Solidaritas Melawan Dampak Ekonomi Akibat Covid-19


Dampak covid ini banyak banget ya, ada dampak positif dan dampak negative. Dampak positif mungkin kita bisa lebih dekat dengan keluarga. Tapi dampak dari segi ekonomi, sepertinya hanya pedagang pangan yang gak terimbas, malah semakin laku. Karena disaat wabah pasti orang-orang membutuhkan imun yang kuat dengan makan sehat bergizi. Untuk bloger dampaknya tidak ada undangan untuk meliput sebuah brand, yah kok ngomongin bloger sih. Ustadz aja juga terdampak loh, karena masjid pada di lockdown. Gak ada jumatan dan tarawih. 

Mungkin diantara kita ada yang tahu bahwa menjadi imam masjid itu juga dibayar, seperti imam Jumatan. Bapak saya yang takmir aja dikejar-kejar beberapa Ustadz supaya dia tetap ngisi Jumatan di masjid dekat rumah Bapak. Sekelas masjid kampung ustadz Jumatan dibayar Rp.250.000, pada masa krisis begini nilai itu sungguh besar. Belum lagi PHK massal dari beberapa pabrik. Apalagi PSBB, toko-toko selain makanan aja tutup. Seperti toko mainan langganan Luigi tutup karena lokasi toko di dalam perkampungan, sementara kampungnya lockdown. Padahal karyawannya lumayan loh. Restoran sebesar Mie Setan GKB Gresik juga tutup karena letaknya masuk perumahan, dan perumahannya di palang dan dijaga 24 jam. 

Solidaritas Melawan Dampak Ekonomi Akibat Covid-19


Pandemi emang berdampak pada ekonomi. Jual beli jadi lesu. Buat saya sendiri pandemi ngikis tabungan, terutama dana darurat. Jika masalah ekonomi tak kunjung teratasi rasanya takut kejahatan semakin merajalela. Lah gimana, mau makan susah, bantuan pemerintah hanya puisi, jadinya niat jahat digaungkan lebih sering sama setan. Saya aja gak mau keluar rumah setelah buka puasa. Takut di begal, hiks. 

Tapi kita ini manusia ye khan, bolehlah kita berikhtiar tapi jangan lupakan sekitar. Banyak yang dulu pemilik usaha travel akhirnya jualan hand sanitizer, yang dulunya sopir jadi jualan masker. Yang dulunya nggak bisa masak, di masa pandemi akhirnya jualan gorengan, jualan makanan untuk buka puasa. Mereka keliling nawarin ke teman-temannya supaya laris dan dapat duit. Intinya kalo nggak adaptasi ya bakalan mati. Bukan mati karena Korona tapi mati karena kelaparan. Hiaah agak berlebihan ya, tapi siapa tahu khan?

Agar roda perekonomian terus berputar di tengah pandemi, kita kudu saling bantu. Bergotong royong meski itu terlihat kecil di mata kita, tapi bisa berarti untuk orang lain. 

Beberapa hal yang bisa kita lakukan diantaranya :

Belilah produk dalam negeri
Makanan sehat bisa dari buah-buahan segar, maka belilah buah yang diproduksi dalam negeri. Contohnya pisang dalam negeri, atau buah-buahan yang tersedia di pasar tradisional. Kebetulan teman suami lagi panen melon di Tuban, ya akhirnya kita niat membeli (meski ternyata akhirnya diberi cuma-cuma, hiaah). Petani, petambak, pekebun (eh apa ya istilahnya) kita bantu dengan membeli produk hasil panen mereka. 

Belilah apa yang dijual tetangga atau teman
Seperti yang saya sampaikan diawal bahwa yang dulu nggak bisa masak aja akhirnya bisa jual berbagai makanan untu sahur dan buka puasa. Dukunglah dengan membelinya, sejujurnya ini bakalan memberi rasa percaya diri yang masak jika makanannya laku. Selain juga mereka mendapat sedikit laba dari penjualan. Tetangga saya jualan gorengan, saya beli. Bahkan saya sengaja beberapa hari libur masak, untuk membeli masakan tetangga yang sudah di woro-woro sejak pagi di grup WA emak-emak perumahan. Biasanya mereka menggunakan system PO atau pre order, jadi dibuatkan saat ada pesanan.

Suami aja selalu beli makanan (yang kelihatannya gak ada gizinya ya), tapi itu teman baik dalam kegiatan futsal. Jadi setiap ditawarin ya beli, karena temennya tadi udah gak ada kerjaan lagi selama pandemi ini. Meski makanannya gak ada gizinya, tapi bisa disiasati dimakan bukan sebagai lauk utama, tapi sebagai cemilan. Bonus kenyang aja sih. Lumayan. 

