Bulan Imunisasi Anak Nasional, Upaya Mengejar Hak Imunisasi Lengkap di Tengah Pandemi Covid-19

 

 “Ayah, Luigi waktunya booster imunisasi MR. Yuk kita ke Rumah Sakit, biar Luigi nggak kena campak” mohonku pada suami

“jangan”

“kamu tahu sendiri kondisi Rumah Sakit penuh pasien Covid-19” alasan suami

“telepon rumah sakit dulu, Yah. Mungkin saja bagian imunisasi anak dipisah tempatnya” saran saya

“tapi di parkiran kan tetap bisa berpapasan dengan orang yang covid, belum lagi di ruang pendaftaran dan saat antri. Banyak virus covid dimana-mana, nanti tertular. Ibarat ulo marani gepuk (ular mendatangi pukulan/bahaya). Tunda aja sampai kondisi aman. Bila perlu sampai pandemi selesai” suami tegas menolak tepat setahun yang lalu.


 

imunisasi-covid-19


Permohonan saya pada suami bukan tanpa alasan. Di usia 2 tahun, anak saya –Luigi- pernah demam yang tak kunjung turun sepulang dari desa. Sesampainya di Surabaya, mulai muncul ruam merah. Awalnya hanya di punggung, lalu menjalar hingga seluruh tubuh. Kami segera membawanya ke rumah sakit.

 

Setelah sehari berada dikamar biasanya, sekonyong-konyong diagnosa dokter anak datang bak meteor yg berdentum dihati. Luigi harus berada diruang isolasi karena hasil laboratorium menunjukkan ia terkena campak.

 

Seketika malam itu berubah mencekam saat roda tempat tidur digeret ke tempat privat yang hanya Luigi pasiennya. Kata suster penyakit campak mudah menular, oleh karena itu Luigi harus berada di ruang isolasi anak. Ia dirawat selama seminggu.

 

Setelah sembuh, dokter mengatakan Luigi perlu imunisasi ulangan campak saat usia 5 tahun. Hingga akhirnya pandemi #Covid-19 datang dan memorak-porandakan semua rencana, termasuk membuyarkan persiapan #imunisasi.

 

Kami tidak sendiri. Ternyata banyak orangtua memutuskan tidak membawa anaknya ke layanan imunisasi selama pandemi Covid-19.

 

Berdasarkan data Susenas bulan Maret 2021 yang disampaikan Guru Besar Fakultas Kedokteran Indonesia (FKUI) Bidang Ilmu Kesehatan Anak – Prof. Dr. dr. Soedjatmiko, Sp.A(K), M.Si - ada beberapa alasan utama orangtua menunda atau tidak memberikan imunisasi.

 

Diantaranya khawatir terpapar Covid-19, fasilitas kesehatan yang tidak beroperasi, tidak ada biaya, dan alasan lainnya. Hal ini tidak pada masyarakat pedesaan saja, namun juga perkotaan. Pandemi Covid-19 benar-benar nyata menghambat pelayanan imunisasi rutin lengkap anak. Efeknya cakupan imunisasi rutin anak masih rendah sejak pandemi Covid-19.

 

Cakupan Imunisasi Dasar Lengkap Rendah Saat Pandemi

Menurunnya cakupan imunisasi di Indonesia terlihat dari data yang disampaikan oleh Pelaksana Tugas Direktur Pengelolaan Imunisasi Direktorat Jenderal P2P Kementrian Kesehatan Prima Yosephine terkait cakupan imunisasi bahwa sebanyak 1.714.471 anak tidak mendapat Imunisasi Dasar Lengkap (IDL) pada 2019-2021.


 

imunisasi-covid-19



Tim Pelatihan Vaksinologi Ikatan Dokter Anak Indonesia – Prof Soedjatmiko mengingatkan kita bahwa cakupan yang menurun ini menjadi perhatian bersama. Karena selama pandemi Covid-19 cakupan imunisasi campak dan rubella juga semakin menukik grafiknya.

 

Cakupan imunisasi campak rubella sasaran bayi pada 2019 sebesar 95,2 persen lalu terus terjun sebanyak 86,9 tahun 2020. Makin merosot di angka 81,1 persen pada tahun 2021.

 

Setali tiga uang dengan cakupan imunisasi campak rubella pada anak umur di bawah dua tahun. Pada 2019 cakupannya mencapai 72,7 persen, menurun jadi 65,3 persen pada 2020, hingga meluncur ke angka 57,8 persen.

 

Imunisasi merupakan program yang menargetkan lebih dari 95% populasi target terimunisasi. Kenapa cakupan imunisasi harus tinggi dan merata? Tujuannya adalah membentuk herd immunity sehingga penyakit menular tidak menyebar dan menjadi wabah.

 

Herd immunity adalah kondisi pada sejumlah orang tertentu di dalam suatu kelompok/wilayah yang sudah diimunisasi. Ketika sebagian besar orang yang sudah diimunisasi, maka penyebaran penyakit menular sangat terbatas dan mengurangi jumlah orang yang sakit. Orang-orang yang belum diimunisasi karena alasan medis juga terlindungi.

 

Bahaya yang Mengancam Akibat Cakupan Imunisasi yang Rendah

Dokter anak yang akrab disapa Eyang Miko juga mengingatkan melalui layar virtual bahwa anak dengan catatan imunisasi tidak lengkap akan mudah terjangkit berbagai penyakit menular yang berbahaya. Penyakit-penyakit itu bisa menyebabkan sakit berat, cacat, bahkan meninggal dunia.

 

Anak yang terkena campak seperti anak saya – Luigi - tidak selalu gejalanya hanya ruam dan demam. Namun menurut Prof Soedjatmiko, anak bisa mengalami kejang yang berdampak pada ensefalitis atau radang otak.

