Malam itu
anakku tidak bisa tidur nyenyak. Napasnya tersengal-sengal. Perutnya bak ombak yang
kadang mimpes, lalu menggembung perlahan. Batuknya tanpa henti, hingga
muntah berkali-kali apalagi setelah makan. Kuletakkan thermometer dilipatan
lengannya, beberapa menit kemudian menunjukkan angka 39.8 derajat. Angka yang
menerangkan bahwa demamnya cukup tinggi.
Ia terus
saja rewel dan minta gendong. Mataku yang layu karena mengantuk, seketika kuat
untuk menenangkannya. Anakku yang saat itu berusia 1 tahun 4 bulan hanya bisa
menangis dan menangis.
Sebelumnya,
beberapa kali Luigi aku bawa ke dokter. Penanganan dari beberapa dokter “hanya”
berdasarkan gejala yang tampak. Muntah, diberi anti muntah, batuk diberi obat
batuk, demamnya diberi obat penurun panas. Hingga malam itu, akhirnya Luigi aku
bawa ke Rumah Sakit yang berakibat ia harus rawat inap.
Darisanalah dokter anak menyuruhku untuk menyetujui tindakan foto Rontgen dada. Setelah keluar hasilnya, beliau mendiagnosa anakku mengalami pheumonia. Wajahku datar. Aku terkurung pusaran tanda tanya tanpa henti. Penyakit apakah itu?
Hingga kucari
tahu melalui mesin pencarian, kupegang ponsel dengan nanar dan tangan
gemetaran. Penyakit ini bisa membunuh anakku. Oh Tuhan!!! Apa yang terjadi pada
anakku?
Pheumonia, Penyakit Paru-Paru Pembunuh Balita
Dari laman
Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) menyebutkan bahwa pheumonia membunuh
ratusan ribu anak setiap tahun di seluruh dunia. Penyakit yang menyerang paru-paru
dan saluran pernapasan ini menjadi pembunuh pada anak usia dibawah lima tahun.
Bahkan
data UNICEF menyebutkan sepanjang tahun 2018 ada 800.000 anak di dunia
meninggal karena pheumonia. Jika di matematiskan setiap 39 detik ada anak yang
meninggal karena penyakit paru-paru ini.
World Health Oganization (WHO) menjuluki pheumonia sebagai the
leading killer of children worldwide. Dari lima kematian balita, satu
disebabkan oleh pneumonia, sayangnya tidak banyak perhatian terhadap penyakit ini. Sehingga pneumonia disebut juga pembunuh balita yang terlupakan atau the
forgotten killer of children.
Di Indonesia,
pheumonia termasuk peringkat kedua penyebab kematian bayi (12,3%) dan balita
(13,2%) setelah diare. Data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) menyatakan
prevalensi pheumonia di Indonesia mengalami peningkatan dari tahun 2017 ke
tahun 2018 yaitu 3,55% di tahun 217 menjadi 4% di tahun 2018. Hal ini
menunjukkan betapa bahayanya penyakit pheumonia.
Apa itu Pheumonia?
Pneumonia adalah infeksi akut yang menyerang jaringan
paru-paru (alveoli) yang disebabkan oleh bakteri, virus, maupun jamur.
Terjadinya pneumonia menyebabkan pernafasan yang cepat dan sesak
pada balita dikarenakan serangan peradangan paru ini terjadi secara mendadak.
Sebagai
asumsi, paru-paru adalah satu-satunya organ tubuh yang melakukan pertukaran
oksigen antara dunia luar dan tubuh kita. Jika terjadi masalah pada paru-paru,
maka pertukaran oksigen akan terganggu yang menyebabkan tubuh mengalami
hipoksia (kekurangan oksigen).
Anak-anak
yang kekurangan oksigen ini bisa dilihat dari gejalanya. Misalnya kesulitan
napas, napas cepat, muncul cekungan di dada bagian bawah saat anak bernapas,
dan terlihat biru juga napas terangguk-angguk. Pada anak yang lebih kecil
menjadi lebih rewel, tidak bisa makan dan minum, muntah bahkan tidak sadarkan
diri.
Cara Mencegah Pheumonia Pada Anak
Karena penyakit
pheumonia sangat membahayakan bahkan mematikan untuk balita, maka kita harus berupaya
mencegahnya. Beberapa caranya diantaranya.
Memberikan ASI Eksklusif
Kandungan ASI
dapat melindungi bayi terhadap infeksi. Maka jangan memberikan makanan atau
minuman lain pada bayi yang bersifat nutritif selain memberi ASI selama 6
bulan.
Memberikan MPASI yang adekuat
Setelah 6 bulan, berilah makanan pendamping ASI yang adekuat. Adekuat adalah MPASI memiliki kandungan energi, protein, dan mikronutrien yang dapat memenuhi kebutuhan bayi sesuai usianya (khususnya zat besi, seng, kalsium, vitamin A, vitamin C dan folat).
MPASI yang adekuat terbukti bisa memberi perlindungan
dari pheumonia pada anak bahkan dikemudian hari.
Imunisasi lengkap
Imunisasi yang
lengkap bisa mencegah anak terjangkit pheumonia. Ada beberapa jenis vaksin
untuk mencegah pheumonia tergantung penyebabnya. Misalnya vaksin campak, vaksin
Haemophilus Influenza Tipe B (HIB) dan vaksin Pheumococcus Conjugated Vaccine
(PCV).
Sehingga
imunisasi lengkap selain mencegah pheumonia juga mencegah penyakit lain yang
berhubungan dengan pheumonia. Yaitu campak, difteri, batuk rejan dan penyakit
berat lainnya.
