Pesona Tak Pernah Pudar dari Gedung Handels Vereeniging Amsterdam (HVA)


“Jangan Sekali-kali Meninggalkan Sejarah” Ir.Soekarno

Sebagai kota Pahlawan, Surabaya memiliki banyak sekali bangunan bersejarah. Beberapa diantaranya menjadi bangunan cagar budaya.

Dalam Undang-Undang Nomer 11 tahun 2010 tentang cagar budaya, definisi cagar budaya adalah warisan budaya bersifat kebendaan berupa bangunan, struktur, situs, dan kawasan cagar budaya. Yang berada baik di darat maupun di air yang perlu dilestasrikan karena memiliki nilai penting bagi sejarah, ilmu pengetahuan, pendidikan, agama dan atau kebudayaan kebudayaan.

Terlahir dan dibesarkan orangtua sebagai 'arek Suroboyo', saya ingin sekali mengenal lebih dalam mengenai sejarah Surabaya. Salah satunya dengan melakukan jelajah cagar budaya. Karena cagar budaya adalah bagian dari sejarah kota Surabaya.

Beberapa cagar budaya ada yang dipertahankan dan masih dirawat, satu diantaranya adalah gedung Handels Vereeniging Amsterdam (HVA). 

Gedung HVA yang sekarang menjadi kantor pusat PTPN XI (persero)


Saya pernah membaca buku Ammidun Kasdi berjudul Profil Cagar Budaya 2009 mengenai gedung HVA. Dalam sejarahnya gedung HVA menjadi salah satu gedung megah yang dikuasai para pejuang untuk melucuti tentara Jepang yang berusaha mempertahankan dengan kekerasan. Melihat gelagat itu Arek Suroboyo dibawah Rambic dan drg. Moestopo menggertak pihak Jepang dengan cara membanting sepeda sambil menantang “Hai Jepang, mau menyerah atau tidak!” Akhirnya Jepang dengan serta merta menyerah kepada drg. Moestopo, selanjutnya gedung HVA dijadikan markas Badan Keamanan Rakyat (BKR) Jawa Timur dibawah pimpinan drg. Moestopo.

Seperti apa kemegahan gedung HVA yang dulu pernah menjadi saksi para pejuang dalam mempertahankan kemerdekaan? Dan apa yang bisa dipelajari dari jelajah cagar budaya di gedung HVA?


Gedung HVA yang sekarang menjadi kantor pusat PTPN XI
Jika melewati jalan Merak Surabaya, kita akan melihat sebuah gedung megah dipinggir jalan. Gedung dengan dominan warna cokelat ini ketika didekati, akan terlihat tulisan “PT. Perkebunan Nusantara XI.” PTPN XI adalah kantor pusat salah satu Badan Usaha Milik Negara (BUMN) dibidang perkebunan tebu yang menghasikan gula sebagai produk utama. 

jam dinding mewah nan klasik

Dalam sejarahnya gedung PTPN XI pernah digunakan sebagai kantor Handels Vereeniging Amsterdam (HVA) atau Asosiasi Pedagang Amsterdam. HVA berdiri di Amsterdam pada tahun 1879 dan berdagang gula, kopi dan singkong. Dengan 167 pabrik gula di Jawa yang dikendalikan, HVA menghasilkan delapan juta ton gula per tahun.

Pada tahun 1998 ditetapkan sebagai bangunan cagar budaya atas gedung HVA sesuai SK Walikota nomor 188.45/004/402.104/1998 dengan nomor urut 67 oleh Pemerintah Kota Surabaya.