 

Bahkan pada buku Yakin dengan Vaksin dan Imunisasi? karya dr.Arifianto, Sp.A (K) campak juga dapat menyebabkan kematian karena komplikasinya berupa pheumonia juga radang otak. Tingkat penularan campak pun sangat tinggi. Jika salah satu penderita campak berada di ruangan dengan 10 orang lain yang belum pernah diimunisasi campak, maka diperkirakan 10 orang sehat tersebut akan terinfeksi.


 

imunisasi-covid-19

 

Tidak hanya itu, anak yang belum diimunisasi pheumokokus akan mudah tertular penyakit pheumonia atau radang paru. Penyakit yang disebabkan infeksi bakteri, virus, ataupun jamur ini juga dapat berakibat fatal dan anak meninggal dunia.

 

Penyakit difteri juga bukan sekadar putih di tenggorokan namun bisa menyumbat jalan napas sehingga tenggorokan harus diberi lubang agar bisa bernapas. Ngerinya lagi otot jantungnya rusak, bahkan berakibat meninggal. Sebagai seorang Ibu, saya membayangkan saja tidak sanggup -.-

 

Belum cukup itu, bahwa seorang ibu hamil yang janinnya tertular rubella, risiko anak yang dilahirkan mengalami kelainan jantung, buta akibat katarak, keterbelakangan mental, otak yang tidak berkembang dan tuli.

 

Hal ini mengingatkan saya pada Grace Melia, penggagas komunitas Rumah Ramah Rubella asal Jogja yang memiliki putri pertama dengan diagnosa Congenital Rubella Syndrome . Grace terkena rubella saat hamil. Hal ini membuat -Ubii- putrinya terlahir tuli, mengalami kebocoran jantung, pengapuran otak, retardasi psikomotorik atau cerebral palsy.

 

Grace sering membagikan kisahnya mengasuh Ubii pada blog maupun media sosialnya, termasuk biaya yang harus dikeluarkan seperti biaya cek kesehatan, biaya alat bantu dengar dan jalan (standing frame) juga berbagai terapi yang dijalani. Hingga usia 10 tahun, putri Ibu asal Jogja ini belum mampu berjalan.  

 

Mengetahui biaya perawatan akibat cacat karena rubella di Indonesia sangat mahal semakin merobek jaring perasaan menjadi kabut kecemasan. Berdasarkan data Subdit Surveilans Kemenkes 2018, perawatan anak cacat akibat rubella hingga usia 8 tahun bisa menghabiskan sekitar 619 juta per orang. Perawatan tersebut terdiri dari alat bantu dengar/implan koklea, terapi wicara, operasi katarak, rehabilitasi, obat, juga transpotasi ke rumah sakit.

 

“sementara sejak 2012 hingga 2018 di Rumah Sakit type A ada 1660 bayi cacat karena rubella” ujar Prof Soedjatmiko menekankan betapa ganasnya penyakit rubella ini.



imunisasi-covid-19
sumber teks gambar : tangkapan teks pada kanal youtube Kementrian Kesehatan https://www.youtube.com/watch?v=T7sKm-LtHBM

 

Di sisi lain, penurunan cakupan imunisasi pada program imunisasi rutin lengkap di masa pandemi Covid-19 tentu mengkhawatirkan karena dapat menimbulkan outbreak atau Kejadian Luar Biasa (KLB) pada Penyakit yang Dapat Dicegah Dengan Imunisasi (PD3I).

 

Dengan merosotnya cakupan imunisasi rutin lengkap, maka semakin turun pula tingkat kekebalan komunitas terhadap PD3I.

 

Berdasarkan data Kementrian Kesehatan, Indonesia sudah pernah mengalami KLB PD3I di beberapa daerah akibat cakupan imunisasi yang rendah. Laporan KLB difteri sudah ada di Kalimantan Barat, campak di Aceh, difteri campak juga rubella di Sulawesi Selatan dan difteri di Papua.

 

Manfaat Imunisasi Lengkap

Konsultan syaraf anak penerima sertifikat WHO Vaccine Safety Training, dr. Arifianto, Sp.A(K) menyampaikan bahwa keberhasilan program imunisasi di Indonesia sejak tahun 1956 sudah mampu mengeradikasi penyakit cacar bopeng (variola/smallpox) sejak awal 1980, membebaskan Indonesia dari polio sejak 2014,  serta kasus kesakitan dan kematian akibat campak pun sudah sangat menurun.

 

Pada tahun 2016 negeri kita juga berhasil mengeliminasi tetanus pada ibu hamil dan bayi baru lahir.

 

Hal ini membuktikan bahwa imunisasi mampu mencegah dan menghentikan berbagai penyakit, kecacatan juga kematian akibat PD3I.

 

Awalnya program imunisasi dikenal dengan nama imunisasi dasar lengkap. Akhirnya diperkuat lagi paradigmanya menjadi imunisasi rutin lengkap. Imunisasi rutin lengkap terdiri dari imunisasi dasar dan lanjutan. Hal ini mengingat imunisasi dasar saja tidak cukup, perlu imunisasi lanjutan agar kekebalan makin optimal.

 

Mengapa harus imunisasi rutin lengkap?

Karena kadar antibodi akan cepat menurun bila imunisasi tidak lengkap. Berdasarkan grafik Basic Immunologi yang dijelaskan Prof Soedjatmiko bahwa saat imunisasi pertama kekebalan masih muncul sedikit, lalu imunisasi kedua kekebalan lebih banyak. Yang naik adalah titer antibodi yang mampu mematikan virus.

