Mendung bergelayut manja di langit Surabaya kala
itu. Masih berseragam putih dan rok merah, aku asyik membolak-balikkan buku
cerita tentang Aceh dan Papua di sebuah kamar tetanggaku. Banyak buku bagus
berserakan, mulai eksiklopedia, dan buku cerita rakyat. Tak kulewatkan hal-hal
menarik di dalamnya, terutama yang isinya bergambar penuh warna.
Sepulangnya dari ruang sempit itu, aku selalu
menemukan hal baru dan membuatku semakin bertanya. Kenapa ada orang berkulit
putih dan ada yang hitam legam, kenapa mereka keriting sedangkan rambutku
lurus. Aku jadi merasa ingin tahu banyak hal. Ingin tahu seperti apa Borobudur,
bagaimana bentuk aslinya, seperti apa batunya setelah membaca buku Keajaiban
Dunia.
Membaca membuatku mengerti bahwa ada orang-orang
yang tidak makan nasi sepertiku, namun sarapan roti dan keju. Setelah membaca
kisah Smurf dan Makhluk Salju, aku jadi mengerti ternyata di belahan
bumi lain ada yang tidak merasakan panas matahari seperti Surabaya, ditempat
mereka dingin karena salju. Apakah salju itu seperti es serut dan bisa di
makan? Ah pertanyaan konyol dari seorang bocah yang mendadak otaknya “liar”
setelah membaca. Sejak itu, aku seakan menemukan oase dari rasa penasaranku
akan sesuatu hal. Dialah buku.
Bagiku buku adalah kunci dari segala pertanyaan.
Pengalaman di masa kecil itu sungguh membekas bahwa karena membaca buku aku
jadi tahu hal baru. Benar kata pepatah bahwa buku adalah jendela dunia. Kadang
aku memberi pertanyaan pada teman-temanku dan senang melihat mereka
kebingungan. Setelah puas mengerjai mereka lalu kuberi jawaban dengan
jumawa. Hehe :p
Setiap terlintas pertanyaan di otakku, aku akan
mencari jawabannya di perpustakaan atau di kamar temanku tadi. Minatku yang
besar pada buku memang karena aku ingin tahu dunia luar. Karena keingintahuan juga,
aku suka belajar hingga bisa bertengger di peringkat 3 besar selama SD, bahkan
peringkat 1. Aku selalu penasaran!!!
Mengapa Harus Membaca Buku?
Menurutku membaca membuat kita mendapat jawaban dari
rasa ingin tahu. Menjawab rasa penasaran akan sebuah hal dan masalah. Membaca
juga salah satu pintu yang bisa mengakses informasi dan pengetahuan. Sehingga
kita mengaitkan informasi baru dan informasi yang sudah diketahui sebelumnya.
Tentu saja kebiasaan membaca ditentukan banyak faktor salah satunya minat.
Minat adalah kesenangan. Dan aku senang membaca. Minat ini wujud dorongan rasa
ingin tahuku.
Ketika menikah dan memiliki anak, aku juga ingin
mengembangkan minat baca anakku -Luigi 4 tahun- dengan mengembangkan rasa ingin
tahunya. Membaca merupakan cara paling efektif
untuk menjawab segala rasa ingin tahu.
Dunia Anak – Selalu Ingin Tahu
Perkembangan otak dari lahir hingga 2 tahun pertama anak
mencapai 80% dari orang dewasa. Pada usia 6 tahun otak anak sudah terbentuk 95%
dari otak orang dewasa. Pembentukan sinapsnya pun sangat cepat pada usia dini.
Mencari tahu dengan bertanya dan dibacakan buku membuat synapsnya semakin
terhubung satu sama lain. Inilah yang disebut masa periode emas atau golden
age, masa yang tidak akan terulang. Pada usia itu mereka menyerap informasi
dengan cepat.
Menurut anak-anak, dunia dipenuhi hal yang menarik,
sehingga menimbulkan keingintahuan. Aku
masih ingat saat Luigi bayi, ia kerap meraih benda yang didekatnya. Lalu
penasaran dan memasukkannya ke dalam mulut. Pada usia satu tahun ketika bisa
merangkak, Luigi suka membongkar isi lemari dan membuka tutup pintu. Yah
begitulah anak-anak belajar. Mereka menggunakan semua inderanya untuk belajar,
dan menjawab rasa ingin tahunya.
Lambat laun, semakin bisa berkomunikasi lisan, Luigi
bertanya “ini apa”, “itu apa”. Ini suara apa? Semakin kosa katanya bertambah, bertambah
rasa penasarannya dengan tanya “mengapa”. Mengapa bumi bulat, mengapa virus
Korona cepat menyebar, mengapa ada bakteri di usus kita? Dan banyak pertanyaan
lainnya yang harus kujawab dengan buku. Buku menjadi mediaku memuaskan
dahaganya. Aku menyadari otaknya sedang berproses menyatukan jaringan sinaps. Aku
pun ingin menunjukkan Luigi bahwa dengan membaca buku kita bisa menemukan
jawaban dan “melihat” dunia.
Caraku Menumbuhkan Minat Baca Luigi
Karena membaca menjadi langkah efektif untuk menjawab segala rasa
ingin tahu, maka ini beberapa cara yang selama ini aku lakukan
untuk menumbuhkan minat baca anakku.
Pertama, Role model
Bisakah kita percaya sales bedak anti jerawat, jika wajahnya
saja penuh jerawat? hehe. Barangkali ini adalah contoh konyol dariku untuk
menunjukkan bahwa kita ini pemasar. Apa yang kita jual? Nikmatnya tahu karena
mambaca. Maka yang aku lakukan adalah menjadi contoh bahwa aku juga suka
membaca. Ia bisa melihatku membaca buku dengan riang gembira. Bahwa akupun juga
dekat dengan buku. Luigi tahu aku punya koleksi buku yang sering aku baca di
dekatnya. Aku percaya bahwa anak adalah peniru ulung, maka mencontohkan
bahagianya membaca adalah langkah awal mendekatkannya dengan buku.
Kedua, Membacakan buku
Buku bergambar hitam putih adalah buku pertama yang
aku kenalkan pada Luigi. Lalu meningkat pada soft book (buku bantal), boardbook,
buku feel and touch (sentuh rasa), hingga buku pop up. Aku ingat
matanya terpaku pada gambar-gambar juga fitur tarik dorong di dalamnya. Bangun
tidur bukan kuterus mandi, lalu menggosok gigi. Tapi Luigi langsung ambil buku
dan memainkan fitur yang ada di buku dan bertanya gambar-gambarnya. Sepertinya
memang bukulah mainan pertama Luigi sejak ia hadir kedunia.
