Pada tahun 1961, seorang ulama besar dan cendikiawan
Islam terkemuka, Buya Haji Hamka pernah menulis ; “seorang muslim dari China
yang amat erat kaitannya dengan kemajuan dan perkembangan agama Islam di
Indonesia dan Melayu adalah Laksamana Cheng Hoo (Zheng He)”.
Hai, taukah kamu bahwa Surabaya punya beberapa destinasi
religi yang keren dan sayang banget dilewatkan. Ditengah kota Surabaya,
terdapat sebuah masjid bernama Masjid Muhammad Cheng Hoo. Emang siapa sih Laksamana
Cheng Ho? dan kenapa harus berkunjung ke Masjid Cheng Hoo, apa yang menarik disana?
Yuk simak perjalananku pagi ini jalan-jalan ke sebuah masjid bernuansa etnik
dan antik ini.
Sejarah Laksamana Cheng Hoo
Pagi yang cerah (16/1) untuk pertamakalinya saya
berwisata religi ke sebuah masjid. Masjid ini bernama khas Tionghoa yang
semakin menambah rasa penasaran akan sejarahnya. Saat menginjakkan kaki area
masjid, didekat pintu gerbang kita akan disambut dengan prasasti sejarah
Laksamana Cheng Hoo dengan empat bahasa sekaligus, Indonesia, Inggris, Mandarin
dan Arab.
![]() |
Foto oleh : Rachmad Juliantono |
Di prasasti dinding sebelum pintu masjid terdapat
sejarah yang menceritakan Cheng Hoo kecil hingga dewasa. Sampai akhirnya atas
perintah Kaisar Dinasti Ming, pada tahun 1405 Cheng Hoo ditunjuk sebagai
laksamana dari pasukan laut kerajaan dan sejak itu dimulailah perjalanan
mengarungi tujuh samudera menuju daerah Barat.
Dalam buletin spiritual karya Fiana Zumrotul Ilmi menuliskan
Cheng Ho dari dinasti Ming telah menuntaskan pelayarannya sejauh 300.000 km
mengunjungi lebih dari 30 negara dari China hingga Afrika dalam 7 kali
pelayaran! Armada raksasa yang dipimpin Cheng Ho adalah armada terbesar
sepanjang sejarah abad 15. Dengan 27.000 awak, 208 kapal seukuran lapangan
sepak bola (145m x 60m). It’s very amazing !!!
Armada ini berangkat dengan misi menebarkan kebaikan,
menyebarkan kabar bahagia tentang dinasti Ming dan menjalin hubungan diplomatik
luar negeri dengan damai, bahkan hingga terjalin persahabatan erat
negara-negara yang dikunjungi Cheng Ho dengan dinasti Ming. Keberhasilan Cheng
Hoo dalam misi kekaisarannya yakni menjalin hubungan baik dan misi pribadinya
menyiarkan Islam terbukti dengan banyaknya negara yang dikunjungi yang mengirimkan
balasan hadiah untuk kaisar Ming, dan juga peninggalan masjid Cheng Hoo di
kota-kota Indonesia dan negara-negara lainnya.
![]() |
Foto oleh : Rachmad Juliantono |
Di prasasti tertulis selama perjalanannya, kapal
Cheng Hoo mengunjungi banyak negara-negara Asia dan Afrika, termasuk kerajaan
Majapahit di Jawa, (bekas) Kerajaan Samboja di Palembang dan Samudera Pasai di
Aceh, Sumatera, Semarang dan Surabaya merupakan dua pelabihan terpenting yang
sering dikunjunginya.
Masjid Muhammad Cheng Hoo
Surabaya
Merupakan masjid pertama di dunia yang menggunakan
nama muslim Tionghoa, Muhammad Cheng Hoo. Masjid Muhammad Cheng Hoo ini sangat
unik. Berbentuk mirip kelenteng dengan dominan warna merah, hijau, dan kuning
khas Tiongkok. Warna-warna ini menandakan keberuntungan dan kedamaian bangunan
Masjid.
Masjid yang dirancang oleh anggota PITI (Persatuan
Islam Tionghoa Indonesia) ini, diilhami oleh bentuk Masjid Niu Jie di Beijing
yang dibangun pada 996 Masehi. Pembangunan pertama kali dimulai saat 15 Oktober
2001 dan diresmikan pada 13 Oktober 2002.
Perancangan bangunan ini sangat detail dan filosofis.
Luas bangunan utama masjid Muhammad Cheng Ho yaitu 11x9 meter, 11 dimaknai
sebagai panjang dan lebar Ka’bah yang dibangun Nabi Ibrahim, sedangkan lebar 9
meter berarti keberadaan Wali Songo sebagai penyebar agama Islam di Indonesia. Dan
jumlah pengalian antara keduanya menunjukkan 99 Asmaul Husna.
Bagian atas bangunan utama berbentuk segi delapan
(pat kwa), dalam bahasa Tionghoa 8 disebut Fat yang berarti jaya dan
keberuntungan. Secara filosofis cerita ini diambil dari Nabi Muhammad yang
selamat saat bersembunyi dibalik gua Tsur. Kala itu terdapat jaring laba-laba
berbentuk segi delapan yang menutupi pintu goa.
