Puasa hari ini rasanya nano-nano. Kesabaran saya beneran diuji. Mulai dari Luigi yang gak
semangat les musik. Ada adegan nangis segala dikelas. Ngamuk pengen tidur,
padahal dia bangun jam 9. Sampe jejeritan saat ditelfon Ibuknya (nenek). Ibuk
yang kangen pengen Lui mampir di Surabaya sepulang les. Udah nyampe gang depan
rumah Ibuk, dia ngamuk bercampur nangis dong wkwk. Dia maunya segera pulang ke
Gresik saja.
Akhirnya untuk
mengademkan hati yang panas, saya bilang ke Adit kalo pengen buka puasa yang
berbeda dari hari biasanya. Jika buka puasa terlewati selalu dengan telur dan
ayam, kali ini saya pengen banget makan ikan. Luigi juga suka ikan. Kita ngikut
anjuran Bu Susi supaya gak ditenggelamkan. Kalo ini sih emang modus emak, bilang
aja pengen ke rumah makan wkwk.
Nyampe Gresik
jam setengah 3, lalu bergegas ke Warung Apung Rahmawati. Parkiran tak terlalu
rame karena masing “siang”. Resto ini kalo jam buka puasa gila-gilaan ramenya. Dia
emang termasuk restoran kesohor di Gresik kota. Ternyata rumah makan dengan
tagline “ayam bakar terDahsyat di dunia” ini sedang dalam renovasi. Sehingga banyak
pekerja lalu lalang. Sebenarnya yang banyak dikerjakan adalah urusan mengelas
besi.
Di pintu
masuk saya dan Luigi disambut dengan waiter dan menanyakan apa saya akan
reservasi tempat buka puasa. Saya jawab tidak, karena kami pesan yang dibawa
pulang alias take away. Lalu kami
diarahkan menuju kasir. Saat itu suara mesin las terdengar sangat ramai. Proses
antrian kasir tidak ribet. Singkatnya saya sebutkan 3 menu, lalu dibayar,
selesai. Disamping kasir ada sebuah kolam ikan yang lumayan besar. Kolam ikan
ini adalah jembatan menuju kursi VIP. Karena Luigi suka banget melihat ikan,
apalagi ikannya banyak banget, kami nikmati berdiri disamping kolam.
Hanya beberapa
menit berdiri, tetiba ada sesuatu yang jatuh dari atas dan mengenai pipi Lui. Saya
lihat apa yang jatuh, ternyata seperti besi kecil seukuran jari kelingking dan
penuh api. “mama sakit” ucapnya seketika. Dia reflek mengusap-usap pipinya. Saya
lihat pipinya memerah. Lalu segera kami menghindar dan duduk tak jauh dari
kolam ikan. Sambil saya memastikan bahwa pipinya baik-baik saja.
Ternyata pipi
kanannya semakin merona warnanya. Dia bilang berkali-kali “panas ma” atau “sakit
ma”. Saat duduk menunggu pesanan itulah baru saya tau, bahwa diatas tempat kami
melihat ikan di kolam ada aktivitas pengelasan. Percikan las bak hujan api dari
atas. Astagaaaaah.
Kenapa tak ada pemberitahuan pada kami,
kenapa tak ada larangan bagi kami saat berdiri disamping kolam,
kenapa tak ada pelindung yang memadai.
Masalahnya pengerjaan las diatas itu sangat dekat dengan kasir. Setelah saya lihat pipinya “oh merah” gumamku. Berharap sepulangnya dari Rahmawati, saya bisa beli salep, dan esoknya akan baik-baik saja.
Kenapa tak ada pemberitahuan pada kami,
kenapa tak ada larangan bagi kami saat berdiri disamping kolam,
kenapa tak ada pelindung yang memadai.
Masalahnya pengerjaan las diatas itu sangat dekat dengan kasir. Setelah saya lihat pipinya “oh merah” gumamku. Berharap sepulangnya dari Rahmawati, saya bisa beli salep, dan esoknya akan baik-baik saja.
