Blusukan Kampung Eropa Surabaya


Minggu 19 Agustus 2018, Alhamdulillah saya berkesempatan menjadi bagian dari Blusukan Kampung Eropa Jilid 4 dari komunitas Love Suroboyo. Terimakasih ketua Love Suroboyo yang memberi satu kuota pada saya. Padahal flyer saat itu belum resmi dibuka. Memang ini acara ngapain sih?

Secara etimologi blusukan berasal dari bahasa Jawa dari kata dasar blusuk “masuk” dan akhiran -an (afiks verba) yang berarti “masuk-masuk ke tempat tertentu untuk mengetahui sesuatu". Nah karena perjalanan ini adalah Blusukan Kampung Eropa maka kami masuk ke daerah kampung Eropa Surabaya untuk mengetahui sejarah Surabaya Lama atau Kota Tua Surabaya. Sehingga fokusnya adalah heritage building (bangunan-bangunan peninggalan sejarah).



Rute perjalanan Blusukan Kampung Eropa jilid 4 ini dimulai dari Museum De Javasche Bank, Gedung Internatio, Taman Sejarah (dulu Taman Jayengreno), Gedung Singa, Pabrik Sirup Siropen, Museum Hidup Polri, Gedung PT. Perkebunan Nusantara XI (persero), dan yang terakhir penjara Kalisosok.


SEKILAS KAMPUNG SURABAYA
Berdasarkan buku Cruising Surabaya Kampung, di zaman kolonial, Belanda membagi-bagi masyarakat dalam kampung-kampung berdasarkan etnis. Kampung-kampung etnis ini muncul karena peraturan Wijkenstensel yang berisi aturan bahwa setiap etnis yang tinggal di Surabaya, harus menempati kampung etnisnya masing-masing. Juga peraturan Passenstensel yang menyatakan bahwa seseorang harus menunjukkan surat jalan jika hendak keluar dari lingkungan kampungnya.

dalam gedung eks De Javasche Bank

Kedua peraturan ini menyebabkan akses keluar masuk di Kawasan Kampung Arab, pecinan atau pribumi menjadi sulit. Pembagian kampung berdasarkan etnis ini terjadi bukan karena etnis-etnis tersebut mengekskusifkan diri atau tidak mau berbaur dengan etnis lain. Namun, pada waktu itu, inilah cara Belanda untuk mengontrol populasi dan juga melakukan pengawasan terhadap warga.  

Kampung di Surabaya dibagi menjadi
1.       Kampung Pecinan
2.       Kampung Arab
3.       Kampung Bubutan
4.       Kampung Nelayan
5.       Kampung Santri
6.       Kampung Pahlawan
7.       Kampung Londo
8.       Kampung Eropa


SEKILAS KAMPUNG EROPA
Ketika warga pribudi memasuki masa bersiap pasca kemerdekaan, orang-orang Eropa sudah menghilang. Kala itu semua orang bersiap akan kedatangan Bangsa Belanda yang akan kembali menjajah Indonesia. Pada masa bersiap tersebut, para pejuang mengambil secara sepihak rumah-rumah orang Belanda. Orang-orang Belanda sebenarnya ingin mengklaim kembali rumah-rumah mereka. Tetapi sulit karena waktu itu Belanda sudah kalah.

Warga Belanda itu hanya memiliki dua opsi. Yakni, tetap tinggal di Indonesia dan menjadi WNI, atau pulang ke Belanda. Dan kenyataanya, banyak warga Belanda yang lebih memilih untuk mudik ke Belanda. Sehingga, yang tersisa dari Kampung Eropa itu pun hanya fisik bangunannya, tetapi penghuninya tidak ada.