Kemegahan Gedung HVA dari Arsitektur dan Kekuatan
Gedung yang berusia hampir satu abad ini pasti membuat decak kagum semua orang yang melihatnya. Didepan gedung ada pilar-pilar yang menjulang tinggi. Antara kedua pilar berjarak 2,75 m ini, dihubungkan oleh bidang lengkung yang menawan. Pilar-pilar yang ada, seakan barisan benteng yang kokoh. Bahkan pesona gedung sudah terlihat dari kejauhan karena sebuah jam dinding klasik berukuran besar di atas pilar. 

bidang lengkung yang menawan


Pembanguan gedung HVA di Surabaya membutuhkan waktu yang cukup lama yakni sepuluh tahun. Dimulai pada tahun 1911 dan selesai dikerjakan tahun 1921. Gedung ini dibangun oleh trio arsitek Belanda bernama Bureau Hulswit, Fermont, dan Edcuypers. Peresmiannya sendiri empat tahun kemudian tepatnya tanggal 18 April 1925.

trio arsitek, foto diambil dari dinding lobby lantai 1


Gedung dua lantai yang berdiri diatas lahan seluas 1,6 hektar ini memiliki bangunan utama seluas 2.016 m2 dan bangunan penunjang seluas 4.126 m2. Dan menjadi gedung yang terbesar di Surabaya pada jamannya.

HVA tempo dulu, foto diambil dari dinding ruang bawah tanah PTPN XI

pemasangan beton saat pembangunan gedung HVA

konstruksi beton dan pemasangan atap. Sumber foto : colonialarchitecture.eu


Membutuhkan kurang lebih 3.000 m3 beton untuk konstruksi bangunan. Dimana dulu belum ada bangunan di Surabaya yang membutuhkan beton dalam volume sebesar itu. Material gedung harus didatangkan dari luar negeri. Seperti genteng, lantai, dan plafon didatangkan dari Belanda. Marmer yang digunakan untuk aula depan, koridor dan tangga adalah buatan Belgia.

marmer tangga dari Belgia

tangga menuju ruang direksi


Bahan lantai didatangkan dari Belanda


Jika kita mengamati dengan detail, pada bangunan depan gedung akan terlihat ada garis vertikal pada dinding gedung. Seolah sebuah bangunan yang terbelah. Inilah yang disebut dilatasi sebagai sistem penahanan gempa. Para trio arsitek membuat tiga bagian bangunan, yakni sisi kanan, kiri dan tengah. Sehingga setiap sisi memiliki dinding masing-masing. 

Sisi kanan dan kiri berlantai 2 dan sisi tengah berlantai 3. Dan pembangunannya dimulai per sisi, dan tidak menggunakan satu dinding pemisah, melainkan ada 3 pemisah. Jika terjadi gempa, masing-masing sisi bisa saling menopang.

tembok seperti retak, inilah sistem dilatasi sebagai penahan gempa


Ketika masuk lobi lantai satu, akan ada tangga yang kemudian mengarah tangga lain ke sisi kanan dan kiri. Ada pula dinding dari kaca dan terdapat lambang propinsi zaman dulu yang merupakan cabang HVA di Indonesia. 

logo propinsi dimasa HVA


dinding kaca


Tak berhenti dibuat kagum disetiap detail arsitekturnya, saat naik ke lobi lantai dua tepatnya di hall ruang Direksi. Di atas dinding-dinding bagian atas terdapat relief kegiatan petani perkebunan. Seperti menanam tebu, panen kopi, panen tebu sebagai gambaran dari aktivitas perkebunan masa Belanda. Relief ini membuat dinding menjadi terlihat sangat menawan. 

relief aktivitas perkebunan


relief menanam tebu



Di dalam gedung peninggalan HVA ini terdapat koridor yang mengelilingi bangunan. Menurut Dukut Imam Widodo dalam bukunya Hikajat Soerabaia Tempo Doloe, koridor ini ada untuk menjawab iklim tropis yang lembab. Jendela yang lebar akan melindungi ruangan dari sinar matahari secara langsung pada siang hari. Juga ketika hujan deras mengguyur kota Surabaya, ruangan didalam akan terbebas dari cipratan air hujan. 

