Minggu 19 Agustus 2018, Alhamdulillah saya
berkesempatan menjadi bagian dari Blusukan Kampung Eropa Jilid 4 dari komunitas
Love Suroboyo. Terimakasih ketua Love Suroboyo yang memberi satu kuota pada saya. Padahal flyer saat itu belum resmi dibuka. Memang ini acara ngapain sih?
Secara etimologi blusukan berasal dari bahasa Jawa dari kata dasar blusuk “masuk” dan akhiran -an (afiks verba) yang berarti “masuk-masuk ke tempat tertentu untuk mengetahui sesuatu". Nah karena perjalanan ini adalah Blusukan Kampung Eropa maka kami masuk ke daerah kampung Eropa Surabaya untuk mengetahui sejarah Surabaya Lama atau Kota Tua Surabaya. Sehingga fokusnya adalah heritage building (bangunan-bangunan peninggalan sejarah).
Secara etimologi blusukan berasal dari bahasa Jawa dari kata dasar blusuk “masuk” dan akhiran -an (afiks verba) yang berarti “masuk-masuk ke tempat tertentu untuk mengetahui sesuatu". Nah karena perjalanan ini adalah Blusukan Kampung Eropa maka kami masuk ke daerah kampung Eropa Surabaya untuk mengetahui sejarah Surabaya Lama atau Kota Tua Surabaya. Sehingga fokusnya adalah heritage building (bangunan-bangunan peninggalan sejarah).
Rute perjalanan Blusukan Kampung Eropa jilid 4 ini
dimulai dari Museum De Javasche Bank, Gedung Internatio, Taman Sejarah (dulu
Taman Jayengreno), Gedung Singa, Pabrik Sirup Siropen, Museum Hidup Polri, Gedung
PT. Perkebunan Nusantara XI (persero), dan yang terakhir penjara Kalisosok.
SEKILAS
KAMPUNG SURABAYA
Berdasarkan buku Cruising Surabaya Kampung, di zaman kolonial,
Belanda membagi-bagi masyarakat dalam kampung-kampung berdasarkan etnis. Kampung-kampung
etnis ini muncul karena peraturan Wijkenstensel yang berisi aturan bahwa setiap
etnis yang tinggal di Surabaya, harus menempati kampung etnisnya masing-masing.
Juga peraturan Passenstensel yang menyatakan bahwa seseorang harus menunjukkan
surat jalan jika hendak keluar dari lingkungan kampungnya.
dalam gedung eks De Javasche Bank |
Kedua peraturan ini menyebabkan akses keluar masuk di
Kawasan Kampung Arab, pecinan atau pribumi menjadi sulit. Pembagian kampung
berdasarkan etnis ini terjadi bukan karena etnis-etnis tersebut mengekskusifkan
diri atau tidak mau berbaur dengan etnis lain. Namun, pada waktu itu, inilah
cara Belanda untuk mengontrol populasi dan juga melakukan pengawasan terhadap
warga.
Kampung di Surabaya dibagi menjadi
1.
Kampung Pecinan
2.
Kampung Arab
3.
Kampung Bubutan
4.
Kampung Nelayan
5.
Kampung Santri
6.
Kampung Pahlawan
7.
Kampung Londo
8.
Kampung Eropa
SEKILAS
KAMPUNG EROPA
Ketika warga pribudi memasuki masa bersiap pasca
kemerdekaan, orang-orang Eropa sudah menghilang. Kala itu semua orang bersiap
akan kedatangan Bangsa Belanda yang akan kembali menjajah Indonesia. Pada masa
bersiap tersebut, para pejuang mengambil secara sepihak rumah-rumah orang Belanda.
Orang-orang Belanda sebenarnya ingin mengklaim kembali rumah-rumah mereka.
Tetapi sulit karena waktu itu Belanda sudah kalah.
Warga Belanda itu hanya memiliki dua opsi. Yakni,
tetap tinggal di Indonesia dan menjadi WNI, atau pulang ke Belanda. Dan kenyataanya,
banyak warga Belanda yang lebih memilih untuk mudik ke Belanda. Sehingga, yang
tersisa dari Kampung Eropa itu pun hanya fisik bangunannya, tetapi penghuninya
tidak ada.