Kawasan Kampung Eropa. Dok : Edoniar Jery Pratama

Beberapa jalan utama Kawasan Eropa yang ada di Surabaya yakni :
1.       Heerenstraat (Jalan Rajawali)
2.       Willemstraat (Jalan Jembatan Merah)
3.       Roomkatholikstraat (Jalan Kepanjen)
4.       Boomstraat (Jalan Branjangan)
5.       Schoolstraat (Jalan Garuda)
6.       Werfstraat (Jalan Penjara)
7.       Societeitstraat (Jalan Veteran)

Sehingga, mari kita menjelajah bangunan tua, dengan arsitektur dan ornamen klasik ala kolonial Belanda di Kampung Eropa. Perjalanan ini dimulai dari :


Museum De Javasche Bank
Perjalanan pertama adalah ke Gedung eks De Javasche Bank. Gedung berusia 190 tahun ini tetap berdiri kokoh dan menjadi salah satu gedung cagar budaya di Surabaya. Uniknya adalah pintu masuk berada di ruang bawah tanah (basement).

Gedung DJB saat ini


Gedung DJB dulu, foto ini ada ditembok lantai satu


Sejarah DJB dijelaskan oleh Pak Bambang sebagai tour guide museum. De Javasche Bank adalah salah satu bank terkemuka pada zaman kolonial Belanda yang didirikan di Batavia pada tanggal 24 januari 1828. Kantor pusat berada di Batavia, De Javasche Bank membuka cabang di berbagai kota seperti di Surabaya, Jogjakarta, Solo, Cirebon, Makasar, Palembang dan Pontianak. Kantor cabang De Javasche Bank Surabaya di buka tanggal 14 September 1829 dengan kepala cabang pertama adalah F.H Preyer dibantu asisten A.H Buchler dan J.D.H. Loth sebagai komisaris.

Gedung ini terletak di pojok Schoolstraat (sekarang jalan Garuda no. 01 Surabaya) dan Werfstraat (sekarang jalan Penjara). Kantor cabang De Javasche Bank Surabaya merupakan kantor yang pertama kali menerapkan sistem perhitungan kliring antar enam bank utama, yaitu Nederlandsche Handle Mij Factorij, De Hongkong Bank&Shanghai Banking Corp, de Chartered Bank of India Australia&China, De Nederlandsche Indische Handelsbank, dan De Javasche Bank.



Kantor ini juga tercatat sebagai kantor pertama yang menyelenggarakan proses kliring di gedung kantornya sendiri dan bertindak sebagai penyelenggara. Pada tahun 1907 direksi De Javasche Bank memutuskan untuk memperbaharui gedung lama dengan baru yang lebih modern di seluruh Nusantara, termasuk kantor cabang di Surabaya. Maka pada tahun 1910 di bangun gedung baru seperti yang ada sekarang dengan arsitek N.V. Architecten-Ingenieursbureau Huswit en Fermont te Amsterdam. Bangunan tersebut termasuk gedung yang paling bergengsi di Surabaya pada zamannya.

Pada tanggal 1 Juli 1953, Bank ini berubah menjadi Bank Indonesia dan gedung di jalan Garuda no. 01 masih dipakai sampai tahun 1973. Setelah itu Bank Indonesia Surabaya pindah ke Jalan Pahlawan no. 105 Surabaya karena gedung uang lama sudah tidak dapat menampung kegiatan yang ada.

Pada tanggal 26 September 2010 pencanangan Pelestarian dan Pemanfaatan Bangunan Bersejarah (Heritage) Bank Indonesia. Bangunan yang kokoh dan indah ini merupakan aset yang berharga bagi sejarah perbankan di Indonesia.

Ornamen masih original, termasuk lampu

Keunikan Gedung eks De Javasche Bank diantaranya CCTV yang menggunakan kaca pantul, AC alami dari air bawah tanah, pintu putar sebagai keamanan, kaca patri yang menggunakan pantulan untuk menerangi ruangan dan tempat transaksi antara nasabah dan teler/petugas kasir yang terbuat dari kayu jati dan masih kokoh sampai sekarang.


