Tugu Pahlawan dan Museum Sepuluh November sebagai Lorong Waktu Perjuangan Arek Suroboyo


Pada suatu malam, ketua @LoveSuroboyo mengirim foto bangunan klasik hitam putih pada sebuah grup media sosial yang saya ikuti. Memberi kami pertanyaan simple, “tebak ini dulu gedung apa?” “sekarang gedung itu lenyap tak tersisa.” Beberapa dari kami mencoba memberi jawaban, namun hanya satu orang yang benar. Sampai akhirnya beliau menjawab bahwa yang saat ini menjadi area Tugu Pahlawan dulu merupakan gedung bernama Raad Van Justitie atau gedung Kompetai.




Gedung tersebut adalah gedung pengadilan Belanda dan saat jaman Jepang digunakan pembantaian kaum pribumi. Akhirnya gedungnya dihancurkan oleh arek-arek Suroboyo dengan cara dibakar. Lalu dibangunlah pilar di depan Tugu Pahlawan sebagai penanda. Menggambarkan sisa puing-puing bangunan Raad Van Jastitie pasca dibakar oleh arek Suroboyo. Dengan model puing reruntuhan dan tulisan khas perlawanan arek Suroboyo.


Raad Van Jastitie. Dok : @lovesuroboyo

Tidak lama setelah percakapan diatas, saya akhirnya mendapat kesempatan berkunjung ke Tugu Pahlawan saat mendampingi Forum Anak Surabaya (FAS). Acara dengan tema Forum Anak Surabaya Goes to City Tour ini diselenggarakan oleh Dinas Pengendalian Penduduk, Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (DP5A). Dengan menggunakan bus wisata Surabaya yakni Surabaya Shopping and Cullinary Track (SSCT), kami dibawa menelusuri rute museum-museum di Surabaya. Salah satu yang dikunjungi adalah Museum 10 November yang terletak di area Tugu Pahlawan Surabaya.


Forum Anak Surabaya. Dok : Biru



Tugu Pahlawan sendiri didirikan pada 10 November 1951 dan peresmiannya 10 November 1952 oleh Presiden RI pertama, Ir Sukarno. Tujuannya adalah untuk mengenang sejarah perjuangan para pahlawan kemerdekaan bangsa Indonesia dalam pertempuran 10 November 1945 di Surabaya.

Berdasarkan penuturan Cak Rizaldi – tour guide SSCT kami - Tugu Pahlawan ini berbentuk seperti pensil terbalik, padahal itu sebenarnya seperti paku terbalik. Terdapat 10 sisi, 11 ruas, ketinggiannya 45 yard. Mengapa ketinggian bukan ukuran meter, melainkan ukuran yard? Karena 45 yard jika disetarakan meter adalah 41,15 meter. Sedangkan waktu itu terhenti pembangunannya karena dilihat dari bahan bakunya tidak cukup jika tingginya 45 meter. Akhirnya diakalin harus ada unsur 45, akhirnya menjadi 45 yard. Yang ini berarti tanggal bersejarah 10 – 11 – 1945.

pilar didepan Tugu Pahlawan dengan patung Soekarno Hatta


Pada area yang luasnya sekitar 2,5 hektar ini dikelilingi tanaman yang berjenjang keatas dan pagar-pagar. Dipelataran tugu pahlawan terdapat hamparan rumput nan luas, dan pohon-pohon tinggi dipinggirnya. Disamping pohon terdapat patung Gubernur Soerjo yang merupakan gubernur pertama Jawa Timur 1945. Beliaulah yang ikut menolak kedatangan sekutu dan menolak ultimatum sekutu pada 9 November 1945 melalui pidatonya, yang pada intinya menyerukan agar Rakyat Surabaya bertahan sampai titik darah penghabisan.

Selain itu ada patung Doel Arnowo ketua Komite Nasional Indonesia (KNI) untuk Surabaya yang kemudian pada tahun 1950 menjadi walikota Surabaya.




Dan yang terakhir patung Bung Tomo yang merupakan penerus Barisan Pemberontakan Rakyat Indonesia (BPRI) yang kemudian mendirikan sebuah radio pemberontaan di Jalan Mawar Surabaya. Beliau adalah tokoh menonjol dalam pertempuran Surabaya melalui pidatonya yang berkobar-kobar memberikan semangat kepada arek-arek Suroboyo. Disamping patungnya, terdapat sebuah mobil milik Bung Tomo.

