Sejak kecil,
tepatnya masa berseragam putih biru aku sering berkunjung ke dokter spesialis
THT. Dulu – masa SMP itu- , keluar dari ruang praktik aku hanya bisa nangis.
Dan Bapak dengan setia mengantarkanku
kontrol dan pulangnya diajak ke mas mas penjual onde-onde mungil Pasar Pakis
Surabaya untuk menghiburku.
Saat itu aku ingat ditangani oleh dr. Dwi Reno Pawarti,
THT-KL(K), FICS di Pusura Mayjen Sungkono. Aku nggak tahu beliau sekarang
praktik dimana. Masa pra remaja itu, aku juga nggak tahu apa yang terjadi pada
telingaku. Aku nggak pernah tanya, dan dokter juga nggak jelasin.
Mungkin karena aku masih kecil kali ya. Kemungkinan lain dokter sudah jelasin ke Bapak, tapi Bapak nggak mau kasih tahu ke aku atau Bapak emang nggak mudeng sama penjelasan dokter. Entahlah.
Yang
aku ingat HANYA rasa sakitnya yang tak tertahankan dan perjuangan Bapakku untuk
kesembuhanku. Dalam kondisi apapun, jika waktunya kontrol kami berdua berangkat
pakai sepeda motor. Berbulan-bulan seperti itu
Pernah juga aku ditangani oleh Prof dr. Sri Harmadji,
Sp.THT.K.L (K) praktik di Pusura Tegalsari Surabaya, tapi ketika kapan hari aku
telp RS ternyata beliau sudah pensiun, huhu
Semoga Allah selalu memberikan kesehatan pada
beliau-beliau ini. Orang yang dulu berjasa bikin telinga kiriku sehat lagi.
Hingga tiba,
lara itu datang lagi. Desember 2021 adalah salah satu purnama yang tak pernah
aku lupakan. Malam malam aku lalui tanpa tidur nyenyak. Hari hari dilanda
kesakitan hingga rasanya kepala mau pecah. Salah satu organ keseimbangan ku
mengalami masalah (lagi). Masih sama, telinga kiri !!!
Kali ini, aku
atasi sendiri. Awalnya dokter mengira ini hanya kotoran telinga yang sulit
keluar. Ternyata setelah diberi obat pelunak, masih saja tak bisa terangkat,
kurasakan nyeri sepanjang hari.
Kata dr.
Tri Hedianto, Sp.T.H.T.K.L – dokter yang menanganiku sekarang - alat
pendengaran sebelah kiriku mengalami keratosis obturans. Sebuah sel kulit mati
yang menempel di kulit liang telinga. Kira-kira gitu sih singkatnya, meski sebenarnya
penjelasannya panjang dan rumit.
Duhai daun
telingaku, didalam apa yang terjadi hingga seperti ini. Jika nyeri, kepalaku
seperti pecah separuh, belum lagi tak bisa mengunyah sebelah kiri. Pengen minum
Energen aja sebagai makanan yang masuk ke lambung.
Tiduran pun sakit, rebahan segala arah tak mengurangi rengekanku. Mangap sakit, apalagi bersin, duuuuh ngilu banget, hiks. Berusaha banget nggak hatchiiing 😭😂
Tidur nggak
bisa karena pas rebahin kepala kayak ketarik gitu, ah pokoknya serba salah. Kadang
bergantian aku duduk sambil merem. Leherpun ikutan kena imbas,
perih !!! Pokoknya telinga kiri seperti ditusuk, tapi sepanjang hari 😭
Dokter ahli
telinga hidung tenggorok bedah kepala leher yang mengurus sakitku ini bilang
ada pasiennya yang sampai ditangani di meja operasi. Oh, kenapa? Karena pasien
tak tahan nyerinya, maka jalan satu-satunya harus di bius alias masuk meja
operasi.
