“hal
ini karena Indonesia ada di peringkat kedua penghasil sampah makanan tertinggi
di dunia” adalah alasan Areya
yang saya temui di rumahnya (19/4). Areya adalah remaja kelas 7 salah satu SMP
Negeri di Surabaya yang memiliki project mengolah sampah makanan. Uniknya untuk
mengolah limbah makanan tersebut, ia dibantu oleh pasukan maggot BSF.
Maggot BSF
baginya adalah pengurai sampah paling cepat dibandingan teknik kompos biasa. Tidak
hanya itu, dengan sampah yang terurai tersebut akan menghasilkan kompos
berkualitas baik dengan nilai jual tinggi.
![]() |
belajar mengolah sampah makanan bersama Areya |
Meski masih muda, namun dedikasinya pada lingkungan tak tanggung-tanggung. Ia menyulap belakang rumahnya untuk dijadikan greenhouse. Area tersebut juga digunakan media belajar bagi siapa saja yang ingin belajar mengolah sampah organik. Project yang digarapnya ini diharapkan bisa menyelamatkan lingkungan, sehingga sampah makanan tidak berakhir ke TPA Benowo Surabaya.
Anak muda
bernama lengkap Areya Kesyandria Ali Yasha ini adalah remaja penuh ide. Disela
sekolah daring yang dilakukan, ia bekerja sama dengan hotel dan warung untuk mengumpulkan
sampah sisa hidangan. Anak kedua dari 4 bersaudara ini juga mengambil sampah
dari pasar Pandegiling yang kebetulan dekat dengan rumahnya.
![]() |
Areya menjelaskan projectnya mengolah sampah makanan dengan maggot BSF |
Limbah makanan
yang ia kumpulkan setiap hari bisa mencapai 100-150 kg. Sejak tanggal 20
Desember 2020, remaja berkulit sawo matang ini berhasil mengolah 5 ton sampah. Semuanya
adalah sampah sisa makanan. Bukan main !!!
Tidak hanya
mengelola greenhouse dirumahnya, ia juga memiliki kampung binaan di Kampung
Dinoyo Tenun. Pelajar yang mengidolakan Elon Musk ini dibantu kader lingkungan
setempat untuk mengajak warga mengolah sampah organik.
Tantangan Areya Bergumul dengan Food Waste
Untuk menjalankan
projectnya, Areya didukung penuh oleh kedua orangtuanya. Setiap malam, ia
dibantu Ayahnya untuk mengambil limbah makanan dari hotel Surabaya. Sesampainya
dirumah, siswa SMPN 6 Surabaya ini masih harus memilah lagi.
![]() |
orangtua Areya yang selalu mendukung |
Areya punya
resep khusus, agar media maggot tidak becek dan bau. Ia menggunakan perhitungan
50% nasi, 25% buah dan 25% sayur untuk pakan maggot BSF-nya. Ia juga tidak
memberi makan maggotnya sampah mie karena mengandung minyak yang membuat
medianya menjadi kotor. Sampah mie ia masukkan ke tong aerob.
Memang semua metode akan sama-sama menghasilkan kompos, namun kelebihan menggunakan maggot BSF tidak membutuhkan waktu lama.
Bahkan maggot BSF bisa menguraikan sampah
organik hanya dalam hitungan jam. Sedangkan jika menggunakan tong aerob membutuhkan
waktu 3-4 bulan. Agar limbah makanan tidak bau, ia menggunakan tong yang
ditutup rapat.
Kedua orangtuanya terus mendukung Areya untuk konsisten menjalankan project tersebut. Hal ini karena keluarganya punya visi sebagai keluarga zero waste. Sebagai keluarga sadar iklim, bahkan semua air yang digunakan sehari-hari tidak ada yang dibuang.
Baik air AC, air cucian beras, bahkan air bekas wudlu ditampung di
sebuah bak. Nantinya air ini akan digunakan untuk menyiram tanaman.
Dalam
keseharian, keluarga yang beralamatkan di Jalan Pandegiling ini memilah semua jenis
sampah. Jika bepergian pun, akan membawa wadah makanan dan tumbler agar tidak menghasilkan
sampah plastik di rumah.
Penutup
Areya tidak
akan berhenti mengolah sampah makanan. Hal ini karena ia menganggap masih
banyak masyarakat yang lebih suka mengolah sampah anorganik. “Pandangan
orang-orang tentang sampah makanan adalah kotor dan bau. Jika bukan kita (yang
berbuat), siapa lagi?” ujarnya bersahaja.
Saat ini
Areya mendapat pesanan 10 karung kompos hasil dari sisa penguraian sampah maggot
dari 10 hotel Accor Group Surabaya.
Harapan
Areya Kesyandria Ali Yasha sederhana, semakin banyak masyarakat yang sadar
untuk mengolah sampah, termasuk sampah makanan. Salah satunya menggunakan maggot BSF
seperti project yang sedang ia lakukan.
sangat kreatif dan inspiratif dan contoh bagi para anak milenial semangat terus areya..
BalasHapus