Hutan Adalah Sumber Pangan Yang Harus Kita Jaga


PANGAN DARI HUTAN
Jika ada yang bertanya, Septi lebih suka liburan ke mana? Jogja? Jakarta? Atau Bali? Maka dengan tersenyum aku akan memilih Trenggalek sebagai tempat berlibur. Trenggalek adalah sebuah kabupaten di Jawa Timur yang paling aku senangi untuk melepas kesibukan di kota. Mungkin beberapa orang masih asing dengan kota ini, yang 2/3 bagian luas wilayahnya berupa tanah pegunungan. Trenggalek merupakan kampung halaman Bapak dan Ibuku. Sehingga setiap tahun saat libur Idul Fitri kami sekeluarga mudik di kota kecil ini.  

Yang paling dirindu disana tentu saja makanannya. Hampir semua makanan di desa berasal dari alam. Setiap pagi ada Ibu penjual pecel dengan harga cuma Rp.2.000 saja dengan bumbu kacang tanpa ditambah air. Rasanya pedas namun sungguh nikmat karena dibungkus daun pisang. Belum lagi tempe khas Trenggalek karena dibungkus dengan debog (batang pohon pisang).

Sumber foto : Canva dan diedit oleh penulis

Biasanya nenekku juga mencari bahan makanan sendiri di hutan. Aku selalu bersenang hati ikut nenekku melewati hamparan sawah, hingga memasuki hutan untuk mencabut ubi kayu untuk membuat tiwul. Ubi kayu disebut juga cassava atau singkong tergantung dimana kelekatan dan popularitasnya. Nenekku bercerita, ubi kayu biasa digunakan sebagai makanan penduduk desa. Misalnya diolah menjadi tiwul, gethuk, dan keripik. 

Nasi dari beras terlalu mewah untuk masyarakat desa, sehingga makanan pokok sehari-hari adalah tiwul sebagai pengenyang perut. Apalagi dulu di masa paceklik, tiwul adalah makanan yang menemani tumbuh kembang masa kecil Bapak Ibuku. Aku suka sekali makan nasi tiwul buatan nenekku yang rasanya manis dan nikmat. 

nenekku yang masih menggunakan ubi kayu dari hutan sebagai makanan. Foto milik penulis

Kata siapa nasi tiwul adalah makanan wong ndeso (orang desa) yang rasanya biasa saja? Hmm, nasi tiwul rasanya unik, karena ada sensasi bulir-bulir tiwul dan rasanya pun tetap nikmat. Disajikan dengan lauk apapun masih layak mendapat predikat makanan tradisional terenak versiku. Menuliskan ini saja sudah terbayang sensasinya. Apalagi teksturnya kenyal karena terbuat dari ubi kayu. Lidah puas, perutpun kenyang karena nasi tiwul merupakan sumber karbohidrat.

Ubi kayu, ubi jalar, biji-bijian, dan sayuran adalah beberapa pangan dari hutan yang dimanfaatkan masyarakat sehari-hari hingga tersaji di meja makan. Menurut data Kemenhut, hutan sebagai penyangga pangan masyarakat desa memiliki 77 jenis tanaman sumber pangan penghasil karbohidrat, 40 jenis penghasil bahan minuman, 26 jenis kacang-kacangan, 75 jenis tanaman penghasil minyak dan lemak, 228 jenis sayuran, 389 jenis buah-buahan dan biji-bijian, 110 jenis rempah-rempah dan bumbu-bumbuan serta 1.260 jenis tumbuhan obat.

Karena 80% desa di Trenggalek merupakan desa hutan, sehingga masyarakat yang tinggal di sekitar hutan banyak yang menggantungkan beberapa kebutuhan pangannya dari hutan, termasuk nenekku.

ubi kayu yang dibawa nenekku salah satu pangan dari hutan di Trenggalek. Foto milik penulis


NASI TIWUL, MAKANAN OLAHAN DARI UBI KAYU YANG LEZAT
Olahan ubi kayu yang paling aku suka adalah tiwul. Selain rasanya, juga karena kenangan yang menyertai. Ketika di Surabaya, aku meminta Ibu untuk memasak nasi tiwul seperti yang nenekku masak di desa. Beberapa alasan kenapa aku sangat menyukai nasi tiwul adalah 

Harga murah
Di pasaran harga ubi kayu sebagai bahan nasi tiwul lebih murah daripada beras. Sehingga, jika harus membeli nasi tiwul di pasar pun harganya cuma Rp.5.000 saja sudah lengkap dengan sayuran.