Setelah melewati mobil Bung Tomo kita akan memasuki Museum Sepuluh Nopember (bukan November). Mungkin sekilas tampak kecil, namun Museum dengan luas 1366 meter persegi ini dibangun pada kedalaman 7 meter dibawah permukaan tanah areal kompleks Tugu Pahlawan. Tujuannya dibangun museum ini adalah untuk mendukung keberadaan Tugu Pahlawan serta melengkapi fasilitas sejarahnya. Museum 10 November diresmikan pada 19 Februari 2000 oleh mantan Presiden RI, KH Abdul Rahman Wachid.

Kita akan melewati tangga lingkar dengan relief suasana perang 10 November. Lalu turun melalui lift atau tangga. Saat memasuki area museum, teman-teman dari Forum Anak Surabaya (FAS) disambut oleh tour guide yang menjelaskan dengan detail mengenai segala isi museum. Namun sebelum berkeliling kami diajak terlebih dahulu ke ruang Diorama Elektronik.

Diorama elektronik adalah tempat pemutaran film dokumenter pertempuran Surabaya yang dilengkapi dengan system video maping dan animasi. Film ini menceritakan rangkuman sejarah pertempuran pada 10 November berdurasi 10 menit. Selama berada diruangan ini tidak boleh ada kamera dan video. Jadi saya tunjukkan pintu depannya saja ya.


masuk ruang ini tidak boleh memotret dan memvideo


Keluar dari ruang Diorama Elektronik, kami memulai perjalanan menelusuri isi museum. Area museum terasa syahdu karena terdengar lagu perjuangan nan sayup-sayup yang ternyata setelah saya ingat merupakan instrument lagu Gugur Bunga. Hal ini tentu menambah suasana hening untuk menembus lorong waktu perjuangan Arek Suroboyo di masa perjuangan.


Apa saja yang terdapat di Lantai 1 ?

Zona Surabaya pada masa proklamasi
Zona ini menceritakan peristiwa yang terjadi di Surabaya setelah proklamasi kemerdekaam RI. Dimana surat kabar dan radio menjadi media yang penting dalam mengabarkan kemerdekaan. Meskipun para pimpinan Jepang berusaha keras mencegah tersebarnya berita proklamasi, namun para pemburu berita, media massa tidak kekurangan akal. Mereka menyebarkan berita proklamasi dengan cara melakukan penyamaran teks proklamasi, yaituu menggunakan bahasa daerah yang sulit dimengerti oleh Jepang. Seperti ditulis dalam bahasa Jawa dan Madura.




Pada zona masa proklamasi ini juga dilengkapi dengan diorama pidato Bung Tomo. Hanya dengan memencet tombol dipojok kanan radio, kita bisa mendengarkan suara pidato Bung Tomo yang sangat heroik. Bagaimana seorang Bung Tomo membakar semangat arek Suroboyo untuk mempertahankan kemerdekaan. Apa kesan mendengarkan suara asli pidato Bung Tomo ini? Merinding, gaes !!!


area pidato Bung Tomo



Zona masa dan pasca pertempuran Surabaya
Zona ini menceritakan peristiwa penyerbuan markas Kenpeitei pada 1 Oktober 1945. Dan peristiwa pendaratan tantara sekutu di Surabaya pada 25 Oktober 1945, dimana pada hari itu pendaratan pasukan Inggris secara besar-besaran dibawah pimpinan Brigadir AWS Mallaby berkekuatan 6.000 orang. Area ini juga menceritakan pertempuran didepan gedung Internatio yang dimana menewaskan AWS Mallaby dan pemuda Surabaya.




Terdapat miniatur suasana Rumah Sakit Simpang yakni bangunan rumah sakit untuk pribumi Surabaya. Khususnya untuk merawat korban pertempuran 10 November di Surabaya. Pada replika ini digambarkan bagaimana korban pertempuran ditandu dengan bersimbah darah. Akibat pertempuran Surabaya banyak masyarakat sipil maupun pejuang yang meninggal dan terluka dan dibawa ke RS Simpang. Masyarakat kota Surabaya lainnya mengungsi menuju luar kota mulai dari daerah Sepanjang, Krian, bahkan Mojokerto hingga ke kota lainnya. Bekas rumah sakit ini sekarang digunakan sebagai Delta Plaza Surabaya.


replika Rumah Sakit Simpang Surabaya

Sepanjang lantai satu ini terdapat patung para pejuang perjuangan kemerdekaan melingkar di tengah-tengah. Diatas patung-patung tersebut terdapat banyak kata motivasi penggungah semangat perjuangan. Ada juga radio Bung Tomo, catatan harian Bung Tomo yang ditulis sebanyak 118 halaman, mata uang kertas dan koin pada masa pertempuran dan replika bambu runcing.

