Makan
bawang putih bisa nyembuhin Covid-19!!!
Kayaknya kalimat
ini sering seliweran di media sosial atau grup Whatapp ya. Padahal hal ini
nggak bener atau hoaks. Makan bawang putih boleh-boleh saja, buat jaga
kesehatan namun nggak secara langsung bisa bunuh virus.
Hari ini
ada banyak banget hoaks yang beredar di masyarakat melalui media sosial. Apalagi
masa pandemi seperti sekarang ini. Belum lagi hoaks mengenai vaksin dari yang
terkesan logis hingga yang jelas ngawur. Bikin kita jadi bingung, atau bahkan
percaya dan menyebarkan pada orang lain. Waduh !!!
Alhamdulillah saja yang diberi kesempatan belajar Cek Fakta Kesehatan yang diselenggarakan oleh komunitas Indonesian Social Blogpreneur dan Tempo Institute dari Tempo Cek Fakta. Cek Fakta Kesehatan adalah salah satu program Felloship Global Health yang diselenggarakan Cek Fakta Tempo bermitra dengan Facebook.
Apa itu Hoaks?
Menurut
laman kbbi.kemdikbud.go.id, hoaks adalah informasi bohong : mereka menungumpulkan –
yang lalu lalang di banyak milis. Berarti hoaks disini adalah berita yang tidak
benar.
Tujuan hoaks
ada beberapa hal diantaranya :
1.
Jurnalisme yang lemah
2.
Buat lucu-lucuan
3.
Sengaja membuat provokasi
4.
Mencari uang (klit bait – iklan)
5.
Gerakan politik
6.
Propaganda
Perjalanan Hoaks di Indonesia
Berita bohong
atau hoaks sebenarnya sejak dulu sudah ada. Bahkan setua peradaban manusia.
Namun dengan era internet, tanpa
administrasi batas negara, bisa cepat menyebar, bahkan hingga ujung kampung.
Hoaks di Indonesia
masif digunakan terutama pada tahun 2014, sebagai alat pemenangan politik. Sebenarnya
sebelum 2014 hoaks memang ada di Indonesia, namun tidak semasif 2014. Berita
bohong pada masa itu sengaja diproduksi, dan melibatkan uang juga sumber saya
cukup besar.
Hoaks digunakan
untuk menyerang lawan. Yang difokuskan biasanya berkenaan dengan isu soal
identitas dan agama, agar citra lawan menjadi buruk dimata pemilih. Dan akhirnya
ini menyebabkan masyarakat terbelah cukup kuat karena calonnya cuma 2.
Hoaks pada
masa pemilu berlanjut ketika Ahok Vs Anies Baswedan berebut kursi nomor 1 di
DKI Jakarta. Hingga kemudian berlanjut lagi
pilpres tahun 2019 dimana kedua pihak sudah sama-sama pakai hoaks sebagai
senjata untuk mendulang suara.
Hal ini
berkaitan hingga tahun 2020 ketemu pandemi. Hoaks yang berkembang akhirnya
terjadi karena polarisasi, misalnya di tingkat oposisi pemerintah. Fanatisme pada
calon tertentu bisa jadi penyebab kenapa orang gampang termakan hoaks.
Selama ini
sanksi yang digunakan untuk penyebar hoaks dikenakan dengan UU ITE. Masalahnya tidak
semua hal bisa diselesaikan secara hukum karena kenyatannya literasi digital
masyarakat Indonesia tergolong rendah. Hal ini tentu menjadi tugas negara untuk
menyelesaikan pendidikan literasi.
Cara Mengidentifikasi Situs Abal-Abal
Tahu ngak
ada sekitar 900.000 situs penyebar hoaks di Indonesia. Jadi kita harus tahu bagaimana
cara cek situs abal-abal secara mandiri
1.
Cek alamat situs kredible atau tidak,
Contohnya situs Tempo misalnya harus berbadan hukum, harus ada penanggung
jawab, alamat kantor. Kalo publik mau komplain bisa karena ada alamatnya. Situsnya
ada di dewan pers apa nggak. Untuk kita tahu dibalik situs yang sedang dibaca
bisa cek di domainbigdata(dot)com. Hati-hati dengan situs yang menggunakan nama
domain mirip dengan domain yang asudah da, misalnya temposumatera.com. Padahal
Tempo cuma ada Tempo.Com saja.
