"What is
the meaning of our lives, really, if we work and destroying the planet while
sacrificing the future of our children?" (Presiden Prancis - Emmanuel Macron)
Besaran
penduduk Indonesia terus bertambah setiap tahun, sehingga tak dapat dipungkiri
bahwa kebutuhan energi juga semakin meningkat. Masih
segar dalam ingatan saat dulu memperoleh pelajaran Geografi di sekolah mengenai
bab sumber energi, yakni energi terbarukan dan tidak terbarukan.
Contoh sumber energi yang tidak terbarukan adalah bahan bakar yang berasal
dari fosil, misalnya gas alam, batu bara, dan minyak bumi dari sisa tumbuhan
dan hewan mati. Untuk bahan bakar ini butuh waktu jutaan tahun untuk memperolehnya
kembali, oleh karenanya disebut tidak terbarukan.
Berbeda dengan energi terbarukan yang dimana kita memanfaatkan energi yang
tak menghabiskan sumber daya alam dan bisa terus dikembalikan. Misalnya cahaya matahari,
angin, gelombang laut, air mengalir, biomassa (makhluk hidup) dan panas bumi.
Perbedaan ini bisa kita lihat terlihat dari kemudahan sumber energi dibuat
kembali. Energi terbarukan tidak akan pernah habis karena sumbernya alami.
![]() |
sumber gambar : canva dan diedit oleh penulis |
Masalahnya, saat ini hampir semua kebutuhan energi manusia berasal dari
sumber energi tak terbarukan dari fosil misalnya pembangkit listrik dan alat
transportasi yang penggunaannya semakin tak terkendali dan eksploitatif.
Banyak dampak negatif dari sumber energi ini karena sisa pembakaran energi
fosil menghasilkan zat berbahaya bagi kesehatan dan menurunnya kualitas udara.
Belum lagi dampak iklim, air dan tanah.
Saat pembakaran sumber energi fosil pada minyak bumi dan batu bara, akan
terjadi pelepasan gas-gas seperti karbon dioksida (CO2), sulfur dioksida (SO2)
dan nitrogen (NO2) yang menyebabkan pemanasan global.
CO2 memang bermanfaat untuk fotosintesis tumbuhan, namun jika gas
karbondioksida terlalu banyak, gas tersebut akan naik ke atmosfer dan
menghalangi pemancaran panas dari bumi. Sehingga panas dipantulkan akan kembali
ke bumi. Dampaknya bumi semakin panas. Inilah yang disebut efek rumah kaca atau
global warming.
Dilansir dari laman environment-Indonesia menyebutkan bahwa batu bara
menghasilkan pencemaran paling tinggi, dan menghasilkan CO2 terbanyak per
satuan energi. Bayangkan saja, untuk membakar 1 ton batu bara menghasilkan
sekitar 2,5 ton CO2. Selain berdampak pada perubahan iklim juga mempengaruhi
hasil pertanian dan kepunahan berbagai jenis hewan. Padahal sumber energi tak
terbarukan bahan bakar fosil suatu saat akan habis -.-
Bahkan berdasarkan data Aris Prasetyo melalui harian Kompas 30/12/20
menyebutkan pembakaran bahan bakar minyak (BBM) menghasilkan gas buang pada
kendaraan dianggap sebagai biang pencemaran udara. Kementerian Perhubungan
mencatat bahwa 60% zat pencemar udara di Indonesia dihasilkan dari asap knalpot
kendaraan di jalan raya.
Anak Muda menjadi Bagian Perubahan
Indonesia
punya karakteristik unik yang tidak dimiliki oleh semua negara, yaitu fenomena
bonus demografi. Hal ini hanya dialami Indonesia antara tahun 2020-2045 dimana
jumlah usia produktif (15-64 tahun) ada 70% dari total populasi Indonesia.
Berarti masih
ada kesempatan untuk membuat Indonesia lebih bersih dengan 70% penduduk. Yang
lebih penting lagi adalah generasi muda sebagai penggerak perubahan. Memang
kesadaran tentang lingkungan harus ditanamkan sejak dini, terutama anak-anak
yang akan memasuki jenjang perkuliahan.