Ada lift untuk menuju lantai 2 namun hanya digunakan oleh para disable dan lansia (lanjut usia). Sehingga kami semua naik tangga.


Apa saja yang terdapat di Lantai 2 ?

Zona pertempuran 10 Nopember 1945
Disimpan didalam kaca berbentuk pyramid, tersimpan sebuah bambu runcing. Bambu runcing adalah salah satu senjata tradisional pejuang Indonesia. Bambu runcing ini digunakan seorang pejuang bernama Pak Sadji saat usianya 15 tahun pada pertempuran Surabaya. 

Sebenarnya tinggi bambu runcing adalah 2 meter, namun karena temannya membutuhan akhirnya dibagi dua masing-masing memegang ukuran satu meter. Kata tour guide Pak Sadji barusan meninggal pada tahun 2017. Meski bambu runcing ini asli, namun darahnya replika. Bambu runcing ini dikelilingi senjata rampasan perang saat penjajahan.

bambu runcing, senjata arek Suroboyo


Pernik peristiwa pertempuran Surabaya
Pada bagian ini terdapat foto-foto perjuangan pada pertempuran 10 November 1945, kapal yang membombardir Surabaya dari laut, pasukan Inggris yang memasuki kampung-kampung, foto peristiwa perobekan bendera Belanda di Hotel Oranje – Yamato pada 19 September 1945, dan foto heroik lainnya.




Zona Laskar rakyat
Yang mengoleksi senjata tradisional dimana digunakan pejuang diantaranya ketapil, sangkur, bayonet dan parang. Inilah modal senjata tradisional arek Suroboyo selain bambu runcing.  


ketapel yang digunakan arek Suroboyo dalam pertempuran


Sepeda kuno
Yang merupakan peninggalan pada masa pendudukan Belanda di Indonesia. Sepeda yang dibuat tahun 1916 ini, pada pertempuran 10 November 1945 pernah digunakan perjuang arek-arek Suroboyo sebagai sarana transportasi.

Diorama statis 1 dan 2
Diorama statis dulu seingat saya saat terakhir kali berkunjung ke museum 10 November masih menggunakan koin untuk menjalankannya. Namun diorama statis saat ini dilengkapi system Teknologi Informasi dengan menggunakan terjemahan teks enam bahasa. Diantaranya bahasa Indonesia, Inggris, Belanda, Jepang, Cina dan Korea. 

Seperti sebuah aplikasi, hanya dengan sentuhan satu jari kita bisa menikmati suara dan miniatur yang menggambarkan setiap peristiwa perjuangan. Diantaranya pertempuran tiga hari, perundingan gencatan senjata, ekspedisi pulau nyamukan, pembentukan Komite Nasional Indonesia (KNI), Insiden Hotel Yamato, dan Penyerbuan Markas Kompetai.




Diorama dapur umum
Pada masa perjuangan terdapat pembagian tugas. Tugas yang kalah penting adalah divisi dapur umum. Replika ini menjelaskan betapa pentingnya sebuah tugas “dibelakang layar” ini. Dapur umum dipelopori dan diketuai oleh Ibu S. Dariah. Di papan keterangan diorama ditulis, prinsip semangat Bu Dar dalam menyiapkan dapur umum untuk pejuang adalah “orang dapat berkerja dengan tenang dan penuh semangat bila perut mereka kenyang”

Sejak matahari terbit memasak untuk 500-1.000 bungkus nasi untuk didistribusikan kepada pejuang di garis depan. Dengan menggunakan mobil bahkan angkutan kereta api. Luar biasa ya peran ini. Mengapa? Karena memasuknya masih menggunakan peralatan tradisional, termasuk kompor bersumbu kayu.


diorama dapur umum


Akhirnya usai sudah menjelajahi lantai 2, saatnya kami keluar dan naik lift untuk menuju pintu keluar. Kita akan melewati penjualan cenderamata seperti gantungan kunci dan kaos bertema Tugu Pahlawan atau museum 10 November. Tepat didepan area penjualan cenderamata terdapat foto Surabaya tempo dulu, seperti suasana Jalan Tunjungan Tempo Dulu dengan foto klasik berwarna hitam putih.


foto Tugu Pahlawan pada 1953

Setelah naik lift dan menuju pintu keluar, kami dibawa Cak Rizaldi ke sebuah makam.