Kawasan Kampung Eropa. Dok : Edoniar Jery Pratama |
Beberapa jalan utama Kawasan Eropa yang ada di
Surabaya yakni :
1.
Heerenstraat (Jalan Rajawali)
2.
Willemstraat (Jalan Jembatan Merah)
3.
Roomkatholikstraat (Jalan Kepanjen)
4.
Boomstraat (Jalan Branjangan)
5.
Schoolstraat (Jalan Garuda)
6.
Werfstraat (Jalan Penjara)
7.
Societeitstraat (Jalan Veteran)
Sehingga, mari kita menjelajah bangunan tua, dengan arsitektur
dan ornamen klasik ala kolonial Belanda di Kampung Eropa. Perjalanan ini
dimulai dari :
Museum
De Javasche Bank
Perjalanan pertama adalah ke Gedung eks De Javasche
Bank. Gedung berusia 190 tahun ini tetap berdiri kokoh dan menjadi salah satu
gedung cagar budaya di Surabaya. Uniknya adalah pintu masuk berada di ruang
bawah tanah (basement).
Gedung DJB saat ini |
Gedung DJB dulu, foto ini ada ditembok lantai satu |
Sejarah DJB dijelaskan oleh Pak Bambang sebagai tour guide museum. De Javasche Bank adalah salah satu bank terkemuka
pada zaman kolonial Belanda yang didirikan di Batavia pada tanggal 24 januari
1828. Kantor pusat berada di Batavia, De Javasche Bank membuka cabang di
berbagai kota seperti di Surabaya, Jogjakarta, Solo, Cirebon, Makasar,
Palembang dan Pontianak. Kantor cabang De Javasche Bank Surabaya di buka
tanggal 14 September 1829 dengan kepala cabang pertama adalah F.H Preyer
dibantu asisten A.H Buchler dan J.D.H. Loth sebagai komisaris.
Gedung ini terletak di pojok Schoolstraat (sekarang
jalan Garuda no. 01 Surabaya) dan Werfstraat (sekarang jalan Penjara). Kantor
cabang De Javasche Bank Surabaya merupakan kantor yang pertama kali menerapkan
sistem perhitungan kliring antar enam bank utama, yaitu Nederlandsche Handle
Mij Factorij, De Hongkong Bank&Shanghai Banking Corp, de Chartered Bank of
India Australia&China, De Nederlandsche Indische Handelsbank, dan De
Javasche Bank.
Kantor ini juga tercatat sebagai kantor pertama yang
menyelenggarakan proses kliring di gedung kantornya sendiri dan bertindak
sebagai penyelenggara. Pada tahun 1907 direksi De Javasche Bank memutuskan
untuk memperbaharui gedung lama dengan baru yang lebih modern di seluruh
Nusantara, termasuk kantor cabang di Surabaya. Maka pada tahun 1910 di bangun
gedung baru seperti yang ada sekarang dengan arsitek N.V. Architecten-Ingenieursbureau
Huswit en Fermont te Amsterdam. Bangunan tersebut termasuk gedung yang paling
bergengsi di Surabaya pada zamannya.
Pada tanggal 1 Juli 1953, Bank ini berubah menjadi
Bank Indonesia dan gedung di jalan Garuda no. 01 masih dipakai sampai tahun
1973. Setelah itu Bank Indonesia Surabaya pindah ke Jalan Pahlawan no. 105
Surabaya karena gedung uang lama sudah tidak dapat menampung kegiatan yang ada.
Pada tanggal 26 September 2010 pencanangan Pelestarian dan Pemanfaatan Bangunan Bersejarah (Heritage) Bank Indonesia. Bangunan yang kokoh dan indah ini merupakan aset yang berharga bagi sejarah perbankan di Indonesia.