Gedung Internatio
Tak disangka dibalik megahnya Gedung Internatio tersimpan sejarah heroik arek-arek Suroboyo pada pertempuran 10 November 1945. Kami para peserta blusukan dijelaskan sejarah singkatnya oleh Mas Kristiandi. Yang dimana arek Suroboyo saat itu hanya bermodal senjata tradisional seperti keris dan tombak berusaha mengepung gedung tempat para sekutu.

gedung Internatio tampak samping


Namun sayangnya ternyata gedung bersejarah tersebut dimiliki perorangan. Dan tidak dibuka untuk umum. Seakan hanya menjadi saksi bisu diantara lalu lalang kendaraan yang melewati jalanan.


Taman Sejarah
Dulu taman ini bernama taman Jayengreno. Pada tahun 2017 dirubah namanya menjadi taman sejarah. Taman ini berada tepat disisi kiri Gedung Internatio.  Mengapa disebut taman sejarah? Menurut buku City Park of Surabaya, taman diatas lahan seluas 5.300 meter persegi ini memiliki beberapa elemen yang mengandung filosofi tersendiri. Salah satunya Spot Mallaby.



Disebut Spot Mallaby karena di lokasi itulah jenderal besar asal Inggris, Brigjen AWS Mallaby tewas pada 30 Oktober hingga menyulut pertempuran 10 November di Surabaya. Di titik tersebut terdapat rancangan pola lantai tak beraturan yang menggambarkan ledakan hebat yang menewasakan Brigjend Mallaby. Replika mobil milik Mallaby diatas spot tersebut menambah nilai sejarahnya.

Fokus penjelasan tour guide. Dok : Emi Kurniati



Gedung Singa
Gedung Singa merupakan karya arsitek yang masih original. Disebut Gedung singa karena didepan megahnya Gedung ini terdapat patung sepasang singa bersayap. Gedung yang dibangun Berlage sebagai arsitek ini bagian dalamnya masih asli. Terletak di jalan Jembatan Merah. Dibagian atas gedung ada lukisan karya Jan Toorop. Gedung berusia 117 tahun ini merupakan gedung cagar budaya yang tidak ada plangnya (penandanya).



Uniknya antara sebelah kanan, kiri dan atas gedung berbeda nomer 15, 19 dan 23 dan itu sejak Belanda. Dulu gedung ini dijaman colonial Belanda digunakan sebagai perusahaan asuransi jiwa terbesar Belanda. Sayangnya sekarang gedung yang megah nan klasik ini kosong dan tak terawat.  


sepasang singa bersayap



lukisan diatas gedung


Pabrik Sirup Siropen
Didirikan oleh J.C Van Drongelen pada tahun 1923, pabrik rumahan ini merupakan pabrik sirup pertama di Indonesia. Drongelen diawal pendirian tidak mau menggunakan mesin dalam memproduksi pabrik sirupnya. Memasaknya masih menggunakan guci besar sebagai kuali. Untuk pengemasannya menggunakan botol kaca dan sampai saat ini masih banyak beredar hasil produksi di beberapa swalayan Surabaya.



Bangunan pabrik ini sempat beberapa kali pindah tangan. Tahun 1942 diambil alih oleh Jepang. Lalu setelah masa pendudukan Jepang selesai, dikuasai oleh Belanda. Pada 1958 semua perusahaan Belanda diambil alih oleh Indonesia. Sampai akhirnya tanggal 17 Maret 2015 akhirnya gedung pabrik ini menjadi bangunan cagar budaya. Jika berniat mencari oleh-oleh khas Surabaya, tak ada salahnya mengenalkan sirup Siropen ini kepada khalayak umum. Pabrik ini berada di Jalan Meliwis 5 Surabaya.

Hampir semua bangunan di Jalan Meliwis merupakan bangunan kuno dan beberapa diantaranya merupakan bangunan cagar budaya. Sehingga bisa digunakan spot foto syantik.


Museum Hidup Polri
Museum ini menempati gedung cagar budaya peninggalan kolonial Belanda di jalan Sikatan 1 Surabaya. Dibangun pada tahun 1850 dulunya gedung ini bernama Hoofdbureau van Politie yang mana dikenal oleh masyarakat dengan Hobiro. Pada jaman Jepang dipakai sebagai markas pasukan Polisi Istimewa Kota Besar Surabaya.

