Cerita Menumbuhkan Minat Baca Anak dengan Let’s Read!


Mendung bergelayut manja di langit Surabaya kala itu. Masih berseragam putih dan rok merah, aku asyik membolak-balikkan buku cerita tentang Aceh dan Papua di sebuah kamar tetanggaku. Banyak buku bagus berserakan, mulai eksiklopedia, dan buku cerita rakyat. Tak kulewatkan hal-hal menarik di dalamnya, terutama yang isinya bergambar penuh warna.

Sepulangnya dari ruang sempit itu, aku selalu menemukan hal baru dan membuatku semakin bertanya. Kenapa ada orang berkulit putih dan ada yang hitam legam, kenapa mereka keriting sedangkan rambutku lurus. Aku jadi merasa ingin tahu banyak hal. Ingin tahu seperti apa Borobudur, bagaimana bentuk aslinya, seperti apa batunya setelah membaca buku Keajaiban Dunia.

Membaca membuatku mengerti bahwa ada orang-orang yang tidak makan nasi sepertiku, namun sarapan roti dan keju. Setelah membaca kisah Smurf dan Makhluk Salju, aku jadi mengerti ternyata di belahan bumi lain ada yang tidak merasakan panas matahari seperti Surabaya, ditempat mereka dingin karena salju. Apakah salju itu seperti es serut dan bisa di makan? Ah pertanyaan konyol dari seorang bocah yang mendadak otaknya “liar” setelah membaca. Sejak itu, aku seakan menemukan oase dari rasa penasaranku akan sesuatu hal. Dialah buku.



Bagiku buku adalah kunci dari segala pertanyaan. Pengalaman di masa kecil itu sungguh membekas bahwa karena membaca buku aku jadi tahu hal baru. Benar kata pepatah bahwa buku adalah jendela dunia. Kadang aku memberi pertanyaan pada teman-temanku dan senang melihat mereka kebingungan. Setelah puas mengerjai mereka lalu kuberi jawaban dengan jumawa. Hehe :p

Setiap terlintas pertanyaan di otakku, aku akan mencari jawabannya di perpustakaan atau di kamar temanku tadi. Minatku yang besar pada buku memang karena aku ingin tahu dunia luar. Karena keingintahuan juga, aku suka belajar hingga bisa bertengger di peringkat 3 besar selama SD, bahkan peringkat 1. Aku selalu penasaran!!!

Mengapa Harus Membaca Buku?

Menurutku membaca membuat kita mendapat jawaban dari rasa ingin tahu. Menjawab rasa penasaran akan sebuah hal dan masalah. Membaca juga salah satu pintu yang bisa mengakses informasi dan pengetahuan. Sehingga kita mengaitkan informasi baru dan informasi yang sudah diketahui sebelumnya. Tentu saja kebiasaan membaca ditentukan banyak faktor salah satunya minat. Minat adalah kesenangan. Dan aku senang membaca. Minat ini wujud dorongan rasa ingin tahuku.

Ketika menikah dan memiliki anak, aku juga ingin mengembangkan minat baca anakku -Luigi 4 tahun- dengan mengembangkan rasa ingin tahunya. Membaca merupakan cara paling efektif untuk menjawab segala rasa ingin tahu.


Dunia Anak – Selalu Ingin Tahu

Perkembangan otak dari lahir hingga 2 tahun pertama anak mencapai 80% dari orang dewasa. Pada usia 6 tahun otak anak sudah terbentuk 95% dari otak orang dewasa. Pembentukan sinapsnya pun sangat cepat pada usia dini. Mencari tahu dengan bertanya dan dibacakan buku membuat synapsnya semakin terhubung satu sama lain. Inilah yang disebut masa periode emas atau golden age, masa yang tidak akan terulang. Pada usia itu mereka menyerap informasi dengan cepat.

Menurut anak-anak, dunia dipenuhi hal yang menarik, sehingga menimbulkan keingintahuan.  Aku masih ingat saat Luigi bayi, ia kerap meraih benda yang didekatnya. Lalu penasaran dan memasukkannya ke dalam mulut. Pada usia satu tahun ketika bisa merangkak, Luigi suka membongkar isi lemari dan membuka tutup pintu. Yah begitulah anak-anak belajar. Mereka menggunakan semua inderanya untuk belajar, dan menjawab rasa ingin tahunya.

Lambat laun, semakin bisa berkomunikasi lisan, Luigi bertanya “ini apa”, “itu apa”. Ini suara apa? Semakin kosa katanya bertambah, bertambah rasa penasarannya dengan tanya “mengapa”. Mengapa bumi bulat, mengapa virus Korona cepat menyebar, mengapa ada bakteri di usus kita? Dan banyak pertanyaan lainnya yang harus kujawab dengan buku. Buku menjadi mediaku memuaskan dahaganya. Aku menyadari otaknya sedang berproses menyatukan jaringan sinaps. Aku pun ingin menunjukkan Luigi bahwa dengan membaca buku kita bisa menemukan jawaban dan “melihat” dunia.

Caraku Menumbuhkan Minat Baca Luigi

Karena membaca menjadi langkah efektif untuk menjawab segala rasa ingin tahu, maka ini beberapa cara yang selama ini aku lakukan untuk menumbuhkan minat baca anakku.


Pertama, Role model

Bisakah kita percaya sales bedak anti jerawat, jika wajahnya saja penuh jerawat? hehe. Barangkali ini adalah contoh konyol dariku untuk menunjukkan bahwa kita ini pemasar. Apa yang kita jual? Nikmatnya tahu karena mambaca. Maka yang aku lakukan adalah menjadi contoh bahwa aku juga suka membaca. Ia bisa melihatku membaca buku dengan riang gembira. Bahwa akupun juga dekat dengan buku. Luigi tahu aku punya koleksi buku yang sering aku baca di dekatnya. Aku percaya bahwa anak adalah peniru ulung, maka mencontohkan bahagianya membaca adalah langkah awal mendekatkannya dengan buku.

Kedua, Membacakan buku

Buku bergambar hitam putih adalah buku pertama yang aku kenalkan pada Luigi. Lalu meningkat pada soft book (buku bantal), boardbook, buku feel and touch (sentuh rasa), hingga buku pop up. Aku ingat matanya terpaku pada gambar-gambar juga fitur tarik dorong di dalamnya. Bangun tidur bukan kuterus mandi, lalu menggosok gigi. Tapi Luigi langsung ambil buku dan memainkan fitur yang ada di buku dan bertanya gambar-gambarnya. Sepertinya memang bukulah mainan pertama Luigi sejak ia hadir kedunia.