Riset terbaru
dari dosen Universitas Multimedia Nusantara (UMN) - Angga Aristya -, menyebutkan
ternyata kesadaran di generasi Z tentang kesadaran iklim sudah mencapai 80%
dari populasi mahasiswa yang beliau teliti. Jadi sebenarnya anak muda sudah paham
mengenai perubahan iklim, dan masalah lingkungan.
Namun
kesadaran kognisi ini belum sampai pada kesadaran konatif. Maksudnya walaupun
sudah sadar, walaupun sudah aware, tapi do somethingnya masih kurang.
Tapi sisi
baiknya ketika orang lain makin sadar untuk mencintai bumi untuk merawat bumi
berarti pekerjaan yang akan available di area ini akan jadi semakin
banyak juga. Dan semua akan bergerak ke arah sana.
Dengan
harapan banyak anak muda memilih pekerjaan yang juga bisa berkontribusi pada pelindungan
alam dengan melirik green jobs.
Apa sih Green Jobs?
Maria Advenita
Gita Elmada, seorang akademisi dan dosen Universitas Multimedia Nusantara (UMN) menjelaskan dalam gelaran webinar bersama Koaksi bahwa green jobs
adalah pekerjaan di bidang agriculture, di bidang industri, bidang layanan dan
administrasi yang berkontribusi untuk melestarikan atau memperbaiki kualitas lingkungan.
![]() |
Maria Advenita menjelaskan pengertian green jobs |
Jadi ada
banyak banget pekerjaan yang kemudian dikategorikan sebagai green jobs. Nggak
melulu soal “saya harus jadi aktivis pecinta lingkungan” untuk disebut memilih
pekerjaan hijau. Pekerjaan jasa pun bisa termasuk green jobs ketika
bertujuan berkontribusi untuk lingkungan.
Jika ada yang
bertanya apakah menjadi dosen termasuk green jobs? Tentu saja jika saat
mengajarkan mahasiswa, sang dosen mendorong mahasiswa untuk campaign di
media sosial untuk perhatian terhadap isu lingkungan dan dampak lingkungan. Sehingga
green jobs tidak sempit, membatasi “hanya aktivis” saja.
Maria
menambahkan bahwa Green jobs adalah melingkupi pekerjaan yang
terasosiasi memperbaiki lingkungan, pekerjaan ini juga menyediakan gaji yang
mumpuni, harus berkelanjutan, bisa memperhatikan kesejahteraan, kesehatan, juga
keuntungan dalam masa pensiun nanti. Jadi pekerjaan bisa mendeklarasikan
sebagai green jobs namun jika tidak memenuhi hal tersebut belum bisa dikatakan
pekerjaan hijau.
Green jobs seharusnya juga tersedia untuk pekerja dari berbagai
macam latar belakang. Sehingga sangat luas, mencakup dari gender apapun dan etnis
apapun.
Memang
pekerjaan ini kesannya muluk, bisa perbaiki lingkungan, namun juga dapat
kesejahteraan dan bisa mencakup gender dan etnis apapun. Namun sebenarnya itulah
kemana arah dunia usahakan untuk berjalan walaupun memang kita belum banyak melihat
ini di sekeliling kita tapi di seluruh dunia sudah cukup banyak
pekerjaan-pekerjaan yang berjalan ke arah green jobs.
Kenapa dibilang
ada yang sudah berjalan? karena ada dua pendekatan ketika kita mau melihat green
jobs. Pertama dari pendekatan eco-industry, jadi green jobs
ini adalah pekerjaan-pekerjaan yang memang dari sananya sudah green by
nature. Misalnya seseorang bekerja di Lembaga Sosial Masyarakat (LSM)
pelestarian lingkungan berarti itu pasti green jobs. Karena memang
industrinya ramah lingkungan.
Kedua ada
juga memakai pendekatan transformasi, bahwa pekerjaan yang bergerak mengarah ke
ramah lingkungan. Karena kesadaran masyarakat terkait lingkungan semakin naik,
maka pekerjaan-pekerjaan pun bergerak ke arah sana.
Hal ini
membuat kita tidak terbatas membatasi green jobs pekerjaan ramah
lingkungan pada sektor yang ramah lingkungan sejak awalnya. Jadi sektor yang
awalnya nggak ramah lingkungan bisa bergerak semakin ke arah ramah lingkungan.
