Jam menunjukkan pukul 16.00 WIB, aku, Adit dan
Luigi pun pamit. Kami harus segera ke Batu. Singkat cerita perjalanan dari
Malang ke Batu tidak ada kendala berarti. Perjalanan lancar. Menjelang maghrib
kami sampai ke resort tempat kami menginap. Kami menginap disini karena ada
acara bersama teman-teman.
Baca cerita sebelumnya dulu : Mengunjungi Pejuang Kecil
Baca cerita sebelumnya dulu : Mengunjungi Pejuang Kecil
![]() |
Gambar Luigi diatas difotoin Kak @Futurixus |
Setelah menaruh tas dan membersihkan diri,
kami bersiap menuju hall Jambuluwuk tempat berlangsungnya acara di lantai 2.
Sementara beberapa teman lainnya mengurusi bakar-bakar ikan di lantai bawah.
Luigi senang sekali di lantai dua. Ia mencoba mengipas sosis yang ia pilih di
sebuah piring.
Karena kurasa ia nyaman bersama teman-temanku, dan temanku mau dititipi, maka ia kutinggal ke lantai 2. Aku juga ingin mengikuti serangkaian penampilan yang disuguhkan teman-teman dan sepatah dua patah kata dari Pak Bos.
Karena kurasa ia nyaman bersama teman-temanku, dan temanku mau dititipi, maka ia kutinggal ke lantai 2. Aku juga ingin mengikuti serangkaian penampilan yang disuguhkan teman-teman dan sepatah dua patah kata dari Pak Bos.
Setengah jam kulihat Luigi tak menyusulku. Oh
mungkin Luigi mulai nyaman dengan teman-temanku yang baru ia kenal. Satu jam
Luigi masih belum terlihat di lantai dua. Hatiku mulai tak tenang. Aku keluar
hall, dan berteriak dari atas menanyakan pada temanku yang sedang mengipas ikan
bakar.
“Luigi mana?” tanyaku yang mulai khawatir karena dari atas tak ada langkah kecilnya berlarian. “loh dimana ya, tadi disini, waduh” jawab temanku kebingungan.
“loh tadi dia bilang pengen ke kolam renang” sahut temanku yang lain. Deg. Pikiranku mulai kacau. Kucari ia dibawah tak ada. Kucari di kamar mandi tak ada. Kutanyakan pada teman yang lain, tak tahu.
“Luigi mana?” tanyaku yang mulai khawatir karena dari atas tak ada langkah kecilnya berlarian. “loh dimana ya, tadi disini, waduh” jawab temanku kebingungan.
“loh tadi dia bilang pengen ke kolam renang” sahut temanku yang lain. Deg. Pikiranku mulai kacau. Kucari ia dibawah tak ada. Kucari di kamar mandi tak ada. Kutanyakan pada teman yang lain, tak tahu.
Apa Luigi
ke kolam renang?
Apa Luigi
di culik?
Masak di
resort ada penculikan?
Apa anakku
ilang?
Self talk mulai liar ada di kepalaku saling
bersahutan. Sampai pada pikiran “ya Allah jangan sampai anakku tenggelam di
kolam” Naudzubillah min zalik.
Seorang kawan bersedia menemaniku mencari
Luigi. Dan kami menuju villa tempat kami bermalam. Villa ini unik, karena
perjalanan antara villa satu ke yang lain melewati jalan setapak yang remang
dengan tanaman lebat. Hanya lampu redup berwarna kuning pencahayaan yang bisa
membantu.
Saat berjalan sahut-sahutan dalam kepalaku terus berjalan, sambil mulutku berkomat kamit dan memanggil dengan keras “Lui” “Lui”. Semua tetap senyap.
![]() |
Jalannya seperti ini, bisa dibayangin kalo malam gimana gelapnya? |
Saat berjalan sahut-sahutan dalam kepalaku terus berjalan, sambil mulutku berkomat kamit dan memanggil dengan keras “Lui” “Lui”. Semua tetap senyap.
Dan ternyata Luigi ada di villa tepat tempat
kami menginap!!!.
Temanku di villa bercerita bahwa sambil
membawa sosis yang telah dibakar ia jalan kaki sendiri ke villa. Aku terkesiap, lututku lemas tapi juga lega. Anakku ketemu!!!
Dalam hatiku aku berfikir “apa aku harus marah
karena dia pergi tanpa bilang siapapun?” pertanyaan lainnya saling menyahut
“kamu ini harusnya gak perlu marah, bukankah perasaanmu adalah khawatir, nyatakan
aja kekhawatiranmu pada Lui agar lain kali ia ijin mau kemana-mana”
Sampai akhirnya aku peluk dan gendong dia. Malah ia sempat main petak umpet denganku.
Selama “hilang”, ia sempat kebelet pipis.
Karena Lui sudah tidak memakai diapers, maka ia dibantu temanku untuk dibawa ke
kamar mandi. Terimakasih banyak Herlina.
Pelajaran penting buatku malam itu adalah
1.
Tidak meninggalkan anak tanpa pengawasan
sekecilnya dari orangtua. Meski ia sudah bersama orang yang terpercaya, namun
jangan memindah tangan pengawasan.
2.
Percayai insting seorang Ibu. Terkesan tak
rasional, namun insting seorang Ibu sangat kuat dengan anaknya. Jika merasa ada
yang tak enak dihati, maka segera telusuri hingga detail.
3.
Briefing anak sangat penting
Memberi pengarahan pada anak
kemana-mana harus bilang orang dewasa terutama Mama terkesan remeh, namun
banyak manfaatnya. Seperti meminimalisir kejadian yang tak diinginkan seperti
ini. Anak juga bisa diberi pengertian dampak jika bepergian sendiri tanpa orang
dewasa salah satunya bisa tersesat. Hal ini juga berlaku di mall atau ruang
terbuka publik lainnya.
Semoga kejadian malam itu semakin menguatkanku
untuk terus briefing dimanapun dan kapanpun. Menjaga anak sebagai amanah
dariNya.
Ya Allah Luiiiiii... saya yang baca aja shock .
BalasHapusNginap di villa apa? perasaan lumayan jauh tuh antara villa dengan hall nya.
Alhamdulillah nggak kenapa-kenapa.
Pinter banget Lui, jalan ke hall. kayaknya dia nyariin mamanya ya.
Kalau saya udah nangis kayaknya gitu hahahaha
Anak-anak emmang sukaaa banget mengaduk-ngaduk hati emaknya :D