Pernahkah kita bingung karena
barang di rumah hilang dan akhirnya diketahui ternyata si kecil yang
menyembunyikan? Kadang disembunyikan di tempat terpencil dan tak boleh seorangpun
tahu. Jika pernah, apa ya Moms lakukan? Marah dan melabel usil? Disini aku
berbagi cara bagaimana jika menghadapi hal tersebut.
Suatu pagi aku dibuat rungsing oleh hilangnya ulir baut tripod. Padahal tripod itu masih baru, belum pernah dipakai secara serius. Jadi aku dapat tripod itu lengkap dengan ring light karena juara II poto instagram dari sebuah event. Nah anakku, Luigi -4 tahun- suka bermain menggunakan tripod, kadang ulir bautnya dilepas pasang.
Aku mikirnya wajar sih, dia
mainkan mur baut karena pasti buat anak-anak hal tersebut merupakan hal yang
menantang dan menyenangkan. Tapi pagi itu, tripodnya tidak bisa ditinggi-rendahkan.
Usut punya usut ternyata ulir bautnya tidak ada. Sekonyong-konyong aku mencari
diseluruh ruangan bermain Luigi.
Kubuka semua wadah, tidak ada.
Kusisir legonya hingga tercecer tak jua kutemukan. Aku baru ingat jika kemarin
ada tukang memasang tangga brakiasi Luigi dan aku membereskan semua mainannya.
Termasuk menyapu bersih semua mainan kecil-kecil yang tak terpakai. Pikiran
langsung menuju sampah. Iya aku menuju sampah dan mencari plastik mainan Luigi
yang aku buang. Setelah membongkar ternyata nihil.
Aku tanya suami dan tak tahu
adalah jawabannya. “kemarin dipakai Luigi, tripodnya ditaruh di perosotan
tangga brakiasinya”. Aku langsung menuduh Luigi, dan mengatakan “adek dimana
ulir baut tripod Mama?” “adek sembunyikan dimana?” “adek tolong kembalikan ulir
baut tripod Mama”. Dianya bengong dong. Aku hampir marah sama dia, karena
kondisi bingung dan ingin segera ketemu.
Self talk dikepala ramai, ada
yang bilang “kamu sih minjemin Lui tripod” “tuh akibatnya kalo minjemin tripod
ke Luigi” hingga self talk baik ”kalo dia lupa kenapa gak dibantu biar ingat”
seketika bilang ciiiiit.
Baru sadar aku harus melakukan
disosiasi, yakni seakan berada di posisi Luigi. Ini ada anak 4 tahun juga lupa naruh
ulir baut setelah dipakai mainan, sebagai orang dewasa ya dibantu mengingatnya.
Aku aja udah 1.700 kali lupa dimana naruh kunci sepeda motor, hingga 508 kali
ketinggalan dompet padahal datang di acara penting. (ya angka itu lebay, tapi
memang sering juga). Maka cara yang aku lakukan sebagai berikut :
Reframing
Alih-alih memberi karakter
usil pada anak, membuat logika turun dan membuat marah maka beri aja makna memberdayakan.
Sehingga responnya bisa lebih bijaksana.
Makna yang aku pilih adalah “Luigi
lagi masa eksplore, wajar aja mainin ulir baut, lepas pasang jadi kepuasan buat
anak seusia dia.”
Membantu Anak Mengingat
M : “Lui kata Ayah adek
kemarin mainin tripod Mama, apa bener ya?
L : “iya Mama”
M : “apa adek tahu ya kira2
dimana ulir baut tripodnya, soalnya gak bisa dinaik turunkan lagi”
L : “aku sembunyikan Ma, tapi
aku lupa”
M : “Hmm, Mama tahu pasti adek
juga khawatir ya ulir bautnya nggak ada. Mama boleh gak peluk Luigi biar tenang
lagi” (kalimat ini acknowledge perasaannya)
L & M : (peluk)
M : “Sekarang Mama bantu adek
ingat-ingat dimana naruhnya ya, yuk kita ke ruang bermain. Sekarang adek
cerita, kemarin mainnya gimana sama tripodnya ini”
L : (dia cerita panjang lebar,
mainan tripod, digelangtung di tangga dll)
L : “Ma, aku tahu dimana, di
dapur”
M : (hah dapur... dalam hati)
oh kok di dapur
L : “lah ini Ma”
Diluar dugaan, ulir baut ada di
sembunyikan Luigi di dapur. Padahal dia mainkan tripod di ruang bermain. Akhirnya
setelah ketemu, kita pasang ulir baut bersama.
M : “oia dek, adek boleh pakai
tripod Mama. Tapi kalo udah lepas, dipasang lagi ya
L : “aku gak tau masangnya Ma,
yang itu sulit” (maksudnya ulir baut yang besar)
M : “ok, kalo adek kesulitan
masang, apa yang harus adek lakukan” (pertanyaan coaching)
L : “minta bantuan?”
M : “betul, adek bisa minta
bantuan Ayah atau Mama ya”
L&M : berpelukan
Alhamdulillah tripod bisa
ditinggi-rendahkan lagi. Dulu jika ada barang hilang pasti seisi rumah ikut
dibikin rungsing, dan kalo ketemu pasti nyalahin yang nemuin hehe. Kedepan jika
barang hilang dan ternyata si kecil yang menyembunyikan lakukan reframing
(memberi makna) dan membantu anak mengingatnya, akhirnya respon kita jauh lebih
memberdayakan.
Cerita Luigi 4 tahun 6 bulan
Luiii, pinter banget sih, penasaran ama tripodnya mama, terus ga bisa dipasang murnya, malah disembunyiin hihihi :D
BalasHapusSama kayak si adik nih, ampuuunn dia banyak banget kekepoannya.
Kalau kakaknya cenderung diam dan nurut, si adik mah gitu, banyak tingkah, suka nerusak barang saking terlalu mandirinya, kemaren dia rusakin lampu baca yang baru saya beli dong, mau nangis rasanya hiks.
Tapi memang begitulah anak-anak belajar ya, yang penting mamaknya bisa berpikir lebih dewasa, biar tahu kalau anaknya itu anak-anak, bukan orang dewasa hahaha.
Kadang saya nasihati si adik sambil ngakak sendiri, gimana bisa saya nasihati anak usia 2 tahun biar lebih ngerti liat barang kalau dirusak, ckckckc
Mamak eror :D