#diaryLuigi : Luka Bakar Pengelasan dan 4 Pelajaran Penting


Puasa hari ini rasanya nano-nano. Kesabaran saya beneran diuji. Mulai dari Luigi yang gak semangat les musik. Ada adegan nangis segala dikelas. Ngamuk pengen tidur, padahal dia bangun jam 9. Sampe jejeritan saat ditelfon Ibuknya (nenek). Ibuk yang kangen pengen Lui mampir di Surabaya sepulang les. Udah nyampe gang depan rumah Ibuk, dia ngamuk bercampur nangis dong wkwk. Dia maunya segera pulang ke Gresik saja.

Akhirnya untuk mengademkan hati yang panas, saya bilang ke Adit kalo pengen buka puasa yang berbeda dari hari biasanya. Jika buka puasa terlewati selalu dengan telur dan ayam, kali ini saya pengen banget makan ikan. Luigi juga suka ikan. Kita ngikut anjuran Bu Susi supaya gak ditenggelamkan. Kalo ini sih emang modus emak, bilang aja pengen ke rumah makan wkwk.



Nyampe Gresik jam setengah 3, lalu bergegas ke Warung Apung Rahmawati. Parkiran tak terlalu rame karena masing “siang”. Resto ini kalo jam buka puasa gila-gilaan ramenya. Dia emang termasuk restoran kesohor di Gresik kota. Ternyata rumah makan dengan tagline “ayam bakar terDahsyat di dunia” ini sedang dalam renovasi. Sehingga banyak pekerja lalu lalang. Sebenarnya yang banyak dikerjakan adalah urusan mengelas besi.

Di pintu masuk saya dan Luigi disambut dengan waiter dan menanyakan apa saya akan reservasi tempat buka puasa. Saya jawab tidak, karena kami pesan yang dibawa pulang alias take away. Lalu kami diarahkan menuju kasir. Saat itu suara mesin las terdengar sangat ramai. Proses antrian kasir tidak ribet. Singkatnya saya sebutkan 3 menu, lalu dibayar, selesai. Disamping kasir ada sebuah kolam ikan yang lumayan besar. Kolam ikan ini adalah jembatan menuju kursi VIP. Karena Luigi suka banget melihat ikan, apalagi ikannya banyak banget, kami nikmati berdiri disamping kolam.

Hanya beberapa menit berdiri, tetiba ada sesuatu yang jatuh dari atas dan mengenai pipi Lui. Saya lihat apa yang jatuh, ternyata seperti besi kecil seukuran jari kelingking dan penuh api. “mama sakit” ucapnya seketika. Dia reflek mengusap-usap pipinya. Saya lihat pipinya memerah. Lalu segera kami menghindar dan duduk tak jauh dari kolam ikan. Sambil saya memastikan bahwa pipinya baik-baik saja.

Ternyata pipi kanannya semakin merona warnanya. Dia bilang berkali-kali “panas ma” atau “sakit ma”. Saat duduk menunggu pesanan itulah baru saya tau, bahwa diatas tempat kami melihat ikan di kolam ada aktivitas pengelasan. Percikan las bak hujan api dari atas. Astagaaaaah. 
Kenapa tak ada pemberitahuan pada kami, 
kenapa tak ada larangan bagi kami saat berdiri disamping kolam, 
kenapa tak ada pelindung yang memadai. 
Masalahnya pengerjaan las diatas itu sangat dekat dengan kasir. Setelah saya lihat pipinya “oh merah” gumamku. Berharap sepulangnya dari Rahmawati, saya bisa beli salep, dan esoknya akan baik-baik saja.

Kami tak butuh waktu lama untuk menerima pesanan. Segera saya dan Lui menuju parkiran dan berpesan pada Lui sambil menggendong “nanti cerita Ayah, ya”. Disambut anggukan Lui. Ketika sudah dekat dengan mobil, dia mulai berkisah. “Ayah, kamu tau ta ada hujan percikan api, aku tadi kena hujan api Ayah” kata Lui bersungut-sungut. Adit gak “ngeh” karena sedang membalas chat di gawainya. Saya ulangi maksud Lui dan mengatakan bahwa pipi Lui kena percikan api pengelasan. Saat itu pipi Lui gak hanya semakin merah tapi membentuk gelembung berisi air. Adit kaget dong, entah apa yang ada dipikirannya, dengan sigap ia gendong Lui dan balik lagi masuk ke restoran. Lui yang jejeritan gak mau masuk lagi, gak dihiraukan. “udah Bi, Lui juga gak mau masuk, biar aja” ucapku mendinginkan suasana.

Adit menuju kasir lagi. Dia komplain dong atas nasib pipi anaknya yang memerah kena percikan las resto. Saat itu customer semakin sering berdatangan. Suasana kasir semakin ramai. Adit sampaikan keluhan tentang yang baru saja kami alami. Kasir yang sedang bingung, segera menelfon manajernya. Bagi Adit minimal pihak rumah makan tahu bahwa lokasi tempat anaknya melihat kolam ikan sangat berbahaya. Apalagi pengerjaan las ada diatas dan kenapa tidak ada pemberitahuan.

