Luigi dan Muntah
Project latian
meta model
Disclaimer :
tulisan ini murni saya buat dari hati terdalam untuk tau proses dan progress
latihan, sehingga terbuka masukan berupa saran dan kritik.
Motivasi : Tulislah
meski hal receh, siapa tau receh-receh kalo ditukerin yang kertas ke indomart jadi bakso
semangkuk *eh. Jadi progress terus maksudnya tadi haha.
Saya selalu (SELALU) berfikir bahwa anak saya Luigi (2y9m)
adalah anak yang hobby muntah. Yang saya maksud hobby disini adalah kesukaan
yang dilakukan berulang-ulang. Sukanya muntah-muntah. Bahkan sampai hari
sebelum TBS saya masih me-limiting belief Luigi tukang muntah.
Limiting belief adalah keyakinan, yang menghalangi untuk merespon secara luas. Efeknya apa ketika punya pikiran dia mudah muntah? Terkadang saya melarang lari-larian karena setelah lari pernah muntah, melarang main jungkir balik (apa ya istilahnya, mungkin gerakan koprol) karena pernah seperti itu dan muntah, dan marah karena harus membereskan muntahan yang banyak. Belum lagi jika mengenai baju atau jilbab saya.
Limiting belief adalah keyakinan, yang menghalangi untuk merespon secara luas. Efeknya apa ketika punya pikiran dia mudah muntah? Terkadang saya melarang lari-larian karena setelah lari pernah muntah, melarang main jungkir balik (apa ya istilahnya, mungkin gerakan koprol) karena pernah seperti itu dan muntah, dan marah karena harus membereskan muntahan yang banyak. Belum lagi jika mengenai baju atau jilbab saya.
Tentu hal ini gak baik, buat saya dan Luigi. Maka saya
harus selesaikan hal ini. Yang saya lakukan pertama pulang dari TBS adalah self
talk.
Self talk adalah berbicara dengan diri sendiri. Seluruh action kita adalah perintah self talk kita sendiri. jika respon terhadap sesuatu kurang memberdayakan, self talk talk bisa dicoba untuk bisa “melihat” lebih detail. Dan berpengaruh pada emosi dan respon yang akan kita pilih. Caranya dengan berdialog untuk mengurai informasi sehingga tampak detilnya.
Self talk adalah berbicara dengan diri sendiri. Seluruh action kita adalah perintah self talk kita sendiri. jika respon terhadap sesuatu kurang memberdayakan, self talk talk bisa dicoba untuk bisa “melihat” lebih detail. Dan berpengaruh pada emosi dan respon yang akan kita pilih. Caranya dengan berdialog untuk mengurai informasi sehingga tampak detilnya.
![]() |
setelah muntah di plaza Gresik, antara atasan dan bawahan ga nyambung hiks |
Self talk antara Septi dan Mama
Lui
Anggaplah ini percakapan diri antara Septi dan Mama Lui
Mama : Lui itu anak yang suka muntah
Mama : Lui itu anak yang suka muntah
Septi : Gimana
tepatnya Luigi jadi anak yang pemuntah?
Mama : Saat tidak ada hujan dan angin, bangun tidur
tanpa aba-aba langsung byooor -muntah-, naik travel ke desa muntah, batuk sebentar
muntah, AC kurang dingin yang bikin berkeringat lalu muntah. Lui ini nangis aja muntah, apalagi ketawa-ketawa ngakak juga muntah. Kena sendok dengan nasi yang dilebihkan dikit, muntah.
Yang paling saya ingat adalah saat maen di playground Gresik. Malam itu tumben dia maunya maen puzzle aja dan jumperoo. Sesekali prosotan. Saya kogh gak enak lihat wajahnya.
Yang paling saya ingat adalah saat maen di playground Gresik. Malam itu tumben dia maunya maen puzzle aja dan jumperoo. Sesekali prosotan. Saya kogh gak enak lihat wajahnya.
Entah saya feeling dia bakalan muntah, saya bawalah dengan
segera kedepan playground mall, dan langsung byor. Saya tadain di tangan saya.
Ternyata tangan satu enggak cukup. Saya tadahin dua tangan. Ya Allah, saya sendiri
saat itu. Lalu gimana nasib muntahan di kedua tangan saya, saya buang kemana?
Cari kresek di tas juga gak bisa, tangannya cuma dua udah kepakek semua.
Sementara Luigi rada mewek, dengan mata berkaca-kaca dan wajahnya memerah.