Mudah membuatnya
Bahan yang biasanya dipakai oleh nenekku sangat mudah, yakni menyediakan ubi kayu yang sudah dikeringkan, gula merah, kelapa parut, air secukupnya. Membuatnya dengan mengeringkan ubi kayu lalu ditumbuk hingga didapatkan butiran kecil, dimasukkan ke kukusan, dicampur gula merah yang diserut. Kemudian diberi kelapa parut, lanjut dikukus sebentar hingga nasi tiwul matang. Dan disajikan bersama lauk dan sayuran.  

nasi tiwul yang mengenyangkan dan penuh cerita. Sumber gambar : http://makanantrenggalek.blogspot.com/2018/08/3.html


UBI KAYU DARI HUTAN SEBAGAI MAKANAN POKOK
Ternyata di beberapa daerah di Indonesia memanfaatkan ubi kayu sebagai makanan pokok. Nama sebutannya pun tidak selalu menjadi nasi tiwul. namun diantaranya :

1.    Rasi (beras singkong) di Cirendeu, Jawa Barat
2.    Tiwul di Gunung Kidul, DI Yogyakarta, dan wilayah selatan kabupaten Pulau Jawa, Wonogiri, Pacitan, Ponorogo, Trenggalek, Tulungagung, Blitar, dan Malang. Di wilayah pantai utara Jawa, Jepara, Pati, rembang, dan Kudus.
3.    Nasi oyek serupa tiwul, di daerah Banyumas ex Karesidenan Kedu, Jawa Tengah
4.    Aruk butiran dari singkong atau ubi kayu di Bangka Belitung
5.    Mi lethek dari singkong, Bantul, DI Yogyakarta
6.    Ilul/pati singkong di Nunukan Kalimantan Timur

Dari daftar diatas, menunjukkan bahwa banyak daerah yang menjadikan ubi kayu sebagai bahan makanan dari hutan.


UBI KAYU, PANGAN DARI HUTAN YANG MENYEHATKAN
Olahan ubi kayu kini mulai beraneka ragam jenisnya. Misalnya dijadikan keripik singkong, kerupuk singkong, tape, makanan tradisional getuk, misro, combro, dan getuk lindri. Luigi –anakku- suka menyantap getuk sambil menunggu Ayah pulang bekerja. Aku tidak perlu khawatir akan jajajan olahan ubi kayu ini karena tanpa MSG dan bahan pengawet.

Ubi kayu adalah salah satu kekayaan hayati yang penuh nutrisi karena mengandung
Karbohidrat
Setiap 100 gram ubi kayu mengandung 38 gram karbohidrat. Oleh karena itu ubi kayu menjadi sumber energi untuk menjalani aktivitas fisik yang berat.
Mineral
Singkong mengandung sumber mineral yang cukup banyak seperti kalsium, fosfor, mangan, zat besi, dan kalium.
Vitamin
Singkong mengandung vitamin C, vitamin E, dan folat yang berlimpah dan memberikan banyak manfaat.

Dari nutrisi yang dihasilkan oleh ubi kayu, banyak manfaat ketika mengkonsumsi ubi kayu. Karena ubi kayu dapat

1.       Menjaga kesehatan jantung
Saponin yang terdapat pada ubi kayu, membantu menurunkan kadar kolesterol tidak sehat dalam aliran darah. Caranya dengan kolesterol dan mengikat asam empedu sehingga mencegah diserap usus kecil.
2.       Mengendalikan tekanan darah
Kalium atau Potassium dalam ubi kayu berfungsi mengatur tekanan darag dan detak jantung.
3.       Membantu menurunkan berat badan
Amilosa yang terdapat pada ubi kayu adalah sumber karbohidrat kompleks dan secara perlahan dipecah oleh tubuh untuk meningkatkan rasa kenyang.
4.       Mencegah Anemia
Anemia adalah suatu kondisi berkurangnya sel darah merah dalam tubuh. Zat besi (iron) pada ubi kayu adalah mineral yang dibutuhkan untuk pembentukan sel darah merah.
5.       Mencegah penyakit kanker
Antioksidan yang terdapat pada ubi kayu dapat membantu mencegah penyakit kanker yang diakibatkan oleh radikal bebas.
6.       Membantu memperlancar sistem pencernaan
Ubi Kayu mengandung serat yang  berperan membantu meningkatkan sistem pencernaan sehat.