Sebelum membacakan buku untuknya, aku terlebih dulu membaca keseluruhan isinya. Sampai aku paham jalan cerita dan hikmah yang bisa diambil. Terutama nilai-nilai yang sejalan dengan visi misi keluarga. Lalu membacakannya di waktu terbaik yakni menjelang tidur. Sebelum tidur adalah kondisi paling rileks pada anak. Aku memastikan bahwa tidak ada distraksi seperti suara TV atau suara ponsel dan laptop.

Ketiga, Menggambar

Menggambar adalah bahasa tulis pertama anak. Aku menggunakan media gambar agar tahu apa yang menurut Luigi paling berkesan dari sebuah cerita. Meskipun hanya corat coret yang penting ia bisa menceritakan kembali melalui gambarnya. Misalnya setelah kubacakan buku Cerita Korona, ia pun mencoba menggambar bentuk virus Korona, dan perjalanannya masuk ke paru-paru sehingga menyebabkan orang sakit.

Keempat, Membiasakan berbincang/ngobrol

Biasanya setelah membaca, aku tidak langsung mengembalikan ke rak buku. Kami berdua ngobrol tentang isi buku. Teknisnya berupa tebak-tebakan. Misalnya cerita mengenai pergi ke dokter gigi, maka aku tanya mengapa si A harus datang ke dokter gigi, apa yang terjadi jika tidak dibawa ke dokter gigi? semacam itu.  

Kelima, Main di luar / menjelajah

Katanya dunia tak seluas daun kelor. Sebelum ada Korona, aku punya project #dolankaroLuigi (bermain diluar bersama Luigi). Kami mengunjungi museum, taman, pelabuhan, kebun binatang, tempat wisata alam, dan lainnya. Sejak keluar pagar, selalu ada saja bahan obrolan. Misalnya tentang simbol rambu lalu lintas, dan tulisan baliho di jalan. Luigi akan bertanya apa yang dilihat dan didengar. Di rumah ia lanjutkan dengan mencari detailnya di buku. Ada yang menyebut kegiatan seperti ini dengan istilah jelajah literasi.

Keenam, Menaruh buku di tempat yang mudah dijangkau

Dirumah, kami punya ruang khusus sebagai tempat bermain dan belajarnya Luigi. Namun buku-buku memang tidak berada di satu tempat. Salah satunya aku taruh di kamar. Di kamar ada rak kecil berisi buku yang sedang kubaca dan sebagian buku Luigi. Dengan menaruhnya di kamar dan diletakkan di rak kecil, ia jadi mudah mengambilnya jika ingin dibacakan. Apalagi agenda membaca buku waktunya sebelum tidur.

Ketujuh, Memuji efektif setelah selesai membaca

Rentang konsentrasi anak memang sebentar. Bisa betah setengah jam mendengar dan menyimak buku yang kita bacakan sudah bagus. Namun aku flexible, jika terasa 15 menit ia berkata sudah, maka segera aku tutup bukunya. Tak lupa aku berikan pujian efektif yakni pujian yang fokus pada perilakunya. Pujiannya spesifik berhubungan buku yang dibaca. Seperti “terima kasih ya Luigi bisa duduk tenang sama Mama selama baca buku Sekolah di Ujung Tebing”.

Kedelapan, Memilih sendiri buku di toko buku

Sebelum Korona menyerang negeri, untuk mendekatkan dengan buku kami mengagendakan jadwal #dolankaroLuigi ke toko buku. Luigi kuarahkan menuju rak buku anak, menyuruhnya memilih sendiri buku yang disukai. Biasanya jika sejak di rumah dia kurang puas dengan jawabanku, maka buku itulah yang dipilih. Seperti ketika dia penasaran dengan mobil pemadam kebakaran dan segala aktivitas di dalamnya, buku fire truck lah yang dipilih. Membiasakan memilih buku sendiri, membuat dia lebih bersemangat ketika dibacakan.

Kesembilan, Berkunjung ke Perpustakaan

Biasanya aku mengajaknya ke perpustakaan kota karena tidak perlu membeli buku namun masih bisa menikmati bacaan bersama. Kukenalkan pada perpustakaan sejak ia masih bayi. Di Surabaya perpustakaan yang sering kami kunjungi di Balai Pemuda. Disana ada pojok baca khusus anak dengan buku yang melimpah.

Kita bisa meminjam beberapa buku untuk dibawa pulang. Dia senang sekali berkunjung ke perpustakaan kota karena selain banyak buku, Luigi bisa bermain permainan edukatif di komputer yang disediakan. Ia sabar menunggu giliran untuk memakainya. Yah memang Luigi biasa “klak klik” mouse komputer karena di rumah aku memperbolehkannya memakai gadget untuk tujuan pembelajaran.

Akibat pandemi Covid-19 kami sudah tidak pernah berkunjung ke perpustakaan kota lagi. Toko buku juga tutup. Padahal buku yang di rumah sudah dibaca semua. Jika biasanya pertanyaan “uniknya” aku jawab dengan buku, kali ini bukunya sudah pernah dibahas. Dan tidak mungkin aku bilang menurut google. Aku selalu mengandalkan buku cetak untuk menjawab rasa ingin tahu. Hingga akhirnya aku mulai mengenalkannya pada perpustakaan digital.


Apa itu perpustakaan digital?

Perpustakaan digital adalah perpustakaan yang koleksi bukunya dalam bentuk digital. Jadi kita tidak perlu datang ke perpustakaan, karena perpustakan digital ada di ujung jari. Kita dapat mengakses melalui website atau mengunduh aplikasinya. Perpustakaan digital tidak hanya bisa menyimpan tulisan, namun juga bisa menyimpan video, foto, suara dan slide.

Mengapa menggunakan buku digital?

Menurut penelitian Fierenziana G. Junus; Zahroh Nuriah; dan Totok Suhardijanto dalam makalahnya berjudul “Kemampuan Membaca Anak Berdasarkan Gender dan Preferensi Gawai” menyimpulkan bahwa buku digital memiliki efek yang sama dengan buku cetak. Artinya meski anak-anak membaca dengan buku digital namun tetap memperoleh manfaat yang tidak berbeda dengan versi cetak. Buku digital juga mudah, bisa diakses dimana saja. Harganya lebih terjangkau daripada buku cetak, bahkan gratis.


Anakku Luigi termasuk generasi Alpha karena lahir setelah 2010. Teknologi sudah sangat dekat dengannya, berkembang begitu cepat. Aku tidak bisa pungkiri bahwa Luigi sudah mulai aku kenalkan dengan ponsel pintar dan fitur aplikasi edukasi sebagai media pembelajaran. Termasuk memupuk minat membaca dengan mengenalkan buku digital. Pada dasarnya aku mencoba bersinergi dengan teknologi untuk masuk dunia anak di era digital ini.

