Pagi itu (23/1) saya berkesempatan mengikuti para
wisatawan kapal pesiar Maasdam dari Belanda yang merapat di Surabaya North Quay berkunjung ke Pura Agung Jagat
Karana (PAJK). PAJK adalah tempat peribadatan umat Hindu dan menjadi salah satu
destinasi wisata religi di Surabaya. Rasa penasaran yang menyeruak sejak lama
dalam bayangan, akhirnya menjadi nyata saat senyuman Dewi Saraswati benar ada
dipelupuk mata.
Dan inilah pertama kali saya menginjakkan kaki ke Pura dengan luas areal kurang lebih 7.750 m2. Dewi Saraswati yang anggun menunggangi angsa seakan hangat menyambut setiap tamu yang datang. Udara pagi yang kuhirup seakan aku berada di Bali.
Dan inilah pertama kali saya menginjakkan kaki ke Pura dengan luas areal kurang lebih 7.750 m2. Dewi Saraswati yang anggun menunggangi angsa seakan hangat menyambut setiap tamu yang datang. Udara pagi yang kuhirup seakan aku berada di Bali.
Sekilas umat Hindu di Surabaya
Bangunan ini telah ada di Surabaya sejak tahun 1987
silam. Banjar Surabaya adalah komunitas Bali di Surabaya, terdiri dari setiap
kecamatan di Surabaya. Sementara yang terdaftar di Dinas Kependudukan sebanyak
1.400 Kepala Keluarga dari 30 kecamatan. “Tapi kita baru 22 kecamatan yang
masuk per sektor. Sektor kenjeran, sektor perak. Setiap kecamatan ada sektornya.
Misalnya sektor Bubutan Krembangan, Ampel, Bulak.” ungkap Made salah seorang
petugas Pura.
Pura Jagad Karana merupakan induk yang dikepalai oleh
ketua banjar yang disebut Klian Banjar. “Saat ini ketua Banjar Surabaya dipegang
oleh Kolonel Laut Pak Made Bermawi, beliau masih aktif” tambah Made. Di
Surabaya terdapat 11 pura seperti di
Kenjeran, di Tandes, di Tambaksari, di Karangpilang, dan yang baru ada di Basis
Angkatan Laut, Armatim. Dikelola oleh Banjar Ampel.
Meski merupakan Pura dinas namun tetap bergabung di komunitas Banjar Surabaya. Made menyebutkan komunitas umat yakni majelis umat hindu bernama Parisade Darma Hindu kota Surabaya. Bagi saya, bertemu Pak Made merupakan hal yang istimewa karena informasi ini tidak ada dibuku.
![]() |
Pak Made membalutkan selendang wisatawan, sambil menyapa "where are you come from?" |
Meski merupakan Pura dinas namun tetap bergabung di komunitas Banjar Surabaya. Made menyebutkan komunitas umat yakni majelis umat hindu bernama Parisade Darma Hindu kota Surabaya. Bagi saya, bertemu Pak Made merupakan hal yang istimewa karena informasi ini tidak ada dibuku.
Sebagai salah satu destinasi
wisata religi Surabaya
Petugas PAJK bernama Pak Made diatas merupakan ketua bidang
kesenian dan pariwisata Banjar Surabaya. Sejak tahun 2015 beliau memperjuangan
Pura Agung Jagat Karana ke Dinas Pariwisata Surabaya (Disparta) untuk tergabung
ke forum pengelola obyek wisata kota Surabaya. Sampai akhirnya menjadi PAJK termasuk
55 destinasi wisata Surabaya, bagian dari wisata religi kota Pahlawan.
Menurut informasi Made, kedepan wisatawan asing datang minimal dua kali dalam satu bulan untuk bertandang ke Pura. PAJK juga
melayani studi banding untuk pelajar mulai SMA bahkan sebuah pondok di Jombang pun
studi banding agama disini. Yang ingin mereka ketahui diantaranya bagaimana
cara sembayang Hindu.