Sebelum membacakan buku untuknya, aku terlebih dulu
membaca keseluruhan isinya. Sampai aku paham jalan cerita dan hikmah yang bisa
diambil. Terutama nilai-nilai yang sejalan dengan visi misi keluarga. Lalu
membacakannya di waktu terbaik yakni menjelang tidur. Sebelum tidur adalah
kondisi paling rileks pada anak. Aku memastikan bahwa tidak ada distraksi
seperti suara TV atau suara ponsel dan laptop.
Ketiga, Menggambar
Menggambar adalah bahasa tulis pertama anak. Aku
menggunakan media gambar agar tahu apa yang menurut Luigi paling berkesan dari
sebuah cerita. Meskipun hanya corat coret yang penting ia bisa menceritakan
kembali melalui gambarnya. Misalnya setelah kubacakan buku Cerita Korona, ia
pun mencoba menggambar bentuk virus Korona, dan perjalanannya masuk ke
paru-paru sehingga menyebabkan orang sakit.
Keempat, Membiasakan berbincang/ngobrol
Biasanya setelah membaca, aku tidak langsung
mengembalikan ke rak buku. Kami berdua ngobrol tentang isi buku. Teknisnya
berupa tebak-tebakan. Misalnya cerita mengenai pergi ke dokter gigi, maka aku
tanya mengapa si A harus datang ke dokter gigi, apa yang terjadi jika tidak
dibawa ke dokter gigi? semacam itu.
Kelima, Main di luar / menjelajah
Katanya dunia tak seluas daun kelor. Sebelum ada
Korona, aku punya project #dolankaroLuigi (bermain diluar bersama Luigi). Kami
mengunjungi museum, taman, pelabuhan, kebun binatang, tempat wisata alam, dan
lainnya. Sejak keluar pagar, selalu ada saja bahan obrolan. Misalnya tentang
simbol rambu lalu lintas, dan tulisan baliho di jalan. Luigi akan bertanya apa
yang dilihat dan didengar. Di rumah ia lanjutkan dengan mencari detailnya di
buku. Ada yang menyebut kegiatan seperti ini dengan istilah jelajah literasi.
Keenam, Menaruh buku di tempat yang mudah dijangkau
Dirumah, kami punya ruang khusus sebagai tempat
bermain dan belajarnya Luigi. Namun buku-buku memang tidak berada di satu
tempat. Salah satunya aku taruh di kamar. Di kamar ada rak kecil berisi buku
yang sedang kubaca dan sebagian buku Luigi. Dengan menaruhnya di kamar dan
diletakkan di rak kecil, ia jadi mudah mengambilnya jika ingin dibacakan. Apalagi
agenda membaca buku waktunya sebelum tidur.
Ketujuh, Memuji efektif setelah selesai membaca
Rentang konsentrasi anak memang sebentar. Bisa betah
setengah jam mendengar dan menyimak buku yang kita bacakan sudah bagus. Namun
aku flexible, jika terasa 15 menit ia berkata sudah, maka segera aku tutup
bukunya. Tak lupa aku berikan pujian efektif yakni pujian yang fokus
pada perilakunya. Pujiannya spesifik berhubungan buku yang dibaca. Seperti
“terima kasih ya Luigi bisa duduk tenang sama Mama selama baca buku Sekolah di
Ujung Tebing”.
Kedelapan, Memilih sendiri buku di toko buku
Sebelum Korona menyerang negeri, untuk mendekatkan
dengan buku kami mengagendakan jadwal #dolankaroLuigi ke toko buku. Luigi
kuarahkan menuju rak buku anak, menyuruhnya memilih sendiri buku yang disukai.
Biasanya jika sejak di rumah dia kurang puas dengan jawabanku, maka buku itulah
yang dipilih. Seperti ketika dia penasaran dengan mobil pemadam kebakaran dan
segala aktivitas di dalamnya, buku fire truck lah yang dipilih.
Membiasakan memilih buku sendiri, membuat dia lebih bersemangat ketika dibacakan.
Kesembilan, Berkunjung ke
Perpustakaan
Biasanya aku
mengajaknya ke perpustakaan kota karena tidak perlu membeli buku namun masih
bisa menikmati bacaan bersama. Kukenalkan pada perpustakaan sejak ia masih
bayi. Di Surabaya perpustakaan yang sering kami kunjungi di Balai Pemuda.
Disana ada pojok baca khusus anak dengan buku yang melimpah.
Kita bisa meminjam
beberapa buku untuk dibawa pulang. Dia senang sekali berkunjung ke perpustakaan
kota karena selain banyak buku, Luigi bisa bermain permainan edukatif di
komputer yang disediakan. Ia sabar menunggu giliran untuk memakainya. Yah
memang Luigi biasa “klak klik” mouse komputer karena di rumah aku memperbolehkannya
memakai gadget untuk tujuan pembelajaran.
Akibat pandemi Covid-19
kami sudah tidak pernah berkunjung ke perpustakaan kota lagi. Toko buku juga
tutup. Padahal buku yang di rumah sudah dibaca semua. Jika biasanya pertanyaan
“uniknya” aku jawab dengan buku, kali ini bukunya sudah pernah dibahas. Dan
tidak mungkin aku bilang menurut google. Aku selalu mengandalkan buku cetak
untuk menjawab rasa ingin tahu. Hingga akhirnya aku mulai mengenalkannya pada
perpustakaan digital.
Apa itu perpustakaan digital?
Perpustakaan
digital adalah perpustakaan yang koleksi bukunya dalam bentuk digital. Jadi
kita tidak perlu datang ke perpustakaan, karena perpustakan digital ada di
ujung jari. Kita dapat mengakses melalui website atau mengunduh aplikasinya.
Perpustakaan digital tidak hanya bisa menyimpan tulisan, namun juga bisa
menyimpan video, foto, suara dan slide.
Mengapa menggunakan buku digital?
Menurut penelitian Fierenziana G. Junus; Zahroh Nuriah;
dan Totok Suhardijanto dalam makalahnya berjudul “Kemampuan Membaca Anak
Berdasarkan Gender dan Preferensi Gawai” menyimpulkan bahwa buku digital
memiliki efek yang sama dengan buku cetak. Artinya meski anak-anak membaca
dengan buku digital namun tetap memperoleh manfaat yang tidak berbeda dengan
versi cetak. Buku digital juga
mudah, bisa diakses dimana saja. Harganya lebih terjangkau daripada buku cetak,
bahkan gratis.