Kami tak
butuh waktu lama untuk menerima pesanan. Segera saya dan Lui menuju parkiran
dan berpesan pada Lui sambil menggendong “nanti cerita Ayah, ya”. Disambut anggukan
Lui. Ketika sudah dekat dengan mobil, dia mulai berkisah. “Ayah, kamu tau ta
ada hujan percikan api, aku tadi kena hujan api Ayah” kata Lui
bersungut-sungut. Adit gak “ngeh” karena sedang membalas chat di gawainya. Saya
ulangi maksud Lui dan mengatakan bahwa pipi Lui kena percikan api pengelasan. Saat
itu pipi Lui gak hanya semakin merah tapi membentuk gelembung berisi air. Adit kaget
dong, entah apa yang ada dipikirannya, dengan sigap ia gendong Lui dan balik
lagi masuk ke restoran. Lui yang jejeritan gak mau masuk lagi, gak dihiraukan. “udah
Bi, Lui juga gak mau masuk, biar aja” ucapku mendinginkan suasana.
Adit menuju
kasir lagi. Dia komplain dong atas nasib pipi anaknya yang memerah kena
percikan las resto. Saat itu customer semakin sering berdatangan. Suasana kasir
semakin ramai. Adit sampaikan keluhan tentang yang baru saja kami alami. Kasir
yang sedang bingung, segera menelfon manajernya. Bagi Adit minimal pihak rumah
makan tahu bahwa lokasi tempat anaknya melihat kolam ikan sangat berbahaya. Apalagi
pengerjaan las ada diatas dan kenapa tidak ada pemberitahuan.
Beberapa menit
kemudian datanglah mbak-mbak yang “katanya” manajer tapi tak terlihat attitude seorang manajer. Saya duduk
dikursi tunggu pesanan, dia bicara dengan kami dengan posisi berdiri. “dibawa
ke puskesmas aja ya Bu, ini kena percikan las-nya” katanya membuka obrolan
setelah melihat luka di pipi Lui. Sejujurnya kami gak paham, dibawa ke
puskesmas itu maksudnya kami yang bawa, situ yang bawa, atau gimana. Lalu dia
sibuk menelfon seseorang.
Tak lama
datanglah bapak-bapak berpakaian kaos, dengan tubuh tinggi besar, dan menyalami
kami. Adit sampaikan komplain sama seperti di kasir. Intinya dia lapor kalo
pipi Lui kena luka bakar. Sambil mengenalkan diri sebagai manajer, bapak tadi
mengajak duduk dan mendengarkan setiap kalimat yang keluar dari mulut Adit. Saya
sibuk menggendong Lui sambil memastikan botol susunya tak terjatuh.
Bapak manajer
dengan kalimat yang sangat sopan menjelaskan bahwa aktivitas renovasi
sebenarnya hanya sampai jam 2 siang. Karena setelah jam 2, customer sudah
banyak yang berdatangan. Pihak pemborong sudah diingatkan untuk segera menghentikan
aktivitas pengelasan, namun tak diindahkan. Karena hal itu, beliau selaku
manajemen Warung Apung Rahmawati bertanggung jawab dan menyarankan untuk dibawa
ke rumah sakit. Rumah sakit yang dituju adalah Rumah Sakit Semen Gresik yang
tak jauh dari lokasi rumah makan.
difoto seadanya sama Adit selama di IGD |
Mobil kami melaju dengan cepat menuju Instalasi Gawat Darurat (IGD). Saya mengurus pendaftaran, sementara Lui, Adit dan bapak manajer ada diruang tindakan. Berkali-kali bapak manajer meminta maaf pada kami karena kelalaian mereka. Singkat kata, luka di pipi Lui dibersihkan oleh suster, lalu diberi salep dan ditutup kasa. Penanganan yang dilakukan adalah merawat luka, sambil diberi obat anti nyeri (bila diperlukan).
Karena saya
parno, apalagi menyangkut bagian wajah Lui, saya bertanya kepada dokter yang
menangani
apakah luka akan cepat
mengering?,
apa efeknya luka bakar seperti kasus Luigi?
tidakkah nanti akan berbekas pada kulitnya?
