Sekitar 420 pecatur kategori Pra Sekolah, SD Kelas 1-3, SD Kelas 4-6, SMP dan SMA, meramaikan Kejuaraan Catur Pelajar Tingkat Nasional ITB86 Bidak Ganesha Ke-4.
Atlet junior dari Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa
Timur, Banten, Daerah Istimewa Yogyakarta, Daerah Khusus (DK) Jakarta,
Kalimantan Barat, Riau, dan Sumatera Selatan dipertemukan di GOR Jatinangor ITB
pada 1 September 2024.
Turnamen tingkat
nasional pertama yang diikuti Luigi ini, merupakan kiprah ITB86 dalam dunia
pendidikan khususnya olahraga. ITB86 merupakan sebutan untuk komunitas alumni
Institut Teknologi Bandung (ITB) angkatan 1986, 86 juga merujuk kata 8ageur 6eulis.
ITB86 telah
menyelenggarakan 3 kali Kejuaraan Catur Tingkat Nasional, yaitu pada 2016,
2019, dan 2023. Tahun ini penyelenggaraan ke-4 dengan total hadiah Rp86 juta
untuk 94 pemenang. Dengan dukungan sponsor PT. PERTAMINA (Persero), PT. DEWATA,
PT. REYCOM DOCUMENT SOLUSI, PT. TELKOM INDONESIA, Tbk, PT. SOLO MURNI , PT.
FREEPORT Indonesia , PT. BAHANA TCW INVESTMENT MANAGEMENT, PT. SUMBER MEGA JAYA
dan banyak lainnya.
Kejuaraan Catur
Pelajar Tingkat Nasional ITB86 Bidak Ganesha yang ke-4 Tahun 2024 ini dihadiri
oleh Rektor ITB Prof. Reini Wirahadikusumah, Ph.D., perwakilan KONI, dan
PERCASI Bandung-Jawa Barat juga para sponsor.
Menggunakan sistem
Catur Cepat 15 menit + 5 detik (increment), turnamen catur ini dilaksanakan tanpa
melibatkan event organizer loh. Semua dilakukan secara mandiri oleh panitia
Alumni ITB86, unit catur mahasiswa ITB PERCAMA dan warga Jatinangor. Luar
biasa, bukan?
Ikut Nggak Ya?
Luigi menjadi
satu-satunya atlet asal Kabupaten Gresik Jawa Timur yang mengikuti Kejuaraan
Catur Pelajar Tingkat Nasional ITB86 Bidak Ganesha yang ke-4. Berbekal iseng
mencoba mendaftar, akhirnya Luigi yang mendapat kuota, mengingat 5 hari setelah
dibuka, kuota langsung ludes.
Dibalik kesuksesan
mendapatkan kuota, sebenarnya Ayahnya ragu dan tidak setuju mendaftarkan Luigi
pada Bidak Ganesha. Bagi Ayah, Luigi belum saatnya mengikuti turnamen sebesar
ini. Namun aku meyakinkan bahwa ini adalah langkah awal Luigi peroleh
pengalaman pada tingkat nasional.
Selain itu Ayah nggak
pernah ke Bandung. Setali tiga uang. Aku juga tak pernah, namun aku yakinkan
Ayah bahwa banyak kemudahan transportasi menuju ITB. Pada 20 Juni 2024, saat
Luigi memperebutkan golden ticket Kejurprov, ia mendapat kuota dengan nomor
peserta 320.
Untuk menentukan
itinerary, kami membahas cukup lama. Karena ternyata Jatinangor itu di
Kabupaten Sumedang, bukan kota Bandung. Sehingga kira-kira begini itinerary
kami bertiga :
(Baca juga : Rasanya Naik KA Pasundan ke Bidak Ganesha)
Dari Bandung Ke Jatinagor
Pagi yang dingin. Kami
bertiga masih bermalas-masalan. Setelah salat Shubuh, tidur lagi. Lalu aku menyempatkan
diri berjalan kaki ke Jalan Braga (lagi). Hingga langkahku terhenti di Museum
Konferensi Asia Afrika. Cerita selengkapnya pada halaman lain ya.
