Bertepatan dengan Hari
Kesehatan Jiwa Sedunia 10 Oktober, saya ingin menuliskan review buku bergizi
yang penting untuk kesehatan mental, khususnya untuk perempuan yang telah menikah
berjudul Self-Care Project, Sebuah Seni
Menjaga Kewarasan Diri Agar Menjadi Ibu Rumah Tangga Bahagia.
Buku ini dikirimkan khusus
kepada saya pada suatu siang, namun tersisih oleh berbagai kesibukan antar
jemput sekolah, les, mengaji, latihan, dan turnamen catur dari kota ke kota.
Hingga pagi itu, saya mencari barang, menarik sebagian kertas yang membuat
buku-buku berjatuhan dari meja laptop.
Buku dengan cover
unik, dominan warna biru tua dan orange sukses menarik fokus saya. Lalu hati
tak ingin melewatkan setiap penuturan penulis buku Self-Care Project, Sebuah Seni Menjaga Kewarasan Diri Agar Menjadi Ibu
Rumah Tangga Bahagia hingga tuntas dibaca.
Blurp
Bagaimana
mungkin kita bisa membagikan kebahagiaan ke anak-suami dan sekitar kita, jika
kita sendiri saja belum tahu paham dan terampil menciptakan bahagia diri?
Sinopsis
Buku ini menjawab
tantangan para perempuan yang sudah menikah dan akhirnya melekat peran menjadi
istri, ibu, menantu atau peran lainnya. Menurut saya meski judulnya menjadi ibu
rumah tangga bahagia namun bisa dibaca untuk semua perempuan, karena
pembahasannya umum, hanya latar belakangnya adalah dari sudut pandang penulis
dari yang dialami menjadi ibu rumah tangga.
Penulisan buku ini
terpantik dari pengalaman penulis yang di masa kecilnya mendapati ibunya pada
pagi buta sudah beraktivitas di dapur, namun pagi itu berbeda. Suara keras terdengar dari dapur karena ibunya membuka kaleng sarden namun naas, tangan sang Ibu mengenai
kaleng sehingga darah mengucur.
Penulis yang bingung
harus berbuat apa, melihat sang ibu antara sedih, namun justru kemaharahan yang
dilampiaslan pada penulis karena hanya ia yang ada disitu. Sambil menangis sang
Ibu meneruskan memasak. Di masa dewasanya, penulis menerka, sebabnya adalah
karena sang Ibu kelelahan.
Setelah menjadi Ibu
dengan 3 anak, penulis pernah merasakan kesendirian mengerjakan beban pekerjaan
rumah. Bahkan pernah seharian tak mandi karena anaknya menempel. Ia bisa mandi
setelah suami pulang kerja. Karena benar-benar tak ada seorang pun orang dewasa
di rumah sebagai pihak yang bisa di delegasikan karena ia adalah perantau tanpa
asisten rumah tangga dan ke-3 anaknya homeschooling.
Penulis juga
memberikan data bahwa perempuan lebih rentan mengalami masalah kejiwaan
dibandingan laki-laki seperti risiko cemas dan depresi. Hingga penulis
menyodorkan solusi dari semua tantangan perempuan saat itu. Alih-alih me time yang biasanya dilakukan ibu ibu
era sekarang, namun bagaimana me time
bisa dilakukan jika kita masih ada “ekor” anak-anak?
Akhirnya penulis
membuat gagasan yang cocok untuk ibu rumah tangga yakni Self-care Project.
Apa itu Self-care Project?
Self-care Project
adalah sebuah pendekatan untuk
menjaga kewarasan, mencegah kelelahan mental di tengah tantangan peran
pengasuhan, proses menerima transformasi diri ibu agar tuntas menerima diri,
dengan karakteristiknya selalu menyempatkan atau mencari celah untuk
menjaga-memelihara kesehatan mental kita (mencakup 5 aspek kesejahteraan hidup)
secara konsisten dan berkesinambungan. (hal 24). Sehingga me time termasuk dalam self-care.
Self-care
membuat kita bisa menyediakan waktu khusus untuk diri sendiri, melakukan yang
disuka dan inginkan hingga terkoneksi dengan diri sendiri.
Self-care project adalah sebuah kemampuan individu untuk merawat diri agar sejahtera (well
being) individu secara fisik, mental, emosional, relasi dan spiritual. (hal.
29)
Ada 3 keterampilan
dasar self-care yang dipelajari dalam
buku ini. Seperti nutrisi, mindfulness dan tidur. Dan semuanya
disertai dengan riset yang berkesesuaian. Termasuk bagaimana hubungan kesadaran makan,
berjamurnya kafe kekinian dengan warisan gaya hidup ke anak. Penulis juga
memberikan percakapan cuplikan film Umar Bin Khattab, tentang perut yang besar
membuat malas shalat. (hal 100)
Berkesadaran dengan self-care project membuat makan tak
sekadar makan, namun juga harus halal dan toyib. Hingga dapat meningkatkan skill di rumah sebagai chef agar nutrisi keluarga tetap sehat.