2.
Perhatikan detail visual
Misalnya fontnya, atau gambar logo yang buruk.
3.
Perhatikan iklan
Kadang mengganggu pembaca karena lebih banyak iklannya. Bahkan ada situs yang
lebih banyak iklannya daripada beritanya.
4.
Perhatikan ciri-ciri pakem media.
Setiap media punya ciri khasnya beda. Misalnya cara menulis tanggal di
badan beritanya. Termasuk harus tahu hyperlink mengarah ke situs yang mana,
narasumber kredible atau tidak, cara menulis tanggal.
5.
Cek about us
Kadang media abal-abal itu anonim. Padahal sesuai Undang-Undang Pers, media
harus berbadan hukum dan ada penanggung jawabnya. Bahkan mencantumkan Pedoman
Pemberitaan Media Siber.
6.
Waspadai judul sensasional
Kadang ini dilakukan untuk klik bait agar mendapat keuntungan iklan saja. Sehingga
jangan hanya baca judulnya saja, harus baca hingga selesai.
7.
Cek situs mainstream
Untuk memastikan apakah berita di situs layak dipercaya atau tidak, kita
juga bisa cek di situs mainstream. Apakah situs lain juga memuat beritanya atau
tidak. Karena biasanya ada situs pencuri konten.
Cara Memverifikasi Video
Kita bisa
pakai kata kunci di mesin pencari seperti youtube, facebook, twitter dan
instagram. Caranya kita screen capture bagian video dengan cara manual,
masukkan ke reverse image tools. Gunakan InVID buat memfragmentasi video secara
otomatis. Tipsnya perhatikan dialek orang yang berbicara.
Cara Cek Gambar
Pernah melihat
di media sosial Kartini yang berhijab? Ternyata foto itu editan loh. Padahal sudah
banyak banget yang percaya. Kita bisa cek kebenaran suatu gambar melalui mesin
pencari misalnya Google, Yandex.com, Bing atau Tin Eye.
Jika kita
menggunakan Tin Eye, kita bisa filter pencarian dan pilih yang tertua /
terlama. Sehingga tahu situs mana yang pertama kali mempublikasikan poto.
Tips
menganalisa poto adalah perhatikan tanda-tanda khusus misalnya :
Nama gedungnya
dan bentuk bangunan, nama jalan, plat nomor kendaraan, huruf yang menandakan
bahasa, bentuk jalan, tugu atau monumen.
Hoaks Kesehatan Pada Masa Pandemi adalah Isu Serius
Sebanyak
61,8% masyarakat Indonesia adalah pengguna aktif media sosial dengan durasi
rata-rata 3 jam/hari (data dari We Are social, 2021). Dengan penduduk yang
besar, angka segitu cukup banyak.
Sementara Masyarakat Anti Fitnah Indonesia (Mafindo) meneliti ada 86 hoaks dalam setahun pada 2019 menjadi 519 dalam setengah tahun pada 2020. Dan Kementerian Kominfo mencatat ada 1.471 hoaks terkait Covid-19 tersebar di berbagai media hingga 11 Maret 2021.
Kalo sekarang pasti lebih banyak dari data ini karena sudah mulai vaksin. Ini membuktikan bahwa infodemik sangat masif persebarannya. Sehingga hal ini adalah isu serius yang harus kita bahas untuk meningkatkan literasi digital.
Sebagai
asunsi, misinformasi adalah informasinya salah dan orang yang menyebarkan tidak
tahu jika berita tersebut tidak benar. Sedangkan disinformasi adalah
informasinya salah, orangnya yang menyebarkan juga tahu bahwa itu hoaks dan
sengaja menyebarjan. Misalnya seperti rumor Covid-19 tidak ada, itu hanya
rekayasa dll.
Dampaknya
Menyebabkan kebingungan dan kepanikan masyarakat. Sudah kita rasakan di awal pandemi tahun lalu. Pas kita karantina pada stres. Terus juga ketidakpercayaan masyarakat pada pemerintah dan pengetahuan sains. Hingga menyebabkan lonjakan kasus efek karena liburan. Apalagi perubahan kebijakan pemerintah.