Dengan mengakses perpustakaan digital, kami bisa menemukan koleksi buku yang beragam. Bahkan mungkin lebih bagus atau lebih berkualitas dari yang di rumah. Apalagi pandemi Covid-19 membuat kita tidak dapat menikmati buku bergizi selain koleksi pribadi, dengan berkunjung perpustakaan kota lagi.

Hingga akhirnya aku tahu bahwa ada perpustakaan digital buku cerita anak bernama Let’s Read!. Awal perkenalanku dengan Let’s Read! adalah ketika temanku share di Facebook tentang satu cerita anak yang kutahu linknya dari aplikasi Let’s Read!. “Wah menarik,” kesanku pertama kali!!!

Let’s Read! Perpustakaan Digital #CeritaBergambar untuk Anak

Let's Read! adalah platform perpustakaan digital buku cerita anak berkualitas. Diprakarsai oleh Books for Asia dari The Asia Fondation yakni program literasi yang berlangsung sejak 1954. Program tersebut dianugerahi penghargaan Library of Congress Literacy Awards A.S atas inovasi dalam promosi literasi.

Tujuan Let’s Read! adalah membudayakan kegemaran membaca pada anak Indonesia sejak dini melalui digitalisasi cerita bergambar, pengembangan cerita rakyat dengan kearifan lokal  dan penerjemahan buku cerita anak berkualitas terbitan dalam dan luar negeri ke dalam bahasa nasional dan bahasa Ibu. Dengan ini Let’s Read mendukung proses literasi anak dengan cara yang baru dan inovatif.

Koleksi Let’s Read! bersumber dari Booklab sebuah lokakarya penulisan dan ilustrasi buku anak, Yayasan Litara, Institut Teknologi Bandung, ISI Padang Panjang, Universitas Petra, dari penerbit, komunitas, lembaga pemerintah maupun swasta. Untuk koleksi terjemahan bekerja sama dengan institusi pendidikan, komunitas, dan beberapa universitas di Indonesia. Misalnya untuk menerjemahkan cerita bahasa Indonesia ke Bahasa Jawa, maka kerjasama dengan Universitas Negeri Surabaya agar sesuai cerita aslinya.

Let’s Read! dapat diakses melalui dua cara yakni dengan membuka situs https://reader.letsreadasia.org/ melalui browser laptop atau bisa juga melalui aplikasi Let’s Read! yang bisa diunduh di Playstore Android.


Mengapa aku menggunakan Let’s Read! untuk menumbuhkan minat baca Luigi?

Dapat digunakan secara cuma-cuma

Let’s Read! merupakan satu-satunya perpustakaan digital gratis Asia untuk anak-anak. Sehingga siapapun dapat mengakses bacaan berkualitas dari Let’s Read! tanpa pandang bulu. Termasuk mereka yang tinggal di pelosok yang jauh dari akses perpustakaan fisik bahkan perpustakaan keliling.

Bergambar dan berwarna

Meski dalam bentuk digital, semua koleksi buku di Let’s Read! sama seperti buku anak versi cetak, tetap bergambar dan berwarna. Didukung ilustrasi menarik membuat cerita yang ditampilkan menjadi “hidup”. Hal ini akan membantu anak untuk memvisualisasikan jalan cerita. Dan tentunya membuat anak-anak semakin tertarik dengan bukunya.

Multibahasa, termasuk bahasa Indonesia dan bahasa Ibu.

Ada banyak judul cerita dari berbagai negara di Asia yang bisa diterjemahkan Bahasa Indonesia, juga bahasa Ibu seperti bahasa Jawa, Minangkabau, Sunda dan Bali. Sehingga anak-anak dari lintas Asia bisa mengakses cerita lintas budaya dengan bahasa lokal atau bahasa Ibu.

Luigi pernah tertawa riang saat kubacakan buku “Bonta, Ana Ngendi?” (Di mana Bonta?) dalam bahasa Jawa. Ini hal menarik buatnya, pengalaman pertama membacakan buku dengan bahasa daerah, apalagi aku plesetkan dengan bahasa Suroboyoan. Manfaatnya ia jadi lebih mudah mengerti isi ceritanya, karena dibacakan dengan percakapan sehari-hari di rumah.

Mengangkat tema cerita lokal masyarakat setempat

Let’s Read! mengeksplorasi topik cerita yang ragam seperti pengelolaan lingkungan, toleransi, kesetaraan gender, dan STEM (Science, Technologi, Engineering, dan Math). Hal tersebut dipilah menjadi label tema alam, keluarga dan persahabatan, petualangan, hewan, pahlawan, anak perempuan hebat, kesehatan, dan pemecahan masalah.

Yang unik adalah banyak cerita yang mengangkat tema lokal masyarakat atau cerita rakyat, termasuk cerita-cerita budaya negara di Asia. Sehingga anak-anak bisa mempelajari keanekaragaman sosial budaya dari daerah/negara Asia lainnya. Hal ini tentu akan membuat rasa ingin tahunya semakin berkembang. Contohnya cerita Luh Ayu Manik Mas, Sayang Hutan menggunakan nama tokoh yang sesuai budaya Bali.

Buku dapat diunduh dan dicetak untuk penggunaan offline

Setiap buku bisa diunduh melalui format pdf atau ePUB. Dapat dicetak dengan pilihan vertikal, horizontal, dan buku kecil. Sehingga bisa menyesuaikan kenyamanan saat di baca kembali. Dan tentunya setelah diunduh, bisa dicetak dan digunakan tanpa membutuhkan internet lagi. Anak-anak bisa dibaca sewaktu-waktu, kapan saja dan di mana saja.

Gambar dan Teks Bisa Dibesarkan

Kelemahan membaca buku elektronik terkadang tulisannya yang kecil. Namun Let’s Read! menyediakan kemudahan dengan menu perbesar. Jadi gambar dan teksnya dapat dibesarkan, sehingga lebih jelas dan nyaman ketika membacanya.

Berjenjang

Asiknya menggunakan Let’s Read adalah semua buku sudah disortir berdasarkan tingkat kesulitan berupa level berjenjang. Mulai dari level buku pertamaku dengan minim teks, level 1 hingga level 5 seperti cerita rakyat dengan banyak kalimat dalam satu gambar. Luigi sendiri sering menggunakan level 2 yang menggunakan 2 kalimat dalam satu halaman. Kadang juga level 5, tergantung apa yang ditanyakan.