 

Namun akan menurun lagi meski lebih pelan dari imunisasi pertama. Jika tidak dilakukan imunisasi tambahan, maka kekebalan akan menurun lagi bahkan habis. Oleh karena itu ada imunisasi yang berkali-kali seperti DPT 4 kali hingga remaja, campak rubella 4x sampai usia SD. Hal ini agar kekebalan tetap tinggi, lebih lama dan perlindungan terhadap penyakit berbahaya makin maksimal.


 

imunisasi-covid-19
sumber gambar : tangkapan layar penjelasan Prof.Dr.dr.Soedjatmiko,Sp.A(K) pada zoom meeting temu blogger 


 

Pandemi Covid-19 tidak Menghentikan Imunisasi Lengkap

Maka untuk mencegah Kejadian Luar Biasa (KLB) PD3I pada masa pandemi Covid-19 akibat cakupan imunisasi yang rendah, maka anak-anak harus dilindungi dengan cara :

 

1 Memakai masker

Memastikan semua orang disekitar anak selalu memakai masker, siapapun, dimanapun. Dengan syarat menutupi hidung, mulut, dagu, pipi, tidak longgar atau melorot, karena masker dapat melindungi 77 hingga 79 persen virus varian apapun.

 

2 Tidak Berkerumun

Tidak berkurumun terutama di ruang ventilasi buruk diatas 15 menit kecuali sangat penting. Sering cuci tangan menggunakan air sabun.

 

3 Makan, Aktifitas, Istirahat dan Lingkungan Bersih

Anak-anak memakan makanan bergizi seimbang, melakukan aktifitas fisik dan tidur yang cukup, juga mengusahakan lingkungan bersih.

 

4 Vaksin Covid-19

Lengkapi imunisasi covid-19 usia 6 – 11 tahun 2 dosis dan umur 12 tahun hingga lansia 3 dosis.

 

5 Imunisasi Lengkap

Pemerintah melalui Kementrian Kesehatan telah menjamin setiap bayi dan anak di Indonesia mendapat imunisasi yang dibutuhkan.

 

Memperoleh imunisasi adalah hak setiap anak seperti yang diamanatkan Undang-Undang No.36 Tahun 2009 tentang Kesehatan dan Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2014 tentang Perlindungan Anak. Orangtua, masyarakat, dan negara wajib memelihara kesehatan anak, salah satunya diwujudkan dengan memberi imunisasi lengkap dan rutin.

 

Anak yang sehat karena terlindung imunisasi bisa banyak mendapat kesempatan di masa depannya. Ia bisa berprestasi dan memperoleh cita-cita yang diinginkan untuk membangun negeri.

 

Pandemi Covid-19 jangan dijadikan alasan tidak membawa anak ke layanan imunisasi. Jangan takut pergi ke pusat layanan kesehatan untuk vaksin, baik imunisasi rutin maupun vaksin Covid-19 anak.

 

Kementrian Kesehatan telah mengeluarkan petunjuk teknis (juknis) pelayanan imunisasi pada masa pandemi Covid-19. Juknis ini menjadi acuan bagi tenaga kesehatan di  lapangan melakukan imunisasi yang aman. Sehingga keraguan masyarakat akibat tidak adanya pedoman pelayanan imunisasi di tengah pandemi Covid-19 tidak lagi dijadikan alasan menunda bahkan menghentikan pemberian imunisasi.

 

Selain itu pemerintah melalui Kementrian Kesehatan juga akan menyelenggarakan Bulan Imunisasi Anak Nasional (BIAN). Pada BIAN ada 2 program besar yakni Imunisasi Kejar dan Imunisasi Tambahan Campak Rubella.

 

Imunisasi Kejar adalah upaya memberikan imunisasi kepada individu dengan sebab tertinggal satu atau lebih dosis vaksin dari yang seharusnya diberikan. Pelaksanaannya bisa bersama-sama dengan jadwal imunisasi rutin atau pada kegiatan imunisasi khusus. Hal ini disampaikan oleh dr. Arifianto. Sp.A(K) seperti tertulis pada laman web Kementrian Kesehatan.

 

Sasaran Imunisasi Kejar adalah anak di bawah 5 tahun untuk melengkapi imunisasi OPV (polio tetes) 4 kali, IPV (polio suntik) 1 kali, dan DPT-HB-Hib (penta) 4 kali. Imunisasi ini mencegah difteri, pertusis, tetanus, pheumonia, hepatitis B, dan meningitis pada anak.

 

Pelaksanaannya boleh dilakukan bersamaan baik tetes dan 3 suntikan. Imunisasi Kejar akan dilakukan di Puskesmas, Posyandu, Rumah Sakit atau fasilitas imunisasi lainnya.

 

Program BIAN juga memberikan tambahan 1 dosis imunisasi campak rubella tanpa memandang status imunisasi sebelumnya. Ada bedanya untuk luar Jawa khusus Aceh, Sumatera Utara, Sumatera Barat, Riau dan Kepuluan Riau diberikan mulai usia 9 bulan sampai kurang dari 15 tahun. Jadi sebelum ulang tahun ke 15 tahun anak dapat diikutkan BIAN.

 

Sedangkan pulau Sumatera, Kalimantan, Sulawesi, Nusa Tenggara, Maluku dan Papua sasaran imunisasi tambahan 1 dosis imunisasi campak rubella adalah usia 9 bulan sampai kurang dari 12 tahun.

 

Sementara khusus untuk propinsi di pulau Jawa sasarannya usia 9 bulan hingga 59 bulan.

 

Berbeda di pulau Bali dan Daerah Istimewa Yogyakarta tidak perlu karena cakupan imunisasinya tinggi dan kasusnya sedikit. 