jendela yang lebar di koridor


koridor tampak samping di lantai III


tangga menuju koridor


Pesona gedung terus ada saat mengetahui bahwa bangunan HVA dirancang mengadap ke utara untuk menghindari sinar matahari secara langsung. Sehingga para pekerja gedung tidak merasa silau saat matahari muncul dan terbenam. 

selfie di koridor yang sejuk


Pelajaran yang Didapat dari Jelajah Cagar Budaya
Menelusuri setiap bagian dari gedung HVA yang sekarang menjadi kantor pusat PTPN XI membuat siapapun yang melihat akan terkagum-kagum. Pesona arsitekturnya menunjukkan keindahan dan kekuatan.

Ada manfaat yang bisa kita ambil ketika berkunjung dan mengenal gedung HVA. Diantaranya agar generasi muda semakin mencintai ilmu pengetahuan dan tekhnologi. Maha karya luar biasa ini layak untuk dipelajari. Belajar dari arsitek HVA bagaimana membuat karya yang luar biasa berkualitas. Tetap berdiri kokoh meski berusia hampir satu abad. Sebuah gedung yang megah dan sarat keindahan.

Kita berbangga, Surabaya memiliki bangunan dengan sistem penahan gempa pada 97 tahun silam. Dan memotivasi generasi muda, kelak kitalah yang akan membuat karya besar yang akan diingat dan diceritakan dimasa mendatang.

arsitektur yang indah di lantai III gedung PTPN XI


Cara Berkunjung ke Gedung HVA
Menurut saya cagar budaya seperti ini harus dijaga dan dilestarikan. Salah satu caranya dengan mengunjungi lalu mempelajari sejarahnya. Untuk berkunjung ke PTPN XI ikutlah rute Surabaya Heritage Track (SHT) di Museum House Of Sampoerna, Jalan Taman Sampoerna.

Sekian cerita jelajah cagar budaya Surabaya ini, semoga ada inspirasi yang didapat ya. Belajar dari karya orang-orang besar.





PT. Perkebunan Nusantara XI (eks gedung HVA)
Jalan Merak No. 01
Surabaya










                               
Referensi :
Widodo, Dukut Imam. 2013. Hikajat Soerabaia Tempo Doeloe. Surabaya : Dukut Publishing.
Aminuddin, Kasdi. 2009. Profil Cagar Budaya Surabaya 2009. Surabaya : Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota Surabaya.
Anonim. 2015. “Definisi Cagar Budaya dan Permuseuman.” Dikutip dari https://kebudayaan.kemdikbud.go.id/ditpcbm/definisi-cagar-budaya-dan-permuseuman/ pada 3 November 2018
Anonim. 2016. “Gedung PTPN XI diharapkan jadi obyek wisata.” Dikutip dari http://ptpn11.co.id/berita/gedung-ptpn-xi-diharapkan-jadi-obyek-wisata-1, pada 3 November 2018
Anonim. 2017. “Penghargaan dan Sertifikasi PT. Perkebunan Nusantara XI.” Dikutip dari http://ptpn11.co.id/page/penghargaan-dan-sertifikasi-pt-perkebunan-nusantara-xi, pada 3 November 2018

Foto yang digunakan :
1.       Dua foto kontruksi beton diambil dari http://colonialarchitecture.eu/islandora/object/uuid%3A52d3c733-7c13-49a6-be8d-f947a82f0a4b/datastream/PDF/view diakses pada 3 November 2018
2.       Foto HVA tempo dulu diambil melalui kamera penulis dari dinding ruang bawah tanah PTPN XI
3.       Dokumentasi pribadi

53 komentar

  1. Wow, jadi pengen ke surabayaa...
    Beberapa tahun lalu , waktu ke surabaya juga saya lihat banyak gedung gedung lama dengan arsitektur belanda, beberapa gedung yang saya lihat waktu itu kurang terawat. Tapi lihat foto foto HVA disini, ternyata seru dan bersih ya tempatnya

    BalasHapus
    Balasan
    1. bersih banget mbak di gedung eks HVA, yuk mbak maen ke Surabaya. Colek aku, entar aku ajak jalan-jalan ke kawasan Kota Tua Surabaya yang keren banget :)

      Hapus
  2. Masya Allah, gedungnya masih terpelihara dengan sangat baik. Jadi pengen ke sana dan merasakan kemegahan bangunan tersebut.