Museum mengoleksi banyak sekali barang untuk menceritakan sejarah kepolisian Indonesia. Bangunan utama gedung ini merupakan aula yang digunakan sebagai tempat pertemuan pada zaman VOC, dengan design bangunan kolonial Belanda yang berstruktur kayu jati.

lonceng tua

Ketika memasuki pintu depan kami disambut dengan sebuah lonceng berukuran besar. Lonceng tua peninggalan jaman Belanda itu fungsinya untuk mengumpulkan para anggota saat apel pagi. Lonceng ini dibuat pada tahun 1843. Disebelah lonceng terdapat sepeda patroli polisi tahun 1920-1925. Tugas polisi patroli ini adalah sebagai penjaga ketertiban di perkotaan.

menjelaskan koleksi museum




Disisi kiri musem terdapat foto-foto kegiatan kepolisian tempo dulu. Terdapat pula foto Kapolrestabes Surabaya dari masa kemasa, juga foto Kapolri dari masa ke masa.

Beberapa koleksi museum Polri diantaranya senjata COLD REVOLVER. Senjata buatan Amerika Serikat (USA) tahun 1855 ini digunakan oleh tentara Jepang dan berhasil dilucuti setelah Jepang menyerah kalah terhadap sekutu, dan digunakan oleh anggota Polri di Indonesia hingga saat ini. Senjata ini masih banyak digunakan oleh kepolisian baik dari dalam negeri maupun luar negeri. Colt merupakan salah satu produksi senjata yang cukup lama.

koleksi senjata


Ada pula koleksi pesawat radio, alat penyadap suara tahun 1980an, alat pengering foto tahun 1980an yang dapat dengan mudah mendapatkan data foto tersangka, radio telefunken, mesin ketik kecil dan masih banyak lagi.

Disisi kanan museum terdapat replika ruangan rapat M. Yasin dan dikenal sebagai Bapak Brimob Polri. Karena beliau sebagai pucuk pimpinan satuan tersebut. Baru-baru ini Jalan Polisi Istimewa Surabaya diganti menjadi nama Jalan M. Yasin untuk mengenang sosok beliau.

Dilengkap beberapa pigura yang dipasang di tembok perjalanan seorang M. Yasin. Diantaranya riwayat penugasan dan jabatan, ketika M. Yasin membentuk Brigade Mobil tahun 1946, operasi militer yang pernah dilaksanakan, M. Yasin pada pertempuran 10 November 1945, dan tak kalah menarik adalah kisah M. Yasin bebaskan budak seks di sarang tantara, sampai kisah beliau meninggal dunia.



PT. Perkebunan Nusantara XI (persero)
Perjalanan kami masih dilanjutkan di gedung PT. Perkebunan Nusantara XI (persero). Gedung ini pasti membuat decak kagum semua orang yang melihatnya. Bangunan depan gedung ini terdapat pilar-pilar menawan yang menggambarkan bahwa bangunan ini adalah bangunan khas kolonial belanda. Diatas pilar tersebut terdapat jam dinding megah. Gedung PTPN XI semula adalah kantor Handelsvereeniging Amsterdam (HVA) atau Asosiasi Pedagang Amsterdam. HVA berdiri di Amsterdam pada tahun 1879 dan berdagang gula, kopi dan singkong.