Menurut Made, Hindu dan agama lain sama saja “Agama
itu ada tempat sembayangnya, punya kitab suci, punya hari suci, kami kitab
sucinya weda, tempat sembayangnya di pura, hari sucinya nyepi” ungkapnya. Meski
bukan hanya nyepi aja, namun saat ini nyepilah yang diakui pemerintah. Setiap minggu
itu ada seperti Purname, tilem, odalan, dan lainnya.
PAJK sistemnya sistemnya sosial, tidak money oriented
hanya tempat ibadah dan wisata religi. Saat ada wisatawan asing mereka tetap menyiapkan keamanan namun tidak
memakai pakaian dinas. Hal ini untuk memberikan kenyamanan pada wisatawan bahwa
tempat ini aman dengan tidak adanya petugas keamanan berseragam.
![]() |
candi bentar yang harus dilewati menuju Madya Mandala. Photo : pribadi |
Apa saja yang ada di PAJK?
Kita akan melewati 3 bagian Pura yakni Nista Mandala,
Madya Mandala dan Utama Mandala. Nista Mandala adalah sejak berada dipintu
masuk yang diantaranya ada pos penjagaan, patung Dewi Sarawati, areal pedagang,
bale manusa Yadnya, Pasraman Ratu Pedanda, ruang rapat dan sekretariat dan
Padma Capah.
Pagi itu kebetulan area pedagang sedang tutup, jadi tidak bisa sekalian cuci mata haha.
Pagi itu kebetulan area pedagang sedang tutup, jadi tidak bisa sekalian cuci mata haha.
![]() |
Dewi Saraswati di area Nista Mandala. Photo oleh : Rachmad Juliantono |
Nista Mandala adalah tempat yang menampung kegiatan
kemasyarakatan yang bersifat keduniawian.
Madya Mandala terdiri dari candi bentar, bale punia, Bale Kul-Kul, Bale Agung 1 gong, Bale Agung 2 Bale Suci, Beji, Bale Pewaregan dan Bale Pesanekan. Ruang ini untuk mengingkatkan kualitas umat Hindu.
Madya Mandala terdiri dari candi bentar, bale punia, Bale Kul-Kul, Bale Agung 1 gong, Bale Agung 2 Bale Suci, Beji, Bale Pewaregan dan Bale Pesanekan. Ruang ini untuk mengingkatkan kualitas umat Hindu.
![]() |
Area Madya Mandala. Photo oleh : Rachmad Juliantono |
Dan yang terakhir Utama Mandala yang terdiri dari
Kori Agung, Ganapati, Dewantaru, Bale Pewedan, Bale Sari, Padmasana dan Pepelik
Kiri Kanan dan Ratu Ngurah Sakti. Disinilah tempat umat Hindu menyatukan bayu,
sabda, idep (pikiran, perkataan dan perbuatan). Tempat menghadap Tuhan dalam
keadaan hening.
Sejak memasuki area Pura kita seakan merasakan suasana di Bali.
Mulai gerbang masuk, ornamen khas Bali dan ternyata petugas Pura pun juga orang Bali
yang tinggal di Surabaya.
Tepat pukul sembilan para wisatawan kapal pesiar Maasdam tiba. Disambut oleh dua penari Bali lincah berlenggak-lenggok dihamparan karpet merah persis didepan Kori Agung.
Tepat pukul sembilan para wisatawan kapal pesiar Maasdam tiba. Disambut oleh dua penari Bali lincah berlenggak-lenggok dihamparan karpet merah persis didepan Kori Agung.
![]() |
hadap sini dong, aku juga mau moto :D antusiasme wisatawan asing :) |
Setelah dua penari selesai menghibur wisatawan, para
tamu boleh berfoto dengan penari secara gratis. Lalu diarahkan ke tempat makan.
Para bule antri dengan sangat tertib. Luar biasa. Selama para bule menikmati
jajanan khas Suroboyo seperti ketan ireng dan klanting, para tamu dihibur
kembali dengan penari tunggal Bali.
![]() |
niki ketan ireng lan klanting miss :D photo : pribadi |
Bangunan dibelakang penari saat menghibur wisatawan
di Mandala Utama sangat menarik perhatian. Menurut pak Mangku, bangunan
tersebut disebut Kori Agung. Dari buku Surabaya Religious Tourism, Kori Agung secara
filosofis berarti The Door of Paradise (pintu surga). Ketinggiannya
melambangkan “gunung” makro kosmos yang pintu tengahnya hanya dibuka pada
saat-saat tertentu. Dan tempat ini selalu suci.