Penulis juga
mengingatkan untuk memaknai apapun
pekerjaan yang dilakukan. Seperti dari sekadar menilai antar jemput anak les
dengan ojek, bisa mengubahnya ke manajer pendidikan.
Buku ini tidak sekadar teoritis, namun menjadi sebuah oase yang menyentuh nurani untuk mendengarkan kebutuhan diri. Setiap penuturannya membuat pikiran menari untuk berdialektika.
Ibarat bisikan baik dan bisikan buruk saling beradu argumen. Benarkah cara
hidup kita selama ini? Sudahkah kita mendengar kebutuhan diri?
Serunya lagi penulis memberikan kesempatan pembaca untuk me-challenge dengan Festival Pekan Rawat Diri. Perawatan diri ini teknisnya dapat dicapai, praktis dan realistis.
Penulis memberi contoh
seperti deep healing, meditasi pagi, mindful di setiap kegiatan (no multitasking), makanan untuk otak,
bersikap dan berkata baik pada diri sendiri, memaafkan diri, jurnal syukur, mindful living.
Selain itu ada home body workout, grounding, yoga, skincare, merangkai bunga, tidur siang, shopping dengan sadar, mendengarkan irama musik/nada, melihat film, urban farming, rileks dengan humor, I can say no thanks, mengambil gambar/foto, dress up, mindful gadget, senam otak, beberes, dan finding hope.
Semua disertai contoh dalam melakukannya dalam keseharian. Karena setelah membaca semua isinya, praktik self-care nyatanya dekat dengan keseharian kita.
Pembaca juga
diingatkan, sebagai perempuan untuk menyeimbangkan waktu diantaranya hamba time, me time, couple time, family time dan social time. Terakhir ada sesi tanya
jawab dan diskusi kasus.
Seperti apa teknis self-care project dan keseimbangan waktu
perempuan? Kapan kita tahu untuk menjeda, cukup, dan istirahat? Kapan pula kita butuh bantuan ahli? Kalian bisa membeli bukunya dan melahapnya dengan hati dan pikiran
jernih.
Saya sangat terkesan pada buku Self-Care Project, Sebuah Seni Menjaga Kewarasan Diri Agar Menjadi Ibu Rumah Tangga Bahagia. Menurut saya buku ini ibarat sebuah kompas untuk menengok ke dalam diri agar menjadi perempuan, istri, ibu, menantu dan apapun perannya itu untuk selalu sadar. Sadar itu berpikir sebelum melangkah. Sadar itu tahu risiko yang diperbuat.
Contohnya suka ajak
anak ke kafe dengan minuman dengan kandungan gula tinggi, tentu berisiko
diabetes. Sementara jika kita melihat hal lain, bukankah minuman atau makanan
yang “terlihat enak” di kafe bisa dibikin sendiri di dapur rumah. Bukankah
makanan yang dibikin untuk keluarga bisa menjadi kenangan indah, yang kegiatan masak
menjadi salah satu self-care project.
Intinya buku ini membantu
perempuan menjadi bertanggung jawab atas kebahagiaan diri sendiri, dengan
memenuhi kebutuhan fisik, emosional, psikologis dan sosial.
Sehingga insyaAllah
jika mempraktikkannya, kita jauh lebih bahagia, lebih produktif, fokus pada apa
yang bisa kita kendalikan, lebih keren lagi dalam menjalankan semua peran yang
menyertai. Dengan self-care project perempuan bisa menjawab tantangan dunia yang sibuk
dan kompetitif.
Data Buku
Penulis : Itsnita Husnufardani
ISBN : -
Tahun Terbit : 2024
Jumlah Halaman : 239 halaman
Genre : Nonfiksi – Pengembangan Diri
Dimensi : 13 x 19 cm
Bahasa : Indonesia
Tentang Penulis
Buku apik ini ditulis
oleh Itsnita Husnufardani, S. Psi yang merupakan seorang praktisi self-care project dan ibu tiga anak. Kesehariannya
asyik membersamai ketiga anaknya sekaligus praktisi pendidikan rumah yang menjalani
homeschooling. Ia tinggal di Kabupaten
Gresik, Jawa Timur.
Saya mengenal penulis karena saya pernah menjadi moderator dalam bedah buku yang digawanginya, Jibaku Post Power Syndrome Full Time Mom. Selain itu saya mengenalnya sebagai penulis The Diary of Learner Mommy dan pembicara bertema pendidikan berbasis rumah dan pengembangan diri.