Gedung PTPN yang megah 


gedung PTPN dulu, foto ini ada di tembok bunker

Pembanguan Gedung HVA di Surabaya dimulai pada tahun 1911 dan selesai dikerjakan tahun 1921. Gedung ini dibangun oleh trio arsitek Belanda bernama Bureau Hulswit, Fermont, dan Edcuypers. Peresmiannya sendiri baru pada 18 April 1925. Sebelumnya ditempat itu berdiri Gedung Pertunjukan Surabaya yang ketiga. Dengan total 167 pabrik gula di Jawa yang dikendalikan HVA, menghasilkan delapan juta ton gula per tahun.

trio arsitek pembangunan gedung, prasasti ini ada disisi kanan pintu masuk


Gedung dua lantai yang berdiri diatas lahan seluas 1,6 hektar ini memiliki bangunan utama seluas 2.016 m2 dan bangunan penunjang seluas 4.126 m2. Material Gedung ini langsung didatangkan dari Belanda dan Italia seperti kaca, besi sampai pegangan tangga.

Gedung cagar budaya ini saat ini menjadi kantor pusat PTPN XI salah satu BUMN dibidang perkebunan tebu yang menghasilan gula sebagai produk utama.

Bunker. Dok : Edoniar Jery Pratama

Kami diajak berjalan-jalan ke bunker alias ruang bawah tanah PTPN XI. Dibunker meski pengab namun sudah di renovasi menjadi lebih rapi. Kami juga sempat menunduk untuk melewati antara lorong satu dan lainnya. Didalamnya terdapat peta Indonesia pada masa Belanda.

Lalu naik ke lantai berikutnya tepat didepan ruangan Direktur Utama. Terdapat kursi dan meja jati asli sejak masa Belanda. Diatas tembok terdapat relief menamam tebu, panen kopi, panen tebu sebagai gambaran dari aktivitas perkebunan masa Belanda. Yang paling unik dari gedung ini adalah tatanan jendela yang menyerupai lawang sewu. Eksotik dan klasik.

relief aktivitas perkebunan


Lantai II. Dok : Edoniar Jery Pratama


Lalu naik tangga keatas, ke tempat badminton para karyawan. Disisi kanan terdapat ruang arsip yang sangat luas. Disini juga ada beberapa arsip sejak masa Belanda. Beberapa teman sempat (nekat) naik tangga tua yang sebenarnya menurut security rapuh. Namun karena mungkin mereka tidak diinfokan terlebih dahulu akhirnya mereka naik ke rooftop PTPN XI. Meski cuaca saat itu sedang sangat panas, namun tak menghentikan semangat mereka untuk berfoto dibawah terik matahari.

meja kursi sejak jaman kolonial Belanda


Jika gedung ini menurut ketua Love Suroboyo –Mas Shandi- merupakan gedung yang paling megah diantara Kampung Eropa lain, namun menurut saya pribadi gedung ini yang paling berkesan dihati. Mengapa? Karena Bapak saya menghidupi keluarga, membangun karir sebagai PNS BUMN disini sebelum purna tugas. Sehingga sejak kecil saya sering diajak ke gedung ini.

relief menanam tebu, eks ruang kerja Bapak


Penjara Kalisosok
Karena saat itu hari Minggu dan kita tidak masuk ke penjara kalisosok, sementara teman-teman sudah kelelahan, maka rute diubah. Langsung menuju ke tempat titik kumpul awal di De Javasche Bank.

Kesan
Jujur ini pertama kali saya sebagai arek Suroboyo mengerti dibalik megahnya gedung Surabaya Lama terdapat kisah-kisah sejarah yang sangat keren. Mungkin kita terbiasa riwa riwi melewati gedung-gedung tua tersebut, namun kurang ngeh bahwa gedung tersebut merupakan bagian dari sejarah Surabaya. Saya beneran ngerasa wow terutama ketika masuk kedalam gedung-gedung yang sebelumnya belum pernah dikunjungi. Dan kampung Eropa adalah sejarah yang menarik untuk dipelajari. Tidak hanya sejarah gedungnya, namun kita bisa menikmati arsitektur dan ornament klasik yang masih asli meski gedung-gedung tersebut berusia lebih dari satu abad.