Nggak lama disana, aku
segera balik karena jam 10.45 kami harus pindah hotel di Jatinangor Sumedang.
Pesan gocar Rp.130ribu (belum termasuk tol) hingga tibalah kami di Hotel Dhika
Serenity Jatinangor.
(Baca juga : Menyusuri Jalan Braga)
Ponsel yang Mati
Tepat jam 12 siang,
kami sudah mendapatkan kunci kamar. Luigi eksplore semua fasilitas kamar dan
mandi. Jam 13.30 ia mengajak ke kolam renang.
“nanti capek, di
Gresik aja renangnya” kataku.
“Nggak, aku mau disini
renangnya”, jawabnya.
Kami bertiga pun naik
(lupa lantai berapa) menuju kolam renang. Jembatan Cincin terlihat jelas dari
kolam renang, semakin menambah keindahan Dhika Sherenity. Kita nggak lama
karena hape Ayah tiba-tiba mati. Hp Ayah nggak bisa diapa-apain sama sekali.
Aku ikut panik.
Kita harus tetap melanjutkan
kegiatan selanjutnya yakni mengambil perlengkapan di ITB Jatinangor. Dari hotel
ke kampus ITB Jatinangor nggak jauh, paling 10 menit. Jam 3 sore kami udah
nyampe. Panitia mempersilahkan Luigi masuk untuk melihat lokasi pertandingan
sambil nunggu loket dibuka jam 4 sore.
Selesai mengambil
perlengkapan, kaos di tas perlengkapan lomba dibuka. Luigi pun bergaya di depan
tugu Twibbon. Senangnya lagi adalah 5 foto Luigi berada tepat di bawah tulisan Calon
Pecatur Kelas Dunia. Meski ini kebetulan, namun menjadi yang kami syukuri sore
itu.
Kami harus segera
balik ke hotel. Setelah menaruh aku dan Luigi ke hotel, Ayah membawa hapeku
pergi ke tempat service hp di sekitar
Jatinangor. Untungnya sopir taxi online
berbaik hari untuk mengantar dan mencarikan tempat service.
Ayah harus bertanya ke
2 toko. Entah hpnya diapain, Hp Ayah akhirnya bisa menyala. Alhamdulillah. Ayah
balik lagi ke hotel menggunakan ojek daring. Aku dan Luigi yang menunggu di
kamar GF 05 ikut deg-degan menunggu kabar.
Bayangkan saja, tiket
kereta api kepulangan kami, tiket hotel (kami rencana pindah hotel lagi setelah
bertanding, yang dekat stasiun Kiara Condong, Bandung) ada di hp Ayah. Huhu. Hanya karena Allah saja semua bisa
teratasi. Terima kasih juga Pak taxi online.
Proses Bertanding
Pagi ini Luigi bangun
dengan ceria. Malamnya sejak jam 8 ia sudah tidur, sangat nyenyak. Sebelum bertanding Luigi hanya sarapan Popmie. Jam 7 pagi
kami sudah bersiap di lobby hotel, menunggu taxi online. Jam 7.09 kami sudah
sampai di GOR ITB Jatinangor.
Setelah pembukaan, aku
kira para orangtua masih bisa menunggu di tribun. Ternyata lokasi pertandingan
steril hanya ada peserta, wasit dan panitia.
Sesuatu terjadi. Jam catur Luigi masih menyala. Hah, kok bisa? Sejak kapan? Usut punya usut, sejak Porkab Gresik. Berarti sudah 5 hari jam catur menyala di dalam tas. Harus ada baterei cadangan ini.
Tanya panitia yang menyewakan jam catur ternyata tidak
menjual baterai. Tanpa pikir panjang, Ayah langsung keluar dari kampus
Jatinangor menuju IndoApril untuk membeli baterai.