Dan dijawab
apa pemirsaaaah, luka bakar seperti Luigi biasanya berbekas menghitam.
Jleb.
Apakah akan ada cap hitam dalam pipi anakku, setelah garis jidat karena pengalaman kepala bocor?gumamku dalam hati
Jleb.
Apakah akan ada cap hitam dalam pipi anakku, setelah garis jidat karena pengalaman kepala bocor?gumamku dalam hati
Ketika menunggu
obat di apotek, bapak manajer bercerita bahwa Warung Apung Rahmawati memang
sedang proses renovasi. Namun pengerjaan dilakukan lebih pagi agar diakhiri jam
2 siang. Dan banyak cerita lainnya. Seketika nama Luigi dipanggil, bapak
manajer yang menuju ruang obat. Semua biaya IGD dan obat ditanggung oleh pihak
mereka.
Sambil menjelaskan
obat yang didapat, pak manajer yang sejujurnya saya lupa namanya mengingatkan
untuk kontrol 3 hari kedepan. Karena akan dilihat lagi lukanya. Dan memberi
kami sejumlah uang. Adit dengan sigap mengatakan “tidak usah Pak, kami sudah
cukup berterima kasih dengan niatan baik Bapak membawa anak saya ke Rumah Sakit”.
“jangan Pak, terima saja sebagai permohonan maaf kami” pak manajer meyakinkan. Iapun berpesan
untuk siap mendampingi Lui saat kontrol hari Jumat.
Akhirnya, kami saling minta maaf, saling berpamitan, pertemuan berakhir dan pulang.
Siang itu
saya mengambil pelajaran bahwa :
1.
Pentingnya
membawa anak ke tempat yang ramah anak, meski hanya sebentar. Jika ada
aktivitas renovasi, pembangunan, atau apalah itu, kita harus siap cancel. Bagaimanapun
keselamatan anak adalah yang utama. Ingat, masa usia 3 tahun seperti Lui adalah
masa dengan tingkat keingintahuan yang besar. Termasuk sekedar ingin tau
koleksi ikan pada sebuah kolam resto
2.
Menceritakan
pada pihak resto mengenai kejadian Lui awalnya saya pikir tidak akan berakhir
baik. Karena jika mereka melihatnya kami meminta ganti rugi (terutama uang), tentu
itu bukan motif kami. Kami sudah mengalami hal yang lebih berat dari “sekedar” luka
bakar percikan las. Namun ternyata komplain jika disertai cerita dan bukti yang
logis akan menjadi evaluasi pihak manajemen resto untuk mengantisipasi agar tak
terulang kejadian seperti yang kami alami.
3.
Luka bakar
akan segera hilang, namun kejadian itu tentu akan sangat direkam baik oleh
anak. Jika dibiarkan, akan menjadi trauma, terutama yang berhubungan dengan
api. Padahal dalam kehidupan kita sehari-hari, kita tidak bisa lepas dari
aktivitas yang menggunakan api seperti memasak di kompor. Di usia 3 tahun ini,
Lui sering memohon untuk membantu saya menggoreng telur. Meski cuma
mengaduk-aduk sutil penggorengan, ia merasa senang karena melakukan aktivitas
bermakna layaknya orang dewasa lakukan. Maka, jangan lupa untuk mengajaknya
mengobrol apa yang dirasakan, kenapa bisa kena, kalo kita hati-hati apakah
tetep kena, dan pelajaran bahwa segala yang berbau api itu harus dilakukan
dengan hati-hati. Jika tak hati-hati akan mengenai kulit dan terasa panas.
4.
Segera
membawa ke Rumah Sakit, tanpa menunda. Karena luka bakar akan mengakibatkan
infeksi jika tak segera dibersihkan dan diobati dengan cara yang benar. Apalagi
luka bakar selain terasa panas, juga gatal yang bikin tergerak ingin
menggaruk. Lah kalo tangan kotor, khan malah bahaya.
Dan untuk
saya sendiri yang rada panik sama hal beginian mulai bisa ambil makna yang memberdayakan, alih-alih menyesali. Reframing yang saya katakan dalam diri sendiri (self talk) diantaranya .