![]() |
the door of paradise |
Melihat lebih jauh, diatas pintu tengah Kori Agung
terdapat kepala raksasa dengan pandangan tajam mengawasi keseluruh penjuru.
Kepala raksasa yang disebut Boma (berasal dari kata bhum yang artinya hutan)
tersebut identik dengan alam.
Saya pun berkesempatan berbincang-bincang dengan Pak
Mangku. Di Hindu mungkin Pak Mangku seperti Kyai dalam Islam. Beliau juga mengajar 91
mahasiswa di Universitas Hang Tuah. Saya menyimak pak Mangku menjelaskan
mengenai Melasti. Jika Melasti bertepatan dengan hari Minggu bisa sebanyak 16.000 umat
tumpah ruah di PAJK. Karena tidak hanya dari Surabaya saja, namun juga dari
Sidoarjo, Gresik, Mojokerto dan Lamongan.
Tidak hanya tentang Melasti, namun kami berbincang mengenai potong gigi di Hindu yang ternyata mempunyai filosofi yang dalam. Kehadiran
manusia, membawa karma yang dimana musuh paling sakti dalam perspektif Hindu yakni
diri kita sendiri. Taring merupakan simbol kebuasan, dan sifat binatang.
Nah sifat itulah yang dikikis dari hidup kita dan
disimbolkan dengan potong gigi atau mengikis gigi. Potong gigi ini merupakan
kegiatan yang langka di PAJK, dilaksanakan 6 tahun sekali. Berbeda di Bali yang bisa diadakan setiap tahun. Dimulai sejak aqil baligh yang ditandai laki suaranya sudah
nge-bass dan perempuan haid pertama.
Saya
tertegun dengan apa yang Pak Mangku katakan. Diusianya yang sudah senja, beliau
masih aktif memimpin umat. Semoga sehat selalu nggih Pak :)
![]() |
Pak Mangku berbaju putih dan berkacamata hitam dengan ramah berfoto bersama wisatawan. Photo : pribadi |
Aturan ke Pura Agung Jagat
Karana
Untuk kalian semua yang ingin datang ke Pura, entah
PAJK atau dikotanya masing-masing, ada beberapa hal yang menjadi acuan sebelum
masuk Pura diantaranya :
·
Wisatawan lokal atau asing yang sudah mempunyai
ijin petugas pura
·
Berpakaian sopan, tidak memakai celana pendek
dan kaos oblong
·
Menggunakan selendang kuning yang sudah
disediakan
·
Tidak boleh datang dalam kondisi sedang
haid karena ini merupakan tempat sembayang yang suci. Jika masuk ke Mandala Utama
dan ternyata ada tamu dalam kondisi haid bisa tercemar dan harus dilaksanakan
upacara untuk mensucikannya kembali dengan biaya yang besar
·
Dan etika memotret orang sembayang, tidak dari
posisi depan.
![]() |
selendang kuning ini wajib dipakai. Photo oleh : Rachmad Juliantono |
Akhirnya hari sudah siang. Matahari semakin beranjak
naik. Udara menjadi panas. Saya harus kembali pulang. Ditempat suci ini saya
bisa melihat dengan jelas ritual umat hindu. Sungguh membuat takjub. Pura dengan
orang-orang yang sangat ramah. Saya tidak sedang di Bali, tapi Bali ada didepan
saya. Olehkarenanya semua informasi yang saya dapatkan tidak mau saya lewatkan
begitu saja. Semoga tulisan ini bisa menjadi pengobat rindu akan indahnya Bali
dan keharmonisan antar agama.
Saya haturkan terimakasih yang tak hingga pada Pak
Made dan Pak Mangku yang menyambut kami dengan senyuman layaknya Dewi Saraswati.
Aku lho meh ben dino lewat kono tapi yo gak tau mlebu. Haha
BalasHapusYa ampuunn, beneran mirip Bali loh mama Lui.