dok penulis |
Babak 1 Luigi (putih)
lawan Zach (Jakarta Pusat) hasil 0-1 (kalah)
Babak 2 Luigi (hitam)
lawan Tamlikha Gian (Majalengka) hasil 1-0 (menang)
Babak 3 Luigi (putih)
lawan Saverio Immanuel (Bogor) hasil 1-0 (menang)
Babak 4 Luigi (hitam)
lawan Clayton Trevor (Sukabumi) hasil 1-0 (menang)
Babak 5 Luigi (putih)
lawan Jotika (Karawang) hasil 0-1 (kalah)
Babak 6 Luigi (hitam)
lawan Ryusha Raito (Cimahi) hasil 1-0 (menang)
Babak 7 Luigi (putih)
lawan Kent (Bogor) hasil 1-0 (menang)
Sehingga dari 7 babak,
Luigi peroleh 5 poin dari 5x menang dan 2x kalah.
dokumentasi panitia ITB86 Bidak Ganesha Ke-4 |
dokumentasi panitia ITB86 Bidak Ganesha Ke-4 |
dokumentasi panitia ITB86 Bidak Ganesha Ke-4 |
Oia, ada cerita unik. Clayton
yang dikalahkan Luigi pada babak 4 malah mendekati Luigi dan terus ngikutin
Luigi.
“aku teman kamu di x
(menyebutkan salah satu lembaga belajar catur)” kata Clayton
Akhirnya Luigi dan
Clayton foto bersama. Tak lupa mereka berdua foto bareng Banyu Wiguna yang
salaman dengan Luigi pada pembukaan. Sebenarnya Luigi dan Banyu pernah saling
bertemu di sebuah camp pembelajaran
catur. Namun mungkin mereka lupa. Hehe.
Luigi, Clayton dan Banyu Wiguna |
Menurut jurnalis
harian Kompas - Wisnu Widiantoro - menyebutkan bahwa setiap atlet akan
meluapkan ekspresinya. Ekspresi ini tergantung besarnya emosi dan tekanan
psikologis yang dialami masing-masing.
Semakin besar emosi
dan tekanan psikologis maka seseorang akan lebih ekspresif untuk
mengungkapkannya. Unsur kompetisi untuk menjadi yang terbaik adalah pemicu
"meledaknya" ekspresi atlet.
Menunduk adalah
ledakan emosi untuk menunjukkan kesedihan Luigi pada kekalahan babak pertama.
Kami tidak membebani Luigi dengan apapun. Apalagi lawannya pada babak 1 adalah
juara Kejurnas tahun sebelumnya. Sementara saat Kejurnas, Luigi belum mengenal
catur.
Berbeda di kekalahan babak ke 5 yang membuatnya menangis. Luigi benar-benar berkecamuk setelah
ditundukkan oleh atlet asal Karawang, Jawa Barat. Kami, Ayah dan Mamanya selalu
ada untuk Luigi, baik kalah dan menang.
Ia mencoba merebahkan
tubuhnya di atas alas kertas kado untuk menenangkan diri. Hingga Luigi bangkit
dan raih poin pada 2 babak terakhir.
Drama Babak Terakhir
Entah bagaimana
ceritanya ketika sudah banyak anak-anak lalu lalang keluar ruang pertandingan,
Luigi belum terlihat. Saat itu aku menunggu tepat di pintu keluar. Kaki rasanya
nggak bisa napak bumi. Sebegitukah kamu berjuang, Nak? Sehingga kamu belum juga
menyelesaikan pertandingan. Gumamku.
Ayahnya bolak balik tanya, “gimana Luigi? gimana Luigi?”. Masalahnya jam 16.26 Luigi juga tidak terlihat batang hidungnya. Padahal harusnya jam 16.00 semua orangtua sudah boleh masuk ruang pertandingan karena dianggap telah selesai.
Ayah terpaksa masuk melihatnya
dari jauh di Tribun. Ternyata Luigi masih main. Luigi dan lawannya adalah SATU-SATUNYA meja yang tersisa. Mereka berdua dikerubungi wasit dan panitia.
Juga ada satu orang perempuan yang ada disitu.
Setelah itu, barulah
kami tahu dari cerita Luigi. Bahwa peserta yang bolak balik dipanggil di ruang
tunggu orangtua adalah lawan Luigi pada babak terakhir.
Usut punya usut, si
anak ini salah tempat duduk. Asumsinya, pairing sudah diketahui orangtua
sebelum anak-anak masuk ruang pertandingan. Sehingga harusnya setiap peserta
sudah tahu di meja berapa mereka bertanding.