Legalitas Koleksi Let’s Read

Untuk mengunduh buku digital (ebook), kadang aku berpikir, apakah ini legal? Karena bagaimanapun kita harus menghargai karya penulis, ilustrator, editor dan semua tim yang berhubungan dengan terbitnya sebuah buku. Ternyata semua koleksi buku di aplikasi Let’s Read berlisensi Creative Commons (CC), yang artinya buku-bukunya dapat dibaca, diunduh, dicetak dan disebar luaskan secara bebas asal tidak untuk komersil.

Buku favorit Luigi di Let’s Read!

Burung Namdur Harus Jujur

Burung Namdur Harus Jujur adalah cerita asli bahasa Indonesia. Ditulis oleh  Evi Z. Indriani dan ilustrator Hutami Dwijayanti yang berkisah tentang kompetisi diantara burung Namdur bernama Anam dan Andur. Ada nilai kejujuran di dalamnya. Burung Namdur adalah burung yang terdapat di hutan Papua. Ciri khas burung ini pandai menghias sarang dengan indah. Ia menghias dengan biji-bijian, bunga, juga dedaunan.

Ketika menjelaskan burung dari Papua ini, membuat Luigi jadi ingin bertemu Namdur. Ia ingin tahu bagaimana proses burung Namdur membangun rumah yang bagus. Akhirnya ia membuat kesimpulan bahwa burung Namdur adalah burung yang pintar. Ia jadi bertanya tentang hutan Papua, sejauh apa untuk sampai kesana dan Papua apakah termasuk wilayah Indonesia. Akhirnya aku jawab rasa ingin tahunya dengan memperlihatkan peta Indonesia, agar ia tahu dimana persisnya Papua tempat Namdur berada.

Kisah Dewi Sri

Dulu cerita rakyat seperti Malin Kundang sangat membekas saat aku SD. Di aplikasi Let’s Read! dari label cerita rakyat ada judul yang Luigi sukai yakni Kisah Dewi Sri karya penulis Rakyat Jawa Tengah dan ilustrator Astari Etti Nurcahyani. Di Jawa, Dewi Sri dipercaya merupakan lambang kesuburan. Ia dijuluki sebagai dewi kesuburan karena pernah menjaga sawah petani saat ia masih dikutuk menjadi ular. Ular itulah yang menghalau tikus yang merupakan hama padi. Ketika sawah dijaga Dewi Sri, panennya menjadi melimpah.

Luigi bertanya, apakah dia harus berterima kasih pada Dewi Sri karena punya beras sehingga bisa makan nasi? Kujawab bahwa kita berterima kasih kepada Allah. Caranya dengan bersyukur, dan memakan nasi hingga habis. Membacakan cerita Dewi Sri adalah cara efektif membuat Luigi selalu berusaha menghabiskan nasi tanpa sisa.  

Tumi Pergi ke Taman

Tumi Pergi ke Taman dari terjemahan buku Tumi Goes to the Park karya Paballo Rampa dan Nyambura Kariuki. Menceritakan Tumi diajak Mamanya pergi ke Taman. Lalu bertemu teman baru bernama Zakhe. Tumi mengajak Zakhe bermain jungkat jungkit dan bermain pasir bersama.

Di buku ini menjadi mediaku mengajarkan Luigi bagaimana cara bermain bersama teman. Termasuk cara menyapa, memperkenalkan diri dan ikut bermain. Sehingga anak bisa bermain bersama dengan gembira karena saling menerima dan mengenal.


Let’s read! menurutku menyajikan cerita yang penuh pengajaran nilai kebaikan, juga mengenalkan hal baru. Ditulis bahasa sederhana dan sangat “hidup” dengan ilustrasinya yang menarik. Membantuku anti mati gaya ketika mendampingi Luigi belajar di rumah.

Let’s Read! Ibarat pintu kemana saja ala Doraemon, kami bisa menjelajah budaya daerah lain di Indonesia. Kita tahu bahwa Indonesia adalah negara yang kaya, banyak suku dan adat istiadat yang berbeda. Dan Let’s Read! menampilkan kekayaan tersebut pada koleksinya. Batik yang merupakan kain khas Jawa pun, ada dalam buku Let’s Read! berjudul Sing Endi Jarite? Ditulis dengan bahasa Jawa oleh Lita Lestianti dan dihidupkan ceritanya oleh ilustrator Evelline Andrya. Beberapa koleksi Let’s read dengan label lucu pun sangat menghibur, efeknya semakin memupuk pengalaman menyenangkan dengan buku.

Sehingga, meski kami tidak bisa pergi ke perpustakaan kota lagi, namun kami masih bisa mengisi otak makan bergizi dengan bacaan berkualitas.


Menggunakan Let’s Read dalam proses belajar di rumah, membuat Luigi semakin sering bertanya. Lama-lama aku juga kelabakan dengan pertanyaan yang mulai “aneh-aneh”. Jika dulu tanyanya sebatas “apa”? Sekarang menjadi “mengapa” dan “bagaimana”. Misalnya kenapa virus Korona cepat menyebar, apakah dia punya anak banyak? Kujawab saja dengan koleksi Let’s Read berjudul CoviBook karya Manuela Molina yang sudah diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia.

Aktivitas membaca dengan Let’s Read menjadi yang dinanti, dan meminta dibacakan buku yang sama berulang-ulang. Itu lagi, itu lagi. Ia kerap menceritakan kembali yang dibaca dengan bahasanya. Akhirnya aku semakin percaya bahwa rasa ingin tahu adalah dasar literasi yang membuat anak bertanya dan berpikir. Bukankah bertanya dan berpikir adalah modal belajar sepanjang hayat?

Tips Mendampingi Anak Membaca dengan Lets Read!

Jika dibaca versi cetak
1.Sebelum membacakan buku, kita harus tahu apa targetnya. Lalu memilih yang sesuai target dengan bantuan kolom label. Misalnya jika ingin mengenalkan persahabatan, maka kita pilih label persahabatan dan keluarga. Kemudian di print sesuai versi buklet.
2.Sebagai pencerita, kita baca bukunya sampai habis. Dan mulai menggambarkan apa pelajaran yang bisa dipetik dan menulis gambaran pertanyaan yang mungkin keluar. Harapannya kita siap ketika kemungkinan pertanyaan itu muncul.
4.Ajak anak di ruangan yang tenang, tidak ada distraksi baik suara TV, radio, ataupun ponsel.
5.Menyiapkan minimal 2 buku dalam bentuk print sebelum dibacakan, agar ia bisa memilih buku mana yang ingin dibacakan. Memberi kesempatan pada anak untuk memilih buku mana yang dibaca agar ia bertanggung jawab kepada pilihan. Sebuah cara membangun kesepakatan buku mana saja yang ingin dibaca hingga selesai.
6.Membacakan dengan hati riang, karena emosi itu menular. Jika emosi pencerita bahagia, maka anak pun juga ikut merasakan bahagia. Bacakanlah buku dengan riang, berkisahlah dengan semangat!.