Anakku Luigi
termasuk generasi Alpha karena lahir setelah 2010. Teknologi sudah sangat dekat
dengannya, berkembang begitu cepat. Aku tidak bisa pungkiri bahwa Luigi sudah
mulai aku kenalkan dengan ponsel pintar dan fitur aplikasi edukasi sebagai
media pembelajaran. Termasuk memupuk minat membaca dengan mengenalkan buku
digital. Pada dasarnya aku mencoba bersinergi dengan teknologi untuk masuk
dunia anak di era digital ini.
Dengan mengakses
perpustakaan digital, kami bisa menemukan koleksi buku yang beragam. Bahkan
mungkin lebih bagus atau lebih berkualitas dari yang di rumah. Apalagi pandemi Covid-19
membuat kita tidak dapat menikmati buku bergizi selain koleksi pribadi, dengan
berkunjung perpustakaan kota lagi.
Hingga akhirnya aku
tahu bahwa ada perpustakaan digital buku cerita anak bernama Let’s Read!. Awal
perkenalanku dengan Let’s Read! adalah ketika temanku share di Facebook
tentang satu cerita anak yang kutahu linknya dari aplikasi Let’s Read!. “Wah
menarik,” kesanku pertama kali!!!
Let’s Read! Perpustakaan Digital #CeritaBergambar untuk Anak
Let's Read! adalah platform
perpustakaan digital buku cerita anak berkualitas. Diprakarsai oleh Books for
Asia dari The Asia Fondation yakni program literasi yang berlangsung sejak
1954. Program tersebut dianugerahi penghargaan Library of Congress Literacy
Awards A.S atas inovasi dalam promosi literasi.
Tujuan
Let’s Read! adalah membudayakan kegemaran membaca pada anak Indonesia sejak
dini melalui digitalisasi cerita bergambar, pengembangan cerita rakyat dengan kearifan lokal dan penerjemahan buku cerita anak berkualitas terbitan
dalam dan luar negeri ke dalam bahasa nasional dan bahasa Ibu. Dengan ini
Let’s Read mendukung proses literasi anak dengan cara yang baru dan inovatif.
Koleksi
Let’s Read! bersumber dari Booklab sebuah lokakarya penulisan dan ilustrasi
buku anak, Yayasan Litara, Institut Teknologi Bandung, ISI Padang Panjang,
Universitas Petra, dari penerbit, komunitas, lembaga pemerintah maupun swasta. Untuk
koleksi terjemahan bekerja sama dengan institusi pendidikan, komunitas, dan
beberapa universitas di Indonesia. Misalnya untuk menerjemahkan cerita bahasa
Indonesia ke Bahasa Jawa, maka kerjasama dengan Universitas Negeri Surabaya
agar sesuai cerita aslinya.
Let’s Read! dapat diakses melalui dua cara yakni
dengan membuka situs https://reader.letsreadasia.org/ melalui
browser laptop atau bisa juga melalui aplikasi Let’s Read! yang
bisa diunduh di Playstore Android.
Mengapa aku menggunakan Let’s Read! untuk menumbuhkan minat baca Luigi?
Dapat digunakan secara cuma-cuma
Let’s Read! merupakan satu-satunya perpustakaan
digital gratis Asia untuk anak-anak. Sehingga siapapun dapat mengakses bacaan
berkualitas dari Let’s Read! tanpa pandang bulu. Termasuk mereka yang tinggal
di pelosok yang jauh dari akses perpustakaan fisik bahkan perpustakaan
keliling.
Bergambar dan berwarna
Meski dalam bentuk digital, semua koleksi buku di
Let’s Read! sama seperti buku anak versi cetak, tetap bergambar dan berwarna.
Didukung ilustrasi menarik membuat cerita yang ditampilkan menjadi “hidup”. Hal
ini akan membantu anak untuk memvisualisasikan jalan cerita. Dan tentunya
membuat anak-anak semakin tertarik dengan bukunya.
Multibahasa, termasuk bahasa Indonesia dan bahasa Ibu.
Ada banyak judul cerita dari berbagai negara di Asia
yang bisa diterjemahkan Bahasa Indonesia, juga bahasa Ibu seperti bahasa Jawa,
Minangkabau, Sunda dan Bali. Sehingga anak-anak dari lintas Asia bisa mengakses
cerita lintas budaya dengan bahasa lokal atau bahasa Ibu.
Luigi pernah tertawa riang saat kubacakan buku “Bonta,
Ana Ngendi?” (Di mana Bonta?) dalam bahasa Jawa. Ini hal menarik buatnya,
pengalaman pertama membacakan buku dengan bahasa daerah, apalagi aku plesetkan
dengan bahasa Suroboyoan. Manfaatnya ia jadi lebih mudah mengerti isi
ceritanya, karena dibacakan dengan percakapan sehari-hari di rumah.
Mengangkat tema cerita lokal masyarakat setempat
Let’s Read! mengeksplorasi topik cerita yang ragam
seperti pengelolaan lingkungan, toleransi, kesetaraan gender, dan STEM
(Science, Technologi, Engineering, dan Math). Hal tersebut dipilah menjadi
label tema alam, keluarga dan persahabatan, petualangan, hewan, pahlawan, anak
perempuan hebat, kesehatan, dan pemecahan masalah.
Yang unik adalah banyak cerita yang mengangkat tema
lokal masyarakat atau cerita rakyat, termasuk cerita-cerita budaya negara di
Asia. Sehingga anak-anak bisa mempelajari keanekaragaman sosial budaya dari daerah/negara
Asia lainnya. Hal ini tentu akan membuat rasa ingin tahunya semakin berkembang.
Contohnya cerita Luh Ayu Manik Mas, Sayang Hutan menggunakan nama tokoh
yang sesuai budaya Bali.
Buku dapat diunduh dan dicetak untuk penggunaan offline
Setiap buku bisa diunduh melalui format pdf atau ePUB.
Dapat dicetak dengan pilihan vertikal, horizontal, dan buku kecil. Sehingga
bisa menyesuaikan kenyamanan saat di baca kembali. Dan tentunya setelah
diunduh, bisa dicetak dan digunakan tanpa membutuhkan internet lagi. Anak-anak
bisa dibaca sewaktu-waktu, kapan saja dan di mana saja.