Lalu demotivasi melakukan perilaku protektif yang direkomendasikan. Contoh mudik mereka menerobos, padahal pesan pentingnya bukan di mudiknya namun mobilitasnya, ada juga yang masih nggak mau pakai masker.
Di Iran
ada 480 orang yang meninggal dan 2.000 orang sakit karena meminim metanol yang
dipercaya bisa menyembuhkan Covid-19. Luar biasa dampaknya informasi hoaks
kesehatan, bukan?
Mengenal Infodemik
Dalam pembahasan
ilmiah, kita harus kenalan dulu yang namanya Infodemik. Karena istilah ini yang
sering digunakan. Infodemik adalah arus informasi yang terlalu banyak,
persebaran banyak termasuk informasi yang salah atau menyesatkan.
Sehingga
kita sulit menemukan sumber atau panduan yang dapat dipercaya.
Untuk
melawan infodemik, maka platform digital harus dibuat lebih akuntabel,
mis/disinformasi dilacak dan diverifikasi, serta kemampuan literasi digital
masyarakat ditingkatkan. Apalagi di Indonesia masih berada nomor 3 kategori
sedang yang artinya belum memiliki literasi digital yang baik.
Kritis sebelum Sharing
Misalnya ada
sebuah berita yang ini ada infodemik. Jika infodemik tidak dikendalikan
secepatnya, kurvanya akan semakin meluas. Dibutuhkan orang-orang yang kritis
untuk menghalau arus informasi dari awal.
Lihat gambar dibawah ini.
Disini ada individu A sebelum mengirimkan rumor di grup
chat, tapi hanya berhenti di dia. Lalu individu B mendapatkan informasi dari
media yang terpercaya, maka infodemik akan berhenti dia dia. Individu C, dia
melakukan double cek dulu sebelum membagikan, individu D tanya dulu dimana
mendapat informasi ini, apakah ini benar apa salah. Sehingga infodemik tidak
menyebar. Karena pengendalian infodemik dari hulu.
Kemampuan Dasar Cek Data Kesehatan
Ini adalah
kemampuan dasar agar kita bisa secara mandiri cek fakta kesehatan benar atau
hoaks.
1.
Cek Sumber Aslinya
darimana rumor itu, siapa yang membagikan, yang susah mengendalikan dari
grup WA,
2.
Jangan Hanya Baca Judulnya
Karena banyak yang membuat judul provokatif atau sensasional
3.
Identifikasi Penulis
Telusuri kredibilitasnya, google namanya, nyata-kah dia
4.
Cek Tanggalnya
Apakah ini informasinya terbaru, up to date, judul gambar, statistik yang
diberikan apakah yang terbaru.
5.
Cek Organisasi Pemeriksa Fakta
Di Tempo ada Tempo Cek Fakta. Di liputan 6 juga ada.
6.
Cek bias
Bias pribadi, fanatisme, terlalu mengagungkan atau membenci sesorang, bisa kayak
akti vaksin.
7.
Cek bukti pendukung lain
Jika penulis kredible biasanya ada pendukung lain, maksudnya di artikel
lain di cek juga
Selain kemampuan dasar yang tadi, ada tools juga untuk kritis berita pada bidang kesehatan yakni berpijak pada Sumber referensi terpercaya, karena kesehatan rujukannya seperti WHO, organisasi pencegahan penyakit diluar, IDI, web resmi lainnya. Kita cek nama domainnya, ciri khas, gov atau edu, diskusi langsung pada ahlinya, dan jurnal ilmiah.
Jika jurnal jika kesehatan ada yang indeks bagus atau yang
kurang. Nggak semua jurnal kredible, jurnal pun banyak yang predator, banyak
yang ngajak peneliti dengan bayar. Kita bisa cek di jurnal di google schoolar.
Penutup
Untuk
menyelesaikan pandemi, dibutuhkan kerjasama semua masyarakat. Dibutuhkan juga
cara berpikir yang kritis. Hal ini untuk menghalau informasi salah mengenai
Covid-19 yang banyak beredar di media sosial. Yuk kita sebarkan saring
sebelum sharing.