Makam pahlawan tak dikenal
Inilah makam tempat bersemayam pahlawan tanpa nama. Saat pembangunan museum banyak ditemukan kerangka para pejuang. Untuk menandai tempat pahlawan tanpa nama ini, maka dibuatkanlah 3 patung  pejuang yang menunjukkan tetap tegak, bertahan dan pejuang gugur dengan senjatanya untuk kemerdekaan.


makam pahlawan tak dikenal


Hikmah apa yang bisa diambil setelah berkunjung ke Tugu Pahlawan dan Museum 10 November ?
Menurut saya, kita bisa menghayati perjuangan arek Suroboyo pada setiap pertempuran yang terjadi di Surabaya pasca proklamasi dan pertempuran perjuangan setelahnya. Bahwa semboyan merdeka atau mati adalah nyata. Dibuktikan dengan hanya bermodal senjata tradisional, arek Suroboyo tidak pernah takut berjuang sampai titik darah penghabisan. Mereka berbagi peran dalam rangka kesuksesan pertempuran. 

Mungkin jika kita bayangkan, apa bisa sebuah bambu runcing bahkan ketapel melawan sekutu dengan senjata modern seperti senapan, pistol, revolver, dan mortar? Ternyata bisa, karena mental arek Suroboyo sungguh luar biasa dalam mempertahankan kemerdekan Republik Indonesia.

Ditempat ini bukan hanya tempat Tugu Pahlawan sebagai icon kota Surabaya. Namun disinilah menjadi saksi pengorbanan pejuang yang rela berkorban demi sebuah kemerdekaan. Hidup untuk sebuah kebebasan. Membuat sebuah refleksi terdalam, apa yang sudah kita berikan pada kota Pahlawan khususnya? Karya apa yang sudah kita persembahkan bagi negeri tercinta, wahai generasi muda?




Terimakasih kepada Dinas Pengendalian Penduduk, Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (DP5A) yang telah memfasilitasi kami dari Forum Anak Surabaya (FAS) untuk mengenal kota Pahlawan dengan program FAS Goes to City Tour 2018, salah satunya dengan kunjungan ditempat bersejarah ini.


Tugu Pahlawan dan Museum 10 Nopember
Jalan Pahlawan Surabaya
Tiket masuk museum : Rp. 5.000,-/orang
Pelajar/mahasiswa : Gratis dengan menunjukkan kartu tanda pelajar/mahasiswa

Jam operasional museum :
Senin s/d Kamis                : 08.00-15.00 WIB
Jum’at                                  : 08.00-14.00 WIB
Minggu                                : 07.00-14.00 WIB



Referensi tambahan :
Buklet Tugu Pahlawan&Museum Sepuluh Nopember
Anshori, Yusak. 2013. Jalan-Jalan Surabaya. Jakarta. PT Elex Media Komputindo
Tugu Pahlawan Bukan Sekedar Penanda Kota Surabaya, 17-18, Ide Indonesia, edisi 05, Juni 2012

44 komentar

  1. Aku paling suka lihat diorama di museum, jadi ada gambaran peristiwa2 dulu itu gimana kejadiannya.

    BalasHapus
  2. Semooga , bisa jalan jalan ke surabaya. Jadi pengen kesana ih. Salam kenal mbak anggraeni. Jangan lupa mampir ke blog aku di arisantiwe.com yaaa hehe

    BalasHapus
  3. Itu museumnya serem nggak sih? Setiap diajak kesana selalu merinding disko :))

    BalasHapus
    Balasan
    1. enggak serem kogh mbak, entar ngajak temen aja kalo kesini hehe :)

      Hapus
  4. Di surabaya banyak banget museum yang wajib kunjung nih kayaknya. Berkunjung ke museum memang bisa bikin kita jadi tau banyak tentang sejarah perjuangan bangsa ya mba. Tfs mba septi

    BalasHapus
    Balasan
    1. banyak mbak museumnya, apalagi Surabaya kota Pahlawan :)

      Hapus
  5. 10 November 1945, Battle of Surabaya. We lost the battle, but we won the war.