Ketika pertandingan
sudah dimulai, Luigi juga memencet jam catur. Detik dan menit berjalan, seiring
lawannya yang belum nongol. Hingga akhirnya si lawan Luigi ditemukan. Dia salah
tempat duduk. Ia malah berada di kursi sebelah, juga tanpa lawan.
Saat itulah, wasit negosiasi
pada Luigi. Waktu yang sudah berjalan, diulang. Luigi diberi waktu 15 menit,
sementara lawannya 10 menit. Entah gimana ceritanya Luigi setuju. Sementara sang Ibu lawan berada di
belakang anaknya.
“fokus Kent, fokus
Kent!!!” teriak Ibu untuk menyemangati si anak.
Bukankah ruang
pertandingan steril? Mungkin karena Luigi cukup terganggu suara sang Ibu, ia
pun melawan.
“steril, steril!!!”
pekik Luigi yang ditujukan pada sang Ibu dan wasit. Namun wasit juga tak
mengusir seperti kami semua diperintahkan keluar dari Tribun sejak babak 1.
Hingga akhirnya
kemenangan berada pada pihak Luigi. Lawannya nangis tak karuan.
Pertanyaannya? Kenapa
sang wasit tidak memeriksa dan memastikan tempat duduk setiap peserta?. Kedua,
kenapa setelah waktu berjalan dan si lawan ditemukan (yang tak jauh dari meja
Luigi) malah Luigi di nego untuk mengulang waktu dari awal.
Meski Luigi diberi waktu
lebih yakni 15 menit dan lawannya 10 menit, namun dimana letak keadilannya?
Aturan dari mana ini? Bukankah ini turnamen tingkat nasional.
Sayang sekali, babak
terakhir yang menjadi penentuan, yang menjadi penutupan kenangan indah, malah
diwarnai drama salah tempat duduk. Mengulang jam catur, hingga nego wasit kepada
Luigi. Iya jika Luigi menang, jika kalah? Siapakah yang dirugikan sebenarnya?
Karena drama babak
terakhir inilah, seluruh agenda penutupan mundur. Termasuk hasil akhir dari
chessresult kelas 1-3 SD Putra. Chessresult usia Luigi baru muncul pada proses
penyerahan hadiah kategori PAUD/TK.
Dengan segala perjuangan
ini, rezekinya Luigi ternyata peringkat 10 terbaik dan menjadi juara Harapan
VII. Alhamdulillah.
Drama selanjutnya adalah ketika semua pemenang juara 1-9 kategori kelas 1-3 SD Putra dipanggil ke atas panggung. Panitia buru-buru memberikan hadiah kepada juara 1. Anda tidak salah baca.
Hanya sampai 9 atlet saja
yang dipanggil ke panggung. Nama Luigi Kautsarrazky tidak dipanggil. Hingga
Ayahnya dengan sigab naik panggung. Menghentikan prosesi pembagian hadiah, dan
menanyakan kepada MC.
Ayah Luigi naik panggung. Kejepret tim dokumentasi panitia ITB86 Bidak Ganesha Ke-4 |
Kata salah satu Ibu MC, semua sudah dipanggil sampai juara harapan VII. Ayah Luigi memastikan bahwa yang maju masih 9 anak. Namun sang Ibu MC yakin semua telah sesuai. Menyadari ada yang kurang, barulah nama Luigi dipanggil MC.
Meski Luigi juga kebingungan, karena awalnya sudah senang akan
naik panggung, ternyata berhenti di peringkat 9, eh ternyata dipanggil juga ke
panggung. Sambil ragu dan lelah, ia naik panggung sambil diyakinkan Ayah.
Buatku momen tidak
bisa diulang. Ketika MC tidak memanggil salah satu juara, dan hadiah sudah
dibagi, maka momen foto bersama ini bakalan hilang. Jika Ayahnya tidak segera
naik panggung, mungkin Luigi hanya foto sendiri karena semua pemenang sudah
turun panggung mengingat masih banyak juara kategori yang belum dipanggil.