Bagian depan bangunan utama terdapat ruangan yang
dipergunakan oleh imam untuk memimpin shalat dan khotbah yang sengaja dibentuk
seperti pintu gereja. Ini menunjukkan bahwa Islam mengakui dan menghormati
keberadaan Nabi Isa AS sebagai utusan Allah yang menerima Kitab Injil bagi umat
Nasrani. Juga menunjukkan bahwa Islam mencintai hidup damai, saling menghormati
dan tidak mencampuri kepercayaan orang lain.
Pada sisi kanan masjid terdapat relief Muhammad Cheng
Hoo bersama armada kapal yang dipergunakannya dalam mengarungi Samudera Hindia.
Relief ini memiliki pesan kepada muslim Tionghoa di Indonesia pada khususnya
agar tidak risih dan sombong sebagai orang Islam.
Saat berdiri disini udara terasa sangat sejuk karena
semilir pepohonan yang ditanam sekitar relief. Tidak hanya itu ada puluhan ikan yang menambah keindahan relief,
seakan menghidupkan suasana lautan yang diarungi armada Cheng Hoo.
![]() |
Foto oleh : Rachmad Juliantono |
Didekat
relief ada bedug berukuran besar sebagai penanda panggilan shalat. Namun karena
tidak semua warga didekat Masjid Cheng Hoo muslim, petugas masjid pernah
ditegur warga karena ‘menggebug’ bedug dengan keras. Akhirnya pihak masjid
hanya menggebug bedug pada saat sebelum shalat maghrib dan Isya’. Pertimbangannya
karena dhuhur, ashar dan shubuh waktunya orang istirahat. Hmm, sebuah win win solution yang sangat bijaksana.
Yang menarik ada sebuah kentongan bambu yang ada
disudut sebelah kanan masjid. Menurut informasi petugas masjid, kentongan ini
merupakan pemberian (alm) Gusdur.
Sungguh
mengelilingi bangunan masjid seakan ikut meresapi perjuangan sang bahariawan
yang jaya, utusan perdamaian yang terpuji, yang semoga kelak cerita seorang
Laksamana Muhammad Cheng Hoo akan diceritakan dari masa ke masa.
Kegiatan di Masjid Cheng Hoo
Masjid Cheng Hoo juga menyelenggarakan penyembelihan
kurban. Pada tahun 2018 sebanyak 8 sapi dan 37 kambing disembelih dan dibagikan
kepada kaum dhuafa dan warga sekitar yang mendapat persetujuan dari RT dan RW.
Selain itu pada momen tertentu diadakan potong rambut massal untuk anak-anak, dan pembagian sepatu. Bangunan utama Masjid Cheng Hoo dapat pula digunakan sebagai tempat akad nikah dengan biaya sewa yang sangat terjangkau, 1,3 juta saja!!! (hai jomblo, nikah gak perlu mahal yak, mhuahaha :D)
Selain itu pada momen tertentu diadakan potong rambut massal untuk anak-anak, dan pembagian sepatu. Bangunan utama Masjid Cheng Hoo dapat pula digunakan sebagai tempat akad nikah dengan biaya sewa yang sangat terjangkau, 1,3 juta saja!!! (hai jomblo, nikah gak perlu mahal yak, mhuahaha :D)
![]() |
Foto oleh : Rachmad Juliantono |
Jika pada saat shalat Idul Fitri dan shalat Jumat
halaman depan penuh jamaah, namun pada hari biasa halaman masjid Cheng Hoo
digunakan lapangan basket. Di gedung samping kanan ada lapangan tenis dan
badminton yang disewakan untuk umum. Selain itu ada pendidikan Taman
Kanan-Kanak milik Yayasan Haji Muhammad Cheng Hoo.
Jika saat berwisata di masjid merasa lapar, jangan khawatir ada pula kantin makanan didekat parkiran. Untuk toilet pun tersebar disekitar masjid, tanpa perlu mengular antri.
Jika saat berwisata di masjid merasa lapar, jangan khawatir ada pula kantin makanan didekat parkiran. Untuk toilet pun tersebar disekitar masjid, tanpa perlu mengular antri.
Semua fasilitas di sini disediakan demi kenyamanan
beribadah di Masjid Muhammad Cheng Hoo. Sekian wisata religi kali ini. Semoga kelak
generasi muda Islam bisa meneladani seorang Muhammad Cheng Hoo dan menjadi
pengukir sejarah selanjutnya. Menyebarkan Islam rahmatan lilalamin keseluruh
dunia.
![]() |
petunjuk arah menuju Masjid di Jalan Jaksa Agung Suprapto |
Masjid Muhammad
Cheng Hoo
Jalan Gading
No. 2
Surabaya
Sumber referensi :
Anonim, Surabaya Religious Tourism, Surabaya : Humas
Pemerintah Kota Surabaya
Ilmi, Fiana Zumrotul. 2017. Sang Pengukir Sejarah. Surabaya
: Spiritualisme al Kahfi tahun ke II edisi 46
Prasasti di dinding halaman masjid Muhammad Cheng Hoo
Iiih, aku udah lamaaaa ngga ke sini.
BalasHapusMasjid Cheng Hoo ini keren dan IG-able bangeeet
Kindly visit my blog: bukanbocahbiasa(dot)com
Ya ampuunnn, dirimu adaaaa aja di segala sudut Surabaya hahaha.
BalasHapusSaya dong belum pernah tau lokasi masjid Cheng Ho Surabaya ini.
Taunya yang di PAndaan aja.
Main di blog ini bikin saya pengen keluyuran Surabaya lagi kayak dulu hahaha
Keceeee keceee dehh