Sepotong Cerita Heni Prasetyorini : Ibu Rumah Tangga Digital


Pertamakali saya bertemu dengan sosoknya adalah ketika belajar pentingnya blog untuk portofolio digital di sebuah kelas belajar. Saat itu saya melingkari angka 21 pada bulan April 2018. Berarti belum lama juga ya kenal beliau. Banyak yang memanggilnya mbak Heni. Sebenarnya nama panjangnya Heni Prasetyorini, terlihat seperti sosok perempuan pada umumnya, berkacamata, penampilan tomboy dan seorang Ibu.

Namun saat kalimat pertama keluar dari mulutnya, telinga saya tak henti jeli mendengar. Otak saya sibuk merekam segala yang disampaikan. Emosinya membangkitkan jiwa saya yang loyo (hanya) gegara urusan anak. Semenjak itu saya jadi kagum padanya. Sebenernya yang nancep amat adalah terselipnya kisah hidup beliau ditengah-tengah materi.

pertama kali bertemu Heni Prasetyorini

Heni Prasetyorini, sosok yang ramah dan ceria (kayak aku) tapi tomboy


Emang apa sih kerennya jebolan Institut Teknologi Bandung (ITB) ini, kenapa layak dikagumi? Karena beliau adalah seorang ibu rumah tangga (saja) selama 12 tahun. Yang akhirnya bertransformasi menjadi Heni Prasetyorini hari ini. Bukan karena sebagai presiden Coding Mom Indonesia, tapi Heni yang sungguh luar biasa keren perjalanan hidupnya.

Saya inget banget, sarjana kimia ini bercerita selama menjadi ibu rumah tangga, dia gak berhenti “bergerak”. Dari menjajal peruntungan dengan menjual jilbab, sampe akhirnya diliput Metro TV, les bahasa Jepang dengan nilai tertinggi tapi dicibirin (satu2nya ibu rumah tangga yang ikutan les), bebikinan kreasi bros, sampe akhirnya belajar membuat blog.

Ketika anaknya sudah bisa ditinggal, ia menapaki lagi pendidikan pasca sarjana di Universitas Negeri Surabaya (UNESA). Beradu dengan macetnya jalanan dari rumahnya di Barat dan kampus di selatan Surabaya. Ia jalani sampe akhirnya lulus cumlaude. Dan membangun Kelasku Digital sebuah kelas coding kids. Baginya anak-anak hari ini harus dikenalkan dengan pemrograman.

Ia juga bercerita betapa blog banyak membantunya dikenal orang, terutama saat menang lomba. Blog pertamanya berisi keseharian beliau menjadi Ibu rumah tangga. Anak keduanya yang prematur dan kisah lainnya seputar parenting.

Dan semenjak pertemuan pertama itu, saya gak henti kepo mengenai beliau. Mei 2018 saya mendapati wajahnya menghiasi surat kabar dengan satu halaman full kisah hidupnya yang inspiratif. Judulnya menggelitik “Pakai Daster Dapat Transfer” namun sarat inspirasi.


Heni Prasetyorini menghiasi surat kabar 

Suatu hari di bulan Ramadhan, pernah ada story WA mba Heni yang mengobrak-ngabrik relung hati yang paling dalam. Saya sampe skrinsut demi bisa dibaca lagi saat udah ilang. Bercerita tentang ia yang memilih gaya hidup konvensional padahal katanya dia emak digital.

Beberapa teksnya diantaranya dibawah ini (karena sebenernya panjang)

“berjalannya umur. Hampir 40 tahun nih. Makin ngeri membayangkan kelak di hari akhir, bakal seperti apa anggota tubuh ini memberikan testimoni? Jika semua ajakan itu dituruti”

“namanya manusia. Kadang pengen juga huhuhaha. Tapi. I just believe, prioritas utama saya adalah keluarga. Dan keluarga saya, beda style-nya dengan keluarga anda. Nggak perlu disama-samakan. Lelah nanti. Saling maklum aja.”