Luigi sebagai Juara Harapan VII. dok penulis |
dokumentasi panitia ITB86 Bidak Ganesha Ke-4 |
Setitik kekecewaan ini, rasanya tak layak terus
diingat sementara kami banyak mencecap banyak kebaikan panitia Kejuaraan Catur
Pelajar Tingkat Nasional ITB86 Bidak Ganesha Ke-4. Justru dengan juga menulis kebaikan panitia, maka hanya hal indah saja yang terus menerus kami ingat. Selamanya.
Kerennya Panitia Kejuaraan Catur Pelajar Tingkat Nasional ITB86 Bidak Ganesha Ke-4
Adanya Kategori Pra Sekolah
Tak banyak turnamen
yang mengadakan kategori usia Pra Sekolah. Namun inilah uniknya ITB86 Bidak
Ganesha. Bahkan peserta termuda usia 4 tahun 4 bulan.
dokumentasi panitia ITB86 Bidak Ganesha Ke-4 |
Juara Disesuaikan Dengan Persentase Peserta
Adil tidak selalu
sama. Itulah yang aku tangkap dari perubahan komposisi hadiah di setiap
kategori. Jika semua kategori diambil 10 juara, maka pada kategori TK/PAUD
Putri peluang kemenangannya adalah 83% dengan jumlah peserta hanya 12 anak.
Sedangkan kategori SD Kelas 4-6 Putra peluang kemenangannya hanya 10% dengan
100 peserta.
“dengan
mempertimbangkan asas keadilan/fairness
bagi seluruh peserta untuk berpeluang menjadi juara di setiap kategori, pada
tanggal 16 Juni 2024 panitia bersepakat mengubah komposisi hadiah juara ITB86
Bidak Ganesha ke-4 dengan tetap menyiapkan dana total sebanyak Rp.86 juta”. Ungkap Bayu Hanggoro, ketua panitia ITB86 Bidak Ganesha ke-4.
awalnya pembagian hadiah seperti |
hadiah yang dijadikan acuan Kejuaraan Catur Pelajar Tingkat Nasional ITB86 Bidak Ganesha Ke-4 |
Grup WA Digembok Sampai Hari H
Nah ini sangat amat
aku sukai. Jujur aja, pengalaman mengikuti grup turneman, kadang info penting
dari panitia tenggelam, akibat peserta grup yang share hal-hal tidak penting yang tidak berhubungan dengan lomba atau
catur.
Bahkan untuk segala pertanyaan, admin grup Pak Bayu Hanggoro tidak menerima japri. Semua pertanyaan, keluhan dan saran terpusat melalui email di web Bidak Ganesha.
Pak Bayu juga sering mengingatkan acara dengan Hitung
Mundur sebelum 1 September agar kami benar-benar mempersiapkan diri. Beliau
baru membuka gembok grup WA setelah selesai acara.
Twibbon Tak Sekadar Formalitas
Selama ini yang aku
tahu, tujuan adanya Twibbon adalah selain sebagai media promosi suatu acara,
juga sebagai tanda keikutsertaan peserta. Namun panitia ITB86 Bidak Ganesha
Ke-4 membuat Twibbon peserta yang dikirim tidak sekadar unggah foto semata.
Semua foto Twibbon dicetak
dan dijadikan tugu 4 sisi dengan lebar 1,2 m. Tugu ini ditempatkan di area outdoor sehingga peserta dan seluruh
keluarga bisa berfoto bersama.
dok penulis |
Yang bikin rada mbrebes mili adalah doa dalam judul tugunya
“Calon Pecatur Kelas Dunia”. Semoga dari ITB86 Bidak Ganesha ke-4 melahirkan GM
Magnus Carlsen, GM Susanto Megaranto dan WGM Irene Kharisma Sukandar
selanjutnya. Yang kelak mengharumkan nama Indonesia di kancah dunia melalui
olahraga catur. Amin.
Memastikan Semua Kursi Terisi Penuh
Panitia menargetkan
418 kursi terisi penuh. Sang ketua panitia tak segan membagikan turnamen catur
di Kediri Jawa Timur (total hadiah 53 juta) yang tanggal penyelenggaraannya
berbarengan dengan ITB86 Bidak Ganesha Ke-4.
Juga turnamen di
Pasuruan sehari sebelumnya (31 Agustus 2024) dengan total hadiah 100 juta.