Sumber gambar : Canva yang diedit oleh penulis

Sehingga aku ingin masyarakat tahu, bahwa tidak perlu ada lagi istilah “merasa belum makan, jika belum menyantap nasi dari beras”. Karena ubi kayu yang diolah menjadi nasi tiwul, singkong rebus, singkong goreng mengandung karbohidrat dan mengenyangkan. Kita harus mengubah stereotipe bahwa ubi kayu bukan makanan wong ndeso (orang desa). Karena makanan dari ubi kayu sangat dibutuhkan oleh tubuh. Bahkan dapat digunakan menjaga kesehatan jantung dan mencegah kanker. Dengan mengkonsumsi pangan dari ubi kayu, dompet kita pun aman karena harganya lebih terjangkau. Ubi kayu, bagian pangan lokal yang menyehatkan.


PENTINGNYA HUTAN SEBAGAI SUMBER PANGAN

aku membantu nenekku panen kacang tanah, di belakangku adalah ubi kayu dan pohon pisang di kawasan hutan dan pertanian desa Trenggalek
Aku mengamati orang-orang jaman dulu umurnya panjang. Nenekku sekarang hampir 80 tahun, masih sehat, masih ke kebun, ke hutan juga ke sawah. Hal ini tentu tidak terlepas dari apa yang beliau konsumsi selama ini, yakni makanan sehat dari alam, khususnya dari hutan.

Pengertian hutan di jelaskan dalam Undang-Undang No. 41 tahun 1999 tentang kehutanan adalah : “suatu ekosistem berupa hamparan lahan berisi sumber daya alam hayati yang didominasi  pepohonan dalam persekutuan alam lingkungannya, yang satu dengan lainnya tidak dapat dipisahkan”.  

Dari pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa hutan adalah salah satu sumber daya alam yang punya banyak manfaat untuk keberlangsungan hidup makhluk hidup. Sehingga memang penting sekali peranan hutan dalam kehidupan yang saling terkait.   

Hutan juga merupakan salah satu sumber daya alam yang tidak ternilai karena di sana terkandung keanekaragaman hayati sebagai sumber pangan. Banyak makanan yang tersaji di meja makan kita sumbernya dari hutan. Dan manusia tidak terlepas dari kebutuhan makan.

Selain sebagai sumber pangan, fungsi hutan juga menjadi sumber hasil hutan kayu dan non-kayu, pengatur tata air, pencegah banjir dan erosi serta kesuburan tanah. Betapa pentingnya fungsi hutan sebagai penyangga kehidupan di bumi yang kaya keanekaragaman hayati. Namun sayangnya, hari ini banyak hutan yang rusak. Menurut Dr. Joni, S.P, M.H dalam bukunya Deforestasi dan Masalah Kehutanan mengatakan bila ditarik pada kurun satu abad ke belakang, Indonesia telah kehilangan 15,79 juta hektar hutan tropis. Luas ini hampir sepertiga dari luas negara Spanyol.

Tentu hal ini sangat disayangkan karena harusnya tanah di Indonesia membuat Indonesia kaya pangan dari hutan. Seperti lagu negeri yang tongkat kayu dan batu jadi tanaman menunjukkan bahwa bahan pangan di negeri kita sungguh kaya, subur dan beragam jenis.