“Kulit mati
ini sangat menempel pada kulit dalam telinga, lalu menekan tulang tulang
sekitarnya, itulah yang bikin nyeri” ucap dokter Tri sambil memegang patung
model anatomi bentuk lubang telinga.
sumber gambar : https://www.istockphoto.com/ |
Selama ini obat nyeri adalah sahabatku dalam keseharian. Obat nyeri ringan sampe yang nyeri berat udah pernah diresepin deh kayaknya 😅😅😅 "dok, obat ini nggak ngefek dok, masih nyeriiii " protesku 😝
Dibalik itu
semua aku bersyukur, bertemu dengan dr. Tri Hedianto, Sp.T.H.T.K.L yang sangat
sabar, memberi optimisme bahwa ada banyak juga yang selesai tanpa meja operasi,
asal sabar dan telaten kontrol. (mungkin seperti itulah Bapakku dulu sabar
mengantarku kontrol)
Assisten
dokter Tri menuturkan padaku bahwa pasien yang masuk meja operasi karena di
pegang telinganya saja sudah sakit. Rasa tahan nyeri setiap orang bisa berbeda.
“sampeyan
tadi masih bagus mbak, bisa betah ditangani dengan durasi selama itu sama
dokter Tri” ujarnya lagi
Jleb.
Allah kasih
aku sakit ini, karena aku kuat. Aku bisa tahan nyerinya. Aku bisa tahan sakitnya.
Masih ingat sakitnya cesar? Aku bisa lalui bukan?
Dipertemukan
aku dengan dokter Tri adalah sebuah rezeki yang amat aku syukuri.
" Rumahnya
mana?"
" Gresik
dok".
Beberapa
percakapan di ruang praktik.
" Kerjanya
apa?"
" Ngeblog,
dok".
" Apa
itu yang biasanya ditulis?"
" Review
produk dan banyak lagi"
" Ok,
sebelum kesini janjian saja ya, mungkin saya butuh waktu khusus buat
mbak". tutur dokter bersahaja
Ia memberiku
kelonggaran, karena ia tahu, ini nggak bisa dikerjakan sebentar. Kata mbak Mia assistennya bilang, misalnya jika dokter Tri praktik
jam 6 sore, maka bisa melakukan tindakan padaku jam 4.
" Saya
bawakan alat khusus, lebih kecil, emang buat telinga, kalau ini terlalu besar
" sambil menunjuk alat endoskopi yang biasa dipakai. Ia sungguh-sungguh
menanganiku.
Duhai Rabbi,
hanya syukur atas semua.
Dua ratus
lima puluh ribu biaya dokter, belum termasuk ratusan ribu obat tetes telinga
untuk mengurangi sakit, dan obat nyeri oral tak kan ada apa apanya dengan
harapan..
Harapan
untuk diberi Allah kesembuhan.
Agar alat
keseimbangan tubuhku ini tak lagi terganggu.
Blog dan lomba blog mungkin aku tinggalkan karena sakit ini (akhir tahun banyak banget lomba, ikut 1 eh telat ngumpulin pula karena telinga lagi nyeri hiks 😭😅). Tapi Bismillah semangat menulis akan terus ada.
2022 aku
akan sembuh dan lari mengejar semua target-target yang sempat tertunda.
sumber gambar : https://www.istockphoto.com/ |
" Dokter udah datang, mbak?" Tanyaku pada asistennya. Aku pasien antrian nomor 1 dong (rajiiiiin 😝😝)
" Ya,
habis gini turun..dokter masih shalat" jawab assisten dokter
Kurasakan
tenang dan semakin yakin, dr Tri adalah dokter yang bisa mewujudkan harapanku.