Panik, pasti, tapi saya coba tenang. Secepat kilat
saya bilang “Lui tolong bajunya diangkat Nak, mama mau taruh muntah di baju
Lui”. Karena tanpa memindahkan muntahan, saya bahkan gak bisa hanya untuk
mencari tisu basah di tas. Ok akhirnya dia menadahkan bajunya untuk muntahan di
tangan saya. Lalu mikir secepat kilat, gimana caranya lepas baju yang ada
tadahan muntahan dengan tidak mengenai wajahnya.
Akhirnya muntahan tadi saya gulung-gulung bersama
baju sampai keatas supaya bisa dilepas keatas. Dan kain baju yang tidak terkena
muntahan, saya gunakan sebagai lap tangan seadanya untuk nyari tisu basah.
Juga untuk nyiapin baju ganti buat Lui. Yang bikin jadi pengalaman mendalam
adalah karena saat Luigi muntah-muntah saya dilihatin orang-orang yang lewat,
hiks. Malu.
Saat itu mbak penjaga playground cuma liatin aja, gak bantu atau nanyak “ibu
gak papa?”, dan saya sebel dia bilang ”tadi apa juga muntah didalam Buk?” saya
sebelnya udah gak bantuin malah nanyak gitu. Padahal kalo sekarang dipikir ya
wajarlah dia tanya begitu.
Pernah juga ke Lab buat tes darah, belum diambil darahnya tetiba muntah. Saya gak bawa baju ganti dia juga, belom lagi jilbab saya penuh muntahannya. Apa yang saya lakukan? Nitip Lui di Lab, nyuci jilbab yang kena muntahan di wastafel, pulang kerumah ambil baju ganti dan saya sendiri juga ganti jilbab. Balik ke Lab lagi.
Ah banyaklah kisah-kisah muntah yang lain, dan khasnya kalo muntah, Luigi gak ngira-ngira. Langsung byor dan semua susu atau makanan dikeluarkan tanpa sisa :'(
Pernah juga ke Lab buat tes darah, belum diambil darahnya tetiba muntah. Saya gak bawa baju ganti dia juga, belom lagi jilbab saya penuh muntahannya. Apa yang saya lakukan? Nitip Lui di Lab, nyuci jilbab yang kena muntahan di wastafel, pulang kerumah ambil baju ganti dan saya sendiri juga ganti jilbab. Balik ke Lab lagi.
Ah banyaklah kisah-kisah muntah yang lain, dan khasnya kalo muntah, Luigi gak ngira-ngira. Langsung byor dan semua susu atau makanan dikeluarkan tanpa sisa :'(
Septi : Sudah
dibawa ke dokter?
Mama : Sudah. Dokter anak subspesialis nutrisi anaknya
bilang wajar untuk anak dengan oral
motor disorder kayak Luigi mudah muntah. Saya pernah nanya, apa perlu obat
anti mual dok? Tidak. Lama-lama akan normal sendiri seiring kemampuan
oromotornya yang membaik.
Saya pernah juga konsultasi ke dokter anak subspesialis
gastro dan kata beliau tidak ada masalah dengan pencernaan Luigi. Kalo tidak ingin muntah
ya setelah makan jangan lari-larian.
Septi : Emang
sekarang masih ada gangguan oromotorik?
Mama : Enggak sih, khan Lui udah enggak terapi dan sudah
bisa makan
Septi : Apakah
setiap hari Luigi muntah?
Mama : Tentu tidak dong, dulu saat dia masih terapi
oromotorik pasti ada kalanya ada adegan muntah. Sekarang dia sudah bisa makan,
jadi berkurang muntahnya.
Septi : Berkurang
gimana? Berarti berapa kali muntahnya?
Mama : Seminggu sekali ada muntah satu kali, eh tapi
minggu kemarin enggak muntah sih. Berarti sekitar 2 minggu tidak muntah,
seingatku.
Septi : Biasanya
kalo sebelum muntah, Luigi habis makan apa? Atau habis minum? Habis ngapain?
Mama : Tidak bisa diprediksi, tapi seingat saya
muntahnya setelah makan atau minum susu
Septi : Makan
apa?
Mama : Ya makan seperti biasa
Septi : Susu
apa?
Mama : Ya susu seperti biasa
Septi : Yuk
dihitung, setelah tadi malam muntah, sebelumnya dia muntah dua minggu lalu,
benar? Mama : Iya
Septi : Dalam
dua minggu dia HANYA muntah sekali?