    BalasHapus
    Balasan
    1. ayok mbak maen ke Surabaya :) Surabaya kota pahlawan, gak akan kehabisan destinasi wisata heritage disini :)

      Hapus
  3. Udah pernah ke sini, dan takjub ama gedung ini.
    Meskipun aseliihh merinding meski datangnya siang bolong.
    Pas di lantai bagian paling atas yang digunakan sebagai tempat olahraga tuh, ampun deh beneran merinding.

    Terus saya ikutan masuk ke ruang bawah tanah, abis itu jadi gak bisa tidur kebayang2 ada anak yang jerit2 katanya ada cewek yang ngikutin dia.
    Ih serem tapi eksotik tempatnya hehehe

    BalasHapus
    Balasan
    1. ajak aku aja mbak, kesininya.. pasti jadi ceria :D
      aku tunjukkan tempat2 asik di HVA :D
      asik buat pepotoan :p

      Hapus
  4. Design interiornya unik, khas Belanda-nya kental banget ya...
    Bukti sejarah memang harus dilindungi, tapi jangan lupa dikunjungi. Kapan ya bisa ke Surabaya?^_^

    BalasHapus
    Balasan
    1. yuk ke Surabaya mbak :D disini banyak cagar budaya yang masih terawat loh :)

      Hapus
  5. Huah mba aku jujur merasa waktu sekolah tidur sampe ga tau ttg gedung Handels Vereeniging Amsterdam (HVA) hahhaa..jadi pengen kesini megah bangunannya y mba

    BalasHapus
    Balasan
    1. belum tentu juga orang Surabaya tau sejarahnya juga mbak, khususnya perannya dalam peristiwa 10 November :D

      Hapus
  6. Woow....ga pernah memperhatikan gedung cagar budaya di surabaya. Aku suka dg gedung kanyor wlikota mustajab...kokoh & terlihat sangat menawan..

    BalasHapus
  7. Luar biasa, gedung sejarah masih terawat dengan baik.
    Kapan ya bisa ke Surabaya. Ga apa2 deh, baca informasi ini juga sudah terkagum2. Hebat ya di Indonesia ada bangunan dengan arsitektur keren dan masih terawat. Tapi ngomong2 emang beneran angker?

    BalasHapus
    Balasan
    1. tidak sama dengan bangunan bersejarah sama dengan angker mbak, hihi :) lha sekarang aja dibuat kantor pusat PTPN XI :) serem hanya ada dipikiran aja mbak, kalo kesana ngajak aku, entar pasti jadi ceria :D

      Hapus
  8. Bagus banget bangunannya, dari fotonya sudah sangat terlihat betapa sejuknya saat berada di dalam sana.
    Jadi pengen mencoba bermain ke sana saat travelling ke Surabaya :)

    BalasHapus
    Balasan
    1. ayo teh Egy, maen ke Surabaya :D entar aku ajak jalan-jalan :)

      Hapus
  9. Naksir sama koridor berjendela besar2 itu, instagramable banget haha..
    desain bangunan lain juga bagus2, reliefnya rapih.
    Kalau main ke surabaya aku sempetin mampir foto disitu ah :)

    BalasHapus
    Balasan
    1. nah itu mbak, cucok buat pepotoan yak koridor jendelanya :D

      Hapus
  10. MasyAllah bunda Anggraeni lengkap sekali dan detail. Baca ini kyaka lagi baca buku sejarah ��

    BalasHapus
    Balasan
    1. karena saya suka sejarah Surabaya bund :) suka keliling2 bangunan tua Surabaya :D

      Hapus
  11. selalu suka dengan arsitetktur gedung zaman dahulu. lengkap banget ulasannya kak. jadi tau deh situs sejarah baru.