 

sumber gambar : tangkapan layar penjelasan Prof.Dr.dr.Soedjatmiko,Sp.A(K) pada zoom meeting temu blogger, diolah oleh penulis


Sekretaris Satgas Imunisasi Ikatan Dokter Anak Indonesia tahun 2020, Prof. dr. Soedjatmiko, Sp.A(K), M.Si mengatakan Imunisasi Kejar tidak akan mengganggu imunisasi rutin yang terdiri dari hepatitis B, BCG, polio suntik/IPV 1x, PCV 3x, polio tetes/OPV 4x, DPT-HB-Hib 3x dan campak rubella 1x. Imunisasi ini tetap diberikan kepada anak usia 0-9 bulan.

 

Anak berumur 18-24 bulan diberikan lagi imunisasi lanjutan yakni DPT-HB-Hib ke 4 dan campak rubella 1x. Imunisasi campak rubella dan Diphteria Tetanus (DT) akan lanjut diberikan saat kelas 1 SD, imunisasi Tetanus Diphteria (TD) ketika kelas II dan V SD. Untuk HPV 1 ketika kelas V dan HPV II diberikan kelas VI SD.

 

Imunisasi Kejar juga tidak akan mengganggu imunisasi covid-19 untuk anak usia 6-11 tahun 2 kali dan usia 12 tahun-lansia 3 kali. Imunisasi rutin dan imunisasi Covid-19 tetap dilakukan seperti biasa di sela program BIAN.


sumber video : kanal youtube Kementrian Kesehatan RI 
https://www.youtube.com/watch?v=wdZ5lbX8erQ

 

Program Bulan Imunisasi Anak Nasional (BIAN) akan dilakukan 2 tahap. Tahap 1 pada Mei 2022 untuk Luar Jawa dan tahap 2 bulan Agustus untuk Pulau Jawa.

 

Adanya program BIAN tentu menjadi angin segar bagi semua orangtua yang awalnya bingung dan takut karena jadwal imunisasi anak yang berantakan sejak pandemi.

 

BIAN akan memastikan setiap anak memperoleh haknya mendapatkan imunisasi lengkap. Yang tentunya dapat menyelamatkan anak dari intaian penyakit berbahaya menular, melindungi anak Indonesia dari sakit berat, potensi cacat, bahkan meninggal dunia.

 

Program ini memberikan benteng kokoh pada pembelajaran tatap muka (PTM) untuk anak-anak menggapai cita-citanya dengan kondisi sehat.

 

Dengan banyaknya anak-anak yang mengikuti BIAN maka sekaligus mencegah penularan pada teman-teman sekitarnya, adik, keponakan, kakak, ayah ibu, dan para lansia di rumah. Maka imunisasi lengkap adalah juga untuk sehatkan keluarga, kini dan nanti.

 

Keamanan Imunisasi Lengkap Pada Masa Pandemi Covid-19

Ketua Komite Nasional PP Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi (KIPI), Prof.Dr.dr. Hinky Hindra Irawan Satari. Sp.A(K). MtropPaed mengatakan bahwa vaksin adalah produk biologi yang telah diuji secara klinis dan bertahap sesuai pedoman dan disepakati secara global.

 

Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi adalah reaksi alami dari tubuh untuk membentuk antibodi dan umumnya sifatnya ringan dan sebentar. Bisa sembuh dengan atau tanpa pengobatan, misalnya demam.

 

“manfaat dari imunisasi lebih besar daripada efek yang muncul setelah imunisasi” Prof Hinky menuturkan.

 

Dokter spesialias anak konsultan penyakit infeksi dan penyakit tropis anak ini juga mengajak kepada para orangtua untuk tidak ragu membawa anak diimunisasi di tengah pandemi covid-19.

 

Prof Sudjatmiko menambahkan bahwa vaksin yang digunakan pada program BIAN bukan vaksin baru alias vaksin yang sama diberikan pada masyarakat Indonesia sejak tahun 1970an. Vaksin-vaksin tersebut juga dipakai di banyak negara.

 

Hukum imunisasi juga menjadi wajib seperti tercantum dalam Fatwa Majelis Ulama Indonesia (MUI) nomor : 04 tahun 2016 yang tertulis

 

“Dalam hal jika seseorang yang tidak diimunisasi akan menyebabkan kematian, penyakit berat, atau kecacatan permanen yang mengancam jiwa, berdasarkan pertimbangan ahli yang kompeten dan dipercaya, maka imunisasi hukumnya wajib.”

 

Sehingga tidak ada alasan logis lain, selain datang ke layanan imunisasi untuk mengikut sertakan anak-anak Indonesia pada Bulan Imunisasi Anak Nasional, bukan?

 

Ayo Dukung Bulan Imunisasi Anak Nasional !!!

Persiapan Imunisasi

Yuk Mama, Bapak, Ayah, Ibuk, Emak, Bude, Pakde dan semua masyarakat yang di rumahnya terdapat anak-anak sebagai sasaran program BIAN, lihat lagi catatan imunisasi anak. Biasanya ada di buku Kartu Menuju Sehat (KMS) atau buku Kesehatan Ibu dan Anak (KIA).

 

Jika dalam dokumentasi tertulis imunisasi OPV dan DPT-Hb-Hib kurang dari empat kali, maka harus dilengkapi tanpa mengulang dari awal. Jika tertinggal imunisasi OPV, DPT-Hb-Hib, bahkan IPV maka dapat diberikan vaksin ganda atau multipel.

 

Dokter spesialis anak konsultan tumbuh kembang dan pediatri sosial, Prof. Soedjatmiko menekankan bahwa imunisasi juga perlu dilengkapi jika catatan atau dokumentasi pada buku KMS hilang.

 

Untuk mencegah kondisi anak yang ketakutan, cemas, hingga menjerit atau meraung-raung saat imunisasi maka orangtua dapat melakukan briefing atau pengarahan terlebih dahulu.

