7 Tips Agar Anak Tetap Sehat dan Semangat Pada Puasa Ramadan

 

Di usianya yang baru 6 tahun, tanpa disangka anakku – Luigi - sangat bersemangat menyambut bulan Ramadan. Ia mulai membayangkan keseruan dan ingin mencoba berpuasa seperti orangtuanya hingga maghrib. Tahun kemarin memang ia sudah belajar berpuasa, dan berhasil berbuka ketika adzan dhuhur berkumandang.

 

Aku nggak pernah memaksa dan membandingkan dengan anak lain yang lebih lama waktu berbuka. Apalagi saat itu Luigi benar-benar di rumah saja dan belum sekolah. Nggak ada tuntutan ngumpulin hasil checklist Ramadan pada guru, kan? 😄

 

Dengan semangatnya tahun ini yang ingin menahan lapar dan dahaga hingga petang menjelang, maka tentu saja aku ingin menyiapkan semua. Tidak hanya sambutan meriah dengan dekorasi rumah namun juga kesiapan dari sisi kesehatan. Agar kenangan indahnya menjalani bulan Ramadan bisa maksimal didapat.

 

Seperti sore itu, memang belum memasuki Ramadan tapi aku menyimak rekaman instagram live dari akun Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) yang bertema The Week of The Professors Series 9 Tips Berpuasa Untuk Anak.


7-Tips-Agar-Anak-Tetap-Sehat-dan-Semangat-Pada-Puasa-Ramadhan
seharusnya Ramadan, bukan Ramadhan (lagi malas edit 😝)


IG live ini adalah upaya IDAI memfasilitasi orangtua di rumah untuk menanyakan masalah yang ditemui sehari-hari kepada profesor yang tentu sangat kompeten dibidang kesehatan anak melalui media instagram.

 

Kali ini narasumbernya nggak main-main, yakni menghadirkan dokter spesialis anak konsultan nutrisi dan penyakit metabolik Prof. Dr. dr. Damayanti Rusli Sjarif, Ph.D, Sp.A(K) dan didampingi moderator dari pengurus IDAI pusat - dr. Reni Wigati, Sp.A(K). IG live yang aku tonton ini adalah rekaman pada hari Selasa 29 Maret 2022 jam 16.00-17.00 WIB.

 

Kapan lagi bisa belajar langsung dari ahlinya secara gratis. Ssstttt, prof Damayanti ini juga merupakan gurunya Dr. dr. Meta Hanindita, Sp.A(K) loh 😍 dokter anak yang pernah menangani masalah makan Luigi (dulu), mantap dagh.


(Baca juga : Penanganan dokter Meta Hanindita Pada Masalah Makan Luigi)


dokter Meta bersama Prof Damayanti, sumber poto : Instagram dr Meta Hanindita 😍


Ada beberapa saran dari prof Damayanti yang perlu aku garis bawahi agar anak tetap sehat dan semangat pada puasa Ramadan

yuk disimak sampai akhir ya – jangan di skip ntar nyesel 😅

 

1. Dimulai Pada Usia Berapapun

Profesor kelahiran Padang Sumatra Barat ini menjawab pertanyaan dari penonton mengenai usia berapa dari sisi kesehatan anak diperbolehkan berpuasa? Dalam agama Islam sudah dijelaskan bahwa seseorang diwajibkan berpuasa ketika sudah mengalami akil baligh.

 

Namun sebelum baligh, anak-anak kan biasanya melihat keluarga berpuasa, dimana semua duduk bersama pada satu meja saat sahur dan berbuka. Yang itu menyebabkan anak mulai tertarik alias punya keinginan untuk ikut.

 

Sehingga prof Damayanti menjawab dengan lugas mengenai kapan waktu yang tepat anak berpuasa, adalah saat anak sudah punya keinginan untuk ikut orang dewasa berpuasa. Tidak ada patokan usia.


tips-sehat-untuk-anak-berpuasa
poster acara IG live IDAI


2. Perhatikan Status Gizi Anak

Anak itu sedang dalam fase tumbuh dan berkembang. Nggak hanya tumbuh secara fisik, namun juga otak. Sedangkan pertumbuhan otak tergantung asupan dari makanan.

 

“Anak yang kurus atau gizinya kurang, ya nggak boleh (puasa). Dicek dulu apakah gizinya kurang atau bahkan mendekati gizi buruk. Yang seperti itu tentu nggak boleh” ujar prof Damayanti.