Beberapa menit kemudian datanglah mbak-mbak yang “katanya” manajer tapi tak terlihat attitude seorang manajer. Saya duduk dikursi tunggu pesanan, dia bicara dengan kami dengan posisi berdiri. “dibawa ke puskesmas aja ya Bu, ini kena percikan las-nya” katanya membuka obrolan setelah melihat luka di pipi Lui. Sejujurnya kami gak paham, dibawa ke puskesmas itu maksudnya kami yang bawa, situ yang bawa, atau gimana. Lalu dia sibuk menelfon seseorang.

Tak lama datanglah bapak-bapak berpakaian kaos, dengan tubuh tinggi besar, dan menyalami kami. Adit sampaikan komplain sama seperti di kasir. Intinya dia lapor kalo pipi Lui kena luka bakar. Sambil mengenalkan diri sebagai manajer, bapak tadi mengajak duduk dan mendengarkan setiap kalimat yang keluar dari mulut Adit. Saya sibuk menggendong Lui sambil memastikan botol susunya tak terjatuh.

Bapak manajer dengan kalimat yang sangat sopan menjelaskan bahwa aktivitas renovasi sebenarnya hanya sampai jam 2 siang. Karena setelah jam 2, customer sudah banyak yang berdatangan. Pihak pemborong sudah diingatkan untuk segera menghentikan aktivitas pengelasan, namun tak diindahkan. Karena hal itu, beliau selaku manajemen Warung Apung Rahmawati bertanggung jawab dan menyarankan untuk dibawa ke rumah sakit. Rumah sakit yang dituju adalah Rumah Sakit Semen Gresik yang tak jauh dari lokasi rumah makan.

difoto seadanya sama Adit selama di IGD

Mobil kami melaju dengan cepat menuju Instalasi Gawat Darurat (IGD). Saya mengurus pendaftaran, sementara Lui, Adit dan bapak manajer ada diruang tindakan. Berkali-kali bapak manajer meminta maaf pada kami karena kelalaian mereka. Singkat kata, luka di pipi Lui dibersihkan oleh suster, lalu diberi salep dan ditutup kasa. Penanganan yang dilakukan adalah merawat luka, sambil diberi obat anti nyeri (bila diperlukan).

Karena saya parno, apalagi menyangkut bagian wajah Lui, saya bertanya kepada dokter yang menangani 
apakah luka akan cepat mengering?,
apa efeknya luka bakar seperti kasus Luigi?
tidakkah nanti akan berbekas pada kulitnya?

Dan dijawab apa pemirsaaaah, luka bakar seperti Luigi biasanya berbekas menghitam. 
Jleb.
Apakah akan ada cap hitam dalam pipi anakku, setelah garis jidat karena pengalaman kepala bocor?gumamku dalam hati

Ketika menunggu obat di apotek, bapak manajer bercerita bahwa Warung Apung Rahmawati memang sedang proses renovasi. Namun pengerjaan dilakukan lebih pagi agar diakhiri jam 2 siang. Dan banyak cerita lainnya. Seketika nama Luigi dipanggil, bapak manajer yang menuju ruang obat. Semua biaya IGD dan obat ditanggung oleh pihak mereka.

Sambil menjelaskan obat yang didapat, pak manajer yang sejujurnya saya lupa namanya mengingatkan untuk kontrol 3 hari kedepan. Karena akan dilihat lagi lukanya. Dan memberi kami sejumlah uang. Adit dengan sigap mengatakan “tidak usah Pak, kami sudah cukup berterima kasih dengan niatan baik Bapak membawa anak saya ke Rumah Sakit”. “jangan Pak, terima saja sebagai permohonan maaf kami” pak manajer meyakinkan. Iapun berpesan untuk siap mendampingi Lui saat kontrol hari Jumat.

Akhirnya, kami saling minta maaf, saling berpamitan, pertemuan berakhir dan  pulang.

Siang itu saya mengambil pelajaran bahwa :
1.       Pentingnya membawa anak ke tempat yang ramah anak, meski hanya sebentar. Jika ada aktivitas renovasi, pembangunan, atau apalah itu, kita harus siap cancel. Bagaimanapun keselamatan anak adalah yang utama. Ingat, masa usia 3 tahun seperti Lui adalah masa dengan tingkat keingintahuan yang besar. Termasuk sekedar ingin tau koleksi ikan pada sebuah kolam resto
2.       Menceritakan pada pihak resto mengenai kejadian Lui awalnya saya pikir tidak akan berakhir baik. Karena jika mereka melihatnya kami meminta ganti rugi (terutama uang), tentu itu bukan motif kami. Kami sudah mengalami hal yang lebih berat dari “sekedar” luka bakar percikan las. Namun ternyata komplain jika disertai cerita dan bukti yang logis akan menjadi evaluasi pihak manajemen resto untuk mengantisipasi agar tak terulang kejadian seperti yang kami alami.
3.       Luka bakar akan segera hilang, namun kejadian itu tentu akan sangat direkam baik oleh anak. Jika dibiarkan, akan menjadi trauma, terutama yang berhubungan dengan api. Padahal dalam kehidupan kita sehari-hari, kita tidak bisa lepas dari aktivitas yang menggunakan api seperti memasak di kompor. Di usia 3 tahun ini, Lui sering memohon untuk membantu saya menggoreng telur. Meski cuma mengaduk-aduk sutil penggorengan, ia merasa senang karena melakukan aktivitas bermakna layaknya orang dewasa lakukan. Maka, jangan lupa untuk mengajaknya mengobrol apa yang dirasakan, kenapa bisa kena, kalo kita hati-hati apakah tetep kena, dan pelajaran bahwa segala yang berbau api itu harus dilakukan dengan hati-hati. Jika tak hati-hati akan mengenai kulit dan terasa panas.
4.       Segera membawa ke Rumah Sakit, tanpa menunda. Karena luka bakar akan mengakibatkan infeksi jika tak segera dibersihkan dan diobati dengan cara yang benar. Apalagi luka bakar selain terasa panas, juga gatal yang bikin tergerak ingin menggaruk. Lah kalo tangan kotor, khan malah bahaya.