Cuci tangan dengan sabun
Mencuci tangan
bisa membunuh jutaan bakteri dan virus yang ada di tangan karena bersentuhan
dengan banyak benda. Apalagi balita suka memegang benda. Cuci tangan selain
dapat mencegah pheumonia juga mencegah diare dan covid-19.
Kurangi polusi dalam rumah
Polusi salah
satunya disini adalah asap rokok karena bahaya untuk saluran pernapasan anak.
Jika anak
kita mengalami batuk berkepanjangan dengan sesak napas, segera datangi pelayanan
kesehatan atau dokter anak ahli respirologi. Dokter ini adalah dokter yang ahli
menangani gangguan pernapasan dan penyakit paru-paru pada anak.
Jika ingin
berkonsultasi dulu pada dokter melalui chat atau bikin janji dengan dokter di
rumah sakit bisa juga download aplikasi Halodoc. Dengan ratusan pilihan
dokter dan apotik, aplikasi untuk membantu kesehatan kita di mana saja dan kapan saja. Halodoc
tersedia di Google Play untuk pengguna Android, dan App Store bagi pengguna
Iphone.
Sekarang
anakku berusia 5 tahun dan Alhamdulillah dalam kondisi sehat. Delapan
hari menemaninya rawat inap berjuang melawan pheumonia, benar-benar menjadi
pembelajaran bahwa mengerikannya penyakit paru-paru ini. Penyakit pheumonia
pada anak tidak bisa dianggap sepele, penanganan yang tepat dan cepat tentu
menyelamatkan balita.
Apalagi
saat ini masa pandemi Covid-19 penyakit paru-paru menjadi perhatian serius. Maka, mari mencegah pheumonia pada anak !!!
Referensi :
Nurnajiah M, Rusdi,
Desmawati. Hubungan Status Gizi dengan Derajat Pneumonia pada Balita di
RS. Dr. M. Djamil Padang. Jurnal Kesehatan Andalas. 2016;
5(1):250-5.
Kementrian Kesehatan
RI. Data dan Informasi Profil Kesehatan Indonesia 2016. Jakarta : Pusat Data
dan Informasi Kementrian Kesehatan RI; 2017.
Kementrian Kesehatan RI. Data dan Informasi Profil
Kesehatan Indonesia 2017. Jakarta: Kementrian Kesehatan RI; 2018.
Kementrian Kesehatan
Republik Indonesia. Pneumonia Balita. Buletin Jendela Epidemiologi, Volume 3.
Jakarta: Kementrian Kesehatan RI; 2010.
https://www.idai.or.id/artikel/seputar-kesehatan-anak/cara-mudah-hindari-pneumonia-pada-anak
https://www.idai.or.id/artikel/seputar-kesehatan-anak/pneumonia-selalu-mengintai-anak-anak-kita
https://sehatnegeriku.kemkes.go.id/baca/umum/20200130/0632897/indonesia-tegaskan-komitmen-pencegahan-pneumonia-forum-internasional
Informasinya bermanfaat sekali. Syukurlah sekarang Luigi sehat ya :)
BalasHapusamin, makasih banyak ya mba :))
HapusMbak, sedih banget yaa ketika anak sakit apalagi penyakitnya termasuk penyakit berbahaya seperti pneumonia ini. Tapi bisa sembuh total kan ya mba? Semoga Luigi makin sehat cerdas ceria yaa
BalasHapusIni yang dialami sama keponakanku juga kak. Pas banget lagi kumpul, dia menunjukkan kondisi sesak napas. Dan memang sering banget suka sesak. Awalnya mikir karena kecapekan. Pas diperiksa ternyata ada banyak kabut dari hasil rontgen paru-parunya. Pas ditelusuri karena ponakanku sering deket sama asep rokok :( sedih banget rasanya. Yang ngerokok siapa yang kena malah anak balita. Sejak itu langsung dijaga ketat banget. Ngga boleh deket orang lagi ngerokok dan abis ngerokok. Soalnya kan asepnya bisa aja masih tersisa di pakaian.
BalasHapusSekarang dia udah sehat banget dan ngga pernah sesak napas parah lagi.
Semoga Luigi juga sehat selalu ya
I feel you Mba.. saat anak sakit itu rasanya dunia jungkir balik. Mamak harus kuat meski cemas melanda. Aku pun pernah ngalamin itu berkali-kali. Jadi kebayang deh malam itu gimana paniknya pas Lui kecil sakit ya. untungnya segera mendapat pertolongan yang tepat ya mba.. seneng sekarang lihat Lui makin aktif dan cerdas. Sehat selalu untuk Lui dan seluruh keluarga!
BalasHapusPenyakit seringan apa pun kalau udah menyerang balita kayaknya bakal membahayakan sih ya, kak. Apalagi pheumonia yang menyerang saluran pernapasan. Secara balita kan masih rentan. Antibodynya juga belum sempurna kan.
BalasHapusTapi, selama kita menjalankan pencegahan dengan maksimal, inshaAllah semua akan terjaga. Sehat selalu ya dek Lui...
Mari kita cegah penyakit Pheumonia ini bersama sama ya mba, agar tidak ada lagi balita terserang penyakit ini dengan menerapkan pola hidup sehat, serta rutin membersihkan rumah agar tak ada debu maupun jamur yang dapat memicu timbulnya penyakit ini.
BalasHapusKarena hal ini tak bisa di anggap sepele karena menyangkut nyawa
kadang gak sadar kebersihan rumah itu sangat penting menyangkut kesehatan juga, apalagi banyak debu dimana-mana berakibat sakit paru2. semoga kita dijauhkan dari penyakit pheumania
BalasHapus