuatan otot kaki berkurang, belum lagi jika lututnya radang sendi :)
Sehingga dalam dunia medis, pada pasien usia lanjut akan
diperiksa 14 i di bawah ini.
Kadang untuk menyelesaikannya dibutuhkan beberapa disiplin ilmu selain dokter
rehab medik, diantaranya penyakit dalam, psikolog, terapis, psikiater, juga
ada tim nyeri.
1.
Imobilisasi :
lebih banyak diem dan tidur
2.
Instabilitas :
gangguan keseimbangan, mudah jatuh
3.
Inkontinens :
nggak bsia nahan buang air kecil
4.
Intelektual
impairment : masalah kognisi
5.
Infeksi : karena
penurunan imun, dan infeksi bisa terjadi di mana saja
6.
Impairment of
vision and hearing :
penglihatan dan pendengaran menurun misalnya manggil, kok nggak denger.
7.
Irritable colon :
gampang diare atau malah konstipasi, jarang BAB
8.
Isolasition (depresi)
: jika di rehab medik begitu ada depresi program yang lain akan sulit untuk
jalan, sehingga sebisa mungkin jangan terjadi
sumber foto : mbak Kunti melalui grup WA TBS |
9.
Inanition (malnutrisi)
: penyerapan di usus berkurang, nafsu makan berkurang
10. Impecunity (masalah keuanagan) : tadinya
aktif, menghasilkan, mandiri, tiba2 pensiun,
11. Iatrogenesis (akibat obat-obatan) : geriatri
obatnya banyak. Boro-boro usia lanjut mau makan, karena mereka minum obat saja
sudah kenyang. Dokter Imey pernah mendapati pasien yang mengkonsumsi obat paling
banyak 14 jenis obat2an. Sebabnya saat diberi dokter lain, nggak bilang di dokter
yang baru, padahal jenisnya sama.
12. Imsonia (gangguan tidur) : biasanya jam 8
sudah bisa dengan mudah tidur, pada usia lanjut kadang jam 10 nggak bisa tidur,
atau mudah terbangun saat tidur
13. Immune defisiensi : penurunan imun
14. Impotensi : keluhannya banyak terutama pada usia lanjut
awal.
Biasanya kadang muncul 3 dari 14 i, kadang malah
semuanya, tergantung kondisi medisnya dan support system pasien.
Masalah Psikososial
Yang paling
banyak terjadi pada usia lanjut adalah perasaan kecemasan dan ketakutan.
Misalnya mengenai status kehidupan sosial, dulunya seseorang yang menjabat,
sekarang tidak. Merasa kehilangan peranan, status, jabatan, teman, relasi, anak
dan keluarga.
Mereka juga
merasa kesepian dan berpikir apa umur segitu mereka masih dibutuhkan. Apalagi
setelah anak menikah dan berada jauh dari orangtua karena ikut suami/istri,
belum lagi kesibukan anak setelah berkeluarga.
Efeknya mudah
tersinggung, dan banyak menuntut. Dan hal tersebut BUKAN MEREKA BUAT-BUAT.
Apa yang bisa kita lakukan merawat orang tua usia lanjut
Sebelum membahas bagaimana merawat orangtua usia lanjut, maka perlu
diselesaikan terlebih dahulu jika ada konflik dengan mereka. Bagaimana caranya?
Pilihannya cuma dua. Mau kita maafkan. Menjalani usia
dengan bahagia, kesempatan yang ada kita manfaatkan sebaik-baiknya sebagai anak
lalu kita evaluasi dan atur strategi baru. ATAU terus mengingat masa lalu dan
membawa beban itu dalam kehidupan. Bisa jadi dulu yang kita rasakan adalah hal terbaik
yang bisa dilakukan orangtua dengan pengetahuannya saat itu.
Lalu apa yang bisa kita bantu mendampingi orangtua
pada usia lanjut?