Keunikan Gedung eks De Javasche Bank diantaranya CCTV yang menggunakan kaca pantul, AC alami dari air bawah tanah, pintu putar sebagai keamanan, kaca patri yang menggunakan pantulan untuk menerangi ruangan dan tempat transaksi antara nasabah dan teler/petugas kasir yang terbuat dari kayu jati dan masih kokoh sampai sekarang.
Pada tanggal 26 September 2010 pencanangan Pelestarian dan Pemanfaatan Bangunan Bersejarah (Heritage) Bank Indonesia. Bangunan yang kokoh dan indah ini merupakan aset yang berharga bagi sejarah perbankan di Indonesia.
Ornamen masih original, termasuk lampu |
Keunikan Gedung eks De Javasche Bank diantaranya CCTV yang menggunakan kaca pantul, AC alami dari air bawah tanah, pintu putar sebagai keamanan, kaca patri yang menggunakan pantulan untuk menerangi ruangan dan tempat transaksi antara nasabah dan teler/petugas kasir yang terbuat dari kayu jati dan masih kokoh sampai sekarang.
Gedung
Internatio
Tak disangka dibalik megahnya Gedung Internatio
tersimpan sejarah heroik arek-arek Suroboyo pada pertempuran 10 November 1945.
Kami para peserta blusukan dijelaskan sejarah singkatnya oleh Mas Kristiandi.
Yang dimana arek Suroboyo saat itu hanya bermodal senjata tradisional seperti
keris dan tombak berusaha mengepung gedung tempat para sekutu.
Namun sayangnya ternyata gedung bersejarah tersebut dimiliki perorangan. Dan tidak dibuka untuk umum. Seakan hanya menjadi saksi bisu diantara lalu lalang kendaraan yang melewati jalanan.
gedung Internatio tampak samping |
Namun sayangnya ternyata gedung bersejarah tersebut dimiliki perorangan. Dan tidak dibuka untuk umum. Seakan hanya menjadi saksi bisu diantara lalu lalang kendaraan yang melewati jalanan.
Taman
Sejarah
Dulu taman ini bernama taman Jayengreno. Pada tahun
2017 dirubah namanya menjadi taman sejarah. Taman ini berada tepat disisi kiri
Gedung Internatio. Mengapa disebut taman
sejarah? Menurut buku City Park of Surabaya, taman diatas lahan seluas 5.300 meter
persegi ini memiliki beberapa elemen yang mengandung filosofi tersendiri. Salah
satunya Spot Mallaby.
Disebut Spot Mallaby karena di lokasi itulah jenderal besar asal Inggris, Brigjen AWS Mallaby tewas pada 30 Oktober hingga menyulut pertempuran 10 November di Surabaya. Di titik tersebut terdapat rancangan pola lantai tak beraturan yang menggambarkan ledakan hebat yang menewasakan Brigjend Mallaby. Replika mobil milik Mallaby diatas spot tersebut menambah nilai sejarahnya.
Disebut Spot Mallaby karena di lokasi itulah jenderal besar asal Inggris, Brigjen AWS Mallaby tewas pada 30 Oktober hingga menyulut pertempuran 10 November di Surabaya. Di titik tersebut terdapat rancangan pola lantai tak beraturan yang menggambarkan ledakan hebat yang menewasakan Brigjend Mallaby. Replika mobil milik Mallaby diatas spot tersebut menambah nilai sejarahnya.
Fokus penjelasan tour guide. Dok : Emi Kurniati |
Gedung
Singa
Gedung Singa merupakan karya arsitek yang masih
original. Disebut Gedung singa karena didepan megahnya Gedung ini terdapat
patung sepasang singa bersayap. Gedung yang dibangun Berlage sebagai arsitek
ini bagian dalamnya masih asli. Terletak di jalan Jembatan Merah. Dibagian atas
gedung ada lukisan karya Jan Toorop. Gedung berusia 117 tahun ini merupakan gedung
cagar budaya yang tidak ada plangnya (penandanya).