" Dok,
nanti kalo sudah sembuh, aku akan tulis semua di blog. Kasih edukasi di IG nya
dong dok, tentang penyakit ini. Aku sudah googling ternyata sedikit nih infonya,
kalaupun ada bahasa Inggris pula" kataku protes
" Hmm
susah sih"
" Penjelasan
dalam bahasa kedokteran nya, jadi susah
nya jelasin dengan bahasa yang mudah dipahami orang awam" lanjutnya
Yayaya mungkin itu harapanku selanjutnya setelah sembuh 😅😅
Konten buat
blog tentang sakitku ini 😁
Bakalan aku wawancara khusus di ruang praktik
Entar bakal aku tulis selengkap mungkin, apa sih penyakit ini, sebabnya, dan perawatan yang udah aku lalui hingga sembuh, kenapa milih dr. Tri Hedianto, Sp.T.H.T.K.L untuk ikhtiar, sampe apa obat-obatan dan biayanya. Ssstttt aku bayar sendiri yak 😂 Agar meski sakit, hidupku tetap ada manfaatnya. Mungkin saja ada orang lain yang merasakan sakit yang sama, dan butuh informasi.
Doakan lekas sehat ya, dan kuping kiriku bisa denger lagi 😍😝
Eh lagi,
doakan duitku mengalir deras bak air terjun, biar bisa rajin kontrol
Ya Allah,
terima kasih atas sakit ini. Terima kasih atas rezeki. Terima kasih sudah
memberi jalan untuk bertemu dokter Tri yang sangat baik. Terima kasih ya Allah.
Aku sampai googling jurnal lhoh. Apaan sih keratosis obsturan? Mengamati gambar-gambarnya. Mudah-mudahan cepat sembuh ya...Dan engga balik-balik lagi sakitnya.
BalasHapusiya bahan tulisan yang berbahasa Indonesia jarang, itupun bahasa kedokteran mbak,. Makanya pengen aku sederhanain gt ntar - sesuai obrolan di ruang praktek hehe - :)
HapusI feel you mbaaaa. Sakit telinga memang ga enaaaaaak banget. Orang2 suka sepele Ama telinga , padahal kalo ini udah bermasalah, sakitnya udh kayak nyerang saraf kepala 😭.
BalasHapusAku tadi tanya ke adekku yg no 3, dia dokter Spesialis THT di Medan. Penyakit keratosis obturans ini. Yg terpenting sbnrnya penyebab dan mencegahnya gimana biar ga sakit lagi.
Dulu telingaku sempet masalah, yg kanan. Sakitnya ga usah ditanya, bener kayak mau pecah sebelah 😔. Pas cek Ama THT, dokter nya sampe pake alat khusus yg bisa masuk melihat ke dalam, dan aku sendiri bisa lihat dari layar besar di depanku. Di situ dia bilang ada infeksi dan pembengkakan di telinga. Seperti bisul. Jadi wajar sakit banget, apalagi belum pecah. Ya Allah kayak mau nangis itu.
Tapi kata dokter penyebabnya bisa macem2, salah satunya airbuds atau headset yg digunakan trus menerus. Sejak itu mba, sampe skr aku ga pernah pake airbuds lagi. Dengerin musik atau nonton apapun dari hp, mending LGS dengerin pake speaker nya.
Tapi suami nih yg ga bisa lepas dari earbuds. Udh diksh tau tetep ngeyel :(.
Semoga cepet sembuh ya mba .. yg terpenting ga kambuh lagi. Biaya tht ini memang ga main2 kalo udah berobat. Untung ya aku dulu dicover asuransi. Lumayan sekali konsultasi apalagi pake acara tindakan 🤣. Tapi kalo kata adekku, masalahnya alat2 yg dipake memang mahal, itu yg bikin biayanya juga jadi besar kalo berobat ke tht 😅
eh iya sama dong mba Fan, aku juga sampe di endoskopi, kalo aku sih efeknya yang jadi bengkak juga, sampe leher ikutan sakit hehe. Ah setuju banget biaya berobat ke THT emang lumayan merogoh kantong. Ternyata itu ya alasannya, alat endoskopinya -misal- pasti juga mahal. Amin, makasih banyak doanya mba Fanny yang baik :) Semoga telinga mba Fanny sehat selalu
Hapusperjuangan sekali ya, Kak. Mana itu indera pendengaran juga. Semoga segera sehat dan dapat beraktivitas seperti sedia kala ya, Kak.