Intinya menjaga kemampuan fungsi organ tubuh agar merasa baik, sampai
akhir hayatnya. Dokter Imey pernah melihat pasien geriatri di Taiwan yang
berkomunitas (komunitas geriatri). Mereka membuat acara yang menampilkan pasien usia lanjut,
penontonnya pun dari kalangan geriatri. Mereka masih bisa naik gunung, dan
bersepeda. Berarti, kesuksesan penuaan masih bisa dicapai.
Ada 3 hal kesuksesan dalam mendampingi lanjut usia :
1.
Meminimalisir
risiko medis
2.
Menjaga hubungan dengan kehidupan sosial
3. Menjaga atau mempertahankan kondisi fisik, berpikir dan dan psikis
Membantu Mengurangi risiko medis
Kontrol dokter teratur
Kontrol dokter ada atau tidak ada gejala. Pada usia lanjut juga butuh cek up, 3-6 bulan sekali. Kalo ada
obat rutin, harus kontrol. Setelah obat habis tidak boleh beli sendiri. Kadang
pasien usia lanjut tidak kembali ke dokter awal dan beli sendiri obatnya,
padahal bisa memperburuk kondisi. Jadi, harus kontrol kepada dokter yang sama,
dokter yang telah memberi obat pertama.
List obat
Kita dapat membantu membuat list obat yang diminum apa
saja. Memastikan diminum berapa kali sehari, dan memastikan dosisnya benar.
Cara pemberiannya harus sebelum atau sesudah minum obat, atau efek sampingnya.
Kenapa butuh tahu efek samping? Misalnya obatnya membuat ngantuk, kita bisa
mengetahui tanda-tandanya.
Nutrisi
Nutrisi penting buat usia lanjut, karena mereka berisiko malnutri. Meski kelihatan besar/gendut belum tentu nutrisinya terpenuhi, karena kadang nutrisi tidak terserap dengan baik apalagi ketika banyak obat, sehingga makannya lebih sedikit.
Vitamin dan
mineral sebaiknya dalam bentuk alamiah ditambah suplemen, karena jika semua diberikan
dalam bentuk suplemen penyerapannya akan susah.
Cairan yang
diminum minimal 8 gelas sehari (1.500-2.500 ml sehari atau sekitar 30
ml/kg/hari). Hal ini akan berbeda pada pasien gagal ginjal karena dokter yang
akan menghitung kebutuhannya.
Usia lanjut cepat
kenyang karena mengkonsumsi obat-obatan, apa yang bisa kita bantu? Bantu
tetap makan sedikit demi sedikit, namun sering. Atau seperti yang kita lakukan pada anak
kita, menggunakan cara rayuan, menggunakan tampilan yang menarik dan rasa yang
kuat (karena pengecapan usia lanjut menurun).
Lingkungan tempat tinggal
Jika ada risiko jatuh, kita bantu ada pegangan, atau anti
licin pada lantai. Kita juga perhatikan ruang tidurnya, apakah kasurnya bagus
untuk kondisi pinggangnya, posisi kasur dibawah apa diatas, jika kesulitan naik
bisa diganti kasur bawah. Jika kesulitan jongkok, bisa mengganti WC duduk. Sirkulasi
udara juga perlu diperhatikan.
poin yang digunakan dokter rehab medik untuk membantu pasien geriatri |
Membantu Kehidupan sosial-spiritual
Usia lanjut bisa
didukung berkomunitas karena dukungan orang terdekat sangat penting. Misalnya
komunitas geriatri, komunitas jantung sehat, ibu-ibu pengajian, dan komunitas
memberdayakan lainnya.
Ada waktunya
untuk beliau menjalankan hobby. Berikan beliau waktu luang (leisure time) dan
waktu senggang (free time). Menurut penelitian, social relationship
dapat meningkatkan kesehatan kita lebih lama 50%.
Membantu Tetap Aktif
Bantu mereka
tetap aktif baik untuk kekuatan otot dan tulang, keseimbangan, daya tahan otot,
jantung dan paru. Satu-satunya cara untuk meningkatkan ini semua, bukan
vitamin, namun latihan. Misalnya tulang sendi, jika tak dilatih tidak akan
terbentuk. Namun kita perlu tahu jenis latihannya, monitoringnya bagaimana dan
kapan harus dilakukan.