Jika dibaca melalui website di laptop atau aplikasi Let’s Read! di smartphone
Pertama, melakukan kesepakatan durasi menggunakan laptop/ponsel, berapa menit dan sampai jarum panjang jam menunjukkan di angka berapa. Ini menyesuaikan usia anak, karena anakku masih 4 tahun jadi untuk mengkonkritkan waktu adalah dengan menggunakan jarum panjang jam sebagai acuan.
Kedua, melakukan pendampingan selama memakai gawai, bila perlu kita yang pegang ponsel/laptopnya.
Ketiga, memberi pengertian bahwa laptop/ponsel hanya digunakan belajar dan mengakses informasi penting;

Dengan slogan connect, create, read dan thrive, berbanding lurus dengan segala kemudahan Let’s Read dalam digitalisasi buku cerita anak. Misalnya versi mobile let’s Read!, tidak memakan banyak memory penyimpanan ponsel karena ukurannya hanya 2.8 MB saja. Proses instalnya cepat, tidak perlu login. Anak-anak juga seakan terhubung dengan teman-teman lainnya di Asia dengan kekayaan cerita lokal yang ada. Membuat rasa ingin tahu anak semakin berkembang.

Aku percaya sesuatu yang baik, akan mendapat hal baik juga. Ternyata tidak hanya aku saja yang merasakan puas dan terbantu dengan Let’s Read!, namun pengguna lain juga berkesan dengan perpustakaan digital ini. Hingga tulisan ini dibuat, aplikasi Let’s Read! mendapat respon bagus dilihat dari 385 ulasan versi mobile. Juga rating sebesar 4.2 bintang yang diberikan di Google Playstore, membuktikan bahwa Let’s Read! memberikan banyak manfaat bagi anak di Indonesia.


Ini Dia Cara Menggunakan Aplikasi Let’s Read!

Semudah menjentikkan jari ke layar smartphone, ikuti langkah mudah berikut ini

Cara Memasang Aplikasi

Buka aplikasi Google Play.
Ketik “Lets Read” di kolom pencarian.
Klik tombol pencarian
Pilih aplikasi Lets Read yang berlogo gajah.
Tekan tombol “Instal”

Cara Menggunakan Aplikasi Pertama Kali

Pilih “bahasa Indonesia” sebagai bahasa pengantar.
Lalu tekan tombol panah untuk melanjutkan
Pilih “Bahasa Indonesia”untuk menampilkan buku berbahasa Indonesia.
Pilih “YA, IZINKAN” agar buku dapat disimpan di ponselmu
Pilih kembali “izinkan” untuk mengkonfirmasi
Lalu tekan tombol ceklis untuk melanjutkan

Cara Membaca Buku

Buka aplikasi Let’s Read!
Pilih buku dengan menekan gambar sampul buku
Pilih tombol buku berwarna orange
Geser ke kanan atau ke kiri untuk membolak-balik halaman

Cara Memperbesar Gambar/Teks

Sentuh gambar yang ingin diperbesar
Sentuh kembali gambar tersebut 2x untuk memperbesar
Untuk kembali ke halaman, sentuh di luar gambar
Pada saat membaca usap layar ke bawah hingga muncul menu diatas layar
Tekan ikon “A” di pojok layar
Pilih ukuran yang diinginkan
Pilih “BAIK” untuk kembali ke halaman yang sedang dibaca

Cara Mengunduh Buku

Pergi ke halaman utama
Pilih buku yang ingin diunduh
Tekan tombol panah ke bawah di samping judul buku
Lalu tekan tombol “UNDUH” untuk mengunduh
Tunggu unduhan selesai hingga muncul ceklis hijau
Pilih “Buku Mode Offline” untuk melihat buku yang sudah diunduh.

Cara Mencari Buku

Buka aplikasi “lets read!”
Sentuh ikon kaca pembesar
Sentuh tanda panah yang pertama untuk memilih berdasarkan bahasa
Sentuh tanda panah yang kedua untuk memilih berdasarkan tingkat kesulitan
Sentuh tanda panah yang ketiga untuk memilih berdasarkan tema

Atau kalian bisa tonton video di bawah ini ya :)


Yuk Download

Sehingga, mari segera download aplikasi Let’s Read! DISINI ya

Ikuti Let’s Read! di media sosial ya

Ikuti Let’s Read! di media sosial yuk. Untuk mengetahui kegiatan literasi dan info terbaru lainnya.
Facebook : Let's Read Indonesia
Instagram : @letsread.indonesia


Kesimpulan

Pengalaman menyenangkan membaca buku di masa kecil ternyata membuatku bersemangat mencari cara untuk menarik minat baca Luigi. Ia tidak hidup di zamanku, ia menjadi bagian generasi Alpha yang sudah berkenalan dengan teknologi. Pertanyaanku dulu tak se-imajinatif pertanyaannya hari ini. Usianya 4 tahun, pertanyaannya berderet dan imajinasi kadang tak bisa kujangkau. Tidak dipungkiri gadget menjadi media belajarnya. Maka sebagai Mama aku perlu bersinergi dengan teknologi. Salah satunya mengenalkan buku elektronik melalui perpustakaan digital.

Let’s Read! sebagai perpustakaan digital anak menjadi bagian dari caraku menumbuhkan minat baca Luigi. Let’s Read! mendukung literasi anak dengan cara baru dan inovatif. Bermanfaat dalam mengembangkan rasa ingin tahunya, mengenalkan budaya daerah dan kearifan lokal, mengenalkan nilai kebaikan, juga sebagai hiburan. Semoga setiap anak Indonesia dapat membaca buku-buku berkualitas Let’s Read! hingga ke pelosok.

Ayo membaca, anak Indonesia! Teruslah mencari tahu!


