Peran Perempuan Menghadapi Masa Pandemi Covid-19


Hari ini Indonesia sedang diuji pandemi Covid-19 yang memakan ribuan korban. Banyak hal berubah ketika penyakit yang disebabkan virus Sars Cov type-2 ini datang. Sejak Presiden Jokowi mengumumkan ada dua orang Indonesia positif Korona, dan kasus positif semakin berkembang, akhirnya pada 15 Maret Presiden menginstruksikan “dengan kondisi ini, saatnya kita kerja dari rumah, belajar dari rumah, ibadah di rumah”.


Peran perempuan menghadapi masa pandemi covid-19


Esoknya 16 Maret, pemerintah menerapkan aturan bagi pekerja formal untuk bekerja di rumah (work from home), sekolah dipindah menjadi “belajar di rumah” tanpa mereka -para siswa- sempat salam perpisahan kepada teman-teman dan gurunya, dan Ujian Nasional (UN) ditiadakan. Bahkan Ikatan Dokter dalam lintas spesialisasi memberi petunjuk untuk menunda ke Rumah Sakit jika tanpa kasus kegawatan. Seperti Ibu saya yang biasanya terapi di Rumah Sakit 2 kali seminggu, akhirnya harus berhenti. Jika butuh konsultasi maka perawat yang menelpon dokter rehab medik, Ibu diberi resep, ambil obat di farmasi dan disuruh segera pulang. Tanpa bertatap muka dengan sang dokter.


Poster dari spesialis Rehab Medik RS Dr Soetomo Surabaya

Pemerintah menerapkan aturan physical distancing dalam berbagai hal, alat transportasi dibatasi, kegiatan mengumpulkan massa dilarang. Gaya hidup bersih mulai dibiasakan dengan sering cuci tangan, protokol kesehatan ditegakkan di segala bidang. Termasuk penyemprotan disinfektan, dan pengadaan fasilitas cuci tangan di setiap titik ruang terbuka publik.

Akhirnya sektor pariwisata tutup, seni dan budaya tak ada pertunjukan, sektor olahraga seperti laga PON XX diundur 2021, sektor ekonomi melambat, dan perdagangan lesu.

Yang membuat sedih adalah umat muslim merasakan Ramadhan di tengah pandemi. Tanpa tarawih di masjid, tanpa buka puasa bersama, tanpa berkumpul shalat Id, bahkan larangan mudik. Semua benar-benar dituntut belajar, bekerja dan beribadah dilakukan di dalam rumah. Indonesia sedang dalam masa krisis karena pandemi.

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), krisis adalah keadaan yang berbahaya, keadaan yang genting;kemelut, keadaan suram (bisa tentang ekonomi), dan lainnya. Pandemi adalah sebuah wabah yang berjangkit serempak di mana-mana, meliputi daerah geografi yang luas.

Peran Perempuan di Dalam Rumah Pada Masa Pendemi
Karena semua kegiatan dituntut dilakukan dirumah, baik bekerja dan belajar, maka siapakah yang paling sibuk di rumah? Dialah sang Ibu. Tugas sekolah dari guru diberikan melalui orangtua. Dan akhirnya Ibu-lah yang mengajarkan materi kepada anak. Masa belajar di rumah menuntut para Ibu untuk belajar mata pelajaran anak-anaknya. Mencoba formulasi mengajar bagaimana cara agar materi dari guru dipahami anak melalui dirinya.

Meski belum sekolah formal, namun saya juga membiasakan anak saya, Luigi -4 tahun- untuk menyimak materi belajar pra sekolah dari TVRI. Menyiapkan worksheet yang saya dapat dari berbagai website edukasi. Maka, peran Ibu disini adalah sebagai pencerah ilmu pengetahuan. Saya ingat film Kartini karya Hanung Bramantyo. Dulu Kartini juga melakukan hal yang sama kepada kaum hawa di masanya. Mengajarkan baca tulis dan mencerahkan para perempuan dengan pendidikan.


Buku karya Watiek Ideo menjadi bahan menjelaskan Luigi kenapa harus cuci tangan dengan benar

Di rumah, Ibu menjelaskan mengapa harus mencuci tangan kepada anak-anaknya. Tak lupa para Ibu juga memberi contoh bagaimana cara mencuci tangan yang benar dan membiasakan hidup bersih. Peran Ibu dirumah lainnya ternyata juga menjadi contoh, dan membentuk karakter anak, salah satunya karakter hidup bersih. Ibu juga memastikan keluarga tetap di rumah dan membuat anak-anaknya senang berkegiatan bersama keluarga di rumah.