Fungsi latihan
fisik diantaranya mengurangi risiko jatih, meningkatkan massa tulang, juga kekuatan
otot. Dengan latihan fisik yang tepat, bisa meningkatkan level imun dan
kepercayaan diri. Seperti Ibuku yang radang sendi disarankan dokter rehab medik
menggunakan sepeda statis sebagai bentuk olahraganya. Sebelum pandemi Ibuk juga
rajin diterapi di rumah sakit, beliau merasa kakinya seperti dihangatkan.
Untuk kekuatan
otot dapat menggunakan alat yang ada di rumah, misalnya barble 1 kg lalu
perlahan dinaikkan menjadi 1.5 kg, sesuai kondisi. Bisa juga latihan
peregangan, ditahan kurang lebih 60 detik.
Yang pasti dalam
latihan fisik tidak boleh berlebihan. Ukuran berlebihan adalah jika bicaranya
patah-patah, hanya 2-3 kata sudah engap. Itu tandanya sudah berlebihan
intensitasnya.
Kuncinya latihan
fisik adalah dilakukan konsisten. Karena jika bolong-bolong, efeknya hanya
pegal-pegal saja, sementara tidak mendapat perbaikan jaringannya.
Pengalaman Mendampingi Ibu Lanjut Usia dari Mbak Wita
Sekarang mbak Wita Widi, berbagi pengalaman mendampingi mamanya yang berusia 67 tahun. Selanjutnya
aku ceritakan dengan penyebutan Wita dalam tulisan ini. Wita merupakan salah
satu dari team sharing Enlightening Parenting yang berhasil mengatasi
konflik dengan Ibunya.
Singkatnya saat
Wita hamil anak pertama, ia mengajak mamanya tinggal bersama. Ibu dua anak ini
membayangkan ceritanya akan indah jika hidup berdampingan dengan mama. Ternyata
baginya itu hanya impian belaka.
Hampir setiap hari, pemilik bisnis kuliner ini dimarah-marahin mamanya. Apalagi setelah ia memutuskan menjadi ibu rumah tangga setelah melahirkan, akhirnya mau tidak mau bertemu setiap hari, setiap saat. Perilaku mamanya selain marah juga membentak bahkan menggunakan bahasa yang kasar saat ngobrol dengan Wita. Belum lagi jika memanggil harus menggunakan nada teriak.
Mba Wita yang sekarang hepi tinggal bareng Mama. Sumber poto : oleh Bu Okina Fitriani melalui grup WA TBS |
Yang tidak pernah
dilupakan Wita adalah ketika hamil anak kedua, ia dimarahin dan menangis di
depan mamanya. Saat menangis, ia malah terus dimarahin. Efek dari konflik ini
adalah Wita dan mamanya sering sakit typus, rajin ke Rumah Sakit bahkan dirawat
di Rumah Sakit. Sakit flu pun harus menggunakan antibiotik, karena ia merasa
tidak mempan lagi obat flu yang biasa.
Ternyata mama
Wita juga memiliki hubungan yang buruk dengan suaminya, dengan saudara mamanya,
dengan besannya. Kakak Wita sendiri saja menyerah hingga jarang
menengok.
Yang dilakukan
Wita saat itu adalah curhat ke ustadz, pergi ke psikolog dan psikiater. Ia
merasa, minimal tidak hanya suaminya saja yang kena curhat, namun orang-orang
itu. Selama 9 bulan ia rutin ke psikolog dan psikiater. Ada yang membekas dari
curhatnya ke ustadz, ia diajarkan meditasi dzikir sehingga hatinya lebih
tenang.
Hingga dari
ketenangan itu membawanya pada training Enlightening Parenting dan Tranforming
Behavior Skill yang dimentori oleh Okina Fitriani, S.Psi, MA, Psikolog, juga
forum Merajut Hubungan dengan Orang Tua dan Mertua (MOM) yang diisi Dini Swastiana.