 

Pengarahan pada anak dapat dilakukan ketika usianya diatas 2 tahun. Misalnya apa, mengapa dan bagaimana proses penyuntikan imunisasi yang akan dilakukan dengan bahasa sederhana. Teknisnya bisa melalui buku cerita atau gambar.

 

Pertunjuk ini juga termasuk potensi yang dirasakan anak saat disuntik, seperti sedikit tidak nyaman namun sebentar. Jangan berbohong bahwa imunisasi tidak sakit.

 

Anak ketakutan menghadapi suntikan vaksin adalah hal yang wajar, namun dengan briefing kita bisa meminimalisir kecemasannya karena sudah ada gambaran pada anak. Bila perlu lakukan simulasi di rumah.

 

Orangtua dapat memberi pilihan pada anak, apa yang harus dilakukan pendamping agar ia lebih nyaman pada proses imunisasi, seperti ingin dipeluk atau duduk disampingnya saja.

 

Saat Imunisasi

Pakaikan pakaian bayi dan anak yang longgar dan berlengan pendek. Bayi yang menangis setelah diimunisasi segera susui. Sementara anak diatas 2 tahun ajarkan teknik menarik dan buang napas saat proses penyuntikan untuk menurunkan kecemasan.

 

Sesudah imunisasi

Pastikan petugas kesehatan menulis jenis vaksin dan tanggal pemberian pada buku KMS. Tunggu 15-30 menit untuk memantau kondisi anak. Setelah selesai jangan lupa memuji anak karena telah berani untuk imunisasi.

 

Tanyakan pada petugas kesehatan, apa yang harus dilakukan ketika anak mengalami efek samping misalnya demam atau bengkak pada bekas suntikan.

 

Peran Lintas Sektor

Pemerintah tidak bisa bergerak sendiri, diperlukan kerja bersama untuk memastikan setiap anak Indonesia mendapat haknya terlindungi dari penyakit berbahaya dengan imunisasi lengkap pada program Bulan Imunisasai Anak Nasional ini.

 

Peran lintas sektor diperlukan agar gaung BIAN terasa penting dan mendesak dilakukan demi kesehatan anak Indonesia. Semua bergerak menjadi agent of change sesuai perannya masing-masing.

 

Pemerintah pusat sudah menyediakan ketersediaan vaksin demi benteng bayi dan anak, maka pemerintah daerah juga harus mendukung dengan memberikan fasilitas yang memadai dan nyaman pada proses penyuntikan vaksin. Apalagi sasarannya adalah anak-anak.


Melalui tulisan ini saya juga ingin memberi saran untuk memperluas lokasi imunisasi. Kita bisa belajar dari gempuran vaksin Covid-19 massal yang tidak lagi dilakukan di pusat layanan kesehatan saja, namun hingga ke mall dengan ruangan nyaman dan ber-AC. Dapat juga dilakukan di Balai Desa, Balai RT atau Balai RW. Hal ini agar pelaksanaan BIAN tidak menumpuk di puskesmas, posyandu atau rumah sakit pemerintah. Jadwalnya pun bisa dilakukan pada hari libur dan tanggal merah.

 

Pemerintah daerah juga bisa memberi fasilitas ibu-ibu pekerja publik agar membawa anaknya imunisasi di tempat kerja. Sehingga ibu bekerja tidak perlu cuti.

 

Peran sekolah juga dilibatkan dengan melaksanakan BIAN di sekolah dengan pembatasan dan giliran.

 

Semua tenaga kesehatan yang diterjunkan di lapangan pada BIAN tidak hanya dilatih bagaimana menyuntikkan vaksin dengan cara yang aman. Namun bisa ditambah dengan sikap yang ramah dan menyenangkan.

 

Kampanye pentingnya imunisasi lengkap juga harus disuarakan tokoh penting masyarakat seperti Pak RT, Pak RW, Pak Lurah dan Pak Camat. Mereka bisa memberikan kesadaran warganya mengenai bahaya penyakit menular PD3I, manfaat imunisasi, dan segera membawa anak-anak mereka pada layanan imunisasi BIAN. Gratis !!!

 

Dengan kerjasama semua pihak, diharapkan bisa memastikan setiap bayi dan anak mendapatkan haknya diberi imunisasi lengkap.




Penutup

Kita selalu mengatakan anak adalah hal terpenting dalam hidup sehingga ingin memberikan yang terbaik untuk mereka.

 

Pandemi Covid-19 belum berakhir. Namun intaian PD3I tidak kalah bahayanya, maka pastikan anak-anak lengkap imunisasinya. Nggak boleh ada lagi bayi dan anak yang menderita penyakit serius yang dapat dicegah imunisasi. Itulah hadiah terbaik bagi anak. Imunisasi terbukti aman dan efektif mencegah berbagai penyakit berbahaya.

 

Mari bergotong royong meluaskan cakupan imunisasi agar semua keluarga Indonesia sehat, bisa melewati pandemi, dengan cara melengkapi imunisasi di Bulan Imunisasi Anak Nasional 2022 !!!

 

Kejarlah hak anak Indonesia !!!