Dan untuk saya sendiri yang rada panik sama hal beginian mulai bisa ambil makna yang memberdayakan, alih-alih menyesali. Reframing yang saya katakan dalam diri sendiri (self talk) diantaranya .
Alhamdulillah yang terkena pipi, bukan bagian tubuh lain yang serem jika kena. Misalnya terkena mata.
Bekas luka bakar memang akan berbekas, tapi masih banyak obat penghilang bekas luka.
Alhamdulillah kami tak menanggung biaya perawatan Rumah Sakit, sehingga uangnya bisa digunakan untuk keperluan lainnya
Dan Alhamdulillah Lui sangat kooperatif diajak ke Rumah Sakit dan mau dirawat lukanya. Gak ada adegan nangis bahkan ngamuk saat ketemu petugas medis. Terima kasih ya Nak

cap pipi di Ramadan ke 9 :D

Yah demikianlah cerita Luigi siang ini. Semoga setiap yang kita lakukan tetap berlandaskan logika meski laper dalam kondisi puasa. Kami bisa saja membabi buta saat mengetahui kejadian itu, Namun, Alhamdulillah kami masih bisa komplain baik-baik. Sayapun tak semakin mengompori Adit alih-alih agar semakin marah. Gak ada adegan menggebrak meja. Semua berjalan tenang. 


Pesanan kami memang hanya berapa rupiah, tak sampe 150 ribu dengan 3 menu. Namun niat baik dari Warung Apung Rahmawati Gresik sungguh patut diapresiasi. Kami mengucapkan banyak terima kasih. 

Semoga saya dan Adit lebih hati-hati dalam menjaga amanah Allah ini, Luigi si pejuang kecil.

5 komentar

  1. saya baca ceritanya kebayang kalau misal kejadian sama anak sendiri..dunanges iya, khawatir banget. guemesss tapi syukur pihak rumah makan mau bertanggung jawab.

    apapun itu selalu ada hikmahnya ya mba.. terimakasih sdh berbagi cerita :) Lekas sembuh luigi

    BalasHapus
  2. yang saya heran kenapa gak ada peringatan yaa sekalipun memang sdh dihentikan pekerjaan itu karena namanya renovasi kan kita gak tau udah di las eh ada yg jatuh kan bahaya

    BalasHapus
  3. Cumaaannnnnnn... di siniihhh!!!!!!

    Orang2 pada ajaib dan hebat.
    Sampai kurang mengindahkan tentang keselamatan kerja.

    Cuman di siniiihhh, manusianya hebat2 sampai terbiasa ngelas dianggap pakai salju 😈😈😡😡

    Sering banget tuh.

    Pihak resto sebagai owner suruh cepet2 kerjanya.
    pihak perusahaan memaksa pekerja harus cepat alhasil pekerjanya tidak mengindahkan keselamatan diri sendiri, apalagi orang lain ckckck.

    Tapi yaa..
    Allah itu adil.
    Kalau di Lui yang lebih gak terimaan papa Lui.

    Kalau saya?
    Di jamin sayanya yang ngamuk tuh wkwkwkwk.
    kalau pak suami pasti kalem2 aja haha.

    betewe, semoga lekas sembuh Lui ganteng.
    Tenang sajaa.. asal luka gak infeksi, insha Allah hilang kok bekasnya.

    Lui kan masih kecil.

    kakak Darrell tuh, bermacam2 luka di wajahnya.
    Ada di jidat, di bibir di pipi.

    Alhamdulillah sekarang wajahnya mulus, gak berbekas.

    padahal lukanya dulu lumayan bikin mak nya ini ngeneeesss sediihh liatnya.

    Insha Allah anak lanang sehat dan kuat selalu yaaa 😘😘😘

    BalasHapus
  4. cepet sehat dedek lui..
    sedih sih sebenernya kenapa gak ada peringatan kalo ada renovasi dan dilarang utk mendekati area renov tsb.
    tapi untungnya bapak manajer baik hati dan mau bertanggung jawab ya mba..

    BalasHapus
  5. untung yg kena pipi, coba bayangin klo yg kena mata. Lain kali kita harus hati2 dimanapun berada.

    BalasHapus