Dalam masa pandemi, banyak kepala keluarga yang terdampak, termasuk kepala keluarga dalam keluarga kami. Selama ini, suami saya menggantungkan pemasukan keluarga dari event, terutama event olahraga. Namun sekarang tak ada lagi kompetisi karena dilarang berkumpulnya massa. Apa yang bisa saya lakukan sebagai istri? Menjadi penolong suami, salah satunya dalam mengatur pengeluaran rumah tangga terutama konsumsi.

Jouska_ID menyebut bahwa kondisi finansial keluarga banyak dipengaruhi oleh keputusan finansinal sang ibu rumah tangga. Sebagai penolong suami, selama masa pandemi saya memasak sendiri makanan sehat dan bergizi untuk memastikan keluarga memiliki pasukan imun yang kuat. Dengan memasak sendiri tentu jauh lebih hemat. Meski sebelumnya tak bisa masak, namun sekarang menjadi kreatif mengolah bahan makanan sederhana yang dibuat penuh cinta, agar tak banyak kebocoran tak kasat mata dalam konsumsi. Dengan memasak sendiri, saya lebih yakin akan kebersihannya. Maka, sebagai penolong suami, peran Ibu adalah sebagai garda keluarga dalam memerangi virus dengan membiasakan hidup bersih dan mengkonsumsi makanan sehat dari rumah.


Dirumah, Luigi mengisi waktu dengan belajar huruf depan, a untuk apel, b untuk bebek 

Peran Perempuan di Luar Rumah Pada Masa Pandemi
Namun bagaimana peran perempuan di luar rumah pada masa pandemi? Mereka ada di setiap sektor masyarakat. Mereka tetap bekerja di pabrik, memproduksi Alat Pelindung Diri (APD) untuk tenaga medis, mereka menggerakkan roda Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) dengan menjahit masker, tetap bekerja di pasar-pasar tradisional, melakukan jual beli untuk mendekatkan pangan kepada masyarakat. Karena pada masa pandemi, pangan adalah hal yang paling penting karena menyangkut kebutuhan fisiologis masyarakat. Kebutuhan fisiologis adalah kebutuhan paling dasar yang harus dipenuhi seperti makan dan minum.

Siapakah para penjual dan pembeli kebutuhan pokok di pasar? Tentu saja sebagian besar adalah perempuan. Terlepas arena domestik dalam aktivitas pasar tradisional, namun perempuan memiliki kemampuan yang baik dalam hal negosiasi. Perempuan memegang kendali menentukan harga barang, tawar menawar, hingga jenis barang yang dijual. Seperti pengalaman saya yang tidak menemukan bawang bombay di Pasar Sidomoro dekat rumah karena penjual menganggap harganya selangit. Sehingga mereka tak mengambil bawang bombay kepada tengkulak. Bagi mereka -para perempuan- di masa krisis, tak perlu bawang bombay di dalam rumah pun tak apa. Masih ada jenis pangan lainnya yang bisa disajikan di dapur keluarga.

Mereka -para perempuan- juga tetap merawat pasien-pasien Rumah Sakit di masa pandemi, termasuk pasien Covid-19. Menurut pusat data dan informasi Kementrian Kesehatan RI, 71% persen perawat di Indonesia adalah perempuan dan 29% adalah laki-laki. Ketua Persatuan Perawatan Nasional Indonesia (PPNI) Harif Fasilah menyebutkan jumlah perawat perempuan yang bertugas dalam menanggulani Covid-19 mencapai 70%. Dan menurut dr Erlina Burhan, dokter spesialis paru di Rumah Sakit Persahabatan 80% perawat disana adalah perempuan.

Menurut Erlina, perawat perempuan memiliki kemampuan komunikasi persuasi kepada pasien. Sehingga bisa mendekati dan mengedukasi pasien, termasuk kepada keluarga pasien. Sebagai asumsi bahwa Rumah Sakit Persahabatan adalah salah satu Rumah Sakit rujukan pasien Covid-19. Ternyata peran perawat perempuan juga sangat besar pada masa pendemi. Merekalah yang didengar untuk bisa memahamkan pasien, memotivasi dan menjelaskan kepada keluarga pasien dengan ragam karakter.