Uniknya antara sebelah kanan, kiri dan atas gedung berbeda nomer 15, 19 dan 23 dan itu sejak Belanda. Dulu gedung ini dijaman colonial Belanda digunakan sebagai perusahaan asuransi jiwa terbesar Belanda. Sayangnya sekarang gedung yang megah nan klasik ini kosong dan tak terawat.
Uniknya antara sebelah kanan, kiri dan atas gedung berbeda nomer 15, 19 dan 23 dan itu sejak Belanda. Dulu gedung ini dijaman colonial Belanda digunakan sebagai perusahaan asuransi jiwa terbesar Belanda. Sayangnya sekarang gedung yang megah nan klasik ini kosong dan tak terawat.
sepasang singa bersayap |
lukisan diatas gedung |
Pabrik
Sirup Siropen
Didirikan oleh J.C Van Drongelen pada tahun 1923,
pabrik rumahan ini merupakan pabrik sirup pertama di Indonesia. Drongelen
diawal pendirian tidak mau menggunakan mesin dalam memproduksi pabrik sirupnya.
Memasaknya masih menggunakan guci besar sebagai kuali. Untuk pengemasannya
menggunakan botol kaca dan sampai saat ini masih banyak beredar hasil produksi
di beberapa swalayan Surabaya.
Bangunan pabrik ini sempat beberapa kali pindah
tangan. Tahun 1942 diambil alih oleh Jepang. Lalu setelah masa pendudukan
Jepang selesai, dikuasai oleh Belanda. Pada 1958 semua perusahaan Belanda
diambil alih oleh Indonesia. Sampai akhirnya tanggal 17 Maret 2015 akhirnya gedung
pabrik ini menjadi bangunan cagar budaya. Jika berniat mencari oleh-oleh khas
Surabaya, tak ada salahnya mengenalkan sirup Siropen ini kepada khalayak umum.
Pabrik ini berada di Jalan Meliwis 5 Surabaya.
Hampir semua bangunan di Jalan Meliwis merupakan
bangunan kuno dan beberapa diantaranya merupakan bangunan cagar budaya. Sehingga
bisa digunakan spot foto syantik.
Museum
Hidup Polri
Museum ini menempati gedung cagar budaya peninggalan kolonial
Belanda di jalan Sikatan 1 Surabaya. Dibangun pada tahun 1850 dulunya gedung
ini bernama Hoofdbureau van Politie yang mana dikenal oleh masyarakat dengan
Hobiro. Pada jaman Jepang dipakai sebagai markas pasukan Polisi Istimewa Kota
Besar Surabaya.
Museum mengoleksi banyak sekali barang untuk
menceritakan sejarah kepolisian Indonesia. Bangunan utama gedung ini merupakan
aula yang digunakan sebagai tempat pertemuan pada zaman VOC, dengan design
bangunan kolonial Belanda yang berstruktur kayu jati.
Ketika memasuki pintu depan kami disambut dengan sebuah lonceng berukuran besar. Lonceng tua peninggalan jaman Belanda itu fungsinya untuk mengumpulkan para anggota saat apel pagi. Lonceng ini dibuat pada tahun 1843. Disebelah lonceng terdapat sepeda patroli polisi tahun 1920-1925. Tugas polisi patroli ini adalah sebagai penjaga ketertiban di perkotaan.
lonceng tua |
Ketika memasuki pintu depan kami disambut dengan sebuah lonceng berukuran besar. Lonceng tua peninggalan jaman Belanda itu fungsinya untuk mengumpulkan para anggota saat apel pagi. Lonceng ini dibuat pada tahun 1843. Disebelah lonceng terdapat sepeda patroli polisi tahun 1920-1925. Tugas polisi patroli ini adalah sebagai penjaga ketertiban di perkotaan.
menjelaskan koleksi museum |
Disisi kiri musem terdapat foto-foto kegiatan
kepolisian tempo dulu. Terdapat pula foto Kapolrestabes Surabaya dari masa
kemasa, juga foto Kapolri dari masa ke masa.
Beberapa koleksi museum Polri diantaranya senjata COLD
REVOLVER. Senjata buatan Amerika Serikat (USA) tahun 1855 ini digunakan oleh tentara