Gambar dan Teks Bisa Dibesarkan
Kelemahan membaca buku elektronik terkadang
tulisannya yang kecil. Namun Let’s Read! menyediakan kemudahan dengan menu
perbesar. Jadi gambar dan teksnya dapat dibesarkan, sehingga lebih jelas dan
nyaman ketika membacanya.
Berjenjang
Asiknya menggunakan Let’s Read adalah semua buku
sudah disortir berdasarkan tingkat kesulitan berupa level berjenjang. Mulai
dari level buku pertamaku dengan minim teks, level 1 hingga level 5 seperti
cerita rakyat dengan banyak kalimat dalam satu gambar. Luigi sendiri sering
menggunakan level 2 yang menggunakan 2 kalimat dalam satu halaman. Kadang juga
level 5, tergantung apa yang ditanyakan.
Legalitas Koleksi Let’s Read
Untuk mengunduh buku digital (ebook), kadang aku
berpikir, apakah ini legal? Karena bagaimanapun kita harus menghargai karya
penulis, ilustrator, editor dan semua tim yang berhubungan dengan terbitnya
sebuah buku. Ternyata semua koleksi buku di aplikasi Let’s Read berlisensi Creative Commons (CC), yang artinya
buku-bukunya dapat dibaca, diunduh, dicetak dan disebar luaskan secara bebas
asal tidak untuk komersil.
Buku favorit Luigi di Let’s Read!
Burung Namdur Harus Jujur
Burung
Namdur Harus Jujur adalah cerita asli bahasa Indonesia.
Ditulis oleh Evi Z. Indriani dan ilustrator Hutami Dwijayanti yang
berkisah tentang kompetisi diantara burung Namdur bernama Anam dan Andur. Ada
nilai kejujuran di dalamnya. Burung Namdur adalah burung yang terdapat di hutan
Papua. Ciri khas burung ini pandai menghias sarang dengan indah. Ia menghias
dengan biji-bijian, bunga, juga dedaunan.
Ketika menjelaskan burung dari Papua ini, membuat
Luigi jadi ingin bertemu Namdur. Ia ingin tahu bagaimana proses burung Namdur
membangun rumah yang bagus. Akhirnya ia membuat kesimpulan bahwa burung Namdur adalah
burung yang pintar. Ia jadi bertanya tentang hutan Papua, sejauh apa untuk
sampai kesana dan Papua apakah termasuk wilayah Indonesia. Akhirnya aku jawab
rasa ingin tahunya dengan memperlihatkan peta Indonesia, agar ia tahu dimana
persisnya Papua tempat Namdur berada.
Kisah Dewi Sri
Dulu cerita rakyat seperti Malin Kundang sangat
membekas saat aku SD. Di aplikasi Let’s Read! dari label cerita rakyat ada
judul yang Luigi sukai yakni Kisah Dewi Sri karya penulis Rakyat Jawa
Tengah dan ilustrator Astari
Etti Nurcahyani. Di Jawa, Dewi Sri dipercaya merupakan lambang
kesuburan. Ia dijuluki sebagai dewi kesuburan karena pernah menjaga sawah
petani saat ia masih dikutuk menjadi ular. Ular itulah yang menghalau tikus
yang merupakan hama padi. Ketika sawah dijaga Dewi Sri, panennya menjadi
melimpah.
Luigi bertanya, apakah dia harus berterima kasih
pada Dewi Sri karena punya beras sehingga bisa makan nasi? Kujawab bahwa kita
berterima kasih kepada Allah. Caranya dengan bersyukur, dan memakan nasi hingga
habis. Membacakan cerita Dewi Sri adalah cara efektif membuat Luigi selalu berusaha
menghabiskan nasi tanpa sisa.
Tumi Pergi ke Taman
Tumi Pergi ke Taman dari terjemahan
buku Tumi Goes to the Park karya Paballo Rampa dan Nyambura Kariuki.
Menceritakan Tumi diajak Mamanya pergi ke Taman. Lalu bertemu teman baru bernama
Zakhe. Tumi mengajak Zakhe bermain jungkat jungkit dan bermain pasir bersama.
Di buku ini menjadi mediaku mengajarkan Luigi
bagaimana cara bermain bersama teman. Termasuk cara menyapa, memperkenalkan
diri dan ikut bermain. Sehingga anak bisa bermain bersama dengan gembira karena
saling menerima dan mengenal.
Let’s read! menurutku menyajikan cerita yang penuh
pengajaran nilai kebaikan, juga mengenalkan hal baru. Ditulis bahasa sederhana
dan sangat “hidup” dengan ilustrasinya yang menarik. Membantuku anti mati
gaya ketika mendampingi Luigi belajar di rumah.
Let’s Read! Ibarat pintu kemana saja ala
Doraemon, kami bisa menjelajah budaya daerah lain di Indonesia. Kita tahu bahwa
Indonesia adalah negara yang kaya, banyak suku dan adat istiadat yang berbeda. Dan
Let’s Read! menampilkan kekayaan tersebut pada koleksinya. Batik yang merupakan
kain khas Jawa pun, ada dalam buku Let’s Read! berjudul Sing Endi Jarite?
Ditulis dengan bahasa Jawa oleh Lita Lestianti dan dihidupkan ceritanya oleh ilustrator
Evelline Andrya. Beberapa koleksi Let’s read dengan label lucu pun sangat
menghibur, efeknya semakin memupuk pengalaman menyenangkan dengan buku.
Sehingga, meski kami tidak bisa pergi ke
perpustakaan kota lagi, namun kami masih bisa mengisi otak makan bergizi dengan
bacaan berkualitas.
Menggunakan Let’s Read dalam proses belajar di rumah,
membuat Luigi semakin sering bertanya. Lama-lama aku juga kelabakan
dengan pertanyaan yang mulai “aneh-aneh”. Jika dulu tanyanya sebatas “apa”?
Sekarang menjadi “mengapa” dan “bagaimana”. Misalnya kenapa virus Korona cepat
menyebar, apakah dia punya anak banyak? Kujawab saja dengan koleksi Let’s Read
berjudul CoviBook karya Manuela Molina yang sudah diterjemahkan ke dalam
bahasa Indonesia.
Aktivitas membaca dengan Let’s Read menjadi yang
dinanti, dan meminta dibacakan buku yang sama berulang-ulang. Itu lagi, itu lagi.
Ia kerap menceritakan kembali yang dibaca dengan bahasanya. Akhirnya aku semakin percaya bahwa
rasa ingin tahu adalah dasar literasi yang membuat anak bertanya dan berpikir. Bukankah
bertanya dan berpikir adalah modal belajar sepanjang hayat?