(Baca juga : buku Jibaku Post Power Syndrome Full Time Mom)
Hingga tibalah saya
mencecap karya Itsnita Husnufardani yang lebih matang di buku Self-Care Project, Sebuah Seni Menjaga
Kewarasan Diri Agar Menjadi Ibu Rumah Tangga Bahagia yang ditulisnya dari
berbagai macam gejolak pertanyaan, peran, dan tantangan yang dihadapi sebagai
ibu rumah tangga.
Setahu saya, ini satu-satunya buku bertema self-care yang berbahasa Indonesia. Apalagi pembahasannya mengerucut untuk ibu rumah tangga.
Kebetulan buku yang saya pegang, belum ada ada keterangan nama penerbit, tahun terbit dan ISBN. Olehkarenanya penyusunan antar paragraf dan tanda baca masih ada yang kurang rapi. Kata ganti orang pertama juga kadang menggunakan "aku" dipembahasan lain menggunakan "saya". Namun tidak berpengaruh pada substansi isi buku. Alhamdulillah sekarang sudah dicetak indie melalui penerbit Stiletto.
Kata Mereka Mengenai Self-care Project
Ikut kelas self-care project membuat saya semangat berolahraga dan makan sehat. Karena ternyata itu sangat memperbaiki mood. Sarapan sehat membuat mood terjaga baik setiap harinya. Dian K, Surabaya
Buku Self-care Project menemani fase tantrum saya yang berjilid-jilid dan berganti ganti tema. Kesan menarik dari buku ini ditulis dengan bahasa ilmiah namun tidak membingungkan bagi yang newbie seperti saya. Saya merasa ditemani menerima kekurangan dan kelebihan diri, menerima keadaan yang digariskan Tuhan. Terimakasih mbak Farda sudah menemani saya lewat tulisan. Niswatul Khusnah, Ibu 4 anak, ibu rumah tangga.
Cara Mendapatkan Buku Self-Care Project
Di mana bisa
mendapatkan Buku Self-Care Project, Sebuah Seni Menjaga Kewarasan Diri Agar
Menjadi Ibu Rumah Tangga Bahagia?
Pesan melalui penulis IG/Fb : Itsnita Husnufardani
CS Stiletto (WA: 0881-2731-411)
Beli melalui
marketplace:
Tokopedia:
penerbitstiletto
Shopee:
Penerbit_StilettoBook
Versi digital (ebook-nya) bisa didapatkan di Google Play Book, Gramedia Digital dan Ipusnas.
Buku terbitan Stiletto
Indie Book merupakan buku Pre Order yang hanya dijual online dan buku pesanan
akan dicetak setelah pembeli melakukan konfirmasi pembayaran dengan waktu cetak
kurang lebih 10 hari kerja.
…
Jika semua ibu rumah
tangga punya ilmu self-care project, ia
tak hanya menjadi ibu bahagia namun juga menjadikan keluarga yang sehat lahir
batin, jiwa raga, insyaAllah. Namun, seyogyanya buku ini dibaca untuk semua perempuan.
Selamat
merawat diri, selamat berbahagia dari dalam jiwa, happines inside out (Itsnita Husnufardani)
Salam
Ya Allah detail banget mba sampe kata aku dan saya diperhatikan. Saya udah bisa membayangkan isi bukunya dr gambaran cerita mba septi. Kebayang kerempongan seorang ibu dengan 3 anak dan semua homeschooling saya 1 anak aja keknya beban banget kalau harus home schooling.. Xixixi.. Jadi penasaran mau baca isi keseluruhannya.
BalasHapusIbu rumah tangga juga berhal bahagia ya mbak harus pintar2 juga menjaga kewarasan diri butuh support juga dari orang terdekat, Bagus juga ada buku seperti ini jadi bisa belajar dari pengalaman penulis juga.
BalasHapusBener sih mbak kalau menurut aku olahraga itu jaga mood jadi baik tinggal negatur piola makan sehat
Hebat yang kak Itsnita sebagai penulis yang boleh dibilang menulis berdasarkan pengalaman pribadi. Kebayang pasti paragraf demi paragraf ditulis dengan hati karena menjiwai. Meluncur deh ke Stiletto Indie Book...
BalasHapusNah banyak ibu pemula apalagi yg baru lahiran kena sindrom baby blues , sepertinya support system sekitar harus jalan ya mbak jadi si ibu bisa tetap terjaga kewarasannya
BalasHapusSaya bisa membayangkan betapa beratnya sang ibu (penulis) saat berhadapan dengan banyak tugas domestik tanpa bala bantuan. Apalagi dengan tiga anak yang semuanya homeschooling dan butuh profesionalitas ibu dalam mendidik dan mengatur waktu. MashaAllah. Untuk menjaga kewarasan diri pun pasti butuh perjuangan yang tidak sedikit.