Saya pernah membaca catatan pasien positif Covid-19 yang merupakan founder grup kuliner di Facebook. Saat itu ia menulis pengalamannya selama dirawat, bahwa di ruang isolasi ada seorang pasien Covid-19 yang berteriak-teriak hingga terpaksa dikeluarkan sebentar oleh perawat perempuan sampai mereka siap memakai Alat Pelindung Diri (APD). Ternyata yang teriak itu punya delusi jika 1 pasien yang seruangan dengannya punya pisau dan mendeketinya. Setelah berhasil dimasukkan ruang isolasi lagi, ruangan tersebut disemprot disinfektan dan perawat tadi kembali berjaga di posnya.

Mereka, tidak hanya merawat pasien Covid-19, namun menyelesaikan masalah psikologis pasien, seperti pasien delusi diatas. Dan saya yakin banyak hal yang terjadi di lapangan, di ruang isolasi, di ruang gawat darurat selama masa pandemi. Para perawat perempuan telah men-judi-kan nyawanya untuk merawat sepenuh hati pasien suspect yang positif Covid.

Pandemi juga mengetuk hati seorang selebgram Rachel Vennya. Ia mengajak followersnya untuk ikut membantu mengatasi Covid-19 di tanah air. Dalam seminggu, Ibu Xabiru ini berhasil mengumpulkan donasi 7 Milliar lebih melalui kitabisa.com. Donasi digalang sejak 18 Maret ini akan disalurkan untuk membantu alat pelindung diri (APD) kepada Rumah Sakit yang membutuhkan. Aksinya ini disorot publik dan sempat trending di twitter, hingga akhirnya diikuti oleh banyak pesohor negeri lainnya. Seperti Maia Estianty dan para sahabat perempuannya.

Instagram Rachel Vennya

Perempuan ternyata tidak lagi menggunakan media sosial hanya untuk ajang eksis semata, menunjukkan paras dan lekuk tubuh. Mereka bisa menggunakan kemampuan yang dimiliki, termasuk sumber daya followers dalam media sosial untuk berbuat kebaikan pada sesama.

Peran Pemimpin Perempuan Pada Masa Pandemi
Menurut Indonesia Indicator (I2) merilis hasil riset, ada 10 perempuan yang sering diberitakan selama Covid-19 di Indonesia. 9 diantaranya diberitakan terkait kinerja dan aktivitasnya khususnya pada isu pandemik. Diantara 9 itu ada sosok Tri Rismaharini dan Khofifah Indar Parawansa. Mereka adalah dua sosok penting dalam penanganan pandemi  di daerah besar seperti Surabaya dan provinsi Jawa Timur.


Wawancara Bu Risma dengan salah satu stasiun TV yang sempat saya abadikan. 

Mereka, terus melakukan yang terbaik bagaimana memutus penyebaran Covid-19 salah satunya dengan mengajukan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) di daerah yang dipimpinnya. Dan membantu mereka yang terdampak karena pandemi. Kekuasaan dalam genggaman, tak membuat mereka berpangku tangan, namun memberikan solusi kebijakan strategis untuk masyarakatnya.  

Teladan Sosok RA Kartini
Raden Ajeng (RA) Kartini lahir saat masa pendudukan Belanda pada 21 April 1979, di Mayong Jepara. Ketika usia 12 tahun, ia menjalankan tradisi untuk dipingit. Selama 4 tahun ia tak diperbolehkan keluar rumah. Meski tak boleh melihat dunia luar, ia tetap belajar. Dengan kemampuan bahasa Belanda yang dimiliki, ia belajar secara mandiri dan menulis surat kepada teman-temannya yang berasal dari Belanda.

Dari koran dan majalah Eropa, Kartini akhirnya tertarik kemajuan pemikiran perempuan Eropa. Hingga muncul keinginan untuk memajukan perempuan pribumi. Saat itu, perempuan pribumi berada pada status sosial yang sangat rendah. Kartini tahu bahwa ia harus mewarnai pembangunan sektor masyarakat melalui pendidikan.

**
Saya pernah mendengar bahwa manusia adalah makhluk yang paling adaptif. Itu telah dicontohkan Kartini pada masanya, dari rumah ia tetap belajar dan memiliki mimpi untuk kaumnya. Dan perempuan telah membuktikannya pada saat ini. Mereka adaptif meski kondisi tak lagi normal dan sempurna.

Perempuan telah menjelma menjadi sosok yang memegang peranan penting dalam masa krisis. Mereka memenuhi sektor masyarakat, termasuk masyarakat paling kecil di dalam rumah. Mereka terus bergerak, sesuai peran dan profesinya masing-masing. Mereka adalah Kartini moderen, sosok Kartini kekinian yang terus melesat meski masa sulit. Saling bahu membahu demi menyelesaikan pandemi. Dan Kartini itu adalah kita semua.