Tips Mendampingi Anak Membaca dengan Lets Read!
Jika dibaca versi cetak
1.Sebelum membacakan buku, kita harus tahu apa
targetnya. Lalu memilih yang sesuai target dengan bantuan kolom label. Misalnya
jika ingin mengenalkan persahabatan, maka kita pilih label persahabatan dan
keluarga. Kemudian di print sesuai versi buklet.
2.Sebagai pencerita, kita baca bukunya sampai habis.
Dan mulai menggambarkan apa pelajaran yang bisa dipetik dan menulis gambaran
pertanyaan yang mungkin keluar. Harapannya kita siap ketika kemungkinan
pertanyaan itu muncul.
4.Ajak anak di ruangan yang tenang, tidak ada distraksi
baik suara TV, radio, ataupun ponsel.
5.Menyiapkan minimal 2 buku dalam bentuk print
sebelum dibacakan, agar ia bisa memilih buku mana yang ingin dibacakan. Memberi
kesempatan pada anak untuk memilih buku mana yang dibaca agar ia bertanggung
jawab kepada pilihan. Sebuah cara membangun kesepakatan buku mana saja yang
ingin dibaca hingga selesai.
6.Membacakan dengan hati riang, karena emosi itu
menular. Jika emosi pencerita bahagia, maka anak pun juga ikut merasakan
bahagia. Bacakanlah buku dengan riang, berkisahlah dengan semangat!.
Jika dibaca melalui website di laptop
atau aplikasi Let’s Read! di smartphone
Pertama, melakukan kesepakatan durasi menggunakan laptop/ponsel,
berapa menit dan sampai jarum panjang jam menunjukkan di angka berapa. Ini
menyesuaikan usia anak, karena anakku masih 4 tahun jadi untuk mengkonkritkan
waktu adalah dengan menggunakan jarum panjang jam sebagai acuan.
Kedua, melakukan pendampingan selama memakai gawai, bila
perlu kita yang pegang ponsel/laptopnya.
Ketiga, memberi pengertian bahwa laptop/ponsel hanya
digunakan belajar dan mengakses informasi penting;
Dengan slogan connect, create, read dan thrive,
berbanding lurus dengan segala kemudahan Let’s Read dalam digitalisasi buku
cerita anak. Misalnya versi mobile let’s Read!, tidak memakan banyak memory
penyimpanan ponsel karena ukurannya hanya 2.8 MB saja. Proses instalnya cepat,
tidak perlu login. Anak-anak juga seakan terhubung dengan teman-teman lainnya
di Asia dengan kekayaan cerita lokal yang ada. Membuat rasa ingin tahu anak
semakin berkembang.
Aku percaya sesuatu yang baik, akan mendapat hal
baik juga. Ternyata tidak hanya aku saja yang merasakan puas dan terbantu
dengan Let’s Read!, namun pengguna lain juga berkesan dengan perpustakaan
digital ini. Hingga tulisan ini dibuat, aplikasi Let’s Read! mendapat respon bagus
dilihat dari 385 ulasan versi mobile. Juga rating sebesar 4.2 bintang yang
diberikan di Google Playstore, membuktikan bahwa Let’s Read! memberikan banyak
manfaat bagi anak di Indonesia.
Ini Dia Cara Menggunakan Aplikasi Let’s Read!
Semudah menjentikkan jari ke layar smartphone, ikuti
langkah mudah berikut ini
Cara Memasang Aplikasi
Buka aplikasi Google Play.
Ketik “Lets Read” di kolom pencarian.
Klik tombol pencarian
Pilih aplikasi Lets Read yang berlogo gajah.
Tekan tombol “Instal”
Cara Menggunakan Aplikasi Pertama
Kali
Pilih “bahasa Indonesia” sebagai bahasa pengantar.
Lalu tekan tombol panah untuk melanjutkan
Pilih “Bahasa Indonesia”untuk menampilkan buku
berbahasa Indonesia.
Pilih “YA, IZINKAN” agar buku dapat disimpan di
ponselmu
Pilih kembali “izinkan” untuk mengkonfirmasi
Lalu tekan tombol ceklis untuk melanjutkan
Cara Membaca Buku
Buka aplikasi Let’s Read!
Pilih buku dengan menekan gambar sampul buku
Pilih tombol buku berwarna orange
Geser ke kanan atau ke kiri untuk membolak-balik
halaman
Cara Memperbesar Gambar/Teks
Sentuh gambar yang ingin diperbesar
Sentuh kembali gambar tersebut 2x untuk memperbesar
Untuk kembali ke halaman, sentuh di luar gambar
Pada saat membaca usap layar ke bawah hingga muncul
menu diatas layar
Tekan ikon “A” di pojok layar
Pilih ukuran yang diinginkan
Pilih “BAIK” untuk kembali ke halaman yang sedang
dibaca
Cara Mengunduh Buku
Pergi ke halaman utama
Pilih buku yang ingin diunduh
Tekan tombol panah ke bawah di samping judul buku
Lalu tekan tombol “UNDUH” untuk mengunduh
Tunggu unduhan selesai hingga muncul ceklis hijau
Pilih “Buku Mode Offline” untuk melihat buku yang
sudah diunduh.
Cara Mencari Buku
Buka aplikasi “lets read!”
Sentuh ikon kaca pembesar
Sentuh tanda panah yang pertama untuk memilih
berdasarkan bahasa
Sentuh tanda panah yang kedua untuk memilih
berdasarkan tingkat kesulitan
Sentuh tanda panah yang ketiga untuk memilih
berdasarkan tema
Atau kalian bisa tonton video di bawah ini ya :)
Yuk Download
Sehingga, mari segera download aplikasi Let’s
Read! DISINI ya
Ikuti Let’s Read! di media sosial ya
Ikuti Let’s Read! di media sosial
yuk. Untuk mengetahui kegiatan literasi dan info terbaru lainnya.
Facebook : Let's Read Indonesia
Instagram : @letsread.indonesia
Kesimpulan
Pengalaman menyenangkan membaca buku di masa kecil
ternyata membuatku bersemangat mencari cara untuk menarik minat baca Luigi. Ia
tidak hidup di zamanku, ia menjadi bagian generasi Alpha yang sudah berkenalan
dengan teknologi. Pertanyaanku dulu tak se-imajinatif pertanyaannya hari ini.
Usianya 4 tahun, pertanyaannya berderet dan imajinasi kadang tak bisa
kujangkau. Tidak dipungkiri gadget menjadi media belajarnya. Maka sebagai Mama
aku perlu bersinergi dengan teknologi. Salah satunya mengenalkan buku
elektronik melalui perpustakaan digital.