    BalasHapus
    Balasan
    1. iya iya, aku gak motoin tulisan itu di pilar hiks :(

      Hapus
  6. Cantik bangeeet ya Mba..ternyata bisa jadi spot wisata yang kereeen

    BalasHapus
  7. Surabaya memang gak ada habisnya, kota yang bersejarah dan kita pun bisa dengan mudah dan murah belajar sekaligus berwisata sejarah

    BalasHapus
    Balasan
    1. bisa jadi lab anak2 saat belajar sejarah ya mba :)

      Hapus
  8. Jadi kangen Tugu Pahlawan deh, terakhir ke sana 2 tahun lalu.

    Sudah gitu ga puas lihat2 gegara ikut tour.
    Pengen datang sendiri biar puas lihat2 di sana :)

    BalasHapus
  9. Semoga suatu saat saya dan keluarga bisa mengunjungi tugu ini. Beberapa kali ke Surabaya cuma numpang lewat doang.

    BalasHapus
  10. wah dulu aku pas ke surabaya sempat ke tugu pahlawan aja. itu pun malam hari. ternyata ada museumnya juga ya

    BalasHapus
    Balasan
    1. iya museumnya dibawah tanah mbak :) jadi kurang terlihat menonjol hehe

      Hapus
  11. Semangat selalu membara saat bahas perjuangan arek-arek Suroboyo.

    BalasHapus
  12. Paling suka ajak anak-anak ke tempat-tempat bersejarah kaya gini. Wisata edukasi ya mba.

    BalasHapus
    Balasan
    1. beneran mba, bisa jadi destinasi wisata edukasi juga buat anak-anak :)

      Hapus
  13. Selama tinggal di Surabaya dulu belum pernah main kesini. Someday kalau main ke Surabaya, mau coba mampir ke tempat-tempat seperti ini deh. Hehehe

    BalasHapus
  14. Surabaya kota kelahiran ayahku.terakhir saya ke sana tahun 2012. Kl ke sana, ingin mampir.

    BalasHapus
  15. Saya ke surabaya belum pernah kesana, baca ulasannya jadi kepegin, semoga pas ada waktu bisa main2 ke tugu pahlawan

    BalasHapus
    Balasan
    1. saya bantu aminkan ya mbak, moga kesampean berkunjung ke Surabaya dan bs wisata ke museum ini :)

      Hapus
  16. Waw Surabaya kota full kenangan dan sejarah ya mba.. pasti bangga jadi arek Suroboyo. Semoga kapan2 ada kesempatan berkunjung

    BalasHapus
    Balasan
    1. bangga dong Mbok, Surabaya kota yang mempesona :)

      Hapus
  17. Someday aku mesti ke Surabaya. ❤❤

    BalasHapus
  18. Wisata sejarah yang sangat bermanfaat untuk anak anak penerus bangas, agar mereka tahu sejarah perjuangan bangsa, tx sudah menulis ini mbak

    BalasHapus
  19. Memang pantas kalau Surabaya disebut kota Pahlawan. Membayangkan dari ulasan di atas aja udah bikin merinding dan terharuuu

    BalasHapus
  20. Wah, anak2 diajak kesini bagus juga yah mba. Napak tilas jaman penjajahan dulu. Di Batam ga ada Museum kayaknya. hihii

    BalasHapus
  21. Perjuangan zaman dulu ya mbak. Dengan adanya museum ini kita bisa cerita ke anak-anak, ini loo perjuangan meraih kemerdekaan

    BalasHapus
  22. Luas banget ya mbak, jadi berharap suatu saat bisa ke sini sama anak-anak untuk mengenal lebih dekat perjuangan arek-arek Suroboyo

    BalasHapus
  23. Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.

    BalasHapus
  24. Ya Allah merinding saya bacanya bun. Inget kesadisan para penjajah jaman dulu. Ga kuat saya ngebayanginnya

    BalasHapus
  25. Sedih banget ya...dibalik kemegahan sebuah bangunan ada kisah yang menyedihkan yang di alami bangsa Indonesia

    BalasHapus
  26. Mbak aku suka baca sejarah seperti ini. .dan sudah pernah ke museum ini. Cuma waktu itu belum selengkap ini. Sepertinya harus ke sini lagi nih

    BalasHapus
  27. Setelah menjadi tempat pembantaian apakah sekarang tugu pahlawan jadi seram mbak? Seumur2 saya belum pernah mampir tugu pahlawan. Hehe

    BalasHapus