(Baca juga : Merajut Cinta dengan Orangtua dan Mertua)
Dari pelatihan
itu ia menemukan makna baru atas perlakukan mamanya. Makna yang Wita
pilih adalah mamanya itu kesepian. Mengalami perceraian sejak Wita balita
dan menjanda hingga saat ini. Beliau single parent dan mencari nafkah
sendiri hingga bisa menyekolahkan Wita. Mamanya juga kecewa ternyata Wita menjadi
ibu rumah tangga.
Yang dilakukan
Wita adalah mencatat semua kesukaan mamanya. Ada tiga hal disimpulkan,
mamanya suka baju baru, make up, dan jalan-jalan. Tak lupa Ibu dua anak
ini juga mencatat yang tidak disukai mamanya. Salah satunya tidak suka
Wita memakai daster. Agar mamanya didekati tidak “nyetrum”, maka Wita membuang
semua dasternya.
Wita juga
membantu mamanya mengatasi trauma ketinggian. Ilmu ini ia peroleh dari training
Enlightening Parenting dari Bu Okina Fitriani. Wita ingat, 30 tahun yang lalu,
mamanya menolak ditawari naik haji dan dibiayai penuh oleh kantor tempatnya
bekerja hanya karena takut ketinggian.
Berkat bantuan
Wita, saat ini mamanya sudah ke Mekkah, dan menjelajah bumi Allah di luar
negeri menggunakan moda transportasi burung besi. Wita pun membantu meraih
impian-impian mamanya seperti kuliah lagi di jurusan sastra inggris dan
melengkapi semua biaya administrasinya.
Tak berhenti disitu,
berkat ilmu coaching yang diajarkan di Enlightening Parenting, Wita
mewujudkan mimpi mamanya menjadi penulis. Hingga Ibunya telah mengeluarkan 3
buku secara indie.
Wita juga
mencatat semua kebaikan mamanya, ia menajamkan semua inderanya. Ia menyimpulkan
bahwa sebenarnya mamanya seru diajak ngobrol asal sikonnya pas. Ia terus
fleksible dalam bertindak.
Sekarang Wita
dengan bangga mengatakan bahwa mamanya adalah sahabatnya. Yang bersamanya ia
bisa cerita apa saja baik masa lalu, atau masa depan.
Setelah semua
yang diperjuangkan, komunikasinya sudah membaik, ia juga sering berpelukan
dengan mamanya. Yang lebih penting lagi ia tak pernah lagi curhat kegeramannya
pada mama kepada kesuaminya, yang ia ceritakan sekarang adalah hal-hal yang
membahagiakan. Wita jadi lebih betah berada di rumah. Saat ini Wita juga
menjadi sumber terpercaya mamanya dalam pengasuhan cucu-cucunya.
Dulu Wita
berpikir apakah karena kehadirannya di dunia, yang bikin mama menderita. Namun
disuatu hari, mamanya mendekatinya dan mengucapkan kalimat penuh keharuan.
“Tahu nggak Ta
(Wita), mama nggak pernah kepikiran papamu, tadi habis (setelah) shalat, mama
bilang ‘Papa makasih ya sudah kasih Ita buat mama, mama beruntung punya Ita’” Esoknya
mamanya mengatakan hal yang sama “Mama beruntung punya Ita”. Kalimat itu
membuat indera penglihatannya berkaca-kaca, ia peluk mamanya entah berapa kali.
Saat ini, ia dan
mamanya menjadi tim yang solid saat anaknya sakit. Ia juga kompak janjian
sahur, puasa sunnah bersama, bahkan shalat tahajud bareng.
Setelah ia renungi,
sebab konfliknya dengan orang yang melahirkannnya selama ini adalah ego, merasa
diri ini pinter, merasa diri ini berhak diginiin, atau merasa diri ini korban.
Kadang ia juga membandingkan diri dengan orang lain. Hingga ia berjuang dengan
mengambil makna dan melakukan upaya terindah.