“sekian curhatan dari emak2 yang tak henti mengeksplorasi ilmu belajar & mengajar melalui teknologi digital. Namun gaya hidupnya jauh darai kata kekinian. Sekian, semoga jadi penguatan untuk sobat bergaya hidup serupa. Be happy & fokus pada pencapaian diri untuk bekal di hari akhir nanti. Semoga Allah SWT memudahkan. Amin”

“Akhir kata dari RUMAH kita pun bisa BERKARYA sampai ke tingkat dunia. Semoga sampai jadi kebaikan di akherat juga endingnya. Semangat”

maaf pertamakali nulis nama mba Heni - Kelas Blog  dan baru bisa diganti :p

skrinsut story WA mba Heni

Jleb. Saat baca dan menuliskannya lagi, tangan saya gemetaran, hati saya sungguh tertohok, dan lidah jadi kelu. Gak bisa komen apa-apa lagi selain membatin “insyaAllah sudah bener jalanku jadi ibu rumah tangga”.

***

Dan karena beliaulah yang menjadi dorongan saya mengikuti kelas Google Developer Group dan Google Wowentechmaker Surabaya untuk memperingati International Woman Day 2019 pada Sabtu (31/3) lalu. 

Kalo bukan karena mba Heni salah satu pengisinya, saya gak bakalan berjuang buat dapetin kursi. Saya udah gercep isi link yang disertakan dalam poster yang dishare di facebook. Lalu datanglah email balasan kalo saya peserta waiting list. Sedih, iya dong.


Heni Prasetyorini salah satu pengisi materi

Trus pas liat mba Heni komen-komenan sama orang di Fb, saya ikutan komen “aku waiting list sampe sekarang, hiks” dan dijawab “walah kirim nama dan email ke WA ku, cepetan”. Gak tunggu waktu lama, langsung saya WA mba Heni.

Tetiba saya dapet email konfirmasi pembayaran. Lalu besoknya dapet email lagi kalo kuota penuh. Alias saya kudu gigit jari. Nah loh. Makin puyeng haha.  Saya kirim email balik dong, sampe akhirnya masuk dalam kuota. MashaAllah perjuangan banget yak ngikut kelas belajar ini.

Jam setengah 8 saya udah nyampe parkiran Hotel Ciputra World, tempat berlangsungnya acara. Ternyata registrasi dimulai jam 8, huhu. Saya pun tanya ke panitia “berarti mulainya jam berapa, Kak?” “registrasi jam 8, kelas mulai jam 9” Ucgh, padahal saya meninggalkan Luigi kondisi belum aku mandikan hiks.

Bertemu kembali dengan Heni Prasetyorini di acara International Woman Day 2019 Surabaya 

Ok kalimat pembukanya kogh panjang amat sih ini, haha. Maaf dong. Masih mau lanjut gak nih. Mhuahaha. 

Mba Heni membuka pembicaraan dengan mengenalkan siapa dirinya. Seorang Ibu rumah tangga digital. Hah? Apaan sih istilahnya ini. Ok bentar-bentar, ntar dijelasin.

Mengisi tema Women in Tech, mba Heni menceritakan dirinya sebagai woman, yang mengenal teknologi atau sebagai Ibu rumah tangga yang mengenal teknologi. “Mau gak dengerin dongeng saya? kalo gak mau saya turun” kelakarnya yang bikin semua audiens terbahak.

“Setelah mengenal teknologi saya menjadi ibu rumah tangga digital. Lalu membuka kelasku digital untuk anak-anak untuk coding kidsnya, dan akhirnya untuk ke guru juga. Ke sekolah di desa juga untuk mengajarkan tools online untuk mengajar. Dan yang paling akhir saya mendadak menjadi presiden. Belum pilpres loh. Ndak pakek perang.” selorohnya  

Heni Prasetyorini sang Ibu Rumah Tangga Digital

Mba Heni bercerita bahwa jika membicarakan “women in tech”, pasti ada musuhnya yakni “woman gaptek”.

“Sapa yang masih merasa gaptek?”
“Siapa yang kalo dapat pesan di WA, bannernya acara ini, udah ada tanggal, masih komen itu kapan? Bayar apa ndak?”
“Atau beli barang, beli baju di Fb, ada captionnya harga, bahan, ukuran, trus masih nanya M ada gak? Item ada gak?” tanyanya yang bikin riuh suasana.