 

Yang ditakutkan jika tetap dipaksakan adalah anak bisa mengalami hipoglikemia yakni kondisi dimana ditandai rendahnya kadar glukosa (gula darah) dan efeknya ke pertumbuhan otak. Apalagi anak sebelum baligh belum wajib.

 

Maka yang perlu dilakukan orangtua adalah pergi ke dokter anak untuk memastikan status gizinya harus baik dulu sebelum berpuasa. Toh, masih belum wajib juga kan?


tips-berpuasa-untuk-anak
jawaban prof Damayanti selalu jleb jleb, substantif 😍


3. Anak dengan Riwayat Penyakit Tertentu, Bolehkah Puasa?

Jika misalnya anak dengan diabetes dan butuh disuntik, anak dengan gangguan imun, atau sakit ginjal maka harus mendatangi dokter yang menangani selama ini.

 

“anak yang sakit harus konsultasi pada dokter anak yang pegang, kita nggak tahu seberapa berat gastritis-nya, misal ada yang tiap makan 4 jam, atau potensi hipoglemi. Silahkan ke dokter misalnya anak diabetes dan disuntik. Tapi ada yang boleh (puasa), ada yang tidak boleh. Yang tahu dokter endokrinnya. Anak dengan lupus atau ginjal, ketemu (dokter) dan tanyakan, kalo boleh (puasa) entar sama dokter anak akan diajarkan cara puasa yang aman.” jelas prof Damayanti

 

Bagaimana Puasa Anak Obesitas?

Untuk anak dengan obesitas sebenarnya sama saja seperti anak yang lain. Malah dengan puasa mengajarkan pola makan teratur yakni ada makan pagi, siang, malam, dan ditengah ada camilan. Saat berpuasa, makan pagi digeser Shubuh, makan siang digeser saat berbuka, dan makan malam setelah tarawih lalu tidur.

 

Nah yang bahaya bagi anak obesitas justru ketika waktu buka puasa, semua minuman dan minuman manis dilahap seketika. Semua yang di depan mata dimakan. Padahal minuman manis hanya untuk membatalkan puasa, selanjutnya saat makan ya tetap minum air putih. Sehingga, puasa adalah momen belajar makan lebih teratur untuk anak obesitas.

 

4. Jelaskan Makna Puasa

Profesor kelahiran Padang ini juga mengingatkan kita para orangtua untuk menjelaskan makna puasa. Bahwa puasa nggak sekadar menahan makan dan minum, namun juga harus jujur. Khususnya dalam hal kuat atau tidaknya mereka menjalani hingga maghrib.

 

Anak harus mengatakan dengan jujur jika memang tidak kuat, karena puasa bukan untuk merusak diri. Apalagi jika merasa ada yang kurang nyaman pada tubuhnya misalnya flu. Segera membatalkan pun nggak apa-apa.

 

Jangan sampai hanya karena ingin dilihat teman-temannya ia memaksa puasa, padahal puasa adalah hubungan dengan Tuhan. Tidak untuk dipamerkan dan bukan sebagai bahan mengolok teman yang tidak berpuasa.

 

Dokter menambahkan bahwa puasa itu mengajarkan empati, pada orang-orang miskin yang kesulitan makan. Maka, bulan puasa bukan bulan hura-hura dimana makan berlebihan dan bermewah-mewah. Bulan Ramadhan ya makan seperti biasa, makanan rumahan. Hal ini agar esensi ibadah puasa untuk empati tidak hilang.

 

“bukan gini, Mama aku maunya burger dan langsung dikasih” pesan prof Damayanti.

 

Jika anak sudah tidak kuat puasa, terangkan pada anak bahwa saat ini harus bersyukur bahwa ketika lapar, Mama bisa langsung berikan makanan.

 

5. Taat Waktu Sahur dan Berbuka

Jangan lupa untuk membiasakan sahur menjelang fajar, dan buka puasa sesegera mungkin. Nggak boleh sahur saat malam hari dan menunda saat membatalkan puasa. Hal ini juga sesuai ajaran agama.

 

“disiplin bahwa tubuh ibarat universe kecil yang jam segini ada metabolisme, jika tepat waktu saat makan harusnya sehat, nggak ada masalah” ucap dokter spesialis anak pada Bagian Nutrisi dan Penyakit Metabolik Departemen Ilmu Penyakit Anak FKUI/RSCM Jakarta ini.

 

Berpuasa adalah suatu proses. Dan tubuh manusia akan mempertahankan keseimbangan tubuh atau disebut homeostatis.