Sungguh mendengar cerita Wita, mataku menghangat. Ada
embun kecil yang tekanannya mendorong untuk segera dikeluarkan. Aku inget betul,
suatu pagi membaca harian Kompas, ada kalimat berkesan. Zhou Daxin pemenang
hadiah sastra Mau Dun mengatakan lanjut usia ibarat langit yang menjadi gelap
perlahan-lahan (The Sky Gets Dark, Slowly).
Namun dengan sharing Wita, aku bisa simpulkan,
ternyata orangtua pada usia lanjut tak (selalu) gelap perlahan, ia bisa
bersinar. Bahkan kejoranya lebih terang.
Penutup
Menurut Bu Okina
Fitriani biarkan orangtua pada usia lanjut merasa tenang. Tugas kita adalah
membantu beliau menjalani usia lanjut dengan bahagia dan tidak mengubah-ngubah
mereka. Kita terus tingkatkan usaha terbaik dan terindah agar kualitas hidup orangtua
pada usia lanjut semakin meningkat.
Bu Okina menggunakan latar poto almarhum Ayahnya, juga poto Ibunya yang kini divonis dementia |
Hmm jadi
ingat apa kata Allah,
Bukankah perintah
berbakti pada orangtua, setelah perintah menyembah Tuhan?
Bukankah kita
pasti tua?
Nantinya ...
Juga mengalami
semuanya ...
***
Teman-teman, hari
ini sudah bertanya kabar orangtua/mertuanya? Pernah mendampingi orangtua lanjut usia? Bagikan pengalamannya di kolom komentar ya :)
jujur, aku kayanya ga akan sanggup kalau harus merawat orang tua. kebetulan saja masih ada kakak di kampung halaman, jadi secara otomatis kelimpahan tugas. ibu diabet yg lalu komplikasi, dan bapak penurunan fungsi paru dan jantung. keduanya sudah berpulang.
BalasHapusah semoga masih banyak waktu berbagi cinta dengan ortunya ya, mbak.
Amin, makasih ya mba sudah mampir kesini. Alfatihah buat kedua orangtuanya mba.
Hapusklo dulu oas kuliah ada mata kuliah masalah sosial lansia
BalasHapussaat lansia itu seperti banduk jam, kembali spt masa masa saat balita
secara fisik butuh bantua scr psikologis juga sangat butuh perhatian
halo mba Dian, apa kabar? Iya aku masih belajar memahami perubahan yang terjadi. Dan bantu Ibuku kalo dibutuhkan antar ke dokter atau terapi di RS. Semoga mba Dian dan keluarga sehat selalu ya mba :)
Hapus"Mencatat kesukaan ibu". Noted mbak. Hal sepele padahal besar sekali manfaatnya karena dari sana bisa pelan-pelan maupun terus menerus membuat orang tua yang sudah lansia menjadi tenang dan senang ya :)
BalasHapusiya mbak, dulu waktu kecil kita juga berusaha dibikin seneng sama orangtua juga khan, seperti dibelikan bola bekel :)
HapusIlmu yang sangat bermanfaat dan mengingatkan kembali bagaimana seharusnya perlakuan pada orangtua.
BalasHapusAlhamdulillah, semoga ada manfaatnya ya mba :)
HapusMenyenangkan bisa merawat orang tua lansia, meniti jalan ridhoNya....semoga bisa sebagai anak berbakti kepada keduanya bahkan lansia sekalipun. Insya Allah ada jalan kebaikan...
BalasHapusAmin, makasih mas Ferry sudah mampir kesini :)
HapusYa ampun bagus banget tulisan nya
BalasHapusSaya bookmark ya
Trus ibunya Mbak Septi ga pernah jalan kaki lagi?
Saya juga punya masalah di kaki tapi tetap pingin jalan
Ibu saya sekarang masih jalan kaki ke pasar tapi itupun jarang banget, lebih memilih beli di mas-mas yang lewat depan rumah buat belanja hehe. Paling aku ajak jalan ke alam yang ada tempat duduknya :) Kalo lari udah nggak pernah lagi. Naik turun tangga juga dikurangi. Makasih ambu :)
HapusNgomongin soal usia lanjut, aku pas jaga'in almarhumah nenek pernah dimarahin beliau, padahal udah ijin dengan beliau untuk pindah channel tv. Pas kupindahin channel, eh, dimarahin. Wkwkwk.
