(Baca cerita sebelumnya)
Bapak memberiku amplop berisi uang. “untuk pegangan dijalan” katanya. Kuintip uang merah seratus ribu sejumlah sepuluh. "Nanti jika ada apa-apa jangan lupa kabarin." lanjutnya
Bapak memberiku amplop berisi uang. “untuk pegangan dijalan” katanya. Kuintip uang merah seratus ribu sejumlah sepuluh. "Nanti jika ada apa-apa jangan lupa kabarin." lanjutnya
Malam itu
keretaku berangkat. Ibuk tak mengantarku ke stasiun. Aku diantar mbak Erti. Inilah
pertamakali aku pergi ditempat jauh sendiri. Tanpa ada siapapun. Argo Anggrek melaju
dengan cepat. Tak terasa, pagi itu aku sampai di stasiun
Gambir. Berkali-kali aku ambil napas panjang. Aku semakin membuka mata lebar. Jantungku berdegub. Aku
sekarang ada di ibukota. Terlihat tiang Monas dekat denganku.
Dimulai
bulan Ramadhan pertama kali di Jakarta, aku merasakan beratnya kesendirian. Tanpa
kamar yang nyaman seperti dirumah, tanpa lemari es yang selalu tersedia minuman
dingin dan tanpa mesin cuci. Mengatur keuangan yang ternyata sering berantakan.
Dengan capeknya perjalanan ditempat kerja karena melewati tiga kali kemacetan.
Kemacetan di Condet sampai Cililitan, juga ganasnya jalan Kalimalang menuju
Bekasi. Karena aku kecapekan dengan perjalanan ini, akhirnya kugunakan jasa laundry pakaian. Kusisihkan bekal sangu dari Bapak untuk bisa menghemat tenaga
tangan untuk mengkucek baju. Setiap hari bangun pagi-pagi, dan tidur malam
hari. Setiap hari berlari. Setiap hari berkompetisi. Membelah jalanan Jakarta
yang sesak.
Aku
stress dengan masa saat itu. Saat aku kelelahan, aku pilek yang lendirnya bercampur
darah. Dari kecil aku tak pernah bermasalah dengan hidung kecuali pilek biasa
yang akan sembuh perlahan setelah istirahat. Dan malam-malam karena pilek itu, membuat badanku hangat. Pilek
dengan jenis ini sungguh menyiksa. Aku semakin membenamkan diri dalam jaket. Untuk
berjalan membuat tubuhku sempoyongan. Aku juga pernah terlambat datang bulan.
Padahal aku mesti teratur mengenai hal itu. Aku takut terjadi kelainan padaku.
Akhirnya saat siang hari yang panas di bulan puasa, aku menyempatkan browsing.
Dan ternyata dari semua artikel yang aku baca, banyak yang mengatakan salah
satu sebabnya adalah stress. Huifttt
benar. Aku stress luar biasa. Macet dan karakter orang Jakarta diawal
sungguh mengagetkanku. Aku hanya bisa bersabar sampai kereta eksekutif Argo
Anggrek seharga 550ribu membawaku lagi ke Surabaya untuk berlebaran bersama
keluarga.
(bersambung)
#day16
#day16
#30dwcjilid6
Tidak ada komentar