Panduan Orang Tua Kenali Minat dan Bakat Anak Sejak Dini

 

Hari ini anak tertarik sepatu roda, namun tiga hari kemudian ingin jadi drummer. Orang tua berpikir anaknya berbakat pada seni, ternyata si anak memilih menekuni coding. Lalu orang tua ikut galau memilihkan kegiatan apa untuk memfasilitasi anak.

 

Pernah nggak, kalian merasa kesulitan identifikasi minat dan bakat anak? Apakah si kecil tertarik suatu kegiatan secara sementara atau benar-benar berbakat pada kesibukan yang dilakukan?


Panduan-Orang-Tua-Kenali-Minat-dan-Bakat-Anak-Sejak-Dini


Alhamdulillah Queenrides Webinar mengangkat tema yang menarik yakni Cara Mengenali Bakat dan Minat Sejak Dini. Queenrides adalah platform yang mengedukasi perempuan tentang keselamatan berkendara. Kini, Queenrides menambahkan pilar baru di platformnya, seperti Pemberdayaan Ekonomi, Pendidikan Keluarga, Literasi Digital, dan Kesehatan Mental.

 

Queenrides yang digawangi oleh mbak Iim Fahima Jachja kali ini menggandeng psikolog pendidikan, Ibu Rafika Ariani, M. Psi., Psikolog, untuk menjabarkan kegalauan orang tua mengenai minat dan bakat ini.

 

Queenrides menyebut bahwa dengan mengenali minat dan bakat anak sejak dini, kerja orangtua akan lebih efisien dan pendidikan lebih terarah dan lebih efektif. Serta anak bisa lebih cepat berkembang dalam bidang yang mereka sukai.

 

“Ingin anak berhasil di masa depan? Bantu dia menemukan minat dan bakatnya sejak dini, sehingga pembelajaran lebih fokus, eksplorasi lebih terarah. Waktu, uang dan tenaga tidak terbuang percuma”. ujar Iim pada status facebooknya.



(Baca juga : Menjaga Gairah Belajar dengan CEPE)





Apa sih Minat dan Bakat?

Menurut Ibu Rafika Ariani minat dan bakat adalah dua hal yang berbeda namun saling berkaitan. Minat yaitu kecenderungan atau ketertarikan seseorang terhadap suatu aktivitas atau bidang tertentu. Minat seringkali dipengaruhi oleh pengalaman, lingkungan, dan nilai-nilai pribadi.

 

Sementara bakat merupakan potensi bawaan yang dimiliki seseorang yang membuatnya unggul dalam suatu bidang tertentu. Bakat bersifat lebih spesifik dan cenderung stabil seiring waktu.

 

“Minat kalau diasah jadi kompeten bisa seperti bakat. Bakat kalau nggak diasah juga nggak akan muncul potensinya. Bakat kalau diasah terus bisa jadi minat.” ucap Bu Rafika Ariani mengawali obrolan.

 

Faktanya kita tidak langsung dapat mengetahui bakat anak sejak dini.

 

“Tergantung stimulasi yang kita kasih. Kalau anak nggak dikasih apa-apa, kita nggak tau anak punya bakat apa.” Bu Rafika menambahkan.

 

Minat dan bakat saling mempengaruhi. Minat bisa berubah. Bakat kecenderungan sulit hilang, namun tetap bisa hilang kalau tidak pernah diasah. Minat jika dilatih terus, diasah, bisa juga menjadi bakat. Minat dan bakat jadi acuan untuk milih karir nantinya. Sehingga minat dan bakat bisa menentukan karir seseorang.  

 

Mengapa Penting Mengenali Bakat dan Minat Anak Sejak Dini?

Untuk menjawabnya Ibu Rafika Ariani menanyakan apa pernah dengar Teori Hierarki Kebutuhan Maslow? Jadi ada lima tingkatan kebutuhan dalam hierarki Maslow yakni fisiologis, rasa aman, sosial, penghargaan, dan aktualisasi diri. 

 

Ketika manusia kebutuhan dasarnya sudah terpenuhi, maka akan ada kebutuhan psikologis atau kebutuhan untuk mengembangkan diri. Yakni menemukan kekuatan diri, kita sukanya apa.

 

Lalu ketika mendapatkannya dan diasah, maka akan memberikan perasaan atau emosi yang positif terhadap diri kita sendiri. Itu yang membuat hidup kita bermakna. Kita sebagai manusia punya kebutuhan untuk merasa bermakna. 




Sebagai orangtua kita seyogyanya tau apa kesukaan anak atau potensi dasar anak. Ketika orangtua tahu, kita bisa memberikan kegiatan atau stimulasi terkait minat atau bakatnya. Sehingga anak bisa mengembangkan dan bisa kompeten di dalam bidang tersebut. Lalu muncul perasaan atau emosi yang positif sehingga dia sebagai manusia bermakna.

 

Jika usia sekolah sudah tahu minat dan bakatnya, maka akan berpengaruh pada motivasi belajarnya. Misalnya ketika anak minat matematika dan dia merasa kompeten terus, tentu saja motivasinya meningkat dan rasa percaya dirinya tumbuh.

 

“Anak merasa ‘oh aku bisa’. Dampaknya nanti ketika memilih jurusan juga atau kerja apa. Ketika anak nggak tahu passionnya, nggak tahu karirnya apa, akhirnya hidup tidak bermakna di masa depan” ucap psikolog pendidikan ini.