BalasHapusKalo jagain Papaku, dimarahin juga kadang-kadang. Tapi aku usahakan nggak ambil hati, karena kondisi beliau juga hanya bisa rebahan & duduk bersandar. Aktivitas lainnya sudah harus dibantu, makan disuapin, BAB dicebokin dll. Paling tidak aku merasakanlah gimana merawat yang lanjut usia, walaupun bergantian dengan Mama & Adik.
Semoga menjadi jalan kebaikan berbakti ya mba :) Salut banget sama perjuangannya mendampingi Papanya. Hehe neneknya kayak anak saya :p ya gimana lagi, mungkin bagi neneknya mbak hanya TV itulah hiburannya :)
HapusTerharu sama kisah mbak Wita, tulisan ini kudu disave nih siapa tau suatu saat butuh
BalasHapusMba Wita emang menginspirasi mba :) Makasih ya mba, semoga bermanfaat :)
HapusAku terharu banget baca kisah mb Wita. Ditunjukkan jalan oleh Allah swt hingga bisa bersahabat ama Mamanya. Barakallah semoga mba Wita umur panjang dan banyak rizki.
BalasHapusBtw...i-nya sampai 14, banyak juga yah. Aku engga mau terlalu mikiran ah. Soalnya aku udah termasuk golongan ini...hehe...
Sistaaa,
BalasHapusTrimakasiiii artikelnyaaa
Aku sekarang dapat amanah menemani ibu mertua yg udah sepuh. Beliau baiiikk sih, cuma ya kadang karena kami serumah, beberapa kali aku gesrek sih ya. 😆 yg jelas, artikel ini jadi friendly reminder buat aquu
Makasiii😍
sekarang saya juga mendapat amanah menjaga ibu mertua yang sakit, tidak bisa bangun dari tempat tidur karena saraf tulang belakang dan pernah jatuh. Semua aktivitas hanya dilakukan di tempat tidur. Pada awal-awal sakit beliau memang sering marah-marah bahkan mengamuk mungkin karena stress juga menghadapi kondisinya yg tidak berdaya. Namun kini emosi Ibu sudah jauh lebih baik, stabil, tidak mudah marah, walaupun fisik belum kuat. Kami anak-anak berusaha merawat sebaik mungkin. Penguat kami adalah keyakinan akan kasih sayang dan rida Allah di balik semua ini.
BalasHapushiks hiks ...
BalasHapusduluuuu aku malah temen berantem ibu, tapi saat aku sudah berkeluarga, aku baru tahu bahwa Ibu tuh segalanya untukku...
Aku malah siap menghajar siapa saja yang berani melawan ibuku. Aku berteman dengan Ibu di level yang indah, berdoa semoga aku bisa kayak mbak Wita Widi, barakallah banget ya beliau, bisa menyekolahkan ibunya, bisa meng(haji atau umroh)kan ibunya, semoga aku bisa begitu juga nanti.
Dan kuberharap anak-anakku juga kelak akan menjadi sahabat di kala usia senja, amiiin
makasih ya mbak ulasannya baguuus bangeeet
Yuni nih mulai memperhatikan lingkungan. Sebisa mungkin menciptakan suasana lingkungan yang aman. Nggak licin dan lainnya. Apalagi ibuku keseimbangannya mulai goyang. Kadang nggak bisa berdiri lama juga.
BalasHapusAku kadang penasaran, apa yg dilakukan oleh Mahatir Muhammad dan ratu Elizabeth, sudah 90 tahun lebih tapi msh aktif dan pemimpin negara pula. Walopun aku ga yakin akan bisa sesehat mereka di masa tua, tapi keinginan itu msh kuat bgt. Setidaknya dgn olahraga setiap hari, melatih otak dengan membaca, ngaji, dan hitung2an juga.
