Pengalaman Pengajian Virtual Luigi Bersama Rumah Krucil

 

Akhirnya Luigi merasakan juga belajar secara virtual dengan aplikasi telekonferensi Zoom Meeting. Dulu saya tidak percaya pembelajaran anak usia dini bisa dilalui jarak jauh. Sepengetahuan saya, anak-anak bisa belajar melalui rekaman belajar yang diunggah di kanal Youtube.

 

Namun, pandemi Covid-19 membuat semuanya berubah, dan cara mendapat ilmu mulai bertransformasi. Tidak hanya untuk para dewasa, namun juga menyasar anak-anak.

 

Pada awal pandemi, saban hari saya mengamati para teman-teman yang curhat di media sosial mengenai cerita pembelajaran daring. Mulai zoom yang lupa di rename sehingga dianggap penyusup (padahal itu laptop Ibunya :p), ada yang caper nggak mau mematikan tombol mute dan ingin terus ngomong.

 

Atau ada yang nggak bisa duduk diam untuk fokus menyimak guru dikelas virtual. Saya tidak pernah merasakan hal itu karena Luigi tidak belum sekolah.




Siang itu, tiba-tiba tangan saya melihat status WA Rumah Krucil (padahal saya ini hampir nggak pernah kepo status teman). Mata saya tertuju pada pamflet ada kelas zoom dengan tema unik. Bukan tentang baca, tulis, hitung, namun pengajian. Judulnya Kenalan dengan Jin dan Malaikat.

 

Saat itu juga saya tawarkan kepada Luigi ada kelas seperti yang biasa mama lakukan di laptop. Saya tekankan ini live dan menjelaskan pula tema kelasnya. Apa yang ada dipikiran dia??? “oh jin itu yang ada di teko dan digosok keluar jinnya itu ya Ma?” sumpah saya nggak berhenti ngakak. Wkwk :D

 

Saya izin Ayahnya dan minta transfer ke penyelenggara. Beliau setuju. Luigi hanya sekadar dibriefing singkat, karena acaranya ya sore itu. Lalu dia saya minta tidur sebentar. Ketika membangunkan juga sesuai kesepatakan yakni di elus-elus lehernya. Katanya biar geli jadi bisa bangun.

 

Namun setengah jam sebelum kelas dimulai, Luigi masih belum bangun. Hingga saya angkat dia, gendong, lalu ia tersadar perlahan. Matanya terbuka pelan, sesekali menutup kembali.

 

Tidak menunggu lama, terdengar suara teman-temannya di laptop. Ia pun mandi sebentar dan segera duduk di meja belajarnya. Huift Luigi akhirnya merasakan pengajian virtual.




Sebenarnya kelas ini untuk anak usia 6-12 tahun. Kenapa Luigi saya ikutkan padahal usianya masih 5 tahun? Untuk mengenalkan padanya kelas daring, yang dimana ia bisa bertemu dengan teman dan guru dari layar.

 

Saya tidak memberi tahu bagaimana cara non-aktifkan suara atau kamera. Ya karena memang tujuannya sesimple itu. Saya juga tidak berharap banyak jika memang dia tidak paham penjelasan pembicara.

 

Ternyata pengajian ini seperti dongeng, namun dengan tema keagamaan. Bahkan ada beberapa slide yang mencuplik ayat-ayat Al-Qur’an. MashaAllah.

 

Saya mengamati mulut mungilnya yang sesekali menguap karena tidur siang sebentar. Sebelum pembicara masuk kelas, kakak dari penyelenggara menanyakan ke anak-anak sudah pada shalat Ashar atau belum. Sontak semua menjawab sudah.





Pembicara sore kali itu (8/4) dipanggil Kak Dimas. Ia sempat mengapresiasi peserta yang selalu ikut kelasnya dimanapun. Sebelumnya kak Dimas mengenalkan dulu temanya. Dan menekankan temanya nggak akan seram.

 

Kak Dimas bertanya kepada anak-anak, mengenai penciptaan malaikat, manusia dan jin.

Malaikat diciptakan dari apa? Anak-anak sontak menjawab “cahaya”

Manusia diciptakan dari apa? Tanah

Jin diciptakan dari apa? Bocah cilik pada menjawab dari api.