"Jika melek aksara menjadi hal biasa, minat baca adalah hal yang istimewa.
Sekadar mengeja telah menjadi kebiasaan, namun gemar membaca adalah keistimewaan"
(Najwa Shihab)



Referensi :
https://www.indorelawan.org/organization/5b16348bcaffbcdc2733e674
https://reader.letsreadasia.org/?uiLang=6260074016145408
https://www.academia.edu/34562855/KEMAMPUAN_MEMBACA_ANAK_BERDASARKAN_GENDER_DAN_PREFERENSI_GAWAI
https://www.hipwee.com/opini/pesan-duta-baca-indonesia-yang-bikin-kita-sadar-bahwa-buku-adalah-jendela-dunia/
Cara menggunakan aplikasi lets read di https://www.youtube.com/watch?v=hPp8t0wSWxo&t=2s
Webinar Hari Buku Nasional 17 Mei 2020 

Sumber gambar ilustrasi :
www.freepik.com


92 komentar

  1. hai hai Luigiiii

    apakah Luigi temen Mario? maaf becanda yaaa, senang sekali melihat minat baca anak tumbuh seperti Luigi

    Semoga pandemi cepat berlalu dan Luigi selain bisa membaca di Let's Read juga bisa kembali berbelanja buku di tobuk yaaaa

    BalasHapus
    Balasan
    1. iya ini Luigi adeknya Super Mario hehe. Amin, makasih ya Kak. :))

      Hapus
  2. senangnya Luigi punya ibu yang paham kebutuhan buah hatinya
    Ditambah kemajuan digital, semakin tambah asyik deh
    Walau jalan jalan ke took buku punya sensasi yang berbada yang berbeda ya?

    BalasHapus
    Balasan
    1. iya kalo jalan-jalan ke toko buku bisa pegang dan liat bukunya langsung hehe. tapi Alhamdulillah ada Lets Read jadi tetep menikmati buku dengan cara yang berbeda :)

      Hapus
  3. Jadi ingat masa kecil saya. Smurf jadi salah satu komik favorit. Anak-anak emmang sebaiknya dibiasakan senang membaca sejak dini

    BalasHapus
    Balasan
    1. dulu aku cuma bisa pinjam buku tetangga mbak hehe :) Sekarang Alhamdulillah dimudahkan dengan adanya Lets Read :)

      Hapus
  4. Aku baru tau ada aplikasi literasi lets read untuk anak. Menumbuhkan semangat membaca memang mesti banyak ide dan metode. Padahal aku suka baca tapi ternyata tidak menurun secara genetik. Mesti dipupuk pela-pelan biar anakku terbiasa. Mungkin lewat app ini aku lebih mudah aak dia suka baca.

    BalasHapus
    Balasan
    1. ayo mbak, dicoba donlot Lets Read, gratis kok. Anak-anak InsyaAllah pasti suka karena full color dan sekalian bisa mengenalkan budaya daerah :) Menghibur pula

      Hapus
  5. Wah... lengkap banget ulasannya♡ iya mbak, saya pun pengguna Let's read. Suka banget sama aplikasi ini karena bukunya bagus-bagus dan praktis juga. Saya suka mengandalkan aplikasi ini kalau lagi travelling. Anak-anak yang pada suka baca tetap bisa baca banyak buku tanpa saya harus berat-berat banyak bawa buku fisik,hehehe

    BalasHapus
    Balasan
    1. praktis ya mbak, traveling pun anak-anak tetap bisa terhibur dengan bacaan berkualitas dari Lets Read :)

      Hapus
  6. Saya juga sudah unduh aplikasi ini. Emang pas banget buat buku baca anak-anak. Ceritanya seru-seru dan bisa diperbesar tulisannya

    BalasHapus
    Balasan
    1. iya mbak, meski buku digital tapi ada kemudahan bisa perbesar tulisannya. Makin asik deh baca bukunya :)

      Hapus
  7. Let's Read keren buanget!
    Iya nih, ortu dan semua pihak kudu bahu-membahu supaya kita semua makin semangaaattt menularkan minat baca ke anak

    BalasHapus
    Balasan
    1. minat baca emang kudu dipupuk sejak kecil ya mbak :) salah satunya dengan Lets Read ini

      Hapus
  8. Orang tua dan semua pihak mesti bahu membahu ya, agar bisa semangat menularkan minat baca anak . Bagus nih buku let's read

    BalasHapus
    Balasan
    1. emang bagus banget bund, sudah donlot juga khan: :)

      Hapus
  9. Wah, senangnya sekarang ada perpustakaan digital, Let's Read! Ponakan-ponakan saya selama libur ini bingung dan borring, biasanya mereka saya ajak ke toko buku untuk cari buku bacaan baru, tapi sekarang ga bisa lagi. Pas banget kan ada perpustakaan digital ini, nanti saya kasih tau mereka tentang ini pasti mereka excited banget 🥰

    BalasHapus
    Balasan
    1. wah asik nih dikenalkan Lets Read juga :D Selamat membaca ponakan kece :)

      Hapus
  10. Bagusss... bisa aku rekomendasiin ke ponakan2 saya yang masih kecil-kecil nih. Kebetulan anak saya udah SMA dan SMP.. kayaknya bacaannya lebih ke anak SD dan TK kan ya..
    Insya Allah mau aku share ke adik dan kakak ipar yang masih punya anak SD

    BalasHapus
  11. Wah boleh aku praktekkin nih mba tipsnya biar anakku semangat baca buku, dulu sih waktu bayi suka ak stimulasi aku bacain buku cerita sebelum tidur

    BalasHapus
    Balasan
    1. baca sebelum tidur emang pas banget buat anak-anak :) Apalagi dengan Lets Read :)

      Hapus
  12. Ternyata ada banyak cara yang bisa kita lakukan untuk mengajarkan anak cinta buku sejak dini ya Mbak. Noted nih, mau saya praktikkan juga ke anak saya. Thanks for sharing-nya😊

    BalasHapus
  13. Aku udah download dong. bermanfaat buat orang tua dan anak.

    BalasHapus
    Balasan
    1. asiiik udah donlot Lets Read juga *toss dulu dong :D

      Hapus
  14. aku jadi ingat dulu waktu kecil kalau mau beli buku selalu di larang sama mama, karena harganya yg mahal :( jadi cuma bisa numpang baca di tempat doank huhuhuu

    BalasHapus
    Balasan
    1. coba Mama dulu dikenalin sama Lets Read ya xixixixi, gratis tis :)

      Hapus
  15. Bisa jadi alternatif untuk menumbuhkan minat baca buku melalui Hape, secara anak-anak (termasuk anak saya) mesti milih hapenya daripada bukunya, kebanyakan lihat ortunya haha.. oke.. fix saya mau install.

    BalasHapus
    Balasan
    1. tergantung kesepakatan di awal mbak kok mbak, insyaAllah dimudahkan asal ortunya juga konsisten hehe :) Selamat membaca dengan Lets Read mbak :)

      Hapus
  16. Aku mulai kenal buku bacaan juga SD sih. Ada Perpustakaan RT yang menyewakan majalah bobo. Iya, hanya itu bacaan anak-anaknya. Selainnya novel dewasa.