Ada hoaks buat lucu2an. Kadang lucu sih tapi sering juga sebal karena merasa dibohongi wkwkwk. Perlu nih kita semua belajar tentang cek fakta seperti ini supaya tidak termakan hoaks.
BalasHapusBahkan, seorang Eriik Thohir aja tergelincir dalam hoaks, ya. Terlepas dari kemungkinan bahwa Erick Thohir sangat ingin melihat pandemi Covid-19 berlalu, agar pemerintah tidak lagi harus mengeluarkan ribuan triliun dan ekonomi bangkit kembali.... ini menjadi bukti bahwa memang sangat nggak mudah membedakan hoax atau info valid.
BalasHapusApalagi di kalangan rakyat jelata.
Semogaaaa, corona segera hengkang bener2 bersih dari planet Bumi.
Yap, ini Perasaan yang dimiliki setiap manusia di manapun ia berada.
Hoaks ini masih merajalela memang. Balik lagi sih ke kitanya, apakah dengan mudahnya menerima atau nggak. Jadi bisa berpikir jernih dulu, dan sebaiknya nggak usah langsung klik link nya juga sih. Ngeri ya
BalasHapusSaring sebelum sharing, setuju!....
BalasHapusBeneran ya betapa kekuatan hoaks ini bisa sangat berbahaya. Banyak yang tergiring oleh informasi yang tak sesuai fakta.
Maka adanya lembaga yang melakukan Cek Fakta akan sebuah berita pasti akan mampu meluruskan hoaks yang beredar di masyarakat kita
Iya, 2014 tuh jadi semacam perang di media ya. Hoax di lawan dengan hoax pula, sampai ada yang terpancing emosinya lalu berantem gara-gara berita hoax.
BalasHapusSebagai pembaca dan pencari informasi, kita memang harus jadi pembaca yang cerdas, mampu menganalisis sumber informasi yang kredibel
Plus minus nya media sosial ya gini ini ya mbak.
BalasHapusBanyak bertebaran hoax yang kalau gak dicerna dan difilter dengan baik. Bakal jadi provokasi
virus corona mati kena sinar matahari
BalasHapusorang rajin wudu gak bakal terpapar virus corona, duh kalo ingat hoaks merajalela rasanya sedih banget ya?
apalagi melanda ibu2 sepuh yang hanya tahu dari WAG pengajian dan WAG keluarga
Gak lucu banget ya kalo serba-serbi Covid 19 pun dijadikan hoaks. Justru yang terjadi malah munculnya persepsi yang berlawanan di tengah masyarakat. Contohnya aja hoaks ttg obat covid.
BalasHapusJaman sekarang cek fakta itu harus. Saya ga beran yg share apapun sebelum tahu kebenarannya. Hoax ada dimana-mana. Sementara pertanggungjawaban kita nanti kan ga tahu kita bisa apa enggak ya ...
BalasHapusSaring sebelum sharing. Setuju banget. Kadang saya suka gemes aja kalo dapat sharing berita di WAG tapi ternyata hoaks. Apalagi pas zamannya kampanye, aduh miris banget deh...
BalasHapusDan masyarakat banyak yg termakan alias percaya hoax. Jangankan kalangan bawah, kalangan atas aja percaya. Dan jadi perdebatan di WAG keluarga, pro dan kontra, akhirnya ribut.. huhu
BalasHapusBanyak sekarang ini berita hoak, jadi lebih bijaklah untuk ber sosmed, jangan langsung di share kalau Terima berita sebaiknya di cek dulu
BalasHapusSemakin banyaknya media on line dan kebebasan menulis, kemungkinan membaca berita hoax memang tinggi banget. Pihak yg menurut saya harus bertanggungjawab di step awal adalah si sumber berita
BalasHapusSaring sebelum sharing. Setuju! Lah, gimana? Aku yakin, banyak banget orang yang main share aja padahal dia sendiri sebetulnya belum membaca sampai tuntas. Maksimal cuma baca judulnya thok. Kalau sampai meluas, tahu sendiri, fatal akibatnya. Bisa terjadi fitnah sampai kekisruhan ekonomi, kesehatan, sampai politik, ya.