 

“kenapa kita harus makan? untuk mempertahankan kadar gula darah, agar masuk ke otak dan energi berjalan dengan baik. (Jadi) glukosa untuk energi seluruh tubuh. Mekanismenya, waktu kita makan setelah 4 jam kemudian dipertahankan kadar gula oleh makan yang kita makan. Sesudah itu diambil alih oleh hati kita yang mengandung glikogen” dokter Damayanti menerangkan.

 

Glikogen adalah cadangan glukosa yang akan digunakan tubuh sebagai energi

 

“cadangan dari gula nanti dipecah sekitar 10 jam, sekitar 12 jam naiklah glukoegonogenis yaitu proses pembentukan glukosa dari dari lemak dan protein. Saat membatalkan puasa dengan minum manis kadar gula yang turun akan naik dan menutup munculnya bau mulut keton (bau menyengat)” tambah Prof. Keton ini adalah tanda bahwa lemak sudah dipecah oleh metabolisme tubuh.

 

Oleh karenanya puasa yang benar seharusnya sahur menjelang fajar/imsak dan berbuka sesegera mungkin setelah adzan maghrib. Karena ada proses homeostatis.

 

6. Penuhi Kebutuhan Nutrisi Sahur dan Berbuka

Lalu seperti apa pengaturan menu saat sahur agar tetep tahan puasa namun nutrisinya cukup dan tidak membahayakan kesehatan anak?

 

Penuhi kebutuhan nutrisi dari protein sebesar 15-20 persen, lemak 30 persen dan sisanya karbohidrat. Untuk protein bisa dipenuhi dengan daging, telur, susu, ayam, atau ikan. Variasinya banyak.

 

Kalau anak makan ikan, didalamnya sudah mengandung protein, lemak baik dan DHA. DHA adanya di ikan, dan Indonesia memiliki ikan yang kadar DHA-nya tertinggi di dunia misalnya ikan tenggiri, ikan kembung, atau ikan salmon. *Alhamdulillah Luigi suka pempek tenggiri 😻😻

 

Kandungan nutrisi ikan kembung setara 3x ikan salmon, dan ikan sarden kalengan setara dengan ikan salmon. Padahal sarden kalengan murah ya, daripada ikan salmon 😍😍 


dokter Reni Wigati yang selalu kasih kesimpulan jawaban dari prof 😍


Jenis makanan mempertahankan tetap kenyang lebih lama adalah protein hewani misalnya susu atau makan makanan padat. Protein lebih lama mempertahankan rasa kenyang daripada karbohidrat saja atau makanan cair.

 

Nah untuk kecukupan makan tergantung besarnya anak. Kan ada pengosongan lambung, ada gula darah bertahan berapa lama. Maka itu ditentukan usia anak dan biasanya individual. Untuk durasinya, jika kita perhatikan anak masih seger, ya tidak apa-apa bertahan puasa.

 

Apakah Butuh Konsumsi Suplemen?

Dokter Damayanti tidak menyarankan anak mengkonsumsi suplemen karena menganggap kandungan dari protein hewani sudah lengkap baik mineral maupun vitamin utama. Karena suplemen biasanya mengandung mikronutrien yang diperlukan dalam jumlah kecil. Jika memberikan berlebihan malah berpotensi keracunan.

 

“saya bukan orang yang suka memberikan suplemen. Jika misalnya saya ingin memberi suplemen vitamin D maka saya harus cek dulu kadar vitamin D anak. Jadi kasih dosisnya tepat. Dan vitamin D ada dalam matahari, kecuali memang kondisi mendung terus. Sama seperti kalau mau ngasih suplemen zat besi, saya cek lagi. Jika menyuruh berhenti pun harus perbaiki makanannya yang kadar zat besinya tinggi” ujar prof Damayanti bersahaja

 

Selama makan lengkap, minum cukup, tidak perlu menggunakan suplemen. Vitamin yang berasal dari tanaman hanya vitamin C.

 

“bahkan Vitamin C itu setengah jeruk udah cukup buat (kebutuhan tubuh) sehari. Kebayang nggak? Kebutuhannya nggak perlu banyak. Kalau 1.000 mg udah megadosis, malah yang ada bahaya” tambahnya.

 

7. Menghitung Kecukupan Cairan

Kebutuhan cairan anak bisa berkisar 100-200 ml/kg per hari. Caranya dibagi dari buka sampai sahur, karena kapasitas lambung kecil. Kebanyakan minum juga cepet kenyang, efeknya makannya sedikit.

 

Makanan cair seperti sup dan susu juga dihitung sebagai cairan. Sehingga kebutuhan cairan ini nggak selalu air putih.