Turnamen catur di Kediri dan Pasuruan juga tingkat nasional dan diselenggarakan
oleh lembaga pemerintah.
Pak Bayu selalu
menekankan, siapapun yang mengundurkan diri untuk menyampaikan kepada panitia
agar TIDAK ada kursi kosong. Betapa susahnya mendapatkan kuota ITB86 Bidak
Ganesha Ke-4 ini yang sold hanya 5
hari saja. Sehingga yang mengharapkan bisa berkompetisi namun tidak kebagian
kuota di ITB86 Bidak Ganesha bisa menggantikan.
Pengambilan Perlengkapan H-1
Ada perlengkapan yang
harus diambil peserta pada H-1. Dalam 1 tas, ada banyak perlengkapan yang dibagikan
antara lain kaos peserta, ID card, buku notasi catur, pin Bidak Ganesha,
pulpen, tumbler 500ml, dan snack.
Sebagai orangtua dan
peserta yang pertama kali menginjakkan kaki di bumi Jatinangor khususnya ITB,
adanya momen pengambilan perlengkapan peserta adalah momen yang pas untuk
mengenal medan. Termasuk mengira-ngira waktu tempuh menuju lokasi.
Luigi juga bisa
melihat langsung tempat dimana ia besok pagi berjuang. Sehingga hari H, ia
tidak kaget dan bisa cepat menyesuaikan diri. Dia bisa tahu, seperti apa lokasi
pertandingan, dimana letak kamar mandi dan suasananya.
Pada pengambilan
perlengkapan ini juga kami jadikan momen untuk berfoto di tugu Twibbon. Aku
mengira, pada hari H bakalan banyak yang mengantri foto. Mending sekarang saja.
Sambutan yang Ringkas
Acara technical meeting dan sambutan-sambutan
yang ringkas. Tidak menghabiskan banyak waktu meski ada beberapa orang yang
sambutan. Baik dari ketua panitia, ITB dan juga sponsor. Sehingga babak 1 tepat
dimulai pukul 9 tet.
dok penulis |
Penyediaan Refill Air Minum
Olahraga catur seakan
tidak mengeluarkan keringat seperti pelari, namun sesungguhnya membutuhkan
cairan yang cukup selama bertanding. Pemain catur duduk selama berjam-jam bahkan
bisa seharian.
Penelitian menyebutkan
kurang minum bisa menyebabkan dehidrasi sehingga lebih sulit berkonsentrasi.
Apalagi turnamennya di GOR, yang meski diberi kipas juga bakalan tetap panas.
Dari beberapa turnamen
yang diikuti oleh Luigi, hanya ITB86 Bidak Ganesha Ke-4 satu-satunya yang menyediakan air mineral di galon. Panitia tidak
membagikan botol plastik sekali minum. Setiap peserta bisa isi ulang
menggunakan tumbler yang sudah dibagikan. Tas atlet pun tak berat dengan botol minum.
dok penulis |
Panitia Khusus Liaison Officer (LO)
Ada sekitar 15 Ibu-Ibu
panitia yang mendampingi peserta khususnya PAUD/TK dan kelas 1-3 SD. Ketua
panitia Pak Bayu Hanggoro menyebut Ibu-Ibu dengan ragam profesi ini sebagai
Liaison Officer (LO). Panitia khusus ini adalah ibu rumah tangga, nenek,
manajer, CEO, owner perusahaan, pengusaha, guru, dosen, profesor, apoteker,
arsitek dan lainnya.
Panitia khusus ini,
tugasnya juga khusus. Mereka tidak akan membiarkan atlet cilik bingung ataupun
ketakutan berada di ruangan besar tanpa orang yang dikenal.
Merekalah yang memastikan
kenyamanan duduk peserta, mengantar ke toilet saat di ruang pertandingan dan
yang penting lagi dengan kesabarannya, Ibu-Ibu tangguh inilah yang mengantarkan
peserta cilik bertemu kedua orangtuanya lagi setelah bertanding.
Kata ketua panitia, pengalaman mengurus cuculah yang menjadi
pegangan panitia untuk menjaga para atlet cilik dan seluruh peserta Bidak
Ganesha.