 

#imunisasi #covid-19

 

Referensi

Sehat Kini dan Nanti, Bersama Kita Imunisasi oleh Prof.Dr.dr.Soedjatmiko,Sp.A(K), M.Si dan Prof.Dr.dr.Hinky Hindra Irawan Satari.Sp.A(K).MtropPaed pada temu blogger melalui zoom meeting 12 April 2022


Kanal youtube Kementrian Kesehatan RI “Temu Media Pekan Imunisasi Dunia 2022” 11 April 2022 https://www.youtube.com/watch?v=T7sKm-LtHBM


dr.Arifianto, Sp.A(K). (2019). Yakin dengan Vaksin dan Imunisasi?. Depok : KataDepan


https://www.kemkes.go.id/article/view/22041200002/imunisasi-kejar-lengkapi-imunisasi-dasar-anak-yang-tertunda.html


https://www.kompas.id/baca/ilmu-pengetahuan-teknologi/2022/04/11/17-juta-anak-belum-mendapat-imunisasi-lengkapi-segera-dengan-imunisasi-kejar


https://sehatnegeriku.kemkes.go.id/baca/rilis-media/20160222/5414215/fatwa-mui-nomor-4-tahun-2016-tentang-imunisasi/

58 komentar

  1. Serem ih baca tentang penularan campak itu. Lalu teringat pada beberapa temen yang masih kukuh antivaksin :( Padahal, vaksin nggak cuma buat menjaga kesehatan diri sendiri ya, tapi juga kesehatan orang lain di sekitarnya.

    BalasHapus
    Balasan
    1. kalo inget2 penyakit campak bikin anakku masuk ruang isolasi suka sedih mbak hehe :) Semoga ortu yang antivak dapat pencerahan pentingnya imunisasi lengkap dari ilmu yang bertaburan di media sosial. Amin

      Hapus
  2. Aakk, baru tau dakuu, kalo ada bulan imunisasi anak Nasional.
    Semoga Luigi dan anak2 Indonesia sehaattt semua yaaa
    Sepakat bangett mbaaa.
    Penting banget imunisasi itu untuk tergapainya herd immunity ye kan.
    Semoga edukasi seperti ini bisa membuat kaum anti-vaks jad sadar yaaakkk

    BalasHapus
    Balasan
    1. iya mba, setelah lebaran nih ada program Bulan Imunisasi Anak Nasional untuk imunisasi Kejar dan tambahan imunisasi campak rubella, biar anak Indonesia makin sehat dan dijauhkan dari wabah penyakit yang bisa dicegah dengan imunisasi.

      Hapus
  3. Dua anakku pernah campak barengan. Setelah dua minggu sembuh, nular ke dua saudaranya yang lain. Memang separah itu sih, campaj.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Di awal pandemi memang sempat dinomorsekiankan sih,imunisasi anak di rs. RS hanya melayani anak sakit dan itu pun dengan jumlah SDM terbatas

      Hapus
    2. iya nih mba, penularan penyakit campak dkk itu serem banget. Makanya anak-anak kudu punya perlindungan melalui imunisasi lengkap. Alhamdulillah pemerintah melalui Kemenkes ngadain Bulan Imunisasi Anak Nasional setelah lebaran :)

      Hapus
  4. Untung anak-anakku yang biasanya pada takut vaksin kok ya kemaren dua dosis pada percaya diri semua.
    Smogaaa anak-anak sluruh Indonesia bahkan sampai pelosok2 mendapatkan vaksin lengkap supaya anak2 Indonesia sehat dan melahirkan generasi yang tumbuh kuat lahir batinnya. Aamiin

    BalasHapus
    Balasan
    1. amin, semoga anak-anak Indonesia terlindungi dengan imunisasi lengkap hingga pelosok :)

      Hapus
  5. Selama awal pandemi tuh tidak ada imunisasi untuk balita di POSYANDU area kampungku. Jadi kakak iparku ke klinik terdekat untuk imunisasi anaknya yang masih batita. Kalau keponakanku yang saat ini kelas 5 SD udah vaksin Covid-19 dosis kedua.

    BalasHapus
    Balasan
    1. nah iya nih mba, makanya yang kurang bisa dikejar di program BIAN :)

      Hapus
  6. Imunisasi memang menjadi hak anak, sehingga penting didapatkan mereka. Imunisasi juga senjata bagi anak-anak dalam memerangi sumber penyakit yang membahayakan nyawa mereka.

    BalasHapus
  7. anak sulung saya pernah dirawat karena pneumonia

    dan itu menakutkan banget karena nafasnya satu satu

    jadi kalo sayang anak, imunisasi hukumnya wajib menurutku ^^

    BalasHapus
    Balasan
    1. sama nih Ambu, Luigi juga pernah pheumonia dan dirawat di RS lebih dari seminggu. Sampe dilatih pernapasannya sama dokter rehab medik juga.
      Setuju banget, imunisasi adalah wajib !!! demi perlindungan anak Indonesia

      Hapus
  8. Imunisasi adalah hak bayi, harus dipenuhi. Tidak ada cara lain untuk melindungi anak dari penyakit menular berbahaya (dan mematikan) selain imunisasi….

    BalasHapus
  9. Ngomongin soal campak ya mba, aku jadi inget kalau tetangga aku itu anaknya campak. Nah kakak yang adiknya lagi campak ini msih suka dibiarin main ke rumah aku. Pas tau adiknya campak. Kagetlah aku. Karena kayesa waktu itu belum diimunisasi campak karena belum jadwalnya. Deg degan dong aku. Karena kan campak ini penularannya tinggi. Akhirnya selama 2 minggu, aku ga ngijinin anak aku main ama anak tetangga itu. Ya mau gimana lagi. Buat jaga jaga

    BalasHapus
  10. Kesehatan anak-anak dengan melengkapi imuninasinya harus dipantau dan diperhatikan keluarga ya, agar tumbuh dan kembangnya tetap optimal

    BalasHapus
    Balasan
    1. setujuuu mba, imunisasi untuk tumbuh kembang anak yang optimal, sehingga bisa meraih cita-citanya dalam keadaan sehat :)

      Hapus
  11. anakku selalu menanti diimunisasi. heran aku juga eknapa dia gak takut sama jarum suntik. hihi. alhamdulillah sekarang udah lengkap imunisasinya. cuma belum vaksin covid aja karena anaknya masih belum cukup umur.