Tips buat kamu yang akan mengikuti Blusukan Kampung Surabaya kedepan :
1.       Siapkan kamera tercanggihmu. Beberapa yang mengikuti Blusukan ini merupakan para pecinta fotografi. Sayang sekali jika kameramu jika tak menggambarkan indahnya bangunan indah yang dilewati hanya karena kameramu kurang memadai.
2.       Pakai sunblock. Jangan sampai pulang dari Blusukan kulitmu belang karena kepanasan
3.       Pakai jaket atau topi untuk melindungi diri dari matahari yang terik
4.       Sarapan sebelum berangkat sebagai bahan bakar tenaga
5.       Bawa bekal minum supaya sesekali bisa minum dijalanan yang tidak ada warungnya
6.       Bawa bekal cemilan bahkan makanan berat. Karena jangan sampai kamu pingsan di jalan hanya karena cacing diperutmu sedang ber-orkestra
7.       Pakailah baju yang nyaman
8.       Pakailah sepatu yang ringan dan awet. Karena berjalan kaki dengan rute yang lumayan jauh, jangan sampai sepatumu hak nya lepas dijalan, atau rusak ditengah jalan. Bahkan bikin kaki lecet.
9.       Aktif  bertanya pada tour guide jika ada sejarah yang kurang jelas

Sampai jumpa di Blusukan Kampung Surabaya lainnya. Ikutin terus akun @LoveSuroboyo ya gaes ðŸ˜Š




Referensi tambahan :
http://badanbahasa.kemdikbud.go.id/lamanbahasa/content/apa-arti-kata-blusukan-yang-sebenarnya diakses Kamis, 24 Agustus 2018 pukul 13.00 WIB
Anonim, profile Hoofdbureau
Anonim, Humas Pemerintahan Kota Surabaya, Jelajah Kampung Surabaya – Cruising Surabaya Kampung
Anonim, Humas Pemerintahan Kota Surabaya, City Park of Surabaya

38 komentar

  1. Wah, Surabaya ada yg beginian yah? Next harus di planing kesini sama anak2 nih. Makasih ya Mba infonya.

    BalasHapus
  2. Waah...klo pulkam kudu jalan kesini nih...tks infonya Mba

    BalasHapus
  3. Balasan
    1. harus dong hehe :) selamat menjelajah kota Pahlawan

      Hapus
  4. Kok kereeeen?? Saya gatau kalo Surabaya punya ini wkwk, nanti kalo ke Surabaya mau ah di note kudu kesini. Makasih infonya mba

    BalasHapus
    Balasan
    1. Surabaya keren itu pasti hehe. Sama-sama semoga bermanfaat :)

      Hapus
  5. saya tinggal di Surabaya dua tahun tapi belum pernah ke tempat yang ini dan ituuuu

    BalasHapus
    Balasan
    1. ayo main diluar rumah mbak, menjelajah Surabaya :D

      Hapus
  6. Jadi sampean anaknya Dirut PTPN XI mbak ? Hehehe, mantap ini lengkap dari A-Z, informatif juga. joss pokoke, sini mah lewat. Hahaha..

    BalasHapus
    Balasan
    1. Duduk Mas, wes tak tambahi foto eks ruang kerja Bapake ben gak salah paham, haha. Blio wes pensiun. Suwun yo mas, gara2 tulisan pean aku semangat ngebut nulis wkwkwk :D
      Yook mas, blusukan nang panggon liyane.

      Tulisan versi pean yo keren kogh. Suer :D

      Hapus
    2. Owalah, makane kok foto2 nang ngarep pintu SekDir, pikirku lapo kok gak foto nang tengah malah asik dewe, tibake nostalgia. Hehe,

      Siiip, Lanjuuuut (y)(y) ...

      Hapus
  7. Bagus banget ini, wah baru tahu di Surabaya ada Kampung Eropa. Kalau di Jakarta mungkin sejenis Kota Tua gitu ya Mbak.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Nah sepertinya begitu. Karena aku tidak pernah ke Kota Tua Jakarta. Tapi kayaknya sih masih keren Surabaya karena kota Pahlawan wkwkw :D

      Hapus
  8. Wuaaaah ... ternyata banyak tempat yang nggak saya tahu sejarahnya.