Alhamdulillah
yang terkena pipi, bukan bagian tubuh lain yang serem jika kena. Misalnya terkena mata.
Bekas
luka bakar memang akan berbekas, tapi masih banyak obat penghilang bekas luka.
Alhamdulillah kami tak menanggung biaya perawatan Rumah Sakit, sehingga uangnya bisa digunakan untuk keperluan lainnya
Dan Alhamdulillah Lui sangat kooperatif diajak ke Rumah Sakit dan mau dirawat lukanya. Gak ada adegan nangis bahkan ngamuk saat ketemu petugas medis. Terima kasih ya Nak
Dan Alhamdulillah Lui sangat kooperatif diajak ke Rumah Sakit dan mau dirawat lukanya. Gak ada adegan nangis bahkan ngamuk saat ketemu petugas medis. Terima kasih ya Nak
cap pipi di Ramadan ke 9 :D |
Yah demikianlah cerita Luigi siang ini. Semoga setiap yang kita lakukan tetap berlandaskan logika meski laper dalam kondisi puasa. Kami bisa saja membabi buta saat mengetahui kejadian itu, Namun, Alhamdulillah kami masih bisa komplain baik-baik. Sayapun tak semakin mengompori Adit alih-alih agar semakin marah. Gak ada adegan menggebrak meja. Semua berjalan tenang.
Pesanan kami memang hanya berapa rupiah, tak sampe 150 ribu dengan 3 menu. Namun niat baik dari Warung Apung Rahmawati Gresik sungguh patut diapresiasi. Kami mengucapkan banyak terima kasih.
Semoga saya dan Adit lebih hati-hati dalam menjaga amanah Allah ini, Luigi si pejuang kecil.
saya baca ceritanya kebayang kalau misal kejadian sama anak sendiri..dunanges iya, khawatir banget. guemesss tapi syukur pihak rumah makan mau bertanggung jawab.
BalasHapusapapun itu selalu ada hikmahnya ya mba.. terimakasih sdh berbagi cerita :) Lekas sembuh luigi
yang saya heran kenapa gak ada peringatan yaa sekalipun memang sdh dihentikan pekerjaan itu karena namanya renovasi kan kita gak tau udah di las eh ada yg jatuh kan bahaya
BalasHapusCumaaannnnnnn... di siniihhh!!!!!!
BalasHapusOrang2 pada ajaib dan hebat.
Sampai kurang mengindahkan tentang keselamatan kerja.
Cuman di siniiihhh, manusianya hebat2 sampai terbiasa ngelas dianggap pakai salju 😈😈😡😡
Sering banget tuh.
Pihak resto sebagai owner suruh cepet2 kerjanya.
pihak perusahaan memaksa pekerja harus cepat alhasil pekerjanya tidak mengindahkan keselamatan diri sendiri, apalagi orang lain ckckck.
Tapi yaa..
Allah itu adil.
Kalau di Lui yang lebih gak terimaan papa Lui.
Kalau saya?
Di jamin sayanya yang ngamuk tuh wkwkwkwk.
kalau pak suami pasti kalem2 aja haha.
betewe, semoga lekas sembuh Lui ganteng.
Tenang sajaa.. asal luka gak infeksi, insha Allah hilang kok bekasnya.
Lui kan masih kecil.
kakak Darrell tuh, bermacam2 luka di wajahnya.
Ada di jidat, di bibir di pipi.
Alhamdulillah sekarang wajahnya mulus, gak berbekas.
padahal lukanya dulu lumayan bikin mak nya ini ngeneeesss sediihh liatnya.
Insha Allah anak lanang sehat dan kuat selalu yaaa 😘😘😘
cepet sehat dedek lui..
BalasHapussedih sih sebenernya kenapa gak ada peringatan kalo ada renovasi dan dilarang utk mendekati area renov tsb.
tapi untungnya bapak manajer baik hati dan mau bertanggung jawab ya mba..
untung yg kena pipi, coba bayangin klo yg kena mata. Lain kali kita harus hati2 dimanapun berada.
BalasHapus