    BalasHapus
  12. alhamdulillah ya mba, sekarang pandemi sudah mulai terkendali, dan kita bisa mulai lagi untuk mengimunisasi anak sesuai dengan kebutuhannya, karena kalau dulu memang takut mau keluar atau ke RS, waktu awal ada covid

    BalasHapus
  13. Pandemi mengingatkan betapa pentingnya vaksin dan menurutku jahat sekali orang-orang yang tidak mau divaksin karena alasan yang tidak logis. Terima kasih untuk tulisannya, mbak

    BalasHapus
  14. Alhamdulillah anakku udah imunisasi lengkap. Kalau di puskesmas bisa dapat sertifikat juga lho kalau imunisasinya udah lengkap.

    BalasHapus
  15. Semoga makin banyak para orang tua yang sadar akan pentingnya imunisasi lengkap untuk buah hatinya ya mbak. Kesehatan itu berawal dari lingkungan keluarga. Kalau keluarga, khususnya orang tua peduli akan kesehatan buah hati dan seluruh anggota keluarga, maka anak2 pun tetap menjalani imunisasi lengkap meski di masa pandemi.

    BalasHapus
  16. Kesadaran pentingnya vaksinasi ini semoga banyak yang ngeh dan dilakukan banyak pihak ya. Teruatam orangtua ke anaknya. Karena aku masih menemukan banyak ortu memilih nggak vaksin anaknya

    BalasHapus
  17. Yuhuuu.. semangat buat semua ibu-ibu yang lagi punya anak kecil. Bisa yuk bisa soalnya besar manfaatnya juga buat anaknya yah bun.

    BalasHapus
  18. Semoga program ini berhasil meningkatkan kesadaran masyarakat untuk imunisasi lengkap bagi anak ya

    BalasHapus
  19. Memang bikin was-was ketika cakupan vaksinasi menurun karena pandemi. Khawatir akan timbul wabah baru. Kasihan juga anak-anak. Semoga sekarang semangat untuk mengejar kelengkapan imunisasi

    BalasHapus
  20. Pekan Imunisasi Dunia ini mengingatkan kita semua akan pentingnya imunisasi lengkap. Saya pun jadi mengingat-ingat lagi, kedua anak saya udah pada lengkap gak ya imunasasinya? Kalau belum lengkap gimana? Alhamdulillah udah tahu solusinya dari pemaparan para narasumber di webinar yang diadakan Kemenkes kapan hari.

    BalasHapus
  21. Ditengah berbagai virus yang menghantui dunia, kurang bijak rasanya jika orangtua tidak memenuhi hak anak-anak untuk diimunisasi. Karena ini adalah salah satu cara agar mereka jauh dari penyakit-penyakit yang membahayakan. Dan ternyata orangtua tipe begini tuh masih eksis ya? Masih ada yang menganggap bahwa imunisasi itu haram padahal sudah keluar fatwa dari MUI bahwa imunisasi dan atau vaksinasi itu adalah salah satu ikhtiar kita agar bisa hidup tanpa dikelilingi oleh kekhawatiran.

    Semoga dengan PEKAN IMUNISASI DUNIA ini kesadaran masyarakat akan penting dan manfaatnya imunisasi dan vaksinasi semakin tersosialisasi dengan baik.

    BalasHapus
  22. Semoga saja dengan adanya pekan imunisasi dunia yang rutin diselenggarakan tiap tahun akan meningkatkan kepahaman tentang pentingnya imunisasi ini ya Mba...

    BalasHapus
  23. Saya baru tahu kalo ada bulan imunisasi anak nasional hehe. Bagus sih jadinya orang tua makin aware akan pentingnya imunisasi bagi anak dan kalo bisa gak pake ditunda2 lagi ya

    BalasHapus
  24. Disekolah anak saya juga ada yang gak mau anaknya diimunisasi, kasihan tapi gimana udah keputusan orang tuanya. Anak-anak saya Alhamdulillah imunisasi wajib lengkap

    BalasHapus
  25. Saya selalu memastikan anak-anak dapat imunisasi lengkap supaya tubuhnya kuat. Syukurlah proses imunisasi di kota saya nggak ribet dan bisa cepat.

    BalasHapus
  26. sekarang yaa mba bulan imunisasi nasional. Saya juga percaya bahwa imunisasi sangat membantu kekuatan dan daya tahan tubuh anak - anak kita yaa

    BalasHapus
  27. Tak perlu takut untuk mengimunisasikan anak-anak karena imunisasi terbukti aman dan bisa menyehatkan anak-anak. Ini juga demi kebaikan mereka di masa depan.

    BalasHapus
  28. Sebelum ada pandemi rutin dan semangat banget saya ajak anak2 imunisasi tapi sekalinya pandemi melanda eh jadi terhalang. Akhirnya ada imunisasi anak yang tertinggal. Untungnya sekarang sudah bisa saya kejar lagi. Imunisasi ini memang sangat penting dan jangan sampai kelewatan karena demi kesehatan anak2 kita juga

    BalasHapus
  29. Kalau lihat banyaknya ragam penyakit, rasanya ngeriii gitu ya. Kita harus mengupayakan perlindungan kesehatan untuk anak-anak kita, salah satunya dengan melindungi imunitas tubuhnya. Dari sejak lahir sebisa mungkin dicatat imunisasinya sudah apa saja.

    BalasHapus
  30. alhamdulillah walaupun sedang covid juga tahun lalu aku tetap ngevaksin anak2 mba.. sekarang insya Allah lagi nungguin Mahira usia 6 tahun. nanti kalau sudah 6 tahun langsung tak bawa juga buat vaksin covid-19 :D

    BalasHapus
  31. Imunisasi wajib kudu banget dilaksanakan sesuai dengan anjuran pemerintah. Dulu sebelum pandemi, malah petugas puskesmas tuh keliling dari rumah ke rumah.
    Alhamdulillah~
    Edukasi yang baik mengenai pentingnya Imunisasi.