Sehingga green
jobs ini memunculkan potensi pekerjaan baru.
Mengapa memilih Pekerjaan yang Ramah Lingkungan?
Maria
Advenita juga menyebutkan alasan logisnya. Karena nantinya ada pekerjaan
tertentu yang akan dieliminasi, jadi nggak di replace lagi. Misalnya packaging
materials. Sekarang sudah ada diet kantong plastik, suatu saat ketika esok
banyak orang sudah berhasil diet kantong plastik, kantong plastik sudah nggak
jadi industri, tentunya pekerja-pekerjanya nggak bisa lagi ada di sektor itu.
Seperti juga tukang
listrik, pekerja di bidang baja, kontruksi, akan ditransformasi untuk punya sets
skill yang akan semakin ramah lingkungan. Karena kita mendorong dunia untuk
semakin menormalisasi green job dan green ekonomi, nantinya skill kita
pun akan di upgrade, yang sekarang sudah ada mau nggak mau mereka juga
akan didorong skillnya ke arah lingkungan.
Alasan
lainnya karena ada pekerjaan yang akan tergantikan. Misalnya seseorang yang bekerja
di tambang, nantinya berganti oleh orang yang bekerja pada sektor energi
terbarukan. Misalnya manifacture yang dulu pakai energi fosil, sekarang menggunakan
energi terbarukan.
Ada pula pekerjaan
baru akan diciptakan karena kesadaran lingkungan. Misalnya menciptakan produk
untuk mengontrol polusi. Sehingga orang-orang didorong untuk membuat teknologi
baru yang lebih ramah lingkungan, akhirnya ada lapangan kerja baru, dan alat
kerja juga yang ramah lingkungan
Hampir sama
dengan yang disampaikan oleh Kak Koiromah dalam selasa sharing bersama
komunitas Indonesian Social Blogpreneur (ISB) dan Coaction Indonesia yang dimoderatori oleh Teh Ani Berta mengenai green
jobs.
![]() |
dok : pribadi |
Kak Koi
sapaan akrabnya adalah periset di Koaksi Indonesia. Ia menjelaskan dari perubahan
iklim yang ternyata punya pengaruh terhadap pekerjaan saat ini.
Adanya tren
global, industri 4.0 yang ditandai dengan adanya tekhnologi otomasi, ada pula robotika
yang membuat beberapa pekerjaan sekarang ada digantikan oleh robot. Kenapa hal
ini bisa terjadi? berdasarkan riset World Economic Forum ada faktor pendorong
yang paling besar terhadap perubahan industri, pertama adalah teknologi.
Jadi secara
teknologi dimulai dengan adanya internet. Internet ini ternyata membuat turunan
teknologi yang lainnya. Seperti kita kenal sekarang ada big data dan internet
of things. Jika kita lihat sekarang seperti industri sudah mulai berubah
jadi online. Misalnya grab, gojek, bahkan kita bisa konsultasi secara online
dengan dokter. Nah ini akibat dari teknologi.
Kemudian
selain itu juga ada demografi dan sosial ekonomi. Ini erat kaitannya dengan
demografi kita dan sifat dari pekerjaan itu. Jika kita lihat sekarang dengan
adanya pandemi ini, kita sekarang bisa bekerja remote atau jarak jauh dari
rumah, sekolah dari rumah. Padahal jika di negara lain hal seperti ini sudah
lama terjadi. Di Indonesia itu karena faktor pandemi sehingga mempercepat ke
arah online.
Dan ternyata
ada sistem ekonomi yang lebih moderen karena teknologi mulai berkembang,
kemudian beberapa pekerjaan itu juga akhirnya menyesuaikan dengan kebutuhan
industri. Jadi banyak pekerjaan yang semakin bertambah, karena semakin
dibutuhkan. Seperti data analis, pengelola data base.
Namun juga
ada pekerjaan yang malah mengalami penurunan yang signifikan. Seperti pekerjaan
di administrasi atau perkantoran. Kenapa? Ya adanya teknologi yang semakin
berkembang tadi. Adanya aplikasi, adanya mesin learning, misalnya kalo
kita belanja online butuh Customer Service-nya kita nggak perlu langsung
telfon, tinggal chat saja. Hal itu juga mengurangi pekerjaan di bidang
administrasi.