Itulah mengapa ia harus mengeluarkan kalimat “fatwa” bahwa perempuan Indonesia haram gaptek. Hah emang kenapa? Apa sih manfaatnya kenal teknologi buat perempuan.

1.       Perempuan terbiasa menggunakan teknologi dalam kehidupan sehari-hari
Gak sekedar WA, atau buka facebook, trus liat postingan yang viral, trus dibagikan lagi, terus dikomentari, terus komentar temennya dikomentari, apalagi kalo facebook gampang.

2.       Hidupnya lebih baik. Lebih mudah , lebih produktif dengan teknologi
Jika kita punya usaha, di hape kita bisa nyimpen data customer, data pembelian dengan rapi, dengan nginstal google drive, google form. 

Yang suka nulis, bisa nulis otomatis dimanapun tanpa takut ke delete menggunakan google doc. Misalnya hape nya ilang, datang ke warnet login lagi, masih ada tulisannya. 

Kalo kita mengenal teknologi, kita mengetahui bahwa gadget apapun yang kita pegang itu, bisa berfungsi lebih. “Gak cuma selfie tok” katanya.

3.       Bisa memanfaat teknologi untuk mendapatkan income
Atau ketika selfie itu, selfienya menghasilkan. Misalnya sekarang selfie dengan hesteg tertentu nanti menang, akhirnya menghasilkan.

4.       Bisa memahami dan mengikuti kemajuan generasi millenials
Ketika belajar teknologi bagi Ibu yang sering dipanggil emak gahar ini merasa seperti sulap. Walaupun sebenernya prosesnya tidak secepat sulap. Banyak hal tak terduga karena beliau beliau melek teknologi.



Heni sang Ibu Rumah Tangga Satus Persen
Setelah lulus kuliah tahun 2001, mba Heni kembali ke Surabaya, kemudian memutuskan menjadi ibu rumah tangga. Beberapa kali kerja namun akhirnya resign karena anak. Selama 12 tahun bisa dibilang beliau ibu rumah tangga saja. 

Tanpa perlu bertarung ibu rumah tangga saja dan ibu bekerja mba Heni menyebut dirinya ibu rumah tangga saja yang tidak punya pekerjaan, tidak punya penghasilan, selain ngurus rumah.

Fokusnya saat itu hanya survive untuk menjaga anak kedua yang terlahir premature selalu sehat. Dengan segala keterbatasan yang ada. 

“komputer gak duwe, laptop gak duwe, hape ga duwe, wifi gak duwe, sembarang gak duwe. Karena finansial (keluarga) fokus untuk kesehatan anak.” lanjutnya

Akhirnya pada tahun 2009 beliau mulai mengenal teknologi dengan memaksakan diri. “Saya ingat anak saya yang kedua umurnya setaun-dua tahun umurnya, saya titip ke suami. Saya datang ke warnet”.

Yang dilakukan awalnya adalah belajar email dan bikin facebook. Dari facebook mba Heni mengenal blog, akhirnya bikin blog.  Dua media inilah yang ia gunakan untuk promosi jilbabnya. 

“Saya gak punya apapun, modal minjem, semuanya minjem, ketika jualan pertama saya cuma tau kalo facebook bisa untuk jualan. Kemudian saya nanya temen gimana caranya bikin ini bikin itu. Sampe akhirnya masuk Metro TV.”

Kogh bisa? Padahal memulai berjualan dengan jilbab satu tas plastik doang. Kemudian 1 kabinet yang biasanya untuk parcel, lambat laun jadi satu etalase namun etalase gak besar-besar banget. 

Tau gak sih, bahkan mba Heni gak punya kamera, gak punya model, cuma dibantu maneqin loh.

Kogh bisa diliput media besar seperti Metro TV? Ketika mba Heni menanyakan kepada reporternya, dijawab “saya baca tulisannya ibuk”.

Heni Prasetyorini diliput media

Hal itu semakin menyadarkan mba Heni bahwa internet itu manjur. Yang awalnya gak ngerti apa-apa, namun berkat ketekunan belajar mandiri bisa menghasilkan sesuatu. 

Sampe akhirnya dari hasil jualan jilbab lama-lama bisa beli gawai sm*rtfr*n seharga 300rb, yang bisa dijadikan modem sekaligus.