    Beranjak besaran dikit, mulai deh baca-baca majalah Gadis, Aneka Yess, dan Liberty. Yang ketiga klenik banget ya, haha..

    Dan kini bukuku banyak di rumah, tapi jarang kebaca. Males euy, hehe.. Apalagi sejak ada aplikasi buku digital, bikin nyaman membaca dan praktis.

    BalasHapus
    Balasan
    1. dan ternyata buku digital punya efek yang sama dengan buku fisik, jadi yaaa anak-anak mulai dikenalin pergeseran buku fisik ke digital juga deh lewat Lets Read :) Btw, bacaan kecilku juga dari majalah juga mbak, salah satunya :)

      Hapus
  17. Aku sekarang merasakan manfaat dulu memperkenalkan buku dan rajin membacakan buku ke anak terutama ke yg sulung karena masih rajin2nya hahaha...Sekarang anaknya senang banget baca buku dan sudah jadi penulis sejak di kelas dua SD hehe...

    BalasHapus
    Balasan
    1. MashaAllah semoga Luigi mengikuti jejak kakak yang udah jadi penulis di usia kelas 2 SD, hebat sekali ini Ibunya menanamkan minat baca sejak kecil :) Hebat mbak !!! Semoga salah satu ikhtiar Luigi dengan lets read ini merupakan langkah yang tepat

      Hapus
  18. nah, aku suka juga mba dengan cerita khas tradisional gitu, kaya mengobati rasa rindu kita juga dengan masa kecil, apalagi sambil diceritakan ke anak jadi makin banyak manfaatnya.

    BalasHapus
    Balasan
    1. iya mbak, cerita lokal daerah akan mengenalkan mereka kekayaan budaya Indonesia ya, emang komplit Lets Read! ini :)

      Hapus
  19. tulisan yg runtut banget, membuka wawasan, dan tergambar betapa bonding mama dan Luigi begitu erat. Pun dengan buku. Gudlak mb Septi, kusuka �� Let's Read ini membantu banget memperbanyak akses bacaan ya, favorittt.

    BalasHapus
    Balasan
    1. MashaAllah makasih banyak mbak, atas apresiasinya terhadap tulisan ini, aku nulis sesuai yang aku dan Luigi lakukan dalam keseharian dengan Lets Read. Alhamdulillah jika nyampe juga ke pembaca :)

      Hapus
  20. Lengkaaaaap!
    Btw, SID juga suka dibacakan Let's Read. Kalau kami pergi naik bus, sebelum pergi aku ngeprint buku dulu dari Let's Read trus bisa baca deh selama perjalanan.

    BalasHapus
    Balasan
    1. wah asiknya jalan-jalan bawa buku koleksi Lets Read :)

      Hapus
  21. Kisah di Lets Read banyak yang mengambil kisah-kisah kearifan lokal yaa..
    Aku jadi kangen masa-masa membaca buku anak mengenai kisah rakyat, legenda. Jadi berimajinasi..

    BalasHapus
    Balasan
    1. iya mbak, ada beberapa yang mengangkat kisah rakyat, masih bisa dibacakan juga sama anak kekinian :)

      Hapus
  22. Makasih Kak tipznya. Masih PR emang buat saya nih untuk menumbuhkan minat baca kwpada anak.

    BalasHapus
    Balasan
    1. ayo Kak, dimulai sekarang, sudah ada Lets Read nih :) tinggal donlot, gratis

      Hapus
  23. Cuss ah mau donlot lets read biar ada bahan bacaan baru buat anak-anak di rumah

    BalasHapus
  24. Reading books and loving it is one of the key for success. I personally have proved that

    BalasHapus
    Balasan
    1. I hope Luigi will be as successful as you say because he likes to read books, Amin

      Hapus
  25. jadi pengen install aplikasi Let's read ini deh, saya kebetulan lagi pengen banget menumbuhkan minat baca pada anak-anak. Ini khusus android aja ya mba? Ipad bisa gak ya?

    BalasHapus
  26. Selalu senang mengenalkan buku kepada anak-anak mbak. Aku selalu berusaha agar mereka mencintai buku. Salah satu bahan bacaan untuk si kecil yaitu melalui Lets Read ini.

    BalasHapus
    Balasan
    1. emang Lets Read andalan emak-emak agar anak mencintai buku ya :)

      Hapus
  27. Seru banget ya aplikasinya, jadi solusi menyediakan bahan bacaan untuk anak

    BalasHapus
    Balasan
    1. wah, mimpi apa aku tulisan ini dikomen penulis Anak Kos Dodol yang hits :D makasih ya mbak, sudah mampir kesini. Lets Read emang komplit banget mbak :)

      Hapus
  28. Aku seneng kalo ngebacain anak buku cerita, aplikasi ini juga kupakai utk nambah referensi bacaan..tekor kalo beli buku fisik terus

    BalasHapus
  29. Wah aplikasi yang bagus banget ini
    Jadi bisa membaca online ya
    Apalagi kalau ceritanya bergambar, anak-anak pasti lebih senang dan semangat membaca deh

    BalasHapus
    Balasan
    1. iya nih ilustrasinya kece banget pokoknya, anak-anak jadi suka

      Hapus
  30. Betul banget, kalau bukunya mudah dijangkau, anak juga bakal penasaran dan jadi pengen baca. Makanya suka heran kalau lihat buku disimpan di lemari dan dikunci pula, bacanya gimana? Hehehe :D

    BalasHapus
    Balasan
    1. buku digital Lets Read dalam genggaman, bisa dibawa kemana aja hehe, dibacakan kapan saja :)

      Hapus
  31. bener banget ini kak, saat ini minat baca anak sanagt minim, apalagi adanya media sosial seperti facebook, jadi kita sebagai orang dewasa harus lebih aware terhadap hal-hal seperti ini

    BalasHapus
    Balasan
    1. kalo ilustrasinya bagus, anak-anak pasti berminat kok Kak :)

      Hapus
  32. Let's read jadi solusi kekinian untuk mendukung generasi maju ya bunda.. Aku suka sekali ulasannya. Dari sini, aku bisa belajar dari cara bunda membuat anaknya candy membaca. Thanks for sharing.

    BalasHapus
    Balasan
    1. terima kasih apresiasinya terhadap ulasan ini kak, semoga bermanfaat ya :)

      Hapus
  33. Aplkasi Let's Read ini membantu anak banget ya untuk tertarik belajar membaca dan menyukai membaca karena fiturnya menarik dan bagus. Keren deh..

