Tertib Bertamu Pada Anak Usia Dini Dengan Briefing and Role Playing


Sebelum pandemi, rumahku menjadi markas teman-teman Luigi ketika capek bersepeda. Mereka akan melonjorkan kaki dan minum air kemasan yang sudah aku siapkan. Namun alangkah kaget ketika suatu sore kuketahui teman Luigi si Rey (sebut saja gitu), nyelonong masuk dan langsung menenggak teh pucuk yang ada di meja ruang depan.

Self talk langsung ribut di kepala “wow lancang anak kicik ini, main ambil tehku pula”. Akhirnya mencoba melepaskan emosi dengan berpikir “eh dia khan masih anak-anak, mungkin memang belum pernah diberi tahu” aku balik senyum malah nawarin “Rey mau tehnya? bawa aja”.

sumber gambar : Canva dan diedit oleh penulis

Sejak itu aku mulai membayangkan, bagaimana jika Luigi melakukan hal yang sama ketika bermain ke rumah temannya. Sementara aku tidak tahu, dan orangtua temannya juga tidak mungkin memberi tahu. Hmm, ternyata adab bertamu memang harus diajarkan pada anak.

Di Enlightening Parenting aku diberi pemahaman bahwa : anak bukan orang dewasa yang dikecilkan. Karena pengalaman pertama itu belum ada jejak mentalnya, maka anak harus dilatih dan dikenalkan. Sama seperti kita orang dewasa sebelum mengadakan acara ada gladi resiknya terlebih dahulu. Nah, untuk anak-anak ini namanya briefing and role playing.

(Baca jugaSeni Pengasuhan Enlightening Parenting)

Briefing adalah pengarahan, dan role playing adalah bermain peran untuk menyiapkan kondisi. Jadi intinya briefing adalah penjelasan secara singkat mengenai kegiatan yang akan dilakukan, supaya berjalan seperti yang diharapkan. Sementara role playing adalah latihan praktiknya. Briefing and role playing dilakukan saat anak diharapkan menunjukkan perilaku tertentu atau menghadapi suasana baru.

Kapan melakukan briefing? Sebelum melakukan kegiatan terutama kegiatan yang belum pernah dilakukan.

Ada 5 prinsip yang harus ada dalam briefing, yakni tell (info lengkap dan akurat) - show (beri contoh) - do (role playing) - ask (ceritakan kembali) - evaluate (feed forward)

Berikut ini contoh briefing and role playing yang kami lakukan sebelum bertamu ke rumah Ibu (setelahnya disebut Eyang).

Tell
Menjelaskan Wilayah
Dulu aku berfikir karena rumah Eyang di Surabaya adalah rumah masa kecil (hingga dibesarkan), sehingga aku anggap itu juga rumahku sendiri. Apa yang terjadi dengan pemikiran ini? Aku pernah marah ketika Luigi keluar rumah sakit dari rawat inap, dia nangis minta youtube karena mainannya diberesin semua sama Eyang (saat itu Luigi masih tinggal bersama para Eyang). Padahal kalo dipikir-pikir, itu rumah orangtua khan? Bukan rumahku ya? Bahkan aku suka naruh pakaian atau barang dimana aja. Kenapa seenaknya sendiri di “daerah yang bukan milikku”.

Jika kita pergi ke Jakarta, harus ikut peraturan Jakarta. Kalau kita di Surabaya, ya ikut peraturan di Surabaya. Pun sama, keluarga kami the Aditya’s juga punya aturan (btw, Aditya nama suami aku :p). Aturan keluarga kami tentu berbeda dengan aturan keluarga lainnya.

Anak harus tahu mana yang wilayahnya dan mana yang wilayah orang lain. Apa yang boleh dan apa yang tidak boleh. Karena setiap wilayah pasti punya aturan masing-masing.

Pernah sebelum pandemi aku ada 2 event berbeda, juga Luigi ada acara bersama teman sepedanya, maka sekalian Lui di Surabaya dititipin ke Eyang. Aku jelaskan dulu tentang wilayah. Kalau menurut KBBI, wilayah adalah daerah (kekuasaan, pemerintahan, pengawasan, dan sebagainya). Karena anakku masih 4 tahun, enggak mungkin aku jelasin plek seperti itu. Akhirnya aku mudahkan dengan bahasa seperti ini 

M : "Dek, setiap rumah yang ditinggali itu ada hal yang boleh, ada yang tidak boleh" "Misalnya nih, dirumah Gresik Luigi boleh nyetel AC seharian" "Sedangkan di rumah Eyang, nyetel AC buat tidur malam aja" beda ya nggak apa-apa, karena rumahnya juga beda, wilayahnya beda. Jadi jika bukan di rumah sendiri, Luigi harus meminta ijin ya"

Lalu aku lanjutkan bahwa aku ada kerjaan di Surabaya, jadi sementara Luigi sama Eyang di Surabaya. Berangkat diantar Ayah, sehingga Luigi harus bangun pagi. Aku jelasin lagi terutama yang berhubungan dengan kakaknya (keponakan yang ada di rumah Ibuku) - untuk meminimkan konflik.