Dengan modem andalan itu, jika mba Heni pengen nulis di blog, ditulis pagi, saking lemotnya besok shubuh baru publish.

Ia pun juga menceritakan disaat anak pertamanya sekolah TK, mba Heni bersama si kecil umur tiga tahun ke warnet daripagi sampe jam 11, karena jam 11 waktunya jemput anak. Dan itu dilakukan hampir setiap hari. 

“Yang mahal itu beli jajanannya. Soale warnet 1.500. Walaupun lemot, tak lakoni ae” ucapnya berkisah.

Heni terus Bergerak
Tahun 2016 belajar di coding mom Surabaya, dan menjadi alumni pertama. Sekarang mba Heni dipercaya menjadi Presiden Coding Mom Indonesia. 

Pengalamannya berjualan, mengantarkannya menjadi trainer Gapura Digital Surabaya. Sampe akhirnya dari kesukaan menulis, menang beberapa lomba blog. Tahun 2018 tak disangkanya menang kompetisi menulis writingthon di Puspiptek terbesar di Indonesia. Mba Heni dikirim ke Serpong, Tangerang Selatan.


Heni dan Pewarta puspiptek lainnya

Tidak ada proses belajar yang sia-sia. Saat ini seorang Heni Prasetyorini diterima di Universitas Ciputra (UC) Apple Developer Academy. Dari 100 orang pesertanya, 80 orang dari Universitas Ciputra, 20 orang public participant. 

Dan dari 20 orang participant mba Heni menjadi satu-satunya perempuan di kategori public participant. MashAllah.

Inspirasi perempuan masa kini

Pendidikan ini dilakukan selama 9 bulan 10 hari seperti orang hamil katanya. Saat menandatangani kontrak belajar, mba Heni menuliskan apa yang sudah dilakukan, yang tercatat juga di media digital. Suatu hari dekan enterpreiner Universitas Ciputra mengatakan bahwa menurut Apple mba Heni punya perspetifnya berbeda, melihat juga impact yang dilakukan juga berbeda. Lebih kearah sosial.

Ternyata sebulan kemudian, tes dan interview gelombang kedua, ada 5 perempuan muda yang juga menjadi “pesaingnya” dan apalah daya mba Heni seorang Ibu rumah tangga sehingga tak yakin terima. 

Dan ternyata malah yang diterima. Kerennya adalah saat mba Heni diterima UC Apple Developer Academy adalah sehari sebelum ulang tahunnya yang ke 40 tahun, jian emak super.

Pelajaran yang dipetik dari seorang Heni Prasetorini
1.       Personal branding yang unik
Tampilkan sosokmu berbeda dari yang lain. Saya ingat saat kelas blogging dipertemuan saya yang pertama dengan mba Heni, mba Heni pernah bilang “saat ini blogger banyak, tapi kamu blogger yang gimana, bisa dilihat dari minat dan keahlianmu”. 

Mungkin sosok ibu rumah tangga digital kayaknya emang cuma mba Heni doang yang pegang branding ini hehe.

2.       Belajar
Teruslah mencari ilmu kata mba Heni. Belajar online itu yang penting tau kata kunci goal belajarnya apa. 

“Dimulai dari diri sendiri, berguru sama mbah google sek, kalo gak tau cari komunitas dan bertanya, masuk ikut grupnya, trus praktek, jangan cuma baca tok” ucapnya bersemangat.

3.       Jejaring
Terkadang untuk mendapatkan info lomba blog, info hal-hal lain yang penting, mba Heni dapat link dari temen-temennya termasuk temen blogger. Ada yang ngeshare, mba Heni daftar. 

Pesennya mba Heni jangan nunggu mikir lama buat daftar kelas belajar. Karena rebutannya bisa satu perdetik. So, cepetan aja kalo dirasa hal tersebut bermanfaat. “selak entek kuotane” selorohnya.

4.       Aset digital
Aset digital adalah ingin tampil seperti apa kita di dunia maya. Mba heni bisa dihubungi pemred harian Surya tau gak karena apa? Karena pemrednya liat Facebook mba Heni. 

Olehkarenanya mba Heni sama sekali tidak mengomentari apapun ke hoax kan, didunia ini, atau ke maharajaan nejiten dalam berkomenta.

