Tak lelah
mengejar pantai seusai berpuas menikmati eloknya gradasi laut pantai Pandawa, sore
itu kami menuju pantai Dreamland. Sejujurnya pantai ini masih sangat asing di
telingaku. Yah karena yang aku tahu hanya Pantai Kuta, Tanah Lot dan Pantai
Pandawa saja. Ternyata masih ada pantai di Bali yang harus diburu. Dengan cara
apapun. Karena tak tahu, kapan lagi seorang Mama yang bergelut dengan anak
balita akan merasakan kemewahan ini. Bagiku pantai selalu mewah. Disanalah tempatku
merasa dekat dengan alam. Menghayati kecilnya diri sebagai seorang hamba. Mensyukuri
atas segala nikmat. Tanpa pantai kita bisa melakukan hal itu dimana saja, namun
pantai selalu istimewa. Ada yang tak bisa terkatakan dalam membahasakan pantai.
Apalagi pantai di Bali.
(Baca juga : Pesona Pantai Pandawa Bali)
![]() |
Terbius Senja di Pantai Dreamland Bali |
Pantai Dreamland terletak di Desa Pecatu, Kecamatan Kuta Selatan, Badung. Pantai ini tidak terletak di pinggir jalan raya seperti pantai Kuta, namun letaknya harus melewati resort. Setelah parkir kendaraan, kami harus berjalan kaki menuju pantai. Sebelah kanan banyak toko yang menjual perlengkapan renang, atau bahkan oleh-oleh khas Bali yang tak terlalu ramai, lalu turun pada anak tangga dari papan kayu seadanya.
![]() |
pasir putih kecokelatan dari Pantai Dreamland Bali |
Dari jauh
sudah tampak barisan ombak menggulung dengan pasir cokelat susunya. Iya pasirnya
bukan putih bersih, namun bercampur cokelat susu. Sekali kaki menapak, akan
membekas cekungan yang lumayan dalam pada pasirnya, selaksa mencelupkannya di
es krim rasa cokelat. Tak terlalu padat, namun sedikit lumer.
Oh inilah pasir ajaib. Bayangkan jika kamu tercebur di lumpur, dan kakimu hampir susah ditarik. Mungkin seperti itulah gambaran sensasinya. Namun ini bukan lumpur, ini pasir. Terasa dingin pula. Pasir yang lumer bak es krim. Dan pasirnya sangat halus seperti pipiku.
Oh inilah pasir ajaib. Bayangkan jika kamu tercebur di lumpur, dan kakimu hampir susah ditarik. Mungkin seperti itulah gambaran sensasinya. Namun ini bukan lumpur, ini pasir. Terasa dingin pula. Pasir yang lumer bak es krim. Dan pasirnya sangat halus seperti pipiku.
![]() |
pasir yang lumer, lihat saja banyak jejak kaki tertinggal |
Kata seorang tour guide yang kutemui disana, pantai Dreamland ombaknya cukup tinggi. Namun sore itu, gulungan ombak cukup tenang. Deburan ombaknya ibarat irama musik gending lirih. Sehingga banyak anak-anak dan dewasa yang mandi di bibir pantai. Kulihat peselancar juga tak banyak. Mereka membopong papan surfing kemudian pergi. Mungkin waktunya mereka pulang. Waktu di pergelangan tanganku menunjukkan pukul 17.00 WITA. Wajah-wajah wisatawan domestik lebih sedikit ditempat ini. Lebih sering kita lihat lalu lalang bule dengan sehelai pakaian yang menutupi dada dan perut kebawah seadanya.
![]() |
para peselancar waktunya pulang, dan kami waktunya bermain :p |
Uniknya pantai
ini adalah adanya tebing menjulang di dekat bibir pantai. Batu karang besar ini
bisa dinaiki, namun tak ada pengaman yang memadai, jadi tak kucoba memanjatnya.