DAMPAK JIKA HUTAN SEBAGAI SUMBER PANGAN TIDAK DIJAGA

Kepunahan sumber pangan lokal
Jika hutan banyak yang beralih fungsi, lahan sumber pangan pun menjadi terbatas. Lalu dimana lagi tanaman sebagai sumber pangan akan tumbuh subur. Padahal makanan dari hutan beberapa diantaranya juga menjadi bagian dari kearifan lokal.
Rusaknya habitat
Hutan tidak hanya berfungsi untuk manusia, namun makhluk hidup lainnya seperti hewan hutan. Jika makanan dari hutan semakin punah, maka makhluk hidup yang tinggal di hutan pun tidak punya tempat tinggal lagi. Akibatnya mereka bisa mati atau bahkan turun ke pemukiman warga.
Serangan binatang buas
Akibat dari hewan yang tak punya tempat tinggal lagi, maka mereka akan berusaha menyelamatkan diri. Mencari tempat tinggal baru dengan turun dari hutan. Yang mengkhawatirkan adalah hewan buas dari hutan yang turun pemukiman warga, misalnya babi hutan. Tentu hal ini akan sangat membahayakan masyarakat yang tinggal di kawasan hutan. 

Sumber foto : Canca yang diedit oleh penulis


UPAYA PELESTARIAN HUTAN SUMBER PANGAN
Dengan dampak yang ditimbulkan jika hutan sebagai sumber pangan tidak dijaga, maka kita bisa berkontribusi untuk menyelamatkan hutan. Beberapa cara yang bisa dilakukan diantaranya :

Sosialiasi membangun kesadaran
Sebagai generasi milenial yang terdidik, kita bisa bekerja sama dengan pemangku desa setempat untuk melakukan sosialisi pentingnya menjaga hutan. Jika sudah masuk ke ranah birokrasi, maka kita menggandeng Lembaga Sosial Kemasyarakatan (LSM) yang bergerak di bidang lingkungan untuk bersuara.

Gerakan tanam pohon sumber pangan
Kita menyatukan anak muda dan membuat gerakan melibatkan masyarakat. Misalnya gerakan tanam pohon sumber pangan. Agar hutan sebagai sumber pangan tetap lestari. Kita bisa menanam berbagai tanaman, misalnya ubi kayu, ubi jalar, kacang tanah, pisang dan tanaman lainnya yang bermanfaat sebagai sumber pangan.

Sanksi bagi yang menebang, membakar, dan perusakan lainnya.
Kita bisa melaporkan oknum masyarakat atau bahkan perusahan yang secara jelas menggunakan cara yang tidak ekologis dalam memanfaatkan hutan sebagai sumber pangan. Agar mereka bisa diberi sanksi dan menimbulkan efek jera. Sanksi juga sebagai pendidikan pelestarian hutan kepada masyarakat, bahwa hutan adalah sumber daya alam yang harus dijaga bersama.

Sumber foto : Canva yang diedit oleh penulis

Manusia adalah bagian dari alam, maka mau tidak mau, manusia harus bersahabat dengan alam. Dalam laman suarasurabaya.net, Wahana Lingkungan Hidup Indonesia (WALHI) Jawa Timur merilis data 700.000 hektare (Ha) hutan di Jawa Timur mengalami kerusakan selama tahun 2014-2017. Sedangkan 30% hutan di Jawa Timur mengalami deforestasi setiap tahunnya termasuk Trenggalek. Berkurangnya luasan hutan di Jawa Timur dikarenakan adanya konversi lahan, penebangan liar, kebakaran, dan erosi. Tentu kita tidak ingin hal ini terus berlanjut. Kita harus turut andil dalam menjaga alam. Ikut berkontribusi menjaga lingkungan khususnya hutan misalnya dengan bergabung menjadi relawan atau berdonasi untuk mendukung program WALHI.

Wahana Lingkungan Hidup Indonesia (WALHI) adalah organisasi gerakan lingkungan hidup di Indonesia, dengan anggota sebanyak 487 organisasi dari unsur organisasi pecinta alam dan non pemerintah, serta 203 anggota individu tersebar di 28 propinsi di Indonesia. Sejak tahun 1980 sampai saat ini, WALHI secara aktif mendorong upaya-upaya pemulihan dan penyelamatan lingkungan hidup di Indonesia. 

sumber gambar : dari https://walhi.or.id/
WALHI membantu advokasi kebijakan dan bekerja untuk memperkuat hak-hak masyarakat, khususnya dalam isu-isu sumber daya alam. Karena WALHI merupakan gerakan akar rumput, WALHI bekerja secara erat dengan  masyarakat, dan melakukan edukasi tentang hak-hak masyarakat. Misalnya bekerja sama dengan masyarakat yang memiliki masalah atau berkonflik dengan perkebunan kelapa sawit atau konsesi pertambangan.