“cuma syahreino yang saya komen, soalnya gemez menikah aja bikin heboh” candanya yang disusul gelak tawa audiens.

Mba Heni pernah membaca bahwa kedepannya merekrut pekerja itu tidak butuh ijazah, tapi dilihat sosial medianya. Nah loh :D

Usahakan punya satu nama untuk brand tersebut. Misalnya Heni Prasetyorini ya pakai nama itu di segala medsos yang kita punya. Sehingga ketika orang mengetikkan nama kita, ketemunya ya yang terkait oleh kita, bukan orang lain. 

Termasuk tidak menggunakan nama email alay. Dari sana beliau mulai mengisi semua media sosialnya, mulai facebook, instagram, youtube, dengan satu nama Heni Prasetyorini. Kecuali twitter karena kepanjangan.

Tomboy abiz, jadi pembicara aja kaosan dan pakai sepatu kets, haha. Style kekinian Bu Pres :D

Terakhir beliau berpesan bahwa semua bisa dipelajari. Ketika mba Heni mengisi pelajar atau training ke peserta yang masih muda, endingnya pasti bilang ibu-ibu aja bisa, masak kamu  gak bisa. Pun berpesan pada kami sesama perempuan, sesama Ibu, Jika Heni bisa, kalian juga pasti bisa.

Semoga dengan tulisan ini bisa menginspirasi perempuan semua (terutama yang sudah jadi istri dan Ibu) bahwa menikah, hamil, melahirkan gak akan mengubur mimpi. Bersungguh-sungguh menjalankan tugas didalam rumah sambil terus menggali potensi diri.

Dan percayalah meski didalam rumah kita punya kesempatan berkarya, memberi manfaat kepada umat, salah satunya dengan memanfaatkan teknologi dengan benar. Heni Prasetyorini sudah membuktikan !!!


Salam
Anggraeni Septi


30 komentar

  1. Beruntung bener mbak bisa lolos ikutan acara ini. Ilmunya superr. Apalagi bisa kenal dengan pembicaranya yang pool supere .. Profile mbak heni setyorini ini betul betul menunjukkan wanita yang gigih mau belajar. Terus dan terus belajar. Meski sudah berpredikat emak-emak

    BalasHapus
    Balasan
    1. iya mbak, sempet gak masuk kuota itu berasa gimana gitu hehe. Dan Alhamdulillah dapat inspirasi baru dari mba Heni Prasetyorini. Darinya kita belajar "jangan remehkan semangat belajar emak-emak" :)

      Hapus
  2. Aku tadinya ingin banget tuh ikut grupnya Coding Mum Indonesia. Tapi kok takut mumet. Hehe...Seru yah acara International Women's Day nya.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Nah coba kepoin dulu aja Bunda, melalui IG nya @codingmum_id :D

      Hapus
  3. Eh gimana mba ikutan grup Coding mum Indonesia? Duuh aku baca ini perkalimat sampai tuntas. Seruuuu, apalagi kalau melihat langsung ya di acaranya... sukses untuk kita semua.

    BalasHapus
    Balasan
    1. coba cek di IGnya @codingmum-id bu Dokter cantik :) Makasih mbak baca tulisan yang panjangnya kayak rel kereta api ini hihi

      Hapus
  4. Aku bacanya takjub. Ada emak2 mau riweuh sama coding. Saya aja lulusan IT ogah banget ngoding wkwkwk. Lelah hayati liatnya. Keren banget ih mba heni. Salut.

    BalasHapus
    Balasan
    1. aku aja geleng-geleng, apalagi beliau ini belajar otodidak :D

      Hapus
  5. Benar-benar mennginspirasi mbak. Thank you ya sharingnya. Karena baca ini saya jadi tahu ada sosok mba Heni yang amat mennginspirasi wanita Indonesia. Ibu rumah tangga digital? Keren juga yaaa. Hihihii Nah, apakah saya termasuk di dalamnya?

    BalasHapus
    Balasan
    1. Semoga emak-emak terus belajar dan adaptif sama teknologi biar bisa ngikutin perkembangan hehe :D Semoga kita semua termasuk emak digital ya mbak

      Hapus
  6. Mbak Heni emang inspiratif banget, MBak. Aku pengin banget ikut kelasnya kalau pas ada kesempatan. Kayaknya model ngajarnya bakalan das des gitu. Nah mentor model kayak beliau ini yang bener2 kubutuhkan.