Sore itu
disinilah aku ingin menghabiskan waktu. Menikmati senja Dreamland pertamakali. Menunggu
setiap detik pergantian sore menuju malam. Aku menjadi salah satu orang pengagum
senja. Saat warna jingga membentang dalam barikade awan.
Dipasir itu,
kutaruh kedua lonjoran kaki agar berdekatan dengan pasir. Aku hanya duduk
terpekur, menikmati senja yang tersaji sempurna. Senja sore itu memikat mata
siapapun yang melihatnya. Warna yang terlukis dari sang pencipta alam semesta. Hingga
kulihat setiap detik perpindahan matahari yang perlahan hilang ditelan samudera
Hindia.
Apa kabar
Luigi? Sejak mendapat informasi bahwa pantai Dreamland ombaknya tinggi ku-briefing ia untuk bermain pasir saja. Itupun harus dari kejauhan bibir pantai.
Kutinggalkan ia bermain dengan Adit, dan aku sungguh ingin sendiri bukan
sebagai Mama Luigi. Kuingin nikmati senja sebagai diriku.
Terkesan egois memang, namun mungkin inilah yang kusebut terbius. Sejak pertama mengamati warna senja, aku sungguh terkesiap. MashaAllah indah sekali lukisanMu. Jingga merona yang nyata. Sungguh mozaik yang indah. Mata tak henti terbelalak suguhanNya.
(Baca juga : Danau Beratan Bedugul Bali)
Terkesan egois memang, namun mungkin inilah yang kusebut terbius. Sejak pertama mengamati warna senja, aku sungguh terkesiap. MashaAllah indah sekali lukisanMu. Jingga merona yang nyata. Sungguh mozaik yang indah. Mata tak henti terbelalak suguhanNya.
(Baca juga : Danau Beratan Bedugul Bali)
![]() |
Senja Pantai Dreamland yang akan dirindu |
Bahkan aku
hanya mengabadikan beberapa jepretan saja. Aku hanya ingin merasakan angin segar, membau pasir, dan mendengar deburan ombak. Sendiri. Karena tak ingin terlalu fokus pada telepon genggam, videopun aku ambil seadanya satu
kali. Iya hanya satu kali. Aku tak benar-benar meninggalkan gawai. Agar aku
punya oleh-oleh yang bisa kubawa pulang. Kuharap usahaku tetap terasa khusuk
dalam panggilan senja.
Sesekali
kulirik Luigi, dia berlarian dengan keponakanku. Lalu membuat gundukan pasir
lagi. Kudekati akhirnya. Kuajaknya mengeruk lebih dalam. Karena semakin dalam
pasir dikeruk, semakin mengeluarkan air meski tak dekat bibir pantai. Cekungan
yang terlihat membuatnya senang. Tangan dan kakinya lumer dengan pasir dan air.
![]() |
view sekitar Pantai Dreamland, ada Kafe |
Tak jauh
dari tempat kami bermain, ada kafe cukup besar. Namanya New Kuta Beach Cafe. Namun
tak tertarik kaki beranjak dari pasir yang menarik kami. Ah, pantai Dreamland memang cocok untuk menikmati senja. Duduk-duduk saja tanpa melakukan aktifitas apapun. Namun akhirnya hitungan menit pergi, jarum jam lebih cepat berlari. Waktu berlalu. Tiba
saatnya kami kembali.
![]() |
membenamkan kaki dan mengangkatnya pelan :D |
Sebelum
kembali ke hotel, aku bereksperimen dengan diriku. Membenamkan kaki ke gundukan
pasir. Hmm ternyata asik juga bisikku dihati. Terimakasih Dreamland. Kepadamu
rindu ini terpaut di Pulau Bali.
Surabaya,
19 Juli 2019
Pantai-pantai favorit saya di Bali itu rata-rata di selatan seperti Pandawa, Melasti, Padang-padang maupun Dreamland, dan memang bagus-bagus viewnya kalau di sana :D
BalasHapus