 

Kak Dimas menambahkan api yang menyala-nyala. Tetapi bukan sembarang api, tapi dari api neraka yang panasnya 70x lipat lebih panas daripada api di dunia. Lalu ia tanya lagi, “warna api neraka apa?” anak-anak jawab Hitam. Jadi gelap.

 

Seketika suara kak Dimas nggak terdengar dan anak-anak protes :D mungkin karena nggak sengaja kepencet un-mute. Pemuda berkaca mata ini juga menggunakan slide show, sehingga memudahkan anak-anak memahami materi.

 

Kenalan Sama Malaikat, Jin dan Manusia

Di awal kak Dimas menjelaskan dulu mengenai malaikat. Ia mengenalkan bahwa malaikat diciptakan dari cahaya. Kelebihannya malaikat patuh kepada Allah. Malaikat nggak mungkin bermaksiat pada Allah. Ia tetap patuh pada pekerjaannya masing-masing.

 

Nggak mungkin malaikat tukar menukar dalam pekerjaan saking patuhnya. Malaikat juga senantiasa nggak tidur, karena bukan manusia yang punya rasa capek.




 

Selanjutnya anak-anak dibawa mengenal manusia. Menurut kak Dimas, manusia diceritakan  di al Qur’an Surat At Tin, bahwa manusia diciptakan dalam bentuk terbaik. 


Beliau juga menggunakan analogi untuk memudahkan anak-anak memahami maksud diciptakan dalam bentuk yang paling baik.

 

“Coba kalo hidung kita diciptakan ke atas kayak ikan paus? Tapi Allah membuat kita sempurna, nggak bikin lubang hidup keatas. Coba kalo alis manusia panjangnya sampe rambut? Tapi tumbuhnya segini-gini saja” jelasnya.

 

Ia juga mengajak anak-anak membayangkan bagaimana jadinya jika Allah menciptakan manusia dengan mata berjumlah 16. Jika ke dokter mata bingung, muka isinya mata semua. Namun Allah hanya menciptakan mata kita ada 2.

 

Tidak hanya itu, penciptaan terbaik ia analogikan dengan bagaimana jika Allah menciptakan kaki ada 8, yang  ukurannya berbeda. Tentu jika anak-anak beli sepatu akan membingungkan. 


Kak Dimas mengajak anak-anak untuk bersyukur. Alhamdulillah Allah menciptakan sebaik mungkin. 



upaya agar tetap fokus. Mama lupa enggak briefing gimana kalo bosan :)


Ia juga sempat membahas sekilas tentang Rasul. Diutus Rasul yang serupa dengan kita sebagai contoh bagi kita semua.

 

Setelah dikenalkan dengan manusia, kali ini Kak Dimas menuturkan mengenai jin. Ia mengajak anak-anak untuk tidak takut pada jin meski jin ada dimana-mana. 


Jin juga ada yang taat dan ada yang nggak taat kepada Allah. Yang taat juga baca Al Qur’an sama seperti kita. Mereka beriman.

 

Tak lupa Kak Dimas menekankan jin yang nggak beriman. Seingat saya kak Dimas menjelaskan bahwa jin yang nggak beriman punya raja namanya iblis (semoga saya tidak salah dengar). Mereka berjanji menyesatkan manusia.

 

Hantu itu Ada Nggak Sih?

Yang mengasyikkan adalah, kak Dimas akhirnya bicara sedikit mengenai per-hantu-an. Mungkin karena yang ada dipikiran anak-anak bahwa hantu itu ada dan bentuknya menyeramkan. Untuk Luigi sendiri juga pernah ketakutan sama istilah “hantu”.

 

Hal ini karena ia pernah “dikerjain” Ayahnya, bahwa ayamnya yang mati akan menjadi hantu. Ayam Luigi yang mati itu sempat ia beri nama “cuit-cuit”, sehingga Ayahnya bilang dibelakang rumah ada hantu cuit-cuit. Karena di belakang rumah itulah ia menguburkan jenazah anak ayam kesayangannya. Menyadari kesalahannya, Alhamdulillah Ayah Lui sudah minta maaf tanpa tapi.