    BalasHapus
    Balasan
    1. gak hanya das des, tapi di gibeng jare wkwk :D ngakak aku baca di Fb :p

      Hapus
  7. "Dari rumah kita bisa berkarya sampai ke tingkat dunia" wow, sangat menginspirasi banget. Semoga para emak punya semangat ya sama

    BalasHapus
  8. Sangat menginspirasi, tidak ada kesuksesan yg datang tiba-tiba sebagai hadiah

    BalasHapus
  9. Bangga bisa kenal Mbak Heni yang so inspiratif...humble dan menyenangkan buat ngobrol...suweeer ga bohong hahaha. Sebagai alumni kelas coding mum *halah..baru jiga ikut sekali*, rasanya senang aja banyak perempuan diajak melek tentang dunia digital.

    Hahaha...maafkan kubrainstorming tentang drakor yaa Mbak Heni, buat hiburan emak-emak.

    Semoga semakin berdaya perempuan Surabaya..khususnya Ibu rumah tangga.

    Mbak Septiiii, kita belum pernah meet up yaaa..my inspirational women too��

    BalasHapus
    Balasan
    1. aduh mumet gak sih belajar coding hihi :D huaaah drakor apaan, bisikin dong, aku gak kenal drakor sama sekali, cupu banget khan wkwk.
      Mba Diraaaaa, iya kogh kita belom ketemu sih. Aduh makasih banyak loh apresiasinya ini, ayok meet up sama Mas Musa. Semangat terus ya emak tangguh keren !!!

      Hapus
  10. Waw super sekali semangatnyaaa. Aku mocone sampe melok ngebut mba hahahha, transfer spiritnya keren bingits. Mantul pokokna. Bikin ngiler,... aaaah aku kapan kayak gitu? Wkwkkw semogaa yes

    BalasHapus
    Balasan
    1. iya ini nulisnya semangat banget, gak kerasa jadi puanjang amat lebih dari 2.000 kata saking semangate nyeritakan mba Heni wkwk :D itupun masih "sepotong cerita" belum semua loh mbak :D
      wah kalo mba Bety mah juga hebat dan inspiratif. Penulis keren dari Jogja :D

      Hapus
  11. Setuju kita perempuan, hamil, punya anak bukan berarti gak bisa berkarya. Kita juga bisa jadi ibu digital yang gak gaptek. Beruntung banget bisa datang k acara kayak gini mbak

    BalasHapus
  12. Perempuan yg menginpirasi kaumnya utk berkarya. Memang perlu belajar teknologi yg terus berkembang agar tidak gaptek

    BalasHapus
    Balasan
    1. karena teknologi seperti sulap kata mba Heni hehe :)

      Hapus
  13. huhuhuuuu, saya envyyyy.. kemaren udah mau daftar dong, dari jauh2 hari, tapi sayang acaranya Sabtu, pak su kasian aja kalau kudu izin lagi.
    Jadinya gagal deh.
    PAdahal mupeng banget liat materi2 yang bakal di share hiks.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Gpp dong gak ikutan, semua Ibu punya prioritas masing-masing sesuai keadaan. Makanya aku bisikin sebagian materinya disini buat mba Rey :)

      Hapus
  14. Betul juga nih personal branding kudu dimunculkn spy org tahu kelbihn yg dimiliki seseorang. Mksh mb sharingnya yg bermnfaat ttg profil mba Heni...inspiratif!

    BalasHapus
    Balasan
    1. Alhamdulillah kalo bermanfaat ya mbak :) yuk merenung bikin personal branding :p

      Hapus
  15. Acara yang menarik mungkin untuk para ibu atau mamah muda.. 😄😄

    Mencari solusi menghadapi hari tua nanti selain kesehatan banyak materi yang dibahasnya..😄

    BalasHapus
  16. Ya Allah subhanallah ... merinding aku bacanya, mbaaak
    Semoga suatu saat nanti aku juga bisa kayak mbak Heni, jadi ibu rumah tangga digital yang menginspirasi.

    BalasHapus