BalasHapusIni kudu dibaca nih sama teman-teman yang mudah termakan hoaks. Eh, itu juga kalau mereka mau meluangkan waktu buat membaca ya, hiks ...
Itu namanya pseudo-sains. Terlihat seperti ilmiah, makan bawang putih supaya gak kena covid, tapi sesungguhnya itu membohongi publik. Sebagai netizen cerdas, kita harus rajin cek dan ricek informasi yang kita terima. Jangan langsung ditelan begitu aja.
BalasHapusAlhamdulillah sekarang aku dah mahir sih dalam mendeteksi situs yang nggak bener. Cuma sekarang tuh ya, main problemnya bukan cuma penyebar hoaks tapi orang-orang yang share that easily gitu loh kak. Contoh video anak-anak pakai baju SD yang nyebrang sungai pakai gantungan gitu. Yang nyebar banyak. Bilang mereka sekoalh susah. Eh padahal mereka kan cuma main. Di sebelah ada kok jembatan. Nah, ini membuktikan semua orang terlalu cepat share dan terlalu cepat berkesimpulan bahkan pada hal-hal sepele.
BalasHapusBetul sekali mbak selama pandemi ini kasus hoax serem banget ya mbak apalagi yang beredar di wag keluarga besar itu. Kadang gemes banget jadinya
BalasHapusInfo bermanfaat seperti ini layak banget buat dishare, supaya semakin banyak yang paham bagaimana cara membedakan berita hoaks.
BalasHapusHarus diakui memang sangat nggak mudah membedakan hoax atau info valid di tengah gempuran informasi yang beredar di media sosial.
BalasHapusSaring sebelum sharing itu penting bangeet, sayangnya masih banyak masyarakat yang belum melek untuk cek fakta sebelum menyebarluaskan berita yang mereka dapat. Terutama orang tua sepuh yang baru mengenal medsos,ya, hehehe
Ih memang ya, Mbak. Yang namanya penyebar hoaks bikin kita sebel. Belum lagi kalau hoaksnya seolah2 serem, lama2 bikin stress sendiri. Dari artikel ini jadi tahu tujuan disebarkan hoaks banyak sekali sampai peopanda segala. Sehebat itu ya pengaruh hoaks. Bismillah kudu pintar menerima informasi dan menyebarkan informasi.
BalasHapusPaling sebal kalau hoaks itu beredar di grup keluarga terus yg nyebarin justru orang yg dituakan.
BalasHapusPerlu nih pembelajaran cara cek hoaks ini disebarluaskan agar masyarakat makin cerdas.
Bener banget itu euy, kebanyakan cuma baca judul terus males nyari berita yg benar. Banyak banget kejadian di WAG. Trus kalau saya ingatkan kalau itu hoaks, ngeles, jawabnya, kan cuma share...huf...ngeselin ama yg kayak gitu...
BalasHapusHoax di Indonesia paling parah di era pilpres dan pilkada. Kedua pihak saling serang. saling menyebarkan hoax dan kebencian. Bahkan sampai sekarang pun masih ada. Kalau nggak pandai-pandai memilah berita, ya ujung-ujungnya malah jadi korban hoax juga.
BalasHapusDampak penyebaran hoax memang sangat besar. Apalagi yang literasinya sangat rendah, pasti jadi sasaran empuk hoax.
Beruntung ya, sekarang cek berita hoax juga lebih mudah. Makasih sharingnya.
Aku sendiri sangat berhati-hati kalau mau share info. Retweet pun gak begitu mudahnya klik. Karena gak tau itu info benar-benar terpecaya atau tidak. Khawatirnya hoax dan bisa merugikan. Apalagi sampai ke hukum.
BalasHapusIya, sejarah hoax setua peradaban manusia. Ini menyedihkan karena ketika sudah bisa membaca pun orang masih lebih percaya pada hoax daripada kenyataan.
BalasHapusKebanyakan tidak bisa mengenali struktur hoax dan tidak tahu apa keuntungan si pembuatnya
Di tengah masyarakat Indonesia yang minim sekali kemampuan literasi, hoax memang mudah sekali menyebar. Lantas kemudian seolah-olah menjadi fakta. Padahal hoax.