Untuk sektor
industri dan energi dan infrastruktur ini memang erat kaitannya dengan energi
terbarukan. Berdasarkan World Economis Forum ada beberapa yang mengubah
industri juga untuk di industri energi maupun infrastuktur.
Kalo di
energi itu yang paling besar atau berpengaruh adalah adanya energi baru
terbarukan. Karena adanya perubahan iklim dan keinginan untuk menuju ke
teknologi yang mendukung keberlanjutan dan tidak merusak lingkungan. Inilah
faktor yang besar di industri.
Intinya apa
dari sini, bahwa perubahan iklim dan keterbatasan lingkungan terhadap aktivitas
dari industri energi maupun industri insfrastruktur itu menjadi faktor
pendorong sangat besar dan akhirnya mau tidak mau kedua sektor ini harus kearah
yang lebih bersih atau setidaknya mengurangi emisi, dan tidak memperburuk
perubahan iklim.
Riset yang
dilakukan oleh ECD, memang ada perubahan pada beberapa pekerjaan yang akhirnya
berkurang dan akhirnya ada pekerjaan yang bertambah. Karena beberapa negara itu
sudah menerapkam mitigasi terhadap perubahan iklim. Dan ini diproyeksikan
sampai tahun 2030.
Sehingga
nanti ada pekerjaan yang akan hilang. Dari tabel dibawah ini ada pekerjaan yang
akan hilang itu adalah pekerjaan pekerjaan yang cenderung ekstraktif di
sektor-sektor yang memiliki karbon intensitas tinggi, Seperti gas, batu bara,
pembangkit yang berbahan fosil.
![]() |
sumber gambar : presentasi kak Koiromah |
Ada juga
sektor yang malah membutuhkan tenaga kerja semakin tinggi. Kenaikannya bahkan
hingga 40%. Disini ada sektor yang memiliki karbon intensitas yang rendah.
Contohnya apa? Energi terbarukan, transportasi publik, transportasi, benda
emisi.
Indonesia dan Energi Terbarukan
Jika kita
lihat berkaca ke Indonesia, Indonesia sudah memiliki beberapa kebijakan dan
komitmen terkait perubahan iklim. Yang pertama Indonesia punya komitmen
menurunkan emisi sebesar 26%, dengan usaha sendiri, kemudian 41% dengan bantuan
internasional pada tahun 2025.
Indonesia
memiliki target di energi terbarukan 23 % bauran energi terbarukan untuk secara
keseluruhan atau energi finalnya pada tahun 2025. Dan akan meningkat 31% pada
tahun 2050.
Indonesia
juga berkomitmen terhadap pembangunan keberlanjutan, apalagi yang terkait No. 7
ini yakni akses energi yang terjangkau, dapat diandalkan, dan juga yang
berkelanjutan.
Melihat dari
sini bisa dibilang bahwa kedepannya pekerjaan-pekerjaan di Indonesia akan
mendorong pada pekerjaan yang bersih. Pekerjaan yang rendah emisi, pekerjaan
yang mendukung atau mengurangi dampak dari perubahan iklim.
Peluang Green Jobs
Sehingga green
jobs bisa menyelesaikan dua masalah sekaligus. Ibarat sekali mengayuh 2
pulau terlampaui. Green jobs bisa mengatasi masalah lingkungan dan
masalah pengangguran. Adanya green jobs sebagai sektor baru bisa jadi
pilihan anak muda bahkan industri dalam menciptakan lapangan pekerjaan di
Indonesia.
Peluang Green Jobs melalui Energi Terbarukan
Di Indonesia,
matahari adalah sumber energi terbarukan terbesar, sementara air, panas bumi
dan angin adalah bidang yang mempekerjakan banyak orang (sumber:www.jurusankuliah.info).
Siaran pers
Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral tanggal 18 Februari 2020,
menyebutkan ketika transisi energi menjadi keniscayaan, tentunya karir
bidang energi terbarukan semakin menjanjikan.