Dalam kampanye terkait hutan, WALHI bekerja untuk perlindungan dan pemulihan ekosistem gambut. Upaya ini dilakukan melalui sejumlah cara, di antaranya: melalui pendekatan hukum, pemulihan fungsi ekosistem, dan pengembalian wilayah kelola rakyat yang intens dilakukan sejak tahun 2013.

Sehingga WALHI merupakan lembaga yang bisa menjadi tangan panjang kita dalam menjaga alam, menggali atau memanfaatkan pangan dari hutan yang melimpah. 

hamparan kacang tanah siap panen, ubi kayu dan pisang, pangan dari hutan di desa Trenggalek. Foto milik penulis

Khalil Gibran mengingatkan “Alangkah menyedihkan menjadi bangsa yang hidup dan makan dari makanan yang tidak ditanamnya sendiri”. Semoga kemajuan teknologi saat ini tidak membuat kita lupa akan pentingnya kesadaran menjaga lingkungan. Bahwa kehidupan kita tidak dapat dipisahkan dari lingkungan, entah lingkungan alam maupun sosial. Kita makan, memenuhi nutrisi dan gizi, menjaga kesehatan, semua perlu lingkungan. Terutama lingkungan hutan, hutan sebagai sumber pangan yang menghasilkan berbagai makanan untuk makhuk hidup termasuk manusia. Melestarikan hutan berarti kita melestarikan lingkungan hidup, karena dengan menyelamatkan hutan kita juga menyelamatkan semua komponen kehidupan.

“Ketika pohon terakhir ditebang,
ketika sungai terakhir dikosongkan,
ketika ikan terakhir ditangkap.
Barulah menusia akan menyadari bahwa ia tidak dapat memakan uang”
(Eric Weiner)



#PulihkanIndonesia #RimbaTerakhir #WALHIXBPN #HutanSumberPangan #BlogCompetitionSeries



Referensi daring :
Ika Suryani Syarief, Walhi: 700 Ribu Hektare Hutan di Jatim Mengalami Kerusakan, diakses dari  http://kelanakota.suarasurabaya.net/news/2018/197987-Walhi:-700-Ribu-Hektare-Hutan-di-Jatim-Mengalami-Kerusakan, pada tanggal 16 Februari 2020
Chris Lang, Wawancara dengan Teguh Surya, WALHI: “Kami menolak REDD. Kami menolak perdagangan karbon.”, diakses dari https://www.downtoearth-indonesia.org/id/story/wawancara-dengan-teguh-surya-walhi-kami-menolak-redd-kami-menolak-perdagangan-karbon, pada tanggal 16 Februari 2020
Anonim, Visi dan Misi, diakses dari https://walhi.or.id/visi-dan-misi, pada tanggal 16 Februari 2020
Ivan Aditya, Potensi Hutan Tanaman Pangan, diakses dari https://krjogja.com/kolom/opini/potensi-hutan-tanaman-pangan/, pada tanggal 16 Februari 2020
Dickson, Kandungan Gizi Jagung dan Manfaat Jagung bagi Kesehatan, diakses dari https://ilmupengetahuanumum.com/kandungan-gizi-singkong-dan-manfaat-singkong-ubi-kayu-bagi-kesehatan/, pada tanggal 16 februari 2020
Andisa Shabrina, Mengenal Kandungan Nutrisi dan Manfaat Singkong, diakses dari https://hellosehat.com/hidup-sehat/tips-sehat/nutrisi-dan-manfaat-singkong/, pada tanggal 16 Februari 2020

Referensi buku :
Murdijati Gardjito, Anton Djuwardi, Eni Harmayani, Pangan Nusantara Karakteristik dan Prospek untuk Percepatan Diversifikasi Pangan, (Jakarta: Kencana, 2013)
Joni, Deforestasi Dan Masalah Kehutanan Menuju Kelestarian Lingkungan Hidup, (Yogyakarta:Pustaka Pelajar, 2019)

2 komentar

  1. Keren banget nenekmu say, sehat selalu yaa

    BalasHapus
  2. Nasi tiwul bahkan sekarang jadi primadona. Karena banyak yang pengen beralih ke makanan sehat.

    BalasHapus