    BalasHapus
    Balasan
    1. iya sangat menarik anak-anak dengan ilustrasinya yang bagus juga bisa mengenalkan cerita daerah pula :)

      Hapus
  34. Let's read emang lengkap banget Mba. Bahkan buku cerita bahasa daerah juga ada. Jadi sarana pembelajaran banget buat anak supaya minat baca plus mengerti bahasa daerah.

    BalasHapus
  35. DUH, saua jadi ingat kalau kadang mau mendongeng itu kok rasanya piye gitu kalau nggak ada panduan atau cerita yang siap baca Enak read aloud.
    Berarti enak pakai Lets Read saja ya, agar lancar mendongengnya.

    BalasHapus
    Balasan
    1. iya bisa coba pakai Lets Read bund, mencoba bersinergi juga dengan teknologi hehe

      Hapus
  36. Jaman sekarang mudah ya udah ada perpustakaan digital. Let's read emang solusi kekinian sebagai selingan rasa bosan baca buku. Pasti lebih banyak pilihan judulnya.

    BalasHapus
    Balasan
    1. banyak banget judulnya sampe emaknya bingung pilih yang mana dulu

      Hapus
  37. Semangaaat baca terus yaa Luigi. Aplikasi seperti ini bermanfaat bangett. Mau coba tapi takut

    BalasHapus
    Balasan
    1. Terima kasih atas semangatnya buat Luigi kak. Kenapa takut Kak? hehe

      Hapus
  38. Nice info gan. Dengan lets read kini keponakan saya jadi suka membaca dirumah. Ceritanya menarik, apalagi dengan banyaknya gambar yang disediakan tambah membuat keponakan betah membaca.

    BalasHapus
    Balasan
    1. selamat membaca bersama keponakan, Gan :D. Gan maksudnya juragan ya? hahaha

      Hapus
  39. Anak itu meniru dari apa yang dilakukan orang tuanya. Untuk mengajarkan anak suka membaca memang orang tua pun harus terlihat suka membaca. Aplikasi lets read layak di intal di anroid kayaknya

    BalasHapus
  40. Seru nich...mengenalkan anak pada keseruan dunia baca sehingga nanti mudah juga untuk mengenalkan dunia menulis karena sudah kaya akan pengalaman membaca sebelumnya .. btw dari lets read kita jadi tahu cerita dongeng yang sudah pernah ada

    BalasHapus
  41. Ini jadi aplikasi TOP ya karena anak-anak sekarang enderung lebih menikmati youtube di gawai. Kuncinya, si orang tua mau ga buat tidak sibuk sendiri. Karena kebanyakan di lingkungan saya, mereka ga mau ribet sama kegiatan anaknya.

    BalasHapus
  42. Pas banget mbak, di tempatku nggak ada toko buku jadi dengan adanya aplikasi begini bisa memfasilitasi minat baca anakku.

    BalasHapus
  43. Setuju Mbak... saya juga kl naruh buku di tempat yg bisa terjangkau anak, kasian kan kl mau ambil buku terpaksa pakai kursi, tkt jatoh pula ya

    BalasHapus
  44. Saya pernah ngobrol sama Ketua Reading Bugs (Komunitas Membaca Nyaring). Salah satu keluhannya adalah anak-anak Indonesia sudah dibanjiri dengan buku-buku cerita asing. Gak salah sih. Cuma kan Indonesia sendiri sesungguhnya mempunyai banyak sekali cerita daerah yang entah kenapa gak sepopuler cerita terjemahan asing. Senang banget begitu tahu ada banyak cerita daerah di Let's Read. Semoga koleksi digitalnya banyak ya.

    BalasHapus
  45. Anak saya role modelnya saya yang sekarang. Ini jadi masalah hikss. Masalahnya saya yang sekarang lebih banyak waktunya dengan ponsel, kalo gak main game ya Twitteran. Nah, akhirnya anak sering melihat bapaknya begitu. Akhirnya dia juga ikut-ikutan.
    Sekarang masih berjuang kembali buat mengenalkan dunia literasi kepada anak.

    BalasHapus
  46. Wah lengkap banget ulasannya sampai ada cara untuk mengunduh segala. lets read memang rekomendasi banget. udah coba dan anak anak suka

    BalasHapus
  47. Yang saya sukai dari aplikasi baca lets read ini adalah hurufnya bisa diperbesar. Sepertinya adminnya sadar kalau ternyata yang akan membaca di lets read bukan hanya anak-anak, nenek-nenekpun akan membacanya. ha-ha-ha

    BalasHapus
  48. wah mantap ulasannya lengkap. i agree with u mbak, lets read menjadi salah satu alternatif kita mengenalkan literasi pada anak

    BalasHapus
  49. Pada dasarnya, anak-anak tuh sangat penasaran dengan apa yang mereka baca dan lihat. Tugas sebagai orang tua memang harus segera memberi sumber wawasan terbaik, yaitu buku.

    BalasHapus
  50. Very nice info Mba... Kayaknya perlu banget nih install aplikasinya di ponsel bocah. Dengan membaca, saya jadi tau Dewi Sri itu merupakan lambang kesuburan, bukan hanya nama bus jurusan Tegal, hahahaha..

    BalasHapus
  51. Buku itu jendela dunia ya, Mbak. Dia bisa memberitahukan apa saja tentang bagian di dunia lain yang kita tidak tahu.

    Karenanya memang perlu sekali mengenalkan bacaan pada anak. Apalagi sekarang banyak fasilitas online seperti Lets Read yang bisa mendukung minat baca anak

    BalasHapus
  52. Buku adalah jendela dunia, jadi dengan membaca buku kita jadi tahu swluruh dunia tanpa harus berkunjung ke sana ya.

    Menarik sekali aplikasi Lets Read ini ya mbak, ada cerita dwngan bahasa daerah juga. Kalau untuk anak usia sekolah bisa sekalian untuk belajar mengenal ragam bahasa dan budaya ya.

    BalasHapus
  53. Lets read ini benar-benar membantu saya untuk ingin anak menyukai buku yang terhalangi alergi debu kertas. Isinya pun bagus-bagus.

    BalasHapus
  54. zaman sekarang tuh, apa-apa dipermudah ya mba lewat digital. Alhamdulillah anak-anak tetap bisa membaca lewat gadget, jadi enggak perlu pusing lagi kalau dia sudah bosan dengan buku-buku yang ada di rumah. apalagi lagi masa pandemi nih, jadi ya belum bisa keluar cari buku ya, bacanya di aplikasi let's read dulu aja. makasih sharingnya, mba.

    BalasHapus