    BalasHapus
    Balasan
    1. kalo tau sejarah Kotanya bisa semakin cinta mbak :) tak kenal maka tak sayang hihi

      Hapus
  9. Wah aku baru tau ada Kampung Eropa di Surabaya. Belum pernah ke sanaaa.
    Museum yang di Surabaya cuma Museum House of Sampoerna aja yang pernah kukunjungi.

    BalasHapus
    Balasan
    1. House of Sampoerna jg termasuk Surabaya Lama mba, dan dekat dengan daerah yang jadi cerita di tulisan ini

      Hapus
  10. Aku belum pernah main ke Surabaya ternyata banyak tempat bersejarah ya mba di sana

    BalasHapus
  11. Sama nggak ya sama yg di kota tua jakarta, saya belum pernah main sampai surabaya

    BalasHapus
    Balasan
    1. Mungkin masih keren Surabaya, hehe *piss :D

      ayok mbolang ke Surabaya

      Hapus
  12. Jadi ingat Kawasan Kota Tua di Jakarta...
    Sudah indah sih, tapi sepertinya kebersihan belum terjaga, terus pedagang kaki lima itu..nutupi bangunan yang ada.
    Ada juga tour semacam ini, tapi saya belum jadi-jadi mau ikutan...hiks

    Tapi, memang daerah lain mustinya banyak belajar dari Suroboyo nih..!

    BalasHapus
    Balasan
    1. Suroboyo kota penuh cerita sejarah, dan bisa jadi destinasi wisata menarik untuk pembelajaran ke anak juga mbak :)

      Hapus
  13. Bagus nih mba buat rekomendasu tujuan liburan bawa anak-anak. Biar mereka tau betapa kayanya sejarah bangsa Indonesia :)

    BalasHapus
  14. Ya ampun Surabaya banyak banget pilihan destinasi wisatanya
    besok tanggal 30 Aku ke Surabaya transit doang tapi mba :-D
    yang deket-deket stasiun aku mau

    BalasHapus
  15. Wiiih wisata sejarah gini suka beraroma ngeri-ngeri sedap ya mba.. membayangkan puluhan tahun lalu kehidupan masyarakat seperti apa. Tapi pastinya tetap asik apalagi kalo datang rombongan gini.

    BalasHapus
  16. Nungguin suami dapat job di surabaya dulu, biar bisa blusukan di kampung-kampung yang keren di atas. Makasih infonya, Mbak. Jadi tahu banyak. :)

    BalasHapus
  17. Beberapa bangunan mirip dengan yg ada di kota tua jakarta ya

    BalasHapus
    Balasan
    1. oh yaya, sy malah belum pernah ke Kota Tua Jakarta mbak. Semoga kelak bs kesampaian mbolang ke Jakarta lagi hehe

      Hapus
  18. Berarti cukup ke surabaya aja udah bisa merasakan sensasi keliling dunia ya mba hihi

    BalasHapus
  19. Tips yg pengen ke Eropa dengan budget minim hehe

    Aku baru tau ternyata di Surabaya ada kampung2 kaya gitu.

    BalasHapus
  20. Wih, Surabaya emang kota bersejarah ya, sampai ada kampung Eropa kayak gini. Seru banget sih mba di Surabaya banyak tempat wisata sekaligus belajar

    BalasHapus
  21. Kok lucu sih satu gedung beda nomer wkwk.

    Aku kangeeem surabaya, rapi dan aaah sukaaa sm surabaya :"

    BalasHapus
  22. Huwaaaaa, gak sabar nungguh si bayi setahun, pengen eksplore Surabaya lagi kayak dulu.
    Saya baru pernah masuk di Gedung PTPN saja nih, waktu itu ikut tur dari SHT.

    Entah kapan tiba-tiba saja akhir-akhir ini saya suka banget sejarah, terutama jika bisa melihat langsung peninggalan sejarah tersebut.
    Dan Surabaya kereeeennn banget buat wisata sejarah :D

    BalasHapus