Saya baru
tahu, ternyata sekolah menjadi salah satu ruang publik yang belum aman bagi
anak dari kekerasan berbasis gender, khususnya kekerasan seksual setelah
menyimak rangkaian webinar dengan tema “Anti Kekerasan Berbasis Gender” yang
diadakan Pusat Penguatan Karakter (Puspeka) Kemendikbud.
Namun saya
menyoroti materi salah satu pembicara, Mas Indra Brasco yang melakukan
pembiasaan untuk mencegah kekerasan seksual pada anaknya dari hal sederhana.
Sejak anak perempuannya berusia dini, Mas Indra membiasakan meminta izin saat
menggantikan baju anak. Baginya hal ini untuk mengajarkan bahwa anggota tubuh
anak adalah berharga.
Saya jadi
terinspirasi. Pandemi adalah saat tepat bagi saya dan suami menyiapkan anak
kami -Luigi(4tahun)- dari rumah. Kami memulai aksi diantaranya Luigi dibiasakan
untuk memakai pakaian luar setelah pakaian dalam. Saya jelaskan bahwa tubuh
harus ditutup baju luar untuk melindungi dari kotoran. Sama seperti Luigi
bersepeda menggunakan helm untuk melindungi kepala.
Pernah kamar
mandi masih dipakai suami sementara Luigi kebelet pipis. Saya tetap menyuruhnya
sabar menunggu dan memberi tahu Ayahnya untuk lekas selesai. Jadi, ia tidak
dibiasakan pipis diseadanya tempat terbuka meski kami punya lahan kosong di
belakang rumah.
Ketika
memandikan atau membersihkan tubuh Luigi setelah buang air, saya tidak
membiarkan pintu kamar mandi terbuka. Mengganti bajunya pun diruang tertutup. Saya
dan suami juga tidak membiasakan menepuk/meremas pantatnya saat gemas.
Empat hal
itu kami lakukan agar kelak Luigi merasa risih jika tidak sesuai kebiasaan dirumah.
Kami latih mumpung belum masuk sekolah. Dikuatkan karakter menghargai diri
sendiri dengan cara malu jika hanya memakai pakaian dalam, malu jika pipis diruang
terbuka, malu saat mandi, buang air, atau ganti baju terlihat orang lain, dan
marah jika ada orang yang melakukan sentuhan berlebihan, terutama pada area
pribadi.
Untuk
mengenalkan area pribadi pada anak 4 tahun ini, saya menggunakan cara briefing
and role playing. Briefing adalah pengarahan, sementara role
playing adalah bermain peran. Tujuannya agar Luigi mengenal anggota tubuhnya
dan terampil melindungi diri sendiri.
Briefing saya mulai setelah kami belajar anggota
tubuh. Gambar anggota tubuh anak laki-laki tampak depan dan belakang di papan
tulis menjadi media briefing. Saya jelaskan ada sentuhan yang baik,
yaitu dari bahu ke atas dan dari lutut ke bawah. Ada juga sentuhan buruk
yaitu mulut, dada, kemaluan, dan pantat.
“Empat
anggota tubuh ini namanya area pribadi, jadi tidak boleh disentuh orang lain kecuali
Mama dan Ayah. Dokter boleh pegang tubuh Luigi saat memeriksa, asal ada Ayah
dan Mama” ujar saya menjelaskan.
Saya
katakan karena tubuh Luigi adalah milik Luigi, jadi Luigi harus jaga. “Buat
Mama Luigi itu berharga, jadi Mama nggak mau ada yang melakukan sentuhan buruk dan
bikin tubuh Luigi sakit” alasan saya.
Saya juga
menyelipkan pesan jika ada orang yang pegang area pribadi, Luigi harus bilang
“jangan pegang-pegang”, lalu segera berlari ke tempat ramai dan cerita kepada
Mama.
Terakhir
kami melakukan role playing. Dengan menanyakan kembali mana sentuhan
baik dan sentuhan buruk. Lalu saya bernyanyi lagu yang nadanya saya buat
sendiri mengenai sentuhan, agar briefing dan role playing yang sudah
dilakukan lebih mengena.
Semoga
cara ini menjadi #AksiNyata saya sebagai orangtua berkontribusi mencegah
kekerasan berbasis gender, khususnya kekerasan seksual pada anak usia dini.
Pertama saya ucapkan selamat mbak septi, atas tulisannya yang sudah mendapat juara 1. Kedua, terima kasih sudah menuliskan ini, saya belum mengenalkan untuk hal ini kepada anak² saya, paling banter saya bilang "saru" kalau gak pakai baju dan celana.
BalasHapusmakasih banyak ya mba sudah berkenan membacanya :) Semoga ada manfaatnya :) Alhamdulillah, juara adalah bonus dari memikirkan syarat lomba yang maksimal (hanya) 500 kata ini hehe.
HapusSangat inspiratif mbak. Alhamdulilah saya sudah menerapkan ini kepada anak-anak. Dan memang harus menjadi kebiasaan ya. suka sama tulisannya
BalasHapuswah keren nih mba, sudah menerapkan hal ini kepada anak-anak mba :)
Hapusterima kasih sudah berkunjung kesini ya :)
Aku jd sadar selama ini ga prnh sedetil itu mengajarkan anak2ku ttg bagian2 tubuhnya. Padahal penting sekali mereka tau untuk menjaga bagian tubuh tertentu supaya ga sembarangan disentuh orang lain ya mba.
BalasHapusCara yg mba lakuin mau aku contoh untuk ngajarin anak2 ku mana aja sentuhan2 yg baik, mana yg tidak. Thankyou artikelnya mba, berisi sekali ;)
wah Alhamdulillah, makasih apresiasinya ya mba, semoga bermanfaat, ini bisa disesuaikan dengan usia anak-anak mba Fanny karena memang disini terlalu singkat penjelasannya (karena nggak bisa lebih dari 500 kata :p) Makasih sudah mampir kesini :)
BalasHapusSelamat ya mbak Septi, tulisannya mmg inspiratif banget. Alhamdulillah Dewi juga sdh menerapkan ini di rumah, namun msh byk org yg tidak menyadarinya. Dianggap ktn masih kecik jadi masih abai. Smg semakin banyak yg memahami pentingnya 4 hal di atas dan menerapkannya:)
BalasHapusAlhamdulillah, makasih ya mba atas apresiasinya :) Ikut senang jika banyak orangtua yang menyiapkan anak-anaknya untuk hal ini :)
HapusSalam
sama-sama mba, semoga bermanfaat ya :)
BalasHapus