Karir energi
terbarukan (green jobs) memang masih dinilai baru, namun peluangnya meningkat
pesat. The Internasional Renewable Energy Agency (IRENA) mencatat pada 2017 ada
10,3 juga pekerjaan di sektor ini atau naik 1,5 kali dibanding tahun 2012. Di
Indonesia sendiri, potensi Energi Baru Terbarukan (EBT) mencapai 400 Giga Watt
(GW). Hanya sekitar 1 GW saja yang sudah dimanfaatkan.
Pada gelaran
Ruang Energi Green Jobs, -Ariana Soemanto- Kepala Bagian Komunikasi dan Layanan
Informasi Kementerian ESDM mengatakan bahwa pekerjaan di industri EBT
semakin meningkat setiap tahun. Tahun 2017 pekerja EBT di dunia mencapat
10,34 juta orang dan 3,4 juta diantaranya adalah pekerja industri solar PV, dan
Indonesia juga berada pada tren yang sama.
Sehingga
industri EBT tentu saja menjanjikan karir bagi lulusan universitas, mengingat
potensi EBT sangat besar dan punya banyak peluang untuk dieksplorasi.
![]() |
Peluang green jobs. Sumber gambar : https://katadata.co.id/ariemega/infografik/5fae68d68adb9/ green-jobs-masa-depan-ekonomi-dan-lapangan-kerja |
Sebagai
contoh saja, pemerintah saat ini mendorong percepatan penggunaan kendaraan
listrik di Indonesia. Pada peluncuran kendaraan listrik berbasis baterai Kamis
(17/12/20), Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Arifin Tasrif menyampaikan
target operasi kendaraan listrik di Indonesia 15 juta unit pada 2030, terdiri
dari 2 juta roda empat dan 13 juta roda dua.
Pemerintah
menyiapkan insfrastruktur pendukung kendaraan listrik seperti stasiun pengisian
kendaraan listrik umum (SPKLU). Kendaraan yang ramah lingkungan menjadi angin
segar untuk menggantikan kendaraan berbasis bahan bakar minyak dijalanan
(Harian Kompas 30/12/20). Berarti akan banyak sekali tenaga kerja yang
dibutuhkan untuk mencapai target tersebut.
Prospek Kerja sebagai Pertimbangan Anak Muda
Sehingga
untuk kalian para orangtua atau bahkan anak muda yang membaca tulisan ini,
sangat penting melakukan pertimbangan jurusan sebelum masuk dunia kampus. Berdasarkan
penelitian Indonesia Career Network pada 2017, ada 87% mahasiswa mengakui
mereka salah jurusan.
Faktor minat
menang yang utama. Tapi jangan lupakan pertimbangan prospek kerja di masa
depan. Sebisa mungkin kita tidak memilih jurusan yang prospek kerjanya akan digantikan
robot bahkan termasuk jenis pekerjaan hilang nantinya.
Bagaimanapun
jurusan yang dipilih harus memberikan keuntungan kepastian kesejahteraan karena
lapangan kerjanya masih terbuka luas. Salah satunya karir pada sektor green
jobs ini. Semua demi Indonesia yang lebih bersih.
Contoh Sektor Green Jobs
Jadi jika kita
bertanya ingin kerja untuk lingkungan yang lebih baik, pekerjaan apa yang harus
diambil? Jawabannya tak terbatas. Kenapa? Karena kita berangkat dari definisi
awal, maka pekerjaan apapun bisa menjadi masuk kategori green jobs
ketika dia memenuhi syarat melestarikan atau memperbaiki lingkungan.
Dulu ketika
kecil kita ditanya, besok mau jadi apa. Kita jawab jadi guru jadi dokter atau
insinyur. Sekarang, pasti anak-anak jawab ingin jadi youtuber atau conten
creator. Bisa juga loh conten creator jadi green jobs, JIKA
konten-konten yang dibuat berkontribusi terhadap pelestarian lingkungan.
Saya
contohkan conten creator dan start up yang mengarah pada green
jobs agar relate dengan anak muda generasi Z.
Konten kreator
Youtube
channel The Girl Gone Green, disana dia memberi tips and trik bagaimana
caranya misalnya travelling dengan ramah lingkungan. Atau youtube lain yang
memberikan saran cara hidup zero waste. Lalu kita menginfluence orang
untuk melakukan hal yang sama, itu sudah contoh konten kreator yang
berkontribusi terhadap pelestarian lingkungan dan termasuk green jobs.