Kak Dimas menjawab bahwa Jin bukan hantu, bukan juga arwah. Hantu itu nggak ada. Orang meninggal yang biasa disebut hantu adanya di alam barzah.

 

Jadi secara menyenangkan Kak Dimas bilang bahwa hantu itu nggak ada, arwah juga nggak ada. Jin itu bukan hantu dan arwah.

 

Lelaki berkacamata ini juga menyinggung mengenai setan. Setan adalah sifat yang menjauhkan dari ketaatan.

 

Kesan Sebagai Orang Tua Mengenai Pengajian Virtual

Menurut saya dari serangkaian forum ini, cara penyampaian Kak Dimas dengan bahasa sederhana sehingga mudah dipahami anak-anak. 


Di tengah materi, Luigi tanya ke saya “Ma, kenapa sih jin jahat takut sama Allahuakbar? (adzan maksudnya)”. Hal ini karena cerita Kak Dimas bahwa ada jin jahat lari terkentut-kentut, karena takut adzan.

 

“Lui tanya saja sama Kak Dimas. Lui mau tanya seperti teman-teman?” Ia mengangguk. Saya bantu memencet fitur zoom Raise Hand


Alhamdulillah akhirnya Luigi dipersilahkan bertanya. Padahal yang raise hand juga banyak. Pertanyaan Luigi ada di video berdurasi 23 detik di bawah ini ya. Silahkan disimak ya. 





Seru juga mendengar pertanyaan anak-anak saat itu. Misalnya arwah itu apa? Hantu itu beneran nggak? Jin sekarang ada dimana? Bisa nggak kita lihat alam jin? Kenapa juz 30 banyak surat tentang hari kiamat? Dan banyak lagi lainnya.

 

Ada yang bikin saya tersenyum ketika seorang anak perempuan dipersilahkan tanya lalu ia bilang “maaf kak Dimas, saya lupa mau tanya apa.” Sungguh saya kagum sama semua anak dikelas yang cukup berani bertanya meski melalui layar virtual. Bahkan ketika ia lupa pun, ia tetap menyampaikan bahwa ia lupa. Bukan diam saja hehe.

 

Saya juga suka dengan jawaban-jawaban Kak Dimas yang mudah dipahami. Buktinya Luigi yang bukan termasuk usia yang disarankan ikut forum ini (usia 6-12 tahun) saja, bisa menyimak bahkan terpikir untuk bertanya.

 

Saya senang karena setiap sebelum menjawab pertanyaan Kak Dimas selalu mengapresiasi anak-anak dengan mengatakan “wah bagus sekali pertanyaannya” dan ia melanjutkan dengan kalimat bismillah, baru kemudian menjawab. Dengan begitu anak-anak nggak takut bertanya karena diapresiasi, apapun bentuk pertanyaannya.




 

Bagaimana Luigi, bisa fokus nggak? Alhamdulillah ternyata dia menyimak dan konsentrasi. Pintanya hanya satu, dia harus bisa melihat wajahnya sendiri di layar. Jadi saya memastikan posisi dia nggak geser dalam tampilan layar zoom.

 

Kesimpulan

Ternyata pandemi benat-benar mengubah cara belajar anak-anak. Termasuk cara berdakwah yang lazimnya dilakukan dengan cara duduk bersama di sebuat majelis di masjid, sekarang beralih ke layar laptop. Kali ini saya percaya bahwa belajar jarak jauh masih bisa diikuti oleh Luigi.

 

Itulah cerita pengalaman pengajian virtual Luigi. Karena ikut kelas ini pula ia pertama kali menggunakan zoom meeting. Alhamdulillah lancar hingga kajian selesai. Terima kasih untuk Rumah Krucil sebagai penyelenggara forum. Semoga tulisan ini membungkus kenangan untuk Luigi dalam rangka mengenal ciptaan Allah selain manusia, yakni jin dan malaikat.

 

Setelah pengajian itu, saya review lagi apa yang dipahami Luigi dari deretan kalimat yang disampaikan pembicara. Lambat laun saya amati, Luigi nggak takut lagi sama “hantu” karena ia percaya, bahwa tidak ada hantu dalam penciptaanNya.

Tidak ada komentar