Selamat Hari Kartini 2020. Teruslah bergotong-royong untuk menuntaskan Indonesia dari belenggu pandemi Covid-19, perempuan Indonesia !!!


Tulisan ini diikutsertakan dalam #tantanganblogging periode April 2020 komunitas Ibu-Ibu Doyan Nulis (IIDN). Kalian jangan lupa ikutan juga ya.

sumber foto dari : IIDN




Sumber referensi :
https://video.tribunnews.com/view/140588/jumlah-perawat-didominasi-perempuan-ini-peran-penting-perawat-saat-pandemi-covid-19
https://www.kemkes.go.id/download.phpfile=download/pusdatin/infodatin/infodatin%20perawat%202017.pdf
https://metro.tempo.co/read/1333885/hari-kartini-ppni-70-persen-perawat-covid-19-adalah-wanita
https://www.kompas.com/hype/read/2020/03/25/193204166/seminggu-rachel-vennya-kumpulkan-donasi-rp-7-miliar-lebih-untuk-atasi
https://nasional.tempo.co/read/1333818/ini-10-perempuan-yang-paling-banyak-diberitakan-saat-covid-19
https://www.silabus.web.id/riwayat-hidup-r-a-kartini/
Link Facebook cerita pasien Covid-19 yang delusi
https://m.facebook.com/story.php?story_fbid=3053609981349751&id=100001023373413
Link Instagram Jouska Id 
https://www.instagram.com/p/B_MYxILnQ3W/?igshid=2zhduojhei6z

12 komentar

  1. Peremouan bisa juga berperan maksimal dalam kondisi pandemi ini ya, Mbak. Salut sama mereka yang bisa tetap beraktivitas di luar rumah. Semoga Allah menjaga mrk.

    BalasHapus
  2. Peran perempuan sangat kompleks ya dan harus serba bisa, baik peran dalam rumahtangganya maupun perannya diluar rumah.

    BalasHapus
  3. Yap, perempuan itu memang sosok yang kuat, penuh dengan ide kreatif untuk menyiasati kondisi di masa pandemi kayak sekarang ini.

    BalasHapus
  4. Setuju sekali, perempuan memang harus adaptif di mana saja dan kapan saja. Termasuk pada masa pandemi Covid-19 seperti sekarang ini. RA Kartini turut menginspirasi kita di masa sekarang ya, Mbak. Bahwa meski #DiRumahAja kita harus bisa tetap berkarya dan menjadi tempat yang nyaman buat orang-orang terdekat :)

    BalasHapus
  5. Bagus tulisan nya,
    Setuju banget, di masa pandemic ini Perempuan ngga boleh cengeng, harus memperlihatkan kemampuannya menjadi salah satu tiang keluarga, bareng suami

    BalasHapus
  6. makin banyak yang harus diperankan saat wabah gini

    BalasHapus
  7. Pantaslah ada pepatah hebatnya generasi karena perempuan dan rusaknya bangsa karena perempuan.

    Eh, betul tak pepatahnya?

    BalasHapus
  8. Perempuan itu.kuat tapi jangan lupa perempuan.juga yang suka nyinyirin perempuan lain haha

    BalasHapus
  9. Energi dan potensi tiap perempuan tuh luar biasa. Andilnya dalam menentukan masa depan bangsa juga besarrrr...meski seringnya berada di balik layar aja ya :)

    BalasHapus
  10. Banyak sekali peran yang diberikan perempuan ya mbak dalam masa masa sulit sekarang ini. Mulai dari memastikan asupan gizi di rumah lengkap sampai para pemimpin wanita yg tidak gentar untuk terus bekerja, tangguh banget. Salut pokoknyaa. Sehat sehaat juga ya mbaak 😁

    BalasHapus
  11. Bener banget. Perempuan pegang perang yang luar biasa ya. Pun kami eh saya dibarisan emak emak yang tiba-tiba harus siap jadi guru selama pandemic ini.. kuat ga kuat kudu sangguup... Semamgaat

    BalasHapus
  12. Perempuan harus tangguh dalam situasi apapun. Kalau dipikir-pikir berat juga ya tanggung jawabnya. Tapi kalau dijalani dengan ikhlas InsyaAllah membawa berkah. Tetap semangat perempuan Indonesia.

    BalasHapus