BalasHapusPenting adanya kemampuan dan kemauan untuk kroscek kembali kebenaran sebuah berita. Agar nggak jadi menyebarkan hoax.
Berita hoaks naik tajam. Apalagi di masa pandemi. Motifnya provokasi ini yang juga nggak kalah berbahaya. Padahal, biasanya karena nggak punya ilmunya aja. Sepakat, harus teliti dengan berita. Cek sumber. Bahkan gunakan pembanding. Makasih mbak artikelnya
BalasHapusPara penyebar hoax kadang tahu apa yang disebarnya salah, tapi karena dia pengin mencari pendapat/informasi yang sejalan dengan pikirannya, makanya selalu diteruskan. Yang begini kalau dikasih tahu malah lebih galak :D
BalasHapusHoaks saat covid melanda? Wah udah sampe sebel banget setiap buka grup WA masih ada aja yang share yang hoak2 mba. Sebel aku.
BalasHapusDan faktanya, banyak yg percaya hoax. Gak kenal usia dan pendidikan. Bahkan di WAG keluarga hampir tiap hari ada Broadcast Hoax haduh
BalasHapusBanyak banget jumlah situs hoax itu ya Mbak, sampai 900 ribu situs. Ada banyak topik yang rentan mengandung konten hoaks, dan topik kesehatan ini memang termasuk yang paling banyak, jadi memang harus waspada dan kroscek kalau dapat info yang meragukan
BalasHapusmiris ya kak, yang post informasi kesehatan malah situs abal2,
BalasHapusemang garus banyak diedukasi biar masyarakat indonesia nggak gampang kemakan berita yang ga jelas, apalagi kalau yang sangkut pautnya sama kesehatan ini
Banyak ya sekarang info2 hoax seputar covid ini memang bahaya banget. Bahkan setahu saya ada juga youtubers yang nyebar hoax tentang covid...hadeh... tak hanya itu, kadang di group2 WA saya banyak yang nyebar berita hoax,,,bikin gak nyaman ya ! hahaha
BalasHapusAkhir-akhir ini hoax serem banget ya kak begitu banyaknya menyerang Kita. Apalagi kalau yang termakan hoax itu keluarga dekat Kita jadi sedih banget kan
BalasHapusNgomongin soal hoax di masa pandemi ini jadi ingat kejadian tahun lalu pas awal pandemi. Kami dikagetkan telpon tengah malam yang nyuruh buat rebus telur sejumlah orang dalam rumah. Telurnya buat dimakan biar gak kena Corona. Informasi itu menyebar dari mulut ke mulut lewat telpon. Akhirnya kampung geger dan semua berburu ke penjual telur. Saya yang gak percaya hal tsb jadi kena marah sama ibu. Paginya setelah dicek, info itu asalnya dari video editan. Hadeeeuuhhh....
BalasHapusBenci maksimal Ama penyebar hoax.
Nah ini, hampir setiap hari ada berita hoax di berbagai grup WA. Paling sering di grup RT/RW. Duh, mau ngingetin sampek males, karena ujung-ujungnya dipleroki tetangga. Hmm. padahal bahaya bener.
BalasHapusiya nih dengan kondisi yang seperti saat ini hoax gampang banget nyebarnya yaaa, bahkan di grupkeluarga besar juga artikel yang belum tentu bener hilir mudik di share tanpa diliat dulu kebenaranya huhuhu,
BalasHapusemang penting banget nih buat cek ricek dulu sebelum share infonya apalagi soal info kesehatan terkait pandemi ini, duuhh udah serius baca, forward eh ternyata zonk kan sayang banget :(
BalasHapusMakin k sini buanyaaakkk bgt hoax ya
BalasHapusJangankan RakJel, para pejabat (kayak Erick Thohir) aja bisa terjerat hoax juga kok
Semoga kita makin bijak memanfaatkan dunia digital.
Aku ikut juga workshop ini ..menarik banget ya jadi belajar banyak untuk lebih hati-hati lagi...
BalasHapusSekarang byk hoaks seputar makanan & vitamin anti virus. Ortu & suami biasanya tanya aku, trus aku yg cari faktanya. Ortu krn gaptek, suami krn sibuk.