    BalasHapus
  32. wajib banget untuk mengikut anjuran pemerintah serta melengkapi diri dengan imunisasi dan vaksin. semoga kita sehat selalu ya

    BalasHapus
  33. wah memang imuniasasi memang penting ya bagi anak2 dan harus lengkap demi sehat

    BalasHapus
  34. Imunisasi itu penting yah untuk tumbuh kembang dan juga daya tahan tubuh anak supaya enggak cepat terjangkit penyakit.

    BalasHapus
  35. Dan jadi ingat anakku masih blm vaksin influenza yg lanjutan , dan kayaknya yg wajib juga ada yg belum gara2 COVID ini 😣. Mau aku kejarin deh mba. Buatku, vaksin mah harga mati. Ga abis pikir aja Ama orang2 antivaks itu. Ah sudahlaaah, inget mereka yg ada batal puasa 🤣..

    Yg penting anak2ku harus komplit vaksinnya. Bersyukur keluargaku juga tipe yg selalu mewajibkan vaksin ke anak. Apalagi aku inget banget ada temen pas zaman SD kls 1, yg kakinya kena polio. Cacat ... Itu terekam trus dalam kepala sampe skr. Dan Krn itu juga aku ga mau anakku ngalamin hal yg sama hanya Krn kecerobohan orangtuanya ga memberikan vaksin

    BalasHapus
  36. Semoga apa yang kita ikhtiarkan pada anak-anak kita semua bisa membuat mereka tetap sehat dan kuat ya mbak

    BalasHapus
  37. Ah iya ya ... khawatir terpapar Covid-19 ini jadi salah satu penyebab menurunnya cakupan imunisasi ya? Duh, bisa dipahami sih ya.Semoga saja dengan emredanya covid dan makin banyaknya edukasi, jadi banyak lagi yang mau imunisasi.

    BalasHapus
  38. walaupun masih pandemi dan posyandu belum siap melayani secara offline, kebutuhan anak kita untuk imunisasi harus diperhatikan ya

    BalasHapus
  39. Biar nggak lupa, buku KMS itu jadi pegangan banget deh Mba biar jangan sampai ada yang kelerat. Lalu sejak pandemi, rasanya sedikit lebih tenang kalau imunisasi dilakukan di klinik dekat rumah di waktu sepi pengunjung, apalagi biasanya bisa janjian dulu jadi nggak pakai lama antre dan lain-lain. Masih agak ada khawatirnya kalau ke posyandu atau rumah sakit soalnya.

    BalasHapus
  40. saat pandemi tahun lalu aku juga tetap membawa anak2ku imunisasi mbak.. soalnya udah kayak wajib buat kami sekeluarga. lebih baik mencegah yaa ketimbang kalau udah sakit, repooot dan mahal

    BalasHapus
  41. Ngeri juga kalau sampai timbul wabah penyakit yang seharusnya sudah bisa diredam karena cakupan imunisasi menurun. Semoga banyak orangtua yang dengan sadar mau mengejar ketertinggalan imunisasi anak-anaknya, ya

    BalasHapus
  42. Bahaya banget efek yang ditimbulkan ketika anak imunisasinya tidak lengkap.Selain penyakit bisa juga alami cacat.Untunglah anak-anakku sudah lengkap imunisasinya

    BalasHapus
  43. Rencananya bulan Mei juga mau nih ngejar vaksin2 booster anak2ku
    Alhamdulillah kondisi pandemi juga makin membaik ya jadi sebaiknya yang kmrn blm vaksin khsuusnya yang bayi2 nih kudu segera dikejar vaksinasinya

    BalasHapus
  44. Melalui diagram yang diberikan mengenai dampak ketika tidak memberikan Imunisasi Dasar Lengkap, maka kemungkinan ada KLB juga besar. Edukasi yang bagus untuk kita semua yang memiliki anak usia dini dengan segala kewajibannya yang tidak boleh terlewatkan.

    BalasHapus
  45. Alif dulu juga pernah kena virus yang gejalanya mirip campak gitu, asli ngelihatnya kasian banget, demam tinggi, ruam, gak mau makan, sampai kelihatan lemes. Untungnya cuma beberapa hari sembuh karena mungkin udah vaksin juga jadi gak sampai parah dan harus opname.

    Pernah juga ketularan gondongen dari temennya, itu juga cuma beberapa hari udah sembuh sedangkan temennya sampai berhari-hari.

    Manfaat vaksin itu paling kerasa kalau anak udah mulai sekolah dan banyak interaksi sama anak lain, kalau ada anak sakit tertentu.. anak yang udah vaksin gejalanya gak terlalu parah.

    BalasHapus
  46. Imunisasi lengkap adalah cara untuk melindungi anak dari ancaman beragam penyakit ya
    Makanya meski pandemi, anak anak tetap harus di imunisasi sesuai jadwal
    Kalo terlambat bisa memanfaatkan imunisasi Kejar ini

    BalasHapus
  47. Wajib deh kita dukung bersama nih pekan imunisasi nasional ya, agar anak-anak Indonesia mendapatkan imunisasi lengkap menjadi generasi yg tangguh di masa depannya

    BalasHapus
  48. saya mengikuti anjuran pemerintah mbak. JAdi ke 3 anak saya semuanya imunisasi lengkap, termasuk imunisasi yang disekolah-sekolah itu, saya ijinkan

    BalasHapus
  49. alhamdulillah anakku sudah lengkap imunisasinya. menurutku imunisasi ini penting banget buat anak. suka sebel sama orang yang gak mau anaknya diimunisasi..

    BalasHapus