    BalasHapus
    Balasan
    1. apalagi beberapa gedung-gedung di Surabaya ada dari peninggalan Belanda, dan masih kokoh berdiri sampai hari ini mbak:D Makasih ya mbak, makasih sudah mampir di blog ini :)

      Hapus
  12. Alhamdulillah sudah pernah berkunjung kesini naik bisnya HOS. Memang bangunan ini menyimpan sekali banyak sejarah di masa lampau dan sekarang hanya bisa membaca sejarah itu untuk mengetahuinya lebih lanjut.

    BalasHapus
    Balasan
    1. wah asik nih sudah pernah berkunjung ke gedung eks HVA melalui Surabaya Heritage Track dari House of Sampoerna (HoS) :D

      Hapus
  13. Dulu saat arsitek merancang gedung selalu dipikirkan detilnya ya, Mbak Septi. Yang hadap kemanalah biar pekerja enggak kepanasan, konstruksi tahan gempa, jendela lebar buat sirkulasi udara dan lain sebagainya. Maka, gedungnya awet bertahan sampai puluhan bahkan ratusan tahun
    Enggak kayak rancangan sekarang. Tanpa detil dan bahan didiskon habis-habisan. Jadi cepat rubuh dan sebentar saja musti direnovasi lagi dan lagi ..hikas

    BalasHapus
    Balasan
    1. nah itu mbak, anak muda kekinian perlu tau sejarah dan seluk beluk eks gedung HVA ini agar bisa belajar bagaimana orang besar membuat karya besar !!!
      Semua dipikirkan dengan detail, bahkan pembangunannya aja butuh waktu 10 tahun. Saya aja geleng2 baca sejarahnya. :D

      Hapus
  14. Mbak, itu jam dinding klasik yang di atas pilar masih hidup ya...?
    Ya ampuun bener-bener keren gedung Handels ini! Kokoh dan cantik sekali!

    BalasHapus
  15. Hoho, saya melongo liat foto-foto di atas. Belum pernah ke situ, sih. Keren banget, ya. Pokoknya kalo mbak Septi nulis ttg tempat2 di Sby, saya mupeng abiz :) Soalnya banyak yg belum sy kunjungi. Makasih infonya. I love cagar budaya, too

    BalasHapus
  16. Gedung HVA ini mirip gedung Lawang Sewu di Kota Semarang kalau di lihat sekilas gitu. Keren ya arsitekturnya. Aku suka.

    BalasHapus
  17. Keren banget mba. Desain gedung jaman baheula mah selalu ciamik ya..

    BalasHapus
  18. ihh,,, ini koridornya keren buat foto, apik nih tempatnya instagramable mestku bangunan jadul tapi tetap terawat.

    BalasHapus
  19. Nambah lagi nih list tempat yang harus dikunjungi kalo ke Sby. Duh, padahal ke Sby cuma sehari tapi pengen ke banyak tempat.

    BalasHapus
  20. Pesona arsitekturnya emang nunjukin keindahan dan kekuatan banget ya.. kalau ke surabaya aku mau coba kesini juga ah..

    BalasHapus
  21. Surabaya beneran kota yg banyak bangunan bersejarahnya ya mba. Makin mupeng ke Surabaya ni. ^_^

    BalasHapus
  22. Tandain nih. Siapa tau nanti ada rejeki main ke Surabaya. Aaamiiin

    BalasHapus
  23. Bangunan2 belanda walau udh ratusan tahun tp ttp kokoh ya mba. Kota Tua pub demikian. Salut. Kita jd bs belajar ya.