BalasHapusMemang berita yang sedang viral ini mengundang banyak pembaca dan pasti tergelitik untuk sharing. Padahal belum tentu kebenarannya. Hanya ada perasaan bangga ketika menyebarkannya pertama kali.
BalasHapusHarus cek and ricek dulu yaa..
Aku inget-inget cara ceknya menggunakan reverse image tools dan tiny eye.
Sangat membantu sekali.
Haturnuhun.
Hadeuh iya banget di sosmed terutama grup emak2 tu banyak banget hoax2 sampai stress sendiri kalau mau kasi tahu malah ditentang bla bla, akhirnya demi kesehatan mental mute2 aja yg gk mau dibaca :(
BalasHapusMemang sebaiknya kalau dapat info ditanyakan dulu ke hlinya ketimbang ikutan ngeshare yg gak jelas, sebaiknya stop di kita kalau dapat BC2 hoax
saat sekarang salah satu perang paling besar yang kti hadapi adalah infodemi ya.. ada begitu banyak info dan keterangan yang palsu dan tidak bisa dipertanggungjawabkan, Kita tidak boleh langsung percaya sebelum terbukti kebenarannnya
BalasHapussaya sedih banget terkait hoax ini, Mba. Banyak teman-temanku yang percaya pada hoax yang didapatnya dari grup-grup wa, padahal mereka orang-orang berpendidikan tapi tetap aja termakan berita hoax
BalasHapusWah, ada istilah jurnal predator, apa tuh mba contohnya?
BalasHapusKhawatir juga nih dengan kondisi infodemik yang sedemikian masif, tak diimbangi pula dengan tingkat literasi yang cukup. Kepanikan bisa muncul dengan mudahnya pada kondisi yang seperti ini. Tugas kita nih sebagai bloger untuk membantu share cek fakta kesehatan ini. Yuk sama-sama belajar lebih baik agar bisa turut andil mengedukasi literasi digital pada masyarakat.
Hoax tentang kesehatan paling banyak dan paling berbahaya juga. Sekarang tinggal kitanya yang mesti saring semua informasi yang dibutuhkan + jangan gampang share juga kalau belum tahu kebenaran suatu berita. Thanks sudah mengingatkan, Kak
BalasHapusMakin ngeri ya sekarang banyak berita hoaks. Kita harus makin pinter nih biar gak kemakan berita bohong
BalasHapusNggak jauh-jauh, hoax paling banyak bertebaran di WAG keluarga mwkwkw, kadang capek udah dijelasin eh nggak percaya. Tapi emang kita yang lebih paham, kudu sabar untuk menjelaskan mana yang benar sih, bahaya banget soalnya hoax ini
BalasHapusAkhir-akhir ini hoax serem banget ya kak begitu banyaknya menyerang Kita. Apalagi kalau yang termakan hoax itu keluarga dekat Kita jadi sedih banget kan, prinsip saya saring dulu sebelum sharing
BalasHapusSebelum menyebarkan ada baiknya untuk memeriksa kebenaran berita tersebut baru disebarkan. Jangan ngasal nyebarkan tanpa mencek kebenarannya terlebih dahulu.
BalasHapusM4IN DI WEB L4IN Z0NK MULU?? CARI S1TUS B0L4 , C4S1N0 DAN SL0T S4NA S1NI NGG4K AD4 YG C0C0K??? N1HH JAW4BANYA!! L4NG5UNG CEK PURNAMA 4D
BalasHapusPR0SES DP/WD MUD4H & CEP4T, TANP4 M3NUNGGU L4MA (>///<)
BURU4N YUK, GA4BUNG BER5AMA K4M1
1KUTI 3VENT-EV3NT MEN4R1K D4RI K4MI SET14P H4RI NYA
D3P0S1T P4K4I PUL54 T4NPA P0T0NG4N !!
* M1N D3P0 5 R1BU
* N3W MEMB3R 20% (4LL G4MES)
* B0NUS H4R1AN 10%
LINK : heylink,me/purnama4dgacor/
(K0M4 DIG4NTI T1T1K)
W4 : +6282160966398