Mama : Benar
Septi : Luigi
tidak setiap hari muntah khan?
Mama : Tidak
Septi : Berarti
Luigi PERNAH tidak muntah khan?
Mama : Iya pernah
Septi : Lebih
sering muntahnya atau tidak?
Mama : Sering tidak muntahnya.
Berarti muntah dua minggu sekali itu bukan tukang
muntah. Tukang muntah itu kalo setiap detik muntah dan pasti ada sebabnya.
Ok berarti keyakinan Luigi tukang muntah, gugur.
Dibuang kemana keyakinan tidak benar itu? dibawah jembatan Suramadu, jauh. Lalu
dimakan ikan.
Latian asosiasi disosiasi
Kali ini saya melakukan perseptual position, suatu teknik yang mengajarkan bagaimana "walking in another's shoes" dan mengajak saya mendalami apa yang dirasakan Luigi. Dalam teknik ini saya "menghadirkan" diri saya sendiri, Luigi, dan suami sebagai penasehat.
Ayah
Ayah
Bayangkan kamu hamil, mual, dan dilarang muntah sama suamimu?
Gimana perasaamu?
Aku
Sedih dan merana. Aku pasti bilang “aku juga enggak
pengen mual, dia datang sendiri tanpa bisa dikendalikan” dan aku bisa ngomong
langsung ke kamu
Ayah
Apalagi Luigi yang masih kecil,
Luigi
Mama, mungkin kalo aku bisa ngomong, aku bakalan
bilang “emang muntah itu kepengenku? Kenapa mama enggak ngecek susunya mungkin,
atau makannya kebanyakan apa enggak” tapi sayangnya aku gak bisa ngomong gitu, aku
gak bisa bales.
Ayah
Luigi tidak minta untuk muntah. Lalu kenapa kamu sebagai
mamanya malah marahin dia. Dia yang ngerasain sakit.
Luigi
Aku juga berfikir kenapa aku harus muntah ya? harus
beda sama teman yang makan sambil larian-larian juga gak kenapa-napa?”
Ayah
buat Luigi, dia butuh support, dia butuh kita orangtua,
nyariin solusi.
Mama
(Peluk Lui)
Reframing
Framing adalah makna pertama yang kita pilih terhadap suatu peristiwa. Sedangkan reframing adalah mengubah cara pandang untuk memilih respon yang memberdayakan. Memberi
makna baru.
Fakta : Luigi mudah muntah
Discouraging frame : Luigi si tukang
muntah
Emosi yang muncul : marah
Respon : ngomel kalo Lui
muntah
Reframe : Alhamdulillah
Luigi muntah artinya Allah memberi “tanda”. Tanda ada yang kurang beres dengan perutnya.
Entah karena makannya, atau minumannya, bahkan aktivitasnya. Jika tanpa “tanda”,
tentu kamu tidak mau terjadi sesuatu yang buruk mendadak terjadi padanya khan?
Emosi yang muncul : netral
Respon : menyiapkan briefing
and role playing untuk Luigi sebelum dan saat menghadapi muntah
Tanggal 20
November 2018 malam Luigi muntah tapi dia sambil merem. Tapi karena
menulis latian diatas setelah TBS saya jadi tenang. Dan beresin muntahan dengan
seneng, karena saya anggap muntah itu kotoran. Saya bayangin daun-daun basah
kena hujan depan rumah yang kudu disapu supaya bersih.
Di pagi
yang hangat 21 November 2018
Mama : Tadi malam Lui muntah, Lui ingat enggak Lui
batuk sebentar trus muntah?
Lui : Titik muntae Ma (sedikit muntahnya Ma).
Mama : (Peluk Lui) maaf ya kalo Luigi muntah mama
marah. Ternyata mama yang salah, pasti Lui enggak enak ya muntah malah
dimarain, maafin mama ya, mama gak ngerti selama ini.
Lui : (gelendotan sambil nyimak)
Mama : Mama setelah ini akan bantu Luigi supaya lebih
nyaman kalo muntah. Kalo Lui muntah, Lui ngerasain apa sih sebelumnya?
Lui : Enggak lapo-lapo Ma. (enggak ngapa-ngapain)
*mungkin dia kurang jelas maksud saya
Mama : Sebelum Lui muntah itu apa yang sebelumnya Lui
rasain, perutnya sakit ya?
Lui : Iyo ma.