Gimana kalo nggak atau belum butuh makanan yang dijual? Gampang, kirim aja ke orang tersayang. Seperti teman saya yang nawarin ayam ukep lokasi di Sidoarjo dan saya di Gresik. Pikir saya beli ayam aja jauh amat, mahal ongkirnya juga. Sementara ayam enak di Gresik banyak seperti ayam Rahmawati, Ayam Penyet Suroboyo, Ayam PakD, Ayam Wong Solo, juga KaefCiih dan Mekdi. Jadi, saya tetep beli tapi dikirim buat Ibu saya di Surabaya. Jualan teman laku, dan Ibu saya hepi. 

Saya barusan beli jilbab anti Korona yang dipajang teman di Facebook. Jadi jilbabnya itu langsung nempel sama maskernya gitu. Sehingga gak ribet cari masker kalo keluar, tinggal sluppp, siap keluar deh beli takjil.

Kita juga bisa belanja di pedagang yang penjualnya sudah tua. Beliau nggak minta-minta dan tetap mencari rezeki halal di saat seperti ini patut kita apresiasi. Ini pernah dilakukan teman-teman saya dari komunutas pecinta Surabaya, ketika ada info penjual bakso yang sudah tua di Jalan Dukuh Kupang Surabaya. Beliau seorang diri dan tetap berjualan di tengah Korona karena anaknya sudah jauh. Teman-teman langsung mendatangi dan memborong baksonya.

Belilah produk hasil Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM)
UMKM adalah sektor yang rentan di masa pandemi seperti ini. Jika tidak ada permintaan, mereka tidak berproduksi, maka pekerja terpaksa dirumahkan. Saya ingat perjuangan UMKM ketika berkesempatan meliput jelajah kampung Dolly. UMKM di eks lokasilisasi dolly bergerak di berbagai bidang, misalnya makanan, minuman, handy craft dan fashion. 

Saya pernah baca di sebuah situs daring bahwa UMKM eks Dolly tetap berjuang agar pandemi tak menghentikan aktivitas bisnis mereka. Yang awalnya menjahit batik khas Dolly, kali ini mereka menjahit masker dan dijual dengan harga normal. Dalam sehari mereka bisa memproduksi 1.500 lembar masker. 

Saya sudah punya masker banyak di rumah, namun untuk mendukung mereka saya tetap datang di Dolly Point sebuah pusat oleh-oleh khas Surabaya yang terletak di daerah Dolly. Saya membeli bumbu rujak manis dan sinom yang disajikan dingin. Memang saat itu kondisi toko sangat sepi, tidak ada pembeli lain selain saya. Namun semoga mereka, -para pelaku UMKM- masih menerima pesanan meski toko tak lagi ada lalu lalang orang untuk sekedar melihat barang, dan bertanya untuk kemudian memutuskan membeli. 

Oia menjelang lebaran biasanya banyak UMKM yang jualan kue kering. Bisa juga loh kita beli untuk diri sendiri atau sebagai parcel lebaran bagi orang tercinta yang jauh.

Memilah sampah
Bekas botol minyak wangi, bekas minuman botol sekali pakai, botol kaca, dan wadah plastik yang sudah tidak digunakan, kumpulkan. Taruh di sebelah sampah utama, biarkan diambil pemungut sampah. Siapa tahu, hal itu bisa bernilai jual buat mereka. 

Atau jika punya rezeki lebih, berilah hygiene pack kepada mereka. Yang kurang lebih isinya sabun mandi, pasta gigi, sikat gigi, sabun cuci baju dan hand sanitizer. Buat mereka hal tersebut pasti sangat berharga untuk tetap bersih di masa pandemi tanpa mengeluarkan uang untuk itu.

Bantu promosikan usaha 
Jadi beberapa hari ini saya lihat diantara teman bloger share dagangan dari berbagai jenis usaha di Instagram Story mereka. Ini yang dilakukan beberapa teman bloger dengan followers diatas 10.000. Mereka woro-woro untuk membantu mempromosikan usaha teman melalui Instagram Story mereka. Bahkan ada teman saya, mba Reyne tidak sekedar minta foto usahanya saja namun sampai minta nomer WA agar bisa terhubung di kontak penjual melalui swipe up sehingga memudahkan calon pembeli menghubungi penjual. 

Di beberapa grup WA yang saya ikuti juga memperbolehkan anggotanya untuk posting jualan. Sehingga membantu mempertemukan penjual dengan calon pembeli. 

***
Itulah tadi, 5 hal bentuk solidaritas melawan dampak ekonomi akibat Covid-19 yang masih bisa kita usahakan. Semoga kita selamat dan sehat hingga pandemi ini dinyatakan berakhir oleh pemerintah. Dan segera kita hidup normal kembali, dan perekonomian semakin membaik. Amin. 

Tetap terus ikhtiar namun jangan lupakan sekitar.