 

Dan selama puasa, minum manis hanya saat membatalkan puasa (berbuka) untuk menaikkan kadar gula. Diantara makan lebih baik diberikan air putih karena baik dari segi kesehatan. Anak-anak tidak dibiasakan minum yang berwarna dan yang mengandung rasa sepanjang hari.

 

“karena jika terbiasa, insulinnya terganggu” ucap prof mengingatkan.

 

Sehingga latihlah anak menyukai air putih dan tidak membiasakan memberikan air yang berwarna dan berasa.

 

Penutup

Dari IG live ini aku jadi diingatkan kembali mengenai makna puasa buat anak-anak yang nggak sekadar menahan lapar dan haus. Namun empati pada orang berkurangan, sehingga makanan saat berbuka dan sahur sama seperti biasanya. Tidak berlebihan dan bermewahan dengan cara makan yang ada di rumah.

 

Anak-anak juga diajarkan jujur apakah mereka sanggup mengikuti puasa. Jangan lupa juga memberikan protein hewani yang banyak banget pilihannya dan harga terjangkau agar tercukupi nutrisi anak. Dan kasih cairan yang sesuai dibagi sepanjang waktu berbuka dan sahur.

 

Puasa akan menyehatkan jika dilakukan sesuai saran agama yakni sahur menjelang imsak, dan buka puasa sesegera mungkin setelah adzan mahgrib.

 

Semoga dengan menjalankan 7 tips diatas, anak tetap sehat dan semangat pada puasa Ramadhan, apalagi pada masa belajarnya ini.

 

Berharap kelak kenangan indah Ramadan pada masa belajar anak akan menjadi kenangan yang selalu terpatri dalam hatinya. Sehingga ia makin mencintai bulan yang penuh keistimewaan ini.

 

 

“Hanya saat puasa,

semua keluarga duduk dalam satu meja bersama saat sahur dan berbuka puasa

berkumpul dan banyak ngobrol bersama.”

Prof. Dr. dr. Damayanti Rusli Sjarif, Ph.D, Sp. A (K).





Sumber :

Obrolan Instagram Live IDAI

 

 

 

 

8 komentar

  1. Tipsnya keren banget kak, bisa nih dipelajari Ibu-Ibu yang anaknya udah tambah gede, makin kepo dan pengen puasa

    BalasHapus
  2. Emank harus diajarkan berpuasa sejak dini ya kak anak-anak. Dengan tips di atas bisa membantu banget ibu-ibu yang ingin ngajarin anaknya berpuasa

    BalasHapus
  3. Anak q yang kelas 4 di puasa kali ini udah kuat sampe magrib kak, kalo puasa tahun kemaren kadang suka gak kuat pas dhuhur makan nanti puasa lagi.

    BalasHapus
  4. Setuju dg 7 tips di atas, semoga anak2 sudah terlatih berpuasa. Dan semoga tetap sehat dan semangat

    BalasHapus
  5. Ya ampuuuun Dr Damayanti ini dokter anakku dulu mba, pas umur 2 tahunan 🤣. Duuuh memang si ibu ngomongnya tajem tapi beneeeer 😅. Agak takut kalo udah berhadapan konsultasi Ama dia hahahahaha.

    Si Kaka ada masalah Ama berat badan , Ampe skr pun tetep sbnrnya 😅. Jadi dulu dokter anaknya, kirim dia ke Dr Damayanti buat konsultasi gizi supaya berat nya bisa naik.

    Hmm, tapi ntahlaah, udah ngikutin semua, cuma tetep aja si Kaka kayaknya nurun dari aku masalah berat badan, naiknya susah bener 😂. Cuma tetep sih beberapa saran dari dokter damayanti kami masih ikutin dalam menentukan pola makan si Kaka.

    Kalo ttg puasa, dia udah ikutan full, dan ga ada masalah. Aku juga selalu usahain buat perbanyak protein di lauk mereka.

    BalasHapus
  6. Makasih kak artikelnya. Mengingatkan buat perhatikan gizi untuk sahur dan berbuka. Jangan mengumbar makan atau minum yang kelihatannya menggoda tapi tidak bergizi ya Kak...

    BalasHapus
  7. Mantap nih materinya. Beruntung banget kalo pas ngajarin anak puasa ternyata nggak cerewet anaknya, selain itu juga memang harus bertahap ya kan.

    BalasHapus
  8. Kami biasa makan bersama setiap hari. Dari sini memang cukup memudahkan bagi anak untuk berpuasa. Karena menunggu ada teman makan salah satunya. Alhamdulillah kelas 1 SD sudah bisa puasa genap. Dan tetap makan 3 kali hanya diubah waktunya.

    BalasHapus