Kata siapa
dataran tinggi dieng selalu sejuk bahkan dingin? Coba datang ke kawah Sikidang
untuk merasakan panasnya tanah Dieng. Cerita ini adalah lanjutan postingan
wisata budaya Dieng DISINI ya.
Kadang
saya berpikir, apakah tanah Dieng ini terbuat dari bumi yang lain? Aktivitas
apa lagi di bawah bumi tempat saya menginjakkan kaki ini? Karena Dieng masih
menyimpang kawah yang benyawa, salah satunya di Kawah Sikidang. Meskipun
sungguh kantuk mulai menyergab karena sejak malam belum istirahat, tapi rasa
penasaran belum terjawab. Hingga tiba juga di lokasi Kawah Sikidang.
Kawah
Sikidang sudah dibuka untuk wisatawan umum dengan menegakkan protokol
kesehatan. Kami harus mencuci tangan di depan kompleks Kawah. Tiket dari
kompleks candi Arjuna masih dapat digunakan untuk masuk ke Kawah Sikidang. Untuk
penderita asma disarankan tidak mendekati area kawah, karena di takutkan tidak
kuat dengan aroma belerangnya yang kuat.
Ada persewaan
mobil jib Rp.300.000 untuk maksimal 6 orang menuju ke kawah tanpa harus
berjalan kaki. Namun saya dan suami memilih jalan kaki saja.
Setelah
masuk lokasi, ada lubangan yang tak ada air belerangnya. Hmm, kemanakah kawah
itu? Ternyata saya harus berjalan kaki menuju aroma belerang kira-kira 1 km
dari pintu masuk. Baru saya ketahui bahwa lubang besar itu adalah bekas kawah
yang sekarang menjadi cekungan besar.
Menuju
kawah utama saya tempuh berjalan kaki melewati jalanan yang tak mulus. Bau
belerang mulai menyusupi indera penciuman. Bau belerang tak sanggup dibendung
hanya dengan masker. Cara yang bisa dilakukan adalah berdiri berlawanan arah
angin yang membawa kepulan asap kawah yang dikepung pepohonan meranggas.
Inilah pertama kali saya melihat kawah dari dekat, bahkan sangat dekat. Kawah Sikidang berada di area mendatar sehingga tak perlu mendaki gunung, lewati lembah kita bisa menyaksikan fenomena alam ini.
Sikidang
masih bernapas, sikidang adalah legenda. Seorang tour guide mengisahkan
pada saya, ada cerita yang dipercaya masyarakat mengenai Sikidang. Dulu,
tersebutlah seorang Raja Kidang ingin melamar Ratu Sinta Dewi. Tanpa bertemu
sebelumnya, sang ratu menerima pinangan sang Raja. Ternyata Ratu Sinta kecewa
melihat sang raja yang berbadan tegab namun kepalanya berambut gimbal seperti
Kidang (binatang Kijang).
Hingga
sang ratu memberi persyaratan untuk menyuruh sang raja menggali sumur di sini.
Ternyata itu adalah cara sang Ratu untuk memendam sang Raja. Sang Raja marah dalam
galian sumur dan tiba-tiba sumur meledak. Kemarahan itulah yang dipercaya
sebagai cikal bakal Kawah Sikidang.
Saya jadi
tertegun membayangkan betapa bumi dieng menyimpan banyak khazanah tradisional
yang unik. Kepulan asap belarang mungkin adalah wujud kemarahan Raja Kidang
yang ditolak lamarannya oleh sang Sang Ratu Sinta.
Untuk melihat
lebih jelas fenomena ciptaan Illahi itu, idealnya naik ke bukit kapur menjulang
di sekitar kawah. Namun buat saya terlalu beresiko, jika terpeleset bisa
tercebur ke air menggelak kawah.
Sebagai
wisatawan, saya berusaha untuk mentaati peraturan yang ada. Tidak mendekat pada
pagar pembatas kawah, dan tetap menjaga kebersihan. Saya berusaha mendekat pada
tour guide agar bisa menyimak setiap kisah yang dituturkan mengenai
Sikidang. Perjalanan bisa penuh makna jika mengetahui cerita dibalik tempat
wisata yang kita pijak. Sikidang telah mengajarkan kita semua untuk menepati
janji, apapun resikonya.
Cuma ada
hal yang mengganggu pemandangan saya. Ada seutas tali besi dekat kawah yang
ternyata saya ketahui dari tour guide itu adalah tali untuk flying fox.
Hmm, apa benar-benar aman ya, tali besi tersebut di udara panas Sikidang. Kenapa
Sikidang tak dibiarkan alami saja sebagai wisata alam.
Untuk fasilitas
di Kawah Sikidang ada toilet bersih dengan air yang mengalir cukup deras, ada
musholla, dan warung makan juga penjual oleh-oleh. Banyak Ibu-Ibu menjual hasil
perkebunan Dieng seperti kentang, wortel, kopi bubuk, kaos khas Dieng, bahkan
serbuk belerang yang dipercaya banyak manfaat.
Misalnya
untuk mengobati penyakit kulit seperti jerawat, gatal-gatal dan ketombe.
Caranya satu sampai dua sendok serbuk belerang dilarutkan ke dalam air panas.