Start Up
Saya juga
belajar dari Abdul Coliq yang merupakan owner dan CEO Sayuran Pagi,
sebuat start up di bidang pertanian. Laki-laki kelahiran Wonosobo ini
menyelesaikan pendidikan jurusan matematika Universitas Indonesia namun
berbelok bekerja di sektor green jobs dengan berbisnis sayuran.
![]() |
Coliq dan Sayuran Pagi. |
Hal ini
terinspirasi dari masa kecilnya yang berasal dari desa terpencil di lereng
gunung Sumbing. Mimpinya membangun pendidikan dan pertanian di tanah kelahiran.
Selama berkuliah dan merantau hidup di kota besar, ia rindu makan sayuran segar
yang baru dipetik.
Ia membuat
sistem pertanian dengan sistem moderen, menerapkan teknologi hingga tercipta
hidroponik sistem. Coliq juga mengoperasikan 2 green house besar. Ia
membagi tim nya menjadi beberapa bagian, seperti marketing, IT dan farmer. 16 orang
telah menjadi tim solid Sayuran Pagi.
Ayah 1 anak
ini menggunakan Internet of Things, yakni semua sistem Sayuran Pagi terkoneksi
dengan internet. Setiap kondisi air di tandon misalnya akan tersimpan dalam data
base, sehingga sekali panen sudah tahu polanya.
Dengan
internet bisa terkontrol kebun Sayuran Pagi. Project yang sekarang digarap ini dalah
ProjectTani.ID, dengan motto berkebun tak lagi harus di kebun.
Melalui
ponsel, baik IOS maupun android timnya bisa ngecek kondisi kebunnya seperti
apa. Apalah terlalu panas, apakah ada yang kurang dan lainnya. Nanti juga bisa
mengatur, jika ada yang kurang, sistem bisa menambah nutrisi sendiri, atau
ketika panas bisa menghidupkan humidifier sendiri, atau dapat set manual
yang semua tinggal KLIK di ponsel.
Wah bertani
sangat mudah dan menyenangkan ya ternyata, bisa berdampak pada lingkungan dan
ketersediaan pangan, dan juga dapat keuntungan secara ekonomi pula. Sehingga
pantaslah green jobs disebut sebagai sektor pekerjaan yang menjanjikan.
Kesimpulan
Masalah lingkungan dan perubahan iklim selalu menjadi isu yang tak
berkesudahan. Salah satunya karena kebutuhan energi manusia berasal dari sumber
energi tak terbarukan. Sementara bonus demografi Indonesia menjadi peluang bagi anak muda memilih pekerjaan ramah lingkungan dengan
melirik green jobs.
Pekerjaan
hijau ini luas dan jenisnya tak terbatas. Saatnya
anak muda memilih jurusan yang memberikan keuntungan kepastian
kesejahteraan karena lapangan kerjanya masih terbuka luas juga berkontribusi
pada pelindungan alam.
Semua demi
Indonesia yang lebih bersih.
Referensi yang digunakan :
https://environment-indonesia.com/dampak-negatif-penggunaan-energi-fosil-dari-sektor-transportasi-dan-industri/
https://www.kompas.com/skola/read/2020/08/04/173000569/penyebab-efek-rumah-kaca-sebagai-masalah-lingkungan-secara-global?page=all
https://www.medcom.id/pendidikan/news-pendidikan/GNl4DB2N-87-persen-mahasiswa-mengaku-salah-jurusan
https://ebtke.esdm.go.id/post/2020/02/18/2480/ruang.energi.energi.terbarukan.janjikan.karir.masa.depan
https://www.kompasiana.com/saripoenya/550087d1a333119a725111fd/green-jobs-peluang-dan-tantangan
Harian
Kompas, Energi dan Bisnis, Aris Prasetyo, Kendaraan Listrik, 30 Desember 2020
Talkshop :
Yuk Cari Peluang Kerja di Sektor Green Jobs pada kanal youtube Coaction
Indonesia 13 Januari 2021
Selasa
sharing komunitas Indonesian Social Blogpreneur (ISB) dengan Coaction
Indonesia, melalui zoom meeting 9 Februari 2021
Tidak ada komentar