BalasHapusSalut untuk ibu-ibu yang bisa menjaga kesehatan mental di tengah banyak tanggung jawab yang mendera. Karena betul, ibu adalah pusat kebahagiaan keluarga. Ibu yang gembira dan bahagia akan menularkan hal yang sama kepada seluruh anggota keluarga.
Ibu itu juga salah satu jenis pekerjaan yang paling mulia sekaligus paling berat. Salut untuk para ibu dan memang di sela rutinitas ada baiknya berkarya dan menikmati apapun yang bisa disyukuri.
BalasHapusPernah di masa itu, punya batita dan bayi 2 bulan, tinggal di Amerika mendampingi suami yang sibuk dengan jadwal dan tugas-tugas kuliahnya, ga ada saudara, ga ada tukang bakso lewat, ga ada gofud...ga ada mbak ART..duh beneran deh. IRT perlu bekal ilmu self care project. Agar bisa merawat diri, berbahagia dari dalam jiwa, happy inside out
BalasHapusSetuju banget, bagaimana mungkin kita memberi kebahagiaan apabila kita tidak memilikinya
BalasHapusBuku yang bagus, yang semoga menularkan banyak penulis lainnya
Agar banyak pembaca mengutamakan self care ini
Mbak Itsnita luar biasa orangnya dan kesehariannya. Kebetulan kami beberapa kali bertemu langsung maupun tidak langsung. Buku ini pasti bernas.
BalasHapusSenang juga karena dari buku selpf publishing jadi naik kelas ke Stiletto. Tentunya segala penulisan sudah diperbaiki dan sangat enak dibaca.
Saya termasuk yang pusing kalau baca buku yang tidak konsisten aku-sayanya dan salah-salah penulisan maupun typo. Jadi beneran senang untuk Mbak Itsnita yang sudah naik kelas kepenulisannya. Selamat ya Mbak....
Beberapa kali aku melihat memang ada ibu-ibu yang kadang mencurahkan amarahnya pada anak. Meski dia tidak bersalah. Ibu-ibu memang butuh buku self care begini. Apalagi kita bisa mempraktekannya.
BalasHapusCovernya minimalis tapi sarat makna. Buku terbitan baru yang mengena, sekaligus memberikan gambaran bahwa perempuan memang harus jaga mentalnya agar tetap sehat ya.
BalasHapusBelum ada di toko buku ya mbak? Berarti hanya bisa didapat di penerbi Stiletto?
BalasHapusKyknya buku ini emang bagus nih dibaca oleh ibu2 atau mungkin oleh pekerja kantoran yang udah mencapai batasan merasa kerjaannya gak habis2. Biar tahu bagaimana berdamai dengan diri sendiri dan menyelesaikan apa yang sedang dihadapi, minimal bisa memahami mengapa dirinya berhak bahagia sehingga bisa melepaskan hal2 yang bikin dia menderita selama menjalani perannya #imho
Sepertinya akan banyak ibu yang merasa senasib saat membaca buku ini. Saya setuju banget agar para ibu bisa self care. Karena ibu yang bahagia bisa membuat rumah tangga bahagia
BalasHapusTernyataa.. penulis untuk bisa sampai ke titik ini membutuhkan banyak perjuangan.
BalasHapusDari mulai fase penerimaan hingga bisa dibagikan dalam sebuah buku Self-Care Project, Sebuah Seni Menjaga Kewarasan Diri Agar Menjadi Ibu Rumah Tangga Bahagia.
Karena nyatanya, pekerjaan bila tidak ada "jiwa"nya, maka akan useless.
selain baca sinobsis bukunya, aku belajar juga cara mereview buku dari tulisan mbak. kebetulan dikasih buku juga dari temen blogger malaysia, dan dia pengen aku review di platform goodreads nanti.. terkadang aku tuh suka ga sadar malah kasih spoiler di saat mereview..
BalasHapusbtw, bukunya menarik, tapi mungkin cocok utk ibu rumah tangga yg memang tidak ada asisten tapi setidaknya ada support dari suami. aku kebayang jika support dari suami aja ga ada, mungkin akan susah untuk melakukan self healing, self care yg ditulis ini :( .
hebat buku ini sangat dibutuhkan ibu2 apalagi detail banget dan buat ibu muda sangat menjadi panduan ya, di tengah kondisi rumah tangga artis yang banyak cerai, buku ini hadir untuk "berkaca" dengan diri sendiri dibanding menyalahkan pasangan. Fokus pengembangan diri.
BalasHapus