    BalasHapus
  24. Ini lorongnya yang ada pintu-pintu banyak itu mirip Lawang Sewu ya. Kalau jalan-jalan ke daerah sepertinya memang harus mencoba mempir ke beberapa gedung atau bangunan cagar budaya Indonesia agar anak dan cucu kita tak lupa juga.

    BalasHapus
  25. Luar biasa ya kalau Belanda membangun. Benar-benar difikirkan panjang seratus dua ratus tahun mendatang. Hingga sampai saat ini masih banyak peninggalan zaman kolonial yang masih tertinggal dan bisakita nikmati

    BalasHapus
  26. Mbaa, aku bberapa tahun tinggal di Surabaya tapi tuh nggak ngeh kalau ada bangunan indah seperti ini. Tahun depan kalau ke Surabaya pengen juga ah jelajah budaya sejarah :)

    BalasHapus
  27. Ini bagus bgt bangunannya 😍 next klo ke sby pgn kesini aaah

    BalasHapus
  28. Aku apa kabar nih.. Rumah mbah di jatim, bbrp kali main ke surabaya tp ga tau sm gedung ini. Haduh, kacau. Bangunannya kece banget ya mba, penuh sejarah tp artistiknya cakep.

    BalasHapus
  29. Gedungnya sudah tua tapi masih bagus dan kokoh ya. Desain interiornya juga bagus banget artistik.

    BalasHapus
  30. Waah kereen, masih terawat banget bangunannya. Gak kalah dari Lawang Sewu Semarang. Sayang kurang promosi.

    BalasHapus
  31. Aaaaaa. . Aku kok ga diajak klo ke tempat sekeren gini.. Kapan kapan aku diajak yo mbakkk jalan jalan bareng

    BalasHapus
  32. Jadi inget pelajaran sejarah... hehehe... seru sih kalo wisata sejarah gini suka ngebayangin dulu gimana

    BalasHapus
  33. Peninggalan belanda itu, selain kokoh, artistik juga ya bangunannya. Selalu bernilai seni dengan gaya yang mewah. Seneng banget kalo masuk ke bangunan belanda yang terawat

    BalasHapus
  34. Cucok meong banget sih gedungnya
    Gedung yg megah & indah sih banyak ya kan
    Tp gedung bersejarah yg masih tetap megah & indah sampai sekarang tuh susah banget nemunya
    Harus dilestariin nih tempat kyk gini, nambah referensi buat millenial biar tongkrongannya nggak cuman mall atau cafe2 hits aja

    BalasHapus
  35. Penjelasan yang tidak hanya menonjolkan keindahan, tetapi juga menelisik lebih dalam fungsi-fungsi dari setiap bagian gedung yang ada. Sangat inspiratif, bisa menjadi referensi pembangunan gedung-gedung di Surabaya selanjutnya ��

    BalasHapus
  36. Keren mbak, ya bangunannya yang terawat, fotonya yang detail Dan tulisannya yang informatif. Jadi seakan turut jalan-jalan saat baca

    BalasHapus
  37. Masya Allah, luar biasa ini mbak, saya arek suroboyo asli, sering lewat situ kalo mau ke JMP, tapi sama sekali ga tau kalo gedung ini sedemikian hebat. dari sisi arsitektur, konstruksi maupun sejarahnya. Untuk masuk kesana, liat2 arsitekturnya apakah butuh ijin khusus dari PTPN XI? atau memang terbuka untuk umum? thx infonya

    BalasHapus
    Balasan
    1. saran saya, datang saja ke sana pada hari kerja, lapor dan minta ijin di front-desk...

      Hapus
  38. selain bangunannya, banyak juga aksesoris asli lainnya seoerti mebiler, lampu dan lain2...
    kalaupun ada yang baru, selalu dipadankan dengan aslinya...
    saya dulu bekerja di situ cukup lama...

    BalasHapus
  39. salut untuk penulis, Anggraeni Septi, tulisannya bagus, runut, informatif...
    foto2nya bersih, tajam...

    BalasHapus