BalasHapusMertuaku kebetulan 2&2 nya udh ga ada. Tapi mereka saat meninggal semua berlangsung cepet mulai dr sakit dan meninggal. Hanya itungan hari. Jd jujur aku ga sempet merawat lama. Ortuku sendiri msh aktif juga, pegang bisnisnya. Walopun mama yg udh mulai banyak keluhan pinggang, jantung dll . Cuma bersyukurnya mama tinggal Ama adekku yg kebetulan dokter di Medan. Jd agak tenang sih kalo sakit mama kumat, ada adek yg LBH ngerti.
Tapi setidaknya baca tulisan ini, aku jd LBH paham dan bisa merasakan mba. 1 yg aku pengen banget, aku berharap tidak menyusahkan anak2ku di masa tua.
Saya merasakan betul sekarang ortu sudah tua dan mulai mengalami berbagai masalah kesehatan dan psikologi. Sebenarnya nggak terlalu kesepian karena masih ada kakak. Tapi namanya orangtua, ya pokoknya berasa sepi kalau anak-anak sudah berumah tangga sendiri-sendiri. Piranti pengamanan juga mulai kami siapkan, seperti tempat tidur yang rendah dan pegangan di kamar mandi. Pokoknya memang masa itu pasti datang. Kita pun nanti pasti mengalaminya, ya kan?
BalasHapusBeruntung dan bersyukur seorang anak yang bisa merawat orangtuanya saat sudah lanjut usia. Seperti Mbak Septi ini, Semoga Bapak Ibu sehat selalu. Alhamdulillah selalu bisa di dekat dan merawat Beliau berdua ya Mbak
BalasHapusAku sejak lulus SMA sudah jauh dari ortu..Apalagi udah nikah gini, paling setahun sekali dua kali aja ketemu. Jadi cuma tahu ceritanya aja kondisi ortuku dari kakakku yang tinggal bersama Ortuku. Dan, Alhamdulillah di usia Bapak 82 daan Ibu 76 tahun ,masih sehat terkontrol kondisinya
Aku dikasih kesempatan merawat ibu yang sakit-sakitan. Sayang, aku blm sempat mengalami peristiwa seperti mba Wita. Hubungan kami biasa-biasa saja sampai ibu berpulang mendadak dan rasanya baru ngeh selama ini jarang ngobrol mendalam sama almarhum. Mendampingi beliau selama 7 tahun terakhir rasanya masih banyak yang belum aku lakukan. Aku pikir masih ada waktu, ibu masih akan lama bersamaku. Ternyata... Takdir berkata lain. Dan aku bersyukur untuk 7 tahun terakhir bersama beliau. Semoga kita semua bisa merawat ortu dengan ikhlas ya mba.. salam hormat utk bapak sama ibu..
BalasHapusBerbicara tentang merawat orangtua saya jadi ingat nenek mertua. Dulu beliau sakit karena terjatuh, padahal sebelumnya beliau sehat dan terlihat bugar. Pada akhirnya kondisi fisik yang membuat beliau berpulang.
BalasHapusKisah Wita dan ibunya sangat inspiratif, ya, Mbak. Banyak yang bisa kita ambil hikmahnya
Selalu menyenangkan merawat lansia jika penuh cinta. Aku juga sempat rawat almarhumah nenek aku sampai beliau berpulang. Ada cabaran tersendiri, tapi semua bisa dilewati karna ikhlas dan sabar. Snagt menyentuh sekali cerita mbak dan ibunya..
BalasHapusilmu yang sangat berharga untuk merawat orang tua ya :') terimakasih telah berbagi ya kak
BalasHapusmakasih sharingnya, ya semoga kita diberi kekuatan merawat orang tua
BalasHapusAq anak bungsu dan rumah masih sama orang tua. Konflik trus apalagi ada luka batin di masa kecil. Tp aku berusaha sebisa mungkin menjaga mereka sampai akhir hayat.. Terimakasih sharingnya ya mbak.. Ada banyak hal yg harus saya benahi jg setelah membaca ini 😊
BalasHapus