BalasHapusSuka banget ikutin kegiatan mama Lui, segala sudut penjuru Surabaya di eksplore, saya belasan tahun di Surabaya baru tau kalau ada tempat yang mirip banget ama Bali.
Kece deh Surabaya :)
Kalau tidak baca artikel dan hanya lihat foto saja memang ini lokasi seperti di Bali, ya. Padahal ternyata di Surabaya hehehe ...
BalasHapusPenasaran sama upacara besar kalau tempat ibadah didatangi wanita yang sedang haid. Apakah itu pernah terjadi?
saya kira beneran di bali mom septi, sungguh foto fotonyakece sekali. baru tau ternyatasurabaya punya situs bersejarah seperti ini.
BalasHapusPuranya bagus sekali ya, setiap pura aturannya sama ya. Dulu pernah mau main ke pura dekat rumah teman tapi gak jadi soalnya saya pas lagi haid kata teman gak diperbolehkan.
BalasHapusPuranya besar banget ya, aku kira malah di Bali ��
BalasHapusPantas saja yah, kalau aku lihat foto orang yang sebayang di pura selalu dari angel belakang, karena ada etika Memotret nya.
Hihi Kalo mereka yg lihat foto2 ini tanpa membaca pnjelaannya pasti kengira ini di Bali, ternyata do Surabaya pun ada wisata Pura 😍
BalasHapusBerasa di Bali ya kalau kesini...mirip banget, mungkin suasana luarnya aja yang berbeda. Aku kira ini tadi di Bali. Ternyata di Surabaya ada PAJK ini...
BalasHapusTernyata bisa dikunjungi wisatawan ya mbak di sana?
BalasHapusKebetulan keluarga sepupuku ada yang Hindu dan aku tahunya tiap Nyepi mereka ke sana tapi gk tau kalau dibuka jg buat umum.
Wah serasa ke Bali ya kalau ke sana :D
Foto-fotonya keren sekali kak, suka banget aku liatnya. Banyak bule lagi ya di sana. Padahal aku beberapa bulan lalu itu ke Surabaya. Tapi cuma sebentar sih. Maybe next time.
BalasHapusPuranya bagus sekali, nggak nyangka ini lokasinya di Surabaya. Destinasi wisata seperti ini kalau ada kesempatan juga ingin kukunjungi, aku penasaran dengan prosesi potong gigi yang langka itu.
BalasHapusMbaa fotonya cakep banget.. anw sy berencana mau ke surabaya dlm wkt deket ini.. jafi penasaran mau kesini 😍
BalasHapusliat foto2nya jd berasa pengen berkunjung ke sana juga nih aku Mba.. Pura Agung Jagat Karana benar2 menunjukkan kekayaan budaya nusantara yg sudah ada dan dipelihara sejak jaman leluhur :)
BalasHapusWah, bagus banget ya puranya. Baca dan lihat foto-fotonya di artikel ini, aku jadi sukses penasaran juga. Kudu datang ke sana ya biar penasarannya terpuaskan. :D
BalasHapusMirip banget sama Bali. Aku berkali-kali ke Sby tapi belum sempat ke sini. Kadang karena pas haid, kadang waktunya yg nggak cukup.
BalasHapusJadi ini Pura Jagad tempatnya para komunitas Bali ya mbak? Wah aku baru tau nih, tempatnya persis kalau kita ke Bali ya, keren ini. Siapa tau nanti bisa main kesana kalau pas liburan.
BalasHapuspas buka blog kakak dikira ini di bali, ternyata di Surabaya toh... besok kalau pulang kampung mampir akh
BalasHapusHow Lucky you are kak, bisa mengunjungi tempat bersejarah 😍 i wish someday bsa jg ke sana, amiinn
BalasHapusBelum pernah ke sini, bahkan baru tahu ada destinasi wisata ini. Semoga saat melakukan wisata bisa mampir dan ikut menikmati objek wisata yang satu ini. Terimakasih informasinya mba,, tambah wawasan saya mengenai destinasi wisata Indonesia.
BalasHapusWah aku pun baru yau ada pura ini di Surabaya. Makasih infonya mbaaak. Jadi ada tempat wisata lagi yang bisa dikunjungi
BalasHapus