Fotografer Handal
Meski orangtua tidak
boleh ada di ruang pertandingan, namun ada panitia bagian dokumentasi.
Bidikannya yang unik, akan menjadi kenangan peserta kelak. Bahwa ia pernah
berjuang dan menambah persaudaraan dengan sesama pecatur cilik di GOR ITB
Jatinangor pada 1 September 2024.
salah satu jepretan panitia |
Panggung Hiburan dan Odong-Odong
Selama menunggu
anak-anak bertanding, kami para orangtua dimanjakan dengan panggung hiburan, talk show berbagai tema, bazar dengan
aneka makanan dan jajanan.
Juga odong-odong yang
siap membawa kami mengenal dan berkeliling kampus ITB Jatinangor. Bahkan pada
jam istirahat, shalat, makan (ishoma) Luigi sempat mencobanya juga. Seru banget
katanya.
senangnya berkeliling Institut Teknologi Bandung, Jatinangor |
Fasilitas di Lokasi Bertanding
Belum lagi makan siang
dan snack untuk peserta, kamar mandi
banyak (bahkan bisa untuk mandi), musholla, ruang istirahat, dan orangtua boleh
gelar tikar.
makanan yang sangat ramah anak, ayam tanpa pulang bikin lahap. Dok penulis |
Sejujurnya aku nggak
bawa tikar karena menganggap bahwa orangtua boleh duduk di tribun, ternyata
harus steril. Untunglah kami sempat beli kertas kado di IndoApril, lumayan untuk
lesehan darurat. Tempat Luigi merebahkan tubuh, melepaskan lelah dan juga
sebagai titik kumpul usai bertanding. Tempat bercerita kalah dan menang.
Belum lagi banyak spot foto menarik, yang bisa dijadikan kenangan sekeluarga di ITB86 Bidak Ganesha Ke-4.
Atas banyak masukan
wali atlet, panitia juga berbaik hati menambah pekerjaan dengan mengirim
sertifikat kepada semua pemenang setelah juara 3, gratis. Sehingga meski Luigi
peringkat 10, tetap mendapat sertifikat 2 minggu usai turnamen.
Panitia juga masih
membuka pembelian merchandise setelah
acara meski dalam waktu singkat. Setidaknya Luigi masih bisa pesan kaos hitam
dan jaket ITB86 Bidak Ganesha Ke-4 sebagai kenangan.
panitia dilakukan secara mandiri tanpa EO, dokumentasi panitia ITB86 Bidak Ganesha Ke-4 |
Aku berdoa, semoga
seluruh panitia Kejuaraan Catur Pelajar Tingkat Nasional ITB86 Bidak Ganesha
Ke-4 selalu diberikan kesehatan, kelancaran rezeki dan kemudahan dalam semua urusannya.
Hingga Kejuaraan Catur Pelajar Tingkat
Nasional ITB86 Bidak Ganesha terus ada, ke-5, 6, 7………….ke-99 hingga
ratusan. Amin.
Referensi :
Penjelasan
Bayu Hanggoro di grup WA ITB86 Bidak Ganesha Ke-4 Tahun 2024
https://www.kompas.id/baca/olahraga/2021/06/07/reacts-dalam-foto-olahraga
Haetami Mimi dkk. (2022). Status Dehidrasi Setelah Latihan
Man to Man Pada Cabang Olahraga Futsal,
Jurnal Pendidikan Olahraga, Vol 11, Hal 317-329
Congraaats Luigi 🎉🎉🎉😘. Semakin lama, semakin tinggi kompetisinya yaaa. Semoga nanti Luigi benar2 bisa menjadi juara catur dunia 👍👍.
BalasHapusTerlepas dari drama yg anaknya salah duduk, aku bingung juga kenapa itu ibu bisa ada di situ, bukannya steril harusnya. Dan ga dilarang juri. Sebel deh kalo tahu ada yg begini 😔. Anaknya sampe nangis pas kalah, teriakan ibunya juga bikin pressure dia meningkat kali yaa.
Hasil foto dari staff di sana bagus2 loh mba 👍👍. Walopun ga bisa masuk tp dpt dokumentasi begini, seneng juga pastinya