BalasHapusMungkin benar. Kalau berbagi informasi mungkin akan memberikan jalan bagi orang lain yang mungkin sedang mengalami hal yang sama.
Semangat, Kakak.
Semangat selalu juga buat mba Yuni :)
HapusDuh kebayang sakitnya ya,Mbak. Gak enak kalau mersakan sakitnya sepanjang hati gitu. Semoga lekas pulih seperti sedia kala ya, Mbak
BalasHapusDuh banyak typonya :D
HapusMaksudnya merasakan sakitnya sepanjang hari. Pasti jadi gak nyaman ngapa-ngapin ya, Mbak
amin, makasih banyak teh Nurul :) pokoknya sakitnya mantap, papapale pale pale :p
HapusPeluk Mbak Septi :)
BalasHapusDalma kondisi sakit, masih berpikir untuk bermanfaat bagi orang lain dengan menulis pengalamannya. Jadi tau nih istilah keratosis obsturan. Sesakit itu ternyata, hiks. Berefek ke gak bisa dengar juga, ya?
Saya aja kalo pas ada sumbatan kotoran telinga gitu ngerasa ga nyaman banget. Apalagi kalo ada sakitnya dan merembet ke mana-mana gitu.
Insyaallah Mama Lui kuat dan bisa :)
Sampean hebat karena selama 2021 sudah berjuang untuk sembuh.
2022 yuk bersemangat lagiiii :)
iya mba, gara-gara sakit telinga sampe susah ngapa-ngapain hehe. Kalo ini emang Bukan kotoran telinga sih, makanya sampe puyeng wkwk, efeknya kadang telinga kiri nggak denger :) Amin, makasih banyak doanya ya mba :)
HapusMoga lekas sehat ya telinganya, Kak. Jadi gak usah operasi. Dokter Tri baik banget ya dan telaten, Alhamdulillah.
BalasHapusamin, makasih mba Eni. Dokter Tri emang andalan banget sih, nggak pernah tergesa2 setiap nangani aku. Suaabar pol. Bener2 detail banget, termasuk tanya apa aja, termasuk pertanyaan receh pasti dijawab hehe. Makanya aku belain Gresik-Surabaya supaya tetep bisa kontrol sama beliau.
HapusMasya Allah Mbak Septi hebat! Biss kuat banget begitu menahan nyeri tak terkatakan. Semoga lekas sembuh ya Mbak. Aku pernah nyeri hebat, tapi nyeri haid dan itu selama 26 tahun (1994-2020). Baru aja sembuh total di tahun 202p lalu. Semoga Mbak Septi juga bisa sembuh total atas waktu dan seizin-Nya ya. Terus semangat Mbak💪💪
BalasHapusah iya ya, nyeri yang tak terkatakan :p saking bingung mau bilang apalagi selain kata "sakit", Ya ampun mba Ribka, semoga bener2 sembuh total ya mba, biar nggak nyeri lagi. Amin, makasih doanya mba :)
HapusMasya Allah Mbak Septi hebat! Biss kuat banget begitu menahan nyeri tak terkatakan. Semoga lekas sembuh ya Mbak. Aku pernah nyeri hebat, tapi nyeri haid dan itu selama 26 tahun (1994-2020). Baru aja sembuh total di tahun 202p lalu. Semoga Mbak Septi juga bisa sembuh total atas waktu dan seizin-Nya ya. Terus semangat Mbak💪💪
BalasHapusSelamat siang. Terima kasih ulasannya kak. Saya juga mengalami hal yang sama. Kak boleh dibantu info tempat praktek rumah pribadi dr tri hedianto dimana? Saya ingin konsultasi hari ini.
BalasHapus♻ B0NUS N3W M3MB3R 20%
BalasHapus♻KL4IM EVENT SC4TT3R DAN P3RK4LI4N ANDA HINGGA SEJUTA DGN CARA SP1N M4NUAL MIN B3T 400
L1NK : heylink,me/virgo/
(K0M4 D1G4NTI T1T1K)
W4 : +6287862973654