(Baca juga : Perkembangan Otak, Kunci Kehebatan si Kecil, Berdasarkan Ahli Tumbuh Kembang)

 

Transformative Learning Cycle

Transformative Learning Cycle adalah penjelasan kenapa minat dan bakat saling mempengaruhi. Semua dimulai dari everyday learning activeties.


sumber gambar : presentasi Ibu Rafika Ariani, M.Psi, Psikolog


Dalam lingkaran di atas yang kita lihat pertama adalah yang tengah dimana pengalaman belajar sebagai stimulasi. Kegiatan apa yang yang membuat anak mau terlibat aktif. Orangtua mengenalkan sebanyak mungkin kegiatan yang bervariasi. Kita lihat apa interaksinya ada atau tidak, dia aktif terlibatkah, dan apakah terlihat bahagia. Karena itulah munculnya minat atau bakat.

 

Dengan mendorong anak terlibat atau memilih kegiatan terkait, maka muncul minat atau bakat. Melalui latihan dan penyempurnaan yang terus menerus, akan tercapai penguasaan atau terampil dan menjadi kompeten (mastery). Minat punya kontribusi cukup besar untuk mendorong kompetensi. Peningkatan kompetensi dapat memunculkan minat baru dibidang lain.

 

sumber gambar : presentasi Ibu Rafika Ariani, M.Psi, Psikolog


Tantangan Generasi Alpha di Masa Depan

Teman-teman Luigi hari ini kita anggap sebagai Gen Alpha. Generasi Alpha adalah generasi yang lahir antara tahun 2010 dan 2024. Mereka adalah generasi yang lahir di era digital. Kondisi dimana teknologi berkembang pesat. Informasi yang overload, dituntut berpikir cepat juga persaingan ketat. Selain itu kurangnya interaksi sosial langsung dan sulit fokus pada satu hal tertentu.

 

Dampaknya anak akan sulit identifikasi minat, karena banyak yang ditawarkan dari dunia digital. Kadang membuat bingung mana informasi yang benar. Sehingga yang terjadi adalah perubahan minat dengan cepat. Selain itu karena kurangnya interaksi sosial, membuat sulitnya komunikasi praktis.

 

Apa yang Bisa Orangtua Lakukan untuk Mengenali Minat dan Bakat?

Kita harus membantu anak untuk menemukan minat dan bakatnya. Dengan cara :

 

Tanya Anak Saat Sedang Melakukan Sebuah Kegiatan

Tanya anak saat sedang berkegiatan atau bermain, untuk menggali dia seneng nggak. “Misalnya kamu lagi bikin apa” Bu Rafika mencontohkan. Dari respon anak kita bisa lihat apakah ia menguasai kegiatan tersebut.

 

Amati Pemilihan Permainan Anak

Jika anak sendirian senangnya bermain apa. Misal suka main sepeda, mungkin anak suka kegiatan motorik atau berkegiatan di luar/oudoor.

 

Berikan Berbagai Pengalaman dan Stimulasi

Perkenalkan dengan kegiatan namun satu-satu terlebih dahulu agar tidak over-stimulated. Pelan tapi bervariasi. Anak juga tidak bingung dan kita sebagai orangtua tahu prosesnya. Terkadang lingkungan juga berpengaruh, tanpa kita beri anak bisa ter-ekspose sendiri.

 

Amati Anak Saat Bermain dengan Anak Lainnya

Apakah anak bisa bermain bersama. Dengan kehadiran anak lain tetep berminat nggak? Selain itu kita bisa bercerita, berbagai profesi kegiatan yang kita sukai. Bisa juga tanya ke guru atau pelatihnya. 


Dalam berkegiatan, perhatikan konsentrasi, ketekunan, kreativitas dan keterampilan. Jika berminat, pasti konsentrasinya stabil. Lihat juga saat anak merasa kesulitan tetap mau bertekun atau tidak.

 

Perhatikan Emosi Anak

Tanya perasaan ketika dia sudah melakukan pekerjaan tersebut, lihat wajahnya seneng apa nggak. Kalau seneng bisa jadi minat di bidang tersebut. Celotehannya gimana. Jika anak mengatakan seru banget bisa jadi ia minat dan senang. Namun jika diam bisa jadi belum minat.



(Baca jugaFuture Skills, Skill Apa yang Dibutuhkan Anak di Masa Depan)



Apakah memberikan stimulasi untuk tahu minat anak harus berbayar? Bisa iya, dan bisa juga tidak. Iya maksudnya di sini adalah mengikutkan pada les tertentu. Namun bisa dari tontonan edukatif di youtube.

 

Bu Iim Fahima mencontohkan anak pertamanya belajar piano dasar-dasar dari aplikasi di ponsel, belajar Bahasa Inggris melalui aplikasi duolingo. Sedangkan anak keduanya suka belajar sejarah seperti Perang Dunia bermula dari internet. Asal harus disupervisi terlebih dahulu agar terarah dan aman.

 

Bagaimana dengan tes minat bakat? Menurut Ibu Rafika Ariani, M. Psi., Psikolog, tes minat dan bakat baru bisa dilakukan ketika anak usia 14 tahun. Karena usia sebelum itu adalah usia eksplorasi sehingga minat bisa berubah-ubah. Secara usia perkembangan, 14 tahun lebih cenderung minatnya tetap, dan anak lebih tahu akan kemana.

 

Sementara tes sidik jari tidak valid atau tidak releable untuk melihat minat dan bakat anak. Jadi tidak direkomendasikan tes sidik jari. Tes yang valid adalah tes minat bakat dari psikolog. “namun jika ingin coba (tes sidik jari) ya silakan” Bu Rafika menutup secara diplomatis.

 

 

 


Tidak ada komentar