Mama : Kalo Luigi merasa perutnya sakit dan mau
muntah, Lui bilang mama ya? Biar mama siapin wadah muntah. Atau kalo gak tahan,
Lui langsung lari ke kamar mandi ya?
Lui : iyo
Mama : kalo Lui udah kebelet banget dan gak bs lari
kekamar mandi lui kasih kode pegang mulut ya. Biar Mama cepet-cepet angkat ke
kamar mandi? Kayak gini nutup tangannya (peragain nutup tangan)
Lui : he em, mulut iki ta? (mulut yang ini kah?)
Mama : iya bener. OK tos, (peluk lagi)
Jadi, apa yang Mama persiapkan menghadapi
anak muntah :
1.
Briefing alarm. Mengajari mengenali tanda mau
muntah.
2.
Role playing. Kode saat mau muntah dan minum air
putih setelah muntah.
3. Bikin data, kapan muntah seminggu ini, jam
berapa, habis makan apa, kegiatan apa. Agar ketajaman indera lebih peka, dan
mencari solusi yang sesuai sebabnya.
Apa yang Mama lakukan saat anak
muntah :
1.
Selesaikan emosinya.
Misalnya dengan “eh ini artinya tanda dari
Allah ada yang kurang beres dengan anak”, atau “anak gak minta buat muntah loh”
2.
Ungkapkan perasaan dengan benar.
Kadang kalo anak muntah kita ini sebenarnya khawatir khan? tapi kenapa respon yang muncul jadi marah. Jadi ketika anak muntah, ungkapkan emosi yang benar. Misalnya dengan mengatakan “kalau mau
muntah lagi ndak papa, diteruskan aja Nak. Ada mama disini” atau “Mana yang
sakit?.
3.
Memberi air putih setelah muntah agar tidak
dehidrasi. Kadang anak setelah muntah menolak diberi apapun. Bisa katakan
misalnya “sambil Lui minum air putih, sementara Mama beresin muntahnya ya”
4.
Membereskan muntahan dengan hati lapang
Misalnya dengan cara divisualkan ini cuma hal
kecil. “ah khan ini daun-daun kering yang jatuh kena hujan, bayangin bau hujan,
dan bersihkan dengan senyum”
Alhamdulillah muntah semalam, akhirnya jadi moment
buat selesaikan keyakinan yang gak memberdayakan. Kalopun Luigi muntah lagi,
yang penting ikhtiar menyelesaikan emosi ini beres. Gak papa muntah artinya
Allah kasih tanda ada yang kurang beres sama kesehatan Lui. Jadi saya lebih
peka untuk menajamkan indera. Dan ternyata anak itu mudah memaafkan lo.
Catatan 22 November 2018
Edit per 30 November
Pada (26/11) atau 4 hari setelah saya menulis ini Luigi muntah tapi jalan sendiri dikamar mandi jadi saya hanya tinggal siram air, dan (29/11) Lui muntah lagi dan kasih aba-aba kalo dia mau muntah. Practice makes progress ya Nak. Terimakasih atas kebaikannya :)
Edit per 30 November
Pada (26/11) atau 4 hari setelah saya menulis ini Luigi muntah tapi jalan sendiri dikamar mandi jadi saya hanya tinggal siram air, dan (29/11) Lui muntah lagi dan kasih aba-aba kalo dia mau muntah. Practice makes progress ya Nak. Terimakasih atas kebaikannya :)
2 komentar
Peluk mama cantik, dibalik wajah cantik nan manisnya, tersimpan beban yang selalu bisa diatasi karena selalu mau belajar.
BalasHapusAahhh salutt pada mama cantikkk..
Semangat selalu yaa..
Membaca ini, bagaikan lagi di siram air es.
Dingin sekaligus menusuk.
Teringat saya sedemikian galaknya kalau si kakak muntah.
Ya Allah, anak saya dulu sakit2an, tapi ternyata saya masih lebih ringan bebannya dibanding mama Lui.
Tapi saya kadang merasa, orang yang paling menderita di dunia ini, hiks..
Makasih banyak udah berbagi mama cantik 😘😘😍
Haha saya juga galak kogh mbak, kalo Lui muntah. Rasanya mau bilang tuh khan muntah lagi muntah lagi, beresin muntahan lagi xixi. Tapi namanya Ibu belajarnya tiada henti.
HapusTerimakasih banyak ya mbak udah baca curhatan receh ini, dan mengapresiasinya. Kita sama-sama belajar :)