Muhasabah di Angka 30


Tak terasa, Allah memberiku nafas sampai detik ini, hingga hari Rabu di bilangan ke 11 bulan ke sembilan aku genap 30 tahun. Hmm akhirnya merasakan “kepala 3” yang katanya usia cantik.

Teringat saat kuliah, di depan RS TNI Angkatan Laut Dr Ramelan (RSAL) aku pernah mengalami kecelakaan hebat. Kecelakaan yang sebabnya bahkan tak kuingat, aku ditabrak, aku menabrak atau potensi lainnya. Aku sungguh tak menyimpannya di otakku. Namun banyak mengatakan kejadian itu kecelakaan tunggal. Daguku robek dan lukanya menganga lebar, kepalaku berlumuran darah, bibirku ikut tersayat, jilbab abuku menjadi merah.



Ternyata ada orang baik yang membawaku di RSAL dalam ketidak-sadaran malam di hujan lebat. Beberapa jam kemudian sayup-sayup kudengar suara Bapak berbincang dengan perawat. “tolong lakukan yang terbaik, yang penting darahnya berhenti dan anak saya selamat”. Dan aku tak ingat lagi.

Ternyata aku harus bermalam di ruang ICU. Bagiku ruangan itu adalah tempat sakaratul maut. Banyak diantara mereka yang menyerah dan mengurangi isi ranjang. Tak ada Bapak atau Ibuk yang menemaniku. Hanya ada  suster jaga di pojok ruang sempit karena ini ruang steril. Kedua malaikatku hanya melihatku dari kaca.

Esoknya aku sadar, dan mulai dipindah di ruang perawatan berisi 2 pasien lainnya. Biasanya jika ada kejadian rawat inap, keluarga kami akan memilih di RS Darmo. Namun kali ini aku tak dipindah Rumah Sakit, tetap mempercayakan RSAL untuk menyehatkan fisikku.

Saat itulah aku bisa bertemu Bapak dan Ibuk dan mereka bergantian menjagaku. Bapak masih dinas di PTPN. Sementara Ibuk menjaga Davin keponakanku. Terkadang aku tak ada ditemani siapapun karena kerepotan mereka. Sehingga jika aku butuh sesuatu aku akan memanggil perawat, karena aku tidak boleh turun dari ranjang. Meski untuk ke kamar mandi.

Hingga akhirnya dokter mengijinkanku pulang kerumah. Hal yang paling berat buatku saat itu adalah dokter bedah tidak mengijinkanku menggunakan sepeda motor dalam jangka waktu tertentu (seingatku lama). Hal ini karena benturan di kepalaku sungguh hebat, takut berpengaruh pada saat menyetir.

Sahabatku yang baik akhirnya menginap dirumahku untuk menemaniku kemanapun. Termasuk memboncengku setiap berangkat kuliah. Terimakasih Putri.

Hari ini, tak kuingat siapa saja yang menjengukku. Sulit buatku merekam mereka yang bercerita telah mengunjungiku. Mereka takut karena beberapa hari sebelumnya, sabahatku meninggal dunia karena penyakit autoimun.

Hari ini, luka bekas jahitan seadanya di daguku masih jelas terlihat. Sayatan di bibirku masih ada membentuk keloid kecil. 

Dan hari inipun pengalaman itu kujadikan pengalaman spiritual yang sangat mendalam. Bahwa seorang remaja masih di beri jatah hidup oleh Tuhannya sehingga ia bisa melanjutkan misi hidup.

Bayangkan, hujan lebat, aku kecelakaan tunggal, sampai akhirnya Bapakku ke Rumah Sakit. Bagaimana jika tidak ada yang menolongku, tidak ada yang membawa ke RS, dan darahku terus mengucur deras. 

Apa aku bisa merasakan wisuda, merasakan mimpi hidup di Ibukota yang sejak kecil hanya kulihat melalui layar televisi, merasakan pernikahan, menjadi bloger, bertemu dengan teman-teman hebat dan merasakan dipanggil Mama?

Terkadang mungkin kalian juga pernah memiliki pengalaman kejadian yang tak dinalar, namun ternyata kejadiannya malah berbalik. Berbalik perpihak padamu. Itulah yang bernama kesempatan, dan kesempatan itu tak didapatkan semua orang. 

Kesempatan adalah ketika kamu pandai mengambil hikmah dari perjalanan. Kesempatan adalah pertolonganNya, dan itu adalah nikmat yang tiada tara. Terimakasih ya Allah, atas segala kesempatan menjadi seorang Septia. Diluar itu, aku bisa belajar banyak hal, melihat indahNya ciptaanMu, dan berjuang di jalanMu.

Jikalau aku dilahirkan kembali, ingin sejak kecil mendalami ilmu agama. Agar bisa mendidik Luigi sesuai tuntunan Rasul dan apa perintahNya. Namun, diusia 30 tahun doaku hanya satu. Ya Allah berilah aku kesehatan lahir dan bathin. Agar aku bisa mengejar berbagai kesempatan diusia mudaku. Kelak bisa bermanfaat untuk oranglain, dan menjadi tabungan akheratku. Mendalami satu keahlian yang sedang aku sukai. Amin.

Terimakasih ya Rabb atas nyawa ini sekali lagi. Semoga aku tak menjadi golongan hamba yang kufur nikmat. Selamat datang kepala 3 !!!

2 komentar

  1. Ya Allah, si mama imoet ini, kalau nulis nggak bikin mewek tuh kayaknya nggak bisa ya, huhuhu.

    Alhamdulillah ya Allah.
    Pengalaman yang sungguh bagai kesempatan kedua ya.

    Nggak pernah nyangka, mama imoet yang lincah ke mana-mana naik motor, lewat SUrabaya - Gresik!!!
    Ya ampun, saya tahu banget betapa seremnya jalan di sana.

    Ternyata malah dulu pernah kecelakaan motor, masha Allah..

    Saluuuttt padamu saayy.
    Sekilas kalau lihat wajahmu tuh, kayak wanita imut yang manja, hahaha.

    Eh ternyata, bahkan sayapun kagak ada apa-apanya.
    Bonceng anak ke Indomaret aja pakai acara teriak-teriak ketakutan :D

    Met milad ya say, semoga usianya selalu berkah, dan bahagia selalu, aamiin :*

    BalasHapus
  2. Baarokaallahu fii umrik mbakku... Terharu sangat aku bacanya sampai akhir. Mau komen panjang lebar, tapi belum kuat jemariku. Pengen langsung aja gitu disampei didepan orangnya hehe :"):3

    BalasHapus