Salam
Anggraeni Septi

13 komentar

  1. Setuju banget 5 bentuk solidaritas yang mbak septi tulis. Agar orang sekitar kita bisa bertahan juga di masa pandemi ini. Karena imbas covid ini bukan cuma dalam segi kesehatan tapi perekonomian juga.

    BalasHapus
  2. Terus ikhtian namun jangan lupakan sekitar..
    Insya Allah saya sudah melakukan semua cara di atas.
    Yang menarik di grup WAG ibu-ibu komplek, hampir setiap hari ganti-ganti jualannya. Padahal sebelumnya mayoritas ibu rumah tangga, atau ibu bekerja biasa. Jadilah bebikinan apa diposting. Yang beli ya anggota sendiri. Rasanya senang bisa bikin orang senang

    BalasHapus
  3. Selama pandemi aku jadi lebih rajin memilah sampah, Mbak. Gara-gara kepikiran kalo PSBB juga berakibat nggak ada pengangkutan sampah trus sampah jadi numpuk, kan....hadeuh banget! Yang biasa kukasih ke pemulung tuh botol bekas. Kalo bekas plastik minyak goreng, detergen, softener, dan sejenis itu kupake sebagai pot.

    BalasHapus
  4. Kompleks rumah saya sedang menggalakkan poin kedua yang mba sebutkan di atas. Ya, kami saling support dengan saliing berbelanja di warung tetangga. Saya bisa beli buah ke Bu Ryan, rumahnya hanya beda tiga rumah dari saya. Saya beli beras ke Bu Kaka, rumahnya persis di depan rumah saya. Saya juga beli sabun atau deterjen ke warung Bu Mildad, tetangga saya lainnya yang punya warung. Insya Allah sedikit banyaknya ini membantu perekonomian orang-orang di sekitar kita.

    BalasHapus
  5. Bagus banget idenya mbak Septi
    Kita emang mahluk bernalar, pasti bisa melalui pandemic ini
    Allah tidak akan memberi ujian diluar kemampuan hambaNya

    BalasHapus
  6. Aku selalu suka baca tulisanmu...
    Emang selalu mengalir lugas, good job..

    Dan memang benar, solidaritas itu sangat penting dalam bersama sama mengatasi masalah covid ini

    BalasHapus
  7. Alhamdulillah iya mba.. selama masa pandemi ini, aku juga udah melakukan dan berusaha membeli bataba yang dijual tetangga ataupun teman, kadang mamang ga sesuai dnegan kebutuhan kita. Tapi bisa ku sedekahkan kepada orang lain lagi yang mereka lebih membutuhkan. InsyaAlloh semua ada hikmahnya aamiin. Semoga kita semua diberikan kesehatan dan keselamatan :)

    BalasHapus
  8. Solidaritas Kita terhadap yang lain akan berdampak besar, ya. Alhamdulillah sekarang saya dan suami juga berjualan makanan online. Seneng rasanya kalau teman, saudara pada beli. Alhamdulillah

    BalasHapus
  9. Alhamdulillah, di tempat tinggalku ada tetangga yang punya warung, dan dari sebelum pandemi, memang belaja segala macam keperlua dari makanan, sayur-sayuran, dan lainnya ke tetangga itu. Nggak pergi jauh-jauh.
    Sekarang, kalau ada tetangga yang menawarkan hasil masakannya, ya dibeli saja dan dipesan buat Lebaran nanti.

    BalasHapus
  10. Alhamdulillah saya pun sejak pandemi membeli produk teman, tetangga, dan kerabat yang menawarkan dagangannya. Cuma bisa membantu dengan di rumah saja, agar rantai penyebaran covid tidak makin banyak.

    BalasHapus
  11. iya nih mbak, anak-anak seneng karena saya di rumah terus, nggak pernah tugas keluar kota lagi, walau uang tabungan dan jajannya jadi berkurang karena pendapatan juga berkurang.

    Semoga pandemi ini segera berlalu ya

    BalasHapus
  12. IYa Mbak. Lebih utamakan jualan keluarga, tetangga, dan teman dulu. Urutan saya seperti itu. Setelah itu meluas menjadi hanya beli produk dalam negeri, dan terutama dari UKMK.

    BalasHapus
  13. Yaa apa yang dijelaskan 5 diatas tentunya bisa jadi pedoman untuk menghadapi dimasa sulit seperti sekarang ini.😊😊

    Namun tetaplah jaga kesehatan dan berbagi pada setiap insan manusia yang membituhkan, Jika semuanya dijalankan dengan ikhlas apapun masalah yang sedang kita hadapi pasti ada solusi dan jalan keluarnya.😊😊

    Tetap semangat & berusaha kita pasti bisa melewati masalah yang sedang merundung negri kita ini.💪💪💪👏😊😊

    BalasHapus