Setelah dingin baru di basuhkan ke anggota yang sakit.
Semua
tentang Sikidang sangat memesona. Namun saya tak bisa berlama-lama didekatnya.
Di dekat kawah juga tak ada tempat untuk sekedar duduk-duduk. Sehingga setelah selesai
menikmati kisah dan keunikan kawahnya, saya bergegas pergi.
Saat ini
Kawah Sikidang menjadi lokasi andalan dataran tinggi Dieng sekaligus penyimpan
potensi panas bumi. Ia menjadikan para pejalan mempunyai pengalaman seakan
berada di bumi lain. Di kawah yang melegenda, kawah yang bernyawa, dialah Kawah
Sikidang.
Kalian
pernah menjejalah Dieng dan bertandang ke Kawah Sikidang? Share pengalamannya yuk,
di kolom komentar ya
Aku ke Kawah Sikidang dua tahun lalu...dan beneran memnag bau belerang bikin sesak berlama-lama, apalagi kedua anakku ada asma. Memesona Dieng dengan pesona alam dan keunikannya. Meski masih perlu perbaikan di sana-sini karena di sekitar kawah berserak tempat pepotoan yang bikin pemandangan ga alami. Tapi ditu dulu gatau sekarang. Semoga berkesempatan ke Dieng lagi karena waktu itu cuma 2 hari
BalasHapusWohooo, Dieng memang menakjubkaaann!
BalasHapusAku mauuu banget main2 ke Dieng, ntar deh, nunggu kondisi aman terkendali.
Kece bangettt ini foto2 di kawah sikidang nyaaa
Aku belum pernah ke kawah ini, Mba, tapi membaca gambaranmu, kebayang panasnya ini.... Wuih. Terus...
BalasHapus--> Ada seutas tali besi dekat kawah yang ternyata saya ketahui dari tour guide itu adalah tali untuk flying fox.
Ini kok kayaknya bahaya banget yaa? Kalo kenapa-napa gimana? Hehe. Setuju denganmu, Mba, akan lebih baik jika dibiarkan alami saja sih ya?
Ntar kapan kesana pengen deh bisa ke kawah ini.
Bisaan banget yang ngarang!
BalasHapusKalau jaman now jangan jangan karena ditolak cintanya oleh BTS atau anggota grup boyband NCT
Daku belum pernah ke Dieng mbak, dan ceritamu membuatku kesana, hu hu hu
BalasHapusKapan yaa bisa bebas jejalan lagi, supaya bisa mengunjungi daerah wisata ini.
Di Dieng ada minuman purwaceng, nyobain ngga?
BalasHapusNyeremin ya, ada flying fox di kawah, bacanya aja serem
apalagi kalo lihat, bakal tutup muka deh saking takutnya
Duh eike klo naik gunung atau ke datarang tggi agak rempong mak, soalnya sering bengek. Aplg mencium bau belerang
BalasHapusudah lama ga kesini...jadi kangen deh. dulu kawahnya terbuka gitu. orang bebas mendekati kawah yg keluarkan asapnya. bahkan sampe ada yg bawa telur mentah buat dimasak dengan asap kawahnya. sekarang udah dipagari ya...
BalasHapusSaya belum pernah ke Dieng mba... Bbrp klo mau pergi gagal Ada Aja alasannya kpinginnya sih pergi bareng2, baru Tau ini sejarahnya ttg sikidang
BalasHapusPernah ke kawah ini tapi saya gak kuat dengan bau belerang nya. Akhirnya keliling di dalam pasar yang ada di dekat area parkiran. Malah ketemu camilan-camilan yang nyenengin banget hahahaha. Akhirnya malah nongkrong ngopi di sana bareng temen-temen
BalasHapusSaya belum pernah ke Dieng, apalagi sampai ke kawahnya. Huhuhu. Semoga deh suatu saat nanti bisa ke sana. Oh ya, pengen lihat event Jazz Atas Awan juga.
BalasHapusTetep belom pernah ke sini, jadinya lebih fokus ke kakaknya Lui ajah deh, itu senyumnya penuh makna banget, senyum kesenengan yang lagi halan-halan hahaha.
BalasHapusSenyummu itu mirip adik sepupu saya yang juga imoet, jadi ngobatin banget keluarga nun jauh di sono say.
Oh ya, btw kuat banget dirimu jalan kaki say, emang petualang sejati yang merindukan sosok alam nih :D
Mba, maksudnya itu tali flying fox melintasi kawahnya gitu?
BalasHapusPas aku kesana msh belum ada yg aneh2 bgitu. Tapi aku inget ada motor trail dijadiin spot foto, trus ada serombongan trnsgender berpoese2 pake baju mencolok :D. Hrs bayar kalo foto Ama mereka. Msh ada ga yaa?
Kangen sih Ama Sikidang dan wisata Dieng yg lain. Aku diceritain juga Ama guide kemarin, kawah2 begini pasti selalu ada minta tumbal. Kalo Sikidang dia ga cerita, tapi kawah candradimuka yg aku dtgin sebelum ke Sikidang itu rutin ngambil korban, kalo menurut guide yaaa. Orang2 jatuhlah ke dalam kawah. Ya pasti lgs meninggal :(. Ga kebayang panasnya itu