“Kakak punya tembak-tembakan habis dibelikan Pakdhe, karena masih baru, Lui nggak usah pinjam ya. Gimana supaya Lui disana juga bisa mainan?”
L : “bawa mainanku sendiri Ma”
M : “ok kalo gitu mainan apa aja yang dibawa”
Saat itu yang dibawa akhirnya mainan truk pengaduk semen (dari playdoh). Aku juga menyiapkan aneka printable edukatif untuk dikerjakan Luigi selama di rumah Eyang.

(Baca jugabriefing menggunakan Balance Bike)

Show (memberi contoh)
Aku mencoba memberinya contoh beberapa hal yang dilarang oleh Ibuku.
M : “Lui, Eyang suka gak ya kalo jungkir balik di kasur?”
L : “gak Ma, nanti aku dimarai Eyang”
M : “jadi selama di rumah Eyang gak usah mainan jungkir balik ya, mainan jungkir baliknya pas udah balik ke rumah Gresik aja. OK”
Di rumah Eyang tidak boleh main jungkir balik (gerakan koprol), ya sementara nurut selama dalam wilayah Eyang. Anak harus tahu rambu-rambu wilayah yang bukan miliknya.

Beberapa hal yang biasanya aku ulangi adalah
Makan tidak sambil main youtube, kalaupun Eyang menyuapi dengan hp ya tidak apa-apa, tapi setelah makan hpnya dikembalikan lagi. Toh sementara. Aku percaya fitrahnya anak lebih senang berinteraksi dengan manusia. Jadi diberi makan sesekali oleh eyang sambil main hp nggak akan membuatnya jadi gila hp. Juga menggunakan AC harus ijin terlebih dahulu.

Do/role playing (mempraktekkan)
Aku mengajak Luigi bagaimana mengisi waktu di rumah Ibu tanpa jungkir balik. Seperti mengerjakan printable dan memainkan mainan yang sudah dibawa. Mengerjakan printable harus duduk di kursi ruang tamu dan dengan penerangan yang cukup.
M : “Luigi jika ingin menyetel AC harus bilang Eyang dulu ya, cara bilangnya seperti ini “Eyang, apa boleh AC nya dinyalakan?” coba Luigi ulangi cara ijin nyetel AC gimana?.

Ask (bertanya)
Aku bertanya pada Luigi adakah yang ingin ditanyakan selama berada di rumah Eyang. Dia tanya : “boleh lihat TV” kujawab boleh. Tapi tidak boleh disetel keras-keras.

Evaluasi
Aku meminta Luigi untuk menyampaikan penjelasanku lagi
M : “Luigi khan harus bersama Eyang selama mama kerja, jadi Luigi disana ngapain aja?” “boleh jungkir balik di kasur nggak ya?” “gimana cara ijin nyetel ACnya?”
Nah kira-kira seperti itu caraku mengajarkan adab bertamu konteks di rumah Ibuku (Eyang). Langkah briefing seperti di atas menyesuaikan kondisi, adakalanya lebih detail, atau lebih singkat.

***

Hal ini juga aku lakukan juga kepada temen-temen Luigi. Mereka akhirnya juga aku briefing do and don’tnya apa selama berkunjung di ruang bermain Luigi. Yang boleh dan yang tidak boleh. Ini wilayah rumahku, maka aku sosialisasikan dulu. Misalnya mainan hanya boleh dipinjam diruangan, tidak boleh dibawa pulang. Setelah menggunakan harus dikembalikan sesuai rak dan keranjangnya. Tidak boleh saling lempar dan bermain bergantian. Boleh minum air putih yang ada di kardus air minum kemasan.

Luigi sebelum usia 2 tahun sudah dibiasakan briefing, bahkan ketika cuma melihat Dinosaurus di Dino Park Jatim Park 3. Luigi kami persiapkan agar tidak takut selama disana terutama ketika mendengar auman Dinasaurus ala-ala. Manfaat yang aku rasakan adalah Luigi jarang tantrum, jerit-jerit, atau marah sambil guling-guling.

(Baca jugabriefing and role playing ke Dino Park Jatim Park 3)

Dengan melakukan briefing and role playing membuat anak menjadi lebih tertib dan beradab dalam kondisi apapun. Bukankah anak hidupnya masih sebentar, belum banyak pengalaman. Jadi, perlu jam terbang bagaimana menghadapi situasi yang baru, atau yang sesuai keinginan kita. 

Bagaimana jika anak tidak menjalankan sesuai briefing kita? Tugas kita mengingatkan. Kita yang sering dibilangin suruh update konten blog aja sering lupa, apalagi anak yang cuma sekali dibilangin, masak dituntut tanpa kesalahan :p  Sambil kita bisa evaluasi, mungkin ada bagian penjelasan kita yang kurang dipahami anak, atau kita belum menyiapkan beberapa kemungkinan yang akan dihadapinya, jadi ketika itu terjadi dia bingung harus ngapain. 

(Baca jugatoilet training bahagia dengan briefing n role playing)

Ingat ya, anak bukan orang dewasa yang dikecilkan. Karena pengalaman pertama itu belum ada jejak mentalnya, maka anak harus dilatih dan dikenalkan. Mereka butuh disiapkan dengan briefing and role playing.

Selamat mencoba briefing and role playing untuk anak atau keponakannya, ya teman-teman :)


Tidak ada komentar