Let’s Read! sebagai perpustakaan digital anak
menjadi bagian dari caraku menumbuhkan minat baca Luigi. Let’s Read! mendukung
literasi anak dengan cara baru dan inovatif. Bermanfaat dalam mengembangkan
rasa ingin tahunya, mengenalkan budaya daerah dan kearifan lokal, mengenalkan
nilai kebaikan, juga sebagai hiburan. Semoga setiap anak Indonesia dapat membaca
buku-buku berkualitas Let’s Read! hingga ke pelosok.
Ayo membaca, anak Indonesia! Teruslah mencari tahu!
"Jika melek aksara menjadi hal biasa,
minat baca adalah hal yang istimewa.
Sekadar mengeja telah menjadi
kebiasaan, namun gemar membaca adalah keistimewaan"
(Najwa Shihab)
Referensi :
https://www.indorelawan.org/organization/5b16348bcaffbcdc2733e674
https://reader.letsreadasia.org/?uiLang=6260074016145408
https://www.academia.edu/34562855/KEMAMPUAN_MEMBACA_ANAK_BERDASARKAN_GENDER_DAN_PREFERENSI_GAWAI
https://www.hipwee.com/opini/pesan-duta-baca-indonesia-yang-bikin-kita-sadar-bahwa-buku-adalah-jendela-dunia/
Cara menggunakan aplikasi lets read di https://www.youtube.com/watch?v=hPp8t0wSWxo&t=2s
Webinar Hari Buku Nasional 17 Mei 2020
Sumber gambar ilustrasi :
www.freepik.com
hai hai Luigiiii
BalasHapusapakah Luigi temen Mario? maaf becanda yaaa, senang sekali melihat minat baca anak tumbuh seperti Luigi
Semoga pandemi cepat berlalu dan Luigi selain bisa membaca di Let's Read juga bisa kembali berbelanja buku di tobuk yaaaa
iya ini Luigi adeknya Super Mario hehe. Amin, makasih ya Kak. :))
Hapussenangnya Luigi punya ibu yang paham kebutuhan buah hatinya
BalasHapusDitambah kemajuan digital, semakin tambah asyik deh
Walau jalan jalan ke took buku punya sensasi yang berbada yang berbeda ya?
iya kalo jalan-jalan ke toko buku bisa pegang dan liat bukunya langsung hehe. tapi Alhamdulillah ada Lets Read jadi tetep menikmati buku dengan cara yang berbeda :)
HapusJadi ingat masa kecil saya. Smurf jadi salah satu komik favorit. Anak-anak emmang sebaiknya dibiasakan senang membaca sejak dini
BalasHapusdulu aku cuma bisa pinjam buku tetangga mbak hehe :) Sekarang Alhamdulillah dimudahkan dengan adanya Lets Read :)
HapusAku baru tau ada aplikasi literasi lets read untuk anak. Menumbuhkan semangat membaca memang mesti banyak ide dan metode. Padahal aku suka baca tapi ternyata tidak menurun secara genetik. Mesti dipupuk pela-pelan biar anakku terbiasa. Mungkin lewat app ini aku lebih mudah aak dia suka baca.
BalasHapusayo mbak, dicoba donlot Lets Read, gratis kok. Anak-anak InsyaAllah pasti suka karena full color dan sekalian bisa mengenalkan budaya daerah :) Menghibur pula
HapusWah... lengkap banget ulasannya♡ iya mbak, saya pun pengguna Let's read. Suka banget sama aplikasi ini karena bukunya bagus-bagus dan praktis juga. Saya suka mengandalkan aplikasi ini kalau lagi travelling. Anak-anak yang pada suka baca tetap bisa baca banyak buku tanpa saya harus berat-berat banyak bawa buku fisik,hehehe
BalasHapuspraktis ya mbak, traveling pun anak-anak tetap bisa terhibur dengan bacaan berkualitas dari Lets Read :)
HapusSaya juga sudah unduh aplikasi ini. Emang pas banget buat buku baca anak-anak. Ceritanya seru-seru dan bisa diperbesar tulisannya
BalasHapusiya mbak, meski buku digital tapi ada kemudahan bisa perbesar tulisannya. Makin asik deh baca bukunya :)
HapusLet's Read keren buanget!
BalasHapusIya nih, ortu dan semua pihak kudu bahu-membahu supaya kita semua makin semangaaattt menularkan minat baca ke anak
minat baca emang kudu dipupuk sejak kecil ya mbak :) salah satunya dengan Lets Read ini
HapusOrang tua dan semua pihak mesti bahu membahu ya, agar bisa semangat menularkan minat baca anak . Bagus nih buku let's read
BalasHapusemang bagus banget bund, sudah donlot juga khan: :)
HapusWah, senangnya sekarang ada perpustakaan digital, Let's Read! Ponakan-ponakan saya selama libur ini bingung dan borring, biasanya mereka saya ajak ke toko buku untuk cari buku bacaan baru, tapi sekarang ga bisa lagi. Pas banget kan ada perpustakaan digital ini, nanti saya kasih tau mereka tentang ini pasti mereka excited banget 🥰
BalasHapuswah asik nih dikenalkan Lets Read juga :D Selamat membaca ponakan kece :)
HapusBagusss... bisa aku rekomendasiin ke ponakan2 saya yang masih kecil-kecil nih. Kebetulan anak saya udah SMA dan SMP.. kayaknya bacaannya lebih ke anak SD dan TK kan ya..
BalasHapusInsya Allah mau aku share ke adik dan kakak ipar yang masih punya anak SD
makasih ya mbak udah bantu share :)
HapusWah boleh aku praktekkin nih mba tipsnya biar anakku semangat baca buku, dulu sih waktu bayi suka ak stimulasi aku bacain buku cerita sebelum tidur
BalasHapusbaca sebelum tidur emang pas banget buat anak-anak :) Apalagi dengan Lets Read :)
HapusTernyata ada banyak cara yang bisa kita lakukan untuk mengajarkan anak cinta buku sejak dini ya Mbak. Noted nih, mau saya praktikkan juga ke anak saya. Thanks for sharing-nya😊
BalasHapussama-sama ya mbak, semoga bermanfaat :)
HapusAku udah download dong. bermanfaat buat orang tua dan anak.
BalasHapusasiiik udah donlot Lets Read juga *toss dulu dong :D
Hapusaku jadi ingat dulu waktu kecil kalau mau beli buku selalu di larang sama mama, karena harganya yg mahal :( jadi cuma bisa numpang baca di tempat doank huhuhuu
BalasHapuscoba Mama dulu dikenalin sama Lets Read ya xixixixi, gratis tis :)
HapusBisa jadi alternatif untuk menumbuhkan minat baca buku melalui Hape, secara anak-anak (termasuk anak saya) mesti milih hapenya daripada bukunya, kebanyakan lihat ortunya haha.. oke.. fix saya mau install.
BalasHapustergantung kesepakatan di awal mbak kok mbak, insyaAllah dimudahkan asal ortunya juga konsisten hehe :) Selamat membaca dengan Lets Read mbak :)
HapusAku mulai kenal buku bacaan juga SD sih. Ada Perpustakaan RT yang menyewakan majalah bobo. Iya, hanya itu bacaan anak-anaknya. Selainnya novel dewasa.
BalasHapusBeranjak besaran dikit, mulai deh baca-baca majalah Gadis, Aneka Yess, dan Liberty. Yang ketiga klenik banget ya, haha..
Dan kini bukuku banyak di rumah, tapi jarang kebaca. Males euy, hehe.. Apalagi sejak ada aplikasi buku digital, bikin nyaman membaca dan praktis.
dan ternyata buku digital punya efek yang sama dengan buku fisik, jadi yaaa anak-anak mulai dikenalin pergeseran buku fisik ke digital juga deh lewat Lets Read :) Btw, bacaan kecilku juga dari majalah juga mbak, salah satunya :)
HapusAku sekarang merasakan manfaat dulu memperkenalkan buku dan rajin membacakan buku ke anak terutama ke yg sulung karena masih rajin2nya hahaha...Sekarang anaknya senang banget baca buku dan sudah jadi penulis sejak di kelas dua SD hehe...
BalasHapusMashaAllah semoga Luigi mengikuti jejak kakak yang udah jadi penulis di usia kelas 2 SD, hebat sekali ini Ibunya menanamkan minat baca sejak kecil :) Hebat mbak !!! Semoga salah satu ikhtiar Luigi dengan lets read ini merupakan langkah yang tepat
Hapusnah, aku suka juga mba dengan cerita khas tradisional gitu, kaya mengobati rasa rindu kita juga dengan masa kecil, apalagi sambil diceritakan ke anak jadi makin banyak manfaatnya.
BalasHapusiya mbak, cerita lokal daerah akan mengenalkan mereka kekayaan budaya Indonesia ya, emang komplit Lets Read! ini :)
Hapustulisan yg runtut banget, membuka wawasan, dan tergambar betapa bonding mama dan Luigi begitu erat. Pun dengan buku. Gudlak mb Septi, kusuka �� Let's Read ini membantu banget memperbanyak akses bacaan ya, favorittt.
BalasHapusMashaAllah makasih banyak mbak, atas apresiasinya terhadap tulisan ini, aku nulis sesuai yang aku dan Luigi lakukan dalam keseharian dengan Lets Read. Alhamdulillah jika nyampe juga ke pembaca :)
HapusLengkaaaaap!
BalasHapusBtw, SID juga suka dibacakan Let's Read. Kalau kami pergi naik bus, sebelum pergi aku ngeprint buku dulu dari Let's Read trus bisa baca deh selama perjalanan.
wah asiknya jalan-jalan bawa buku koleksi Lets Read :)
HapusKisah di Lets Read banyak yang mengambil kisah-kisah kearifan lokal yaa..
BalasHapusAku jadi kangen masa-masa membaca buku anak mengenai kisah rakyat, legenda. Jadi berimajinasi..
iya mbak, ada beberapa yang mengangkat kisah rakyat, masih bisa dibacakan juga sama anak kekinian :)
HapusMakasih Kak tipznya. Masih PR emang buat saya nih untuk menumbuhkan minat baca kwpada anak.
BalasHapusayo Kak, dimulai sekarang, sudah ada Lets Read nih :) tinggal donlot, gratis
HapusCuss ah mau donlot lets read biar ada bahan bacaan baru buat anak-anak di rumah
BalasHapusasiikkk :) Met membaca bersama ya Kak
HapusReading books and loving it is one of the key for success. I personally have proved that
BalasHapusI hope Luigi will be as successful as you say because he likes to read books, Amin
Hapusjadi pengen install aplikasi Let's read ini deh, saya kebetulan lagi pengen banget menumbuhkan minat baca pada anak-anak. Ini khusus android aja ya mba? Ipad bisa gak ya?
BalasHapusiya mbak, donlotnya di Android :)
HapusSelalu senang mengenalkan buku kepada anak-anak mbak. Aku selalu berusaha agar mereka mencintai buku. Salah satu bahan bacaan untuk si kecil yaitu melalui Lets Read ini.
BalasHapusemang Lets Read andalan emak-emak agar anak mencintai buku ya :)
HapusSeru banget ya aplikasinya, jadi solusi menyediakan bahan bacaan untuk anak
BalasHapuswah, mimpi apa aku tulisan ini dikomen penulis Anak Kos Dodol yang hits :D makasih ya mbak, sudah mampir kesini. Lets Read emang komplit banget mbak :)
HapusAku seneng kalo ngebacain anak buku cerita, aplikasi ini juga kupakai utk nambah referensi bacaan..tekor kalo beli buku fisik terus
BalasHapusgratis adalah sahabat emak-emak ya hehe :D
HapusWah aplikasi yang bagus banget ini
BalasHapusJadi bisa membaca online ya
Apalagi kalau ceritanya bergambar, anak-anak pasti lebih senang dan semangat membaca deh
iya nih ilustrasinya kece banget pokoknya, anak-anak jadi suka
HapusBetul banget, kalau bukunya mudah dijangkau, anak juga bakal penasaran dan jadi pengen baca. Makanya suka heran kalau lihat buku disimpan di lemari dan dikunci pula, bacanya gimana? Hehehe :D
BalasHapusbuku digital Lets Read dalam genggaman, bisa dibawa kemana aja hehe, dibacakan kapan saja :)
Hapusbener banget ini kak, saat ini minat baca anak sanagt minim, apalagi adanya media sosial seperti facebook, jadi kita sebagai orang dewasa harus lebih aware terhadap hal-hal seperti ini
BalasHapuskalo ilustrasinya bagus, anak-anak pasti berminat kok Kak :)
HapusLet's read jadi solusi kekinian untuk mendukung generasi maju ya bunda.. Aku suka sekali ulasannya. Dari sini, aku bisa belajar dari cara bunda membuat anaknya candy membaca. Thanks for sharing.
BalasHapusterima kasih apresiasinya terhadap ulasan ini kak, semoga bermanfaat ya :)
HapusAplkasi Let's Read ini membantu anak banget ya untuk tertarik belajar membaca dan menyukai membaca karena fiturnya menarik dan bagus. Keren deh..
BalasHapusiya sangat menarik anak-anak dengan ilustrasinya yang bagus juga bisa mengenalkan cerita daerah pula :)
HapusLet's read emang lengkap banget Mba. Bahkan buku cerita bahasa daerah juga ada. Jadi sarana pembelajaran banget buat anak supaya minat baca plus mengerti bahasa daerah.
BalasHapusiya setuju mbak :)
HapusDUH, saua jadi ingat kalau kadang mau mendongeng itu kok rasanya piye gitu kalau nggak ada panduan atau cerita yang siap baca Enak read aloud.
BalasHapusBerarti enak pakai Lets Read saja ya, agar lancar mendongengnya.
iya bisa coba pakai Lets Read bund, mencoba bersinergi juga dengan teknologi hehe
HapusJaman sekarang mudah ya udah ada perpustakaan digital. Let's read emang solusi kekinian sebagai selingan rasa bosan baca buku. Pasti lebih banyak pilihan judulnya.
BalasHapusbanyak banget judulnya sampe emaknya bingung pilih yang mana dulu
HapusSemangaaat baca terus yaa Luigi. Aplikasi seperti ini bermanfaat bangett. Mau coba tapi takut
BalasHapusTerima kasih atas semangatnya buat Luigi kak. Kenapa takut Kak? hehe
HapusNice info gan. Dengan lets read kini keponakan saya jadi suka membaca dirumah. Ceritanya menarik, apalagi dengan banyaknya gambar yang disediakan tambah membuat keponakan betah membaca.
BalasHapusselamat membaca bersama keponakan, Gan :D. Gan maksudnya juragan ya? hahaha
HapusAnak itu meniru dari apa yang dilakukan orang tuanya. Untuk mengajarkan anak suka membaca memang orang tua pun harus terlihat suka membaca. Aplikasi lets read layak di intal di anroid kayaknya
BalasHapusSeru nich...mengenalkan anak pada keseruan dunia baca sehingga nanti mudah juga untuk mengenalkan dunia menulis karena sudah kaya akan pengalaman membaca sebelumnya .. btw dari lets read kita jadi tahu cerita dongeng yang sudah pernah ada
BalasHapusIni jadi aplikasi TOP ya karena anak-anak sekarang enderung lebih menikmati youtube di gawai. Kuncinya, si orang tua mau ga buat tidak sibuk sendiri. Karena kebanyakan di lingkungan saya, mereka ga mau ribet sama kegiatan anaknya.
BalasHapusPas banget mbak, di tempatku nggak ada toko buku jadi dengan adanya aplikasi begini bisa memfasilitasi minat baca anakku.
BalasHapusSetuju Mbak... saya juga kl naruh buku di tempat yg bisa terjangkau anak, kasian kan kl mau ambil buku terpaksa pakai kursi, tkt jatoh pula ya
BalasHapusSaya pernah ngobrol sama Ketua Reading Bugs (Komunitas Membaca Nyaring). Salah satu keluhannya adalah anak-anak Indonesia sudah dibanjiri dengan buku-buku cerita asing. Gak salah sih. Cuma kan Indonesia sendiri sesungguhnya mempunyai banyak sekali cerita daerah yang entah kenapa gak sepopuler cerita terjemahan asing. Senang banget begitu tahu ada banyak cerita daerah di Let's Read. Semoga koleksi digitalnya banyak ya.
BalasHapusAnak saya role modelnya saya yang sekarang. Ini jadi masalah hikss. Masalahnya saya yang sekarang lebih banyak waktunya dengan ponsel, kalo gak main game ya Twitteran. Nah, akhirnya anak sering melihat bapaknya begitu. Akhirnya dia juga ikut-ikutan.
BalasHapusSekarang masih berjuang kembali buat mengenalkan dunia literasi kepada anak.
Wah lengkap banget ulasannya sampai ada cara untuk mengunduh segala. lets read memang rekomendasi banget. udah coba dan anak anak suka
BalasHapusYang saya sukai dari aplikasi baca lets read ini adalah hurufnya bisa diperbesar. Sepertinya adminnya sadar kalau ternyata yang akan membaca di lets read bukan hanya anak-anak, nenek-nenekpun akan membacanya. ha-ha-ha
BalasHapuswah mantap ulasannya lengkap. i agree with u mbak, lets read menjadi salah satu alternatif kita mengenalkan literasi pada anak
BalasHapusPada dasarnya, anak-anak tuh sangat penasaran dengan apa yang mereka baca dan lihat. Tugas sebagai orang tua memang harus segera memberi sumber wawasan terbaik, yaitu buku.
BalasHapusVery nice info Mba... Kayaknya perlu banget nih install aplikasinya di ponsel bocah. Dengan membaca, saya jadi tau Dewi Sri itu merupakan lambang kesuburan, bukan hanya nama bus jurusan Tegal, hahahaha..
BalasHapusBuku itu jendela dunia ya, Mbak. Dia bisa memberitahukan apa saja tentang bagian di dunia lain yang kita tidak tahu.
BalasHapusKarenanya memang perlu sekali mengenalkan bacaan pada anak. Apalagi sekarang banyak fasilitas online seperti Lets Read yang bisa mendukung minat baca anak
Buku adalah jendela dunia, jadi dengan membaca buku kita jadi tahu swluruh dunia tanpa harus berkunjung ke sana ya.
BalasHapusMenarik sekali aplikasi Lets Read ini ya mbak, ada cerita dwngan bahasa daerah juga. Kalau untuk anak usia sekolah bisa sekalian untuk belajar mengenal ragam bahasa dan budaya ya.
Lets read ini benar-benar membantu saya untuk ingin anak menyukai buku yang terhalangi alergi debu kertas. Isinya pun bagus-bagus.
BalasHapuszaman sekarang tuh, apa-apa dipermudah ya mba lewat digital. Alhamdulillah anak-anak tetap bisa membaca lewat gadget, jadi enggak perlu pusing lagi kalau dia sudah bosan dengan buku-buku yang ada di rumah. apalagi lagi masa pandemi nih, jadi ya belum bisa keluar cari buku ya, bacanya di aplikasi let's read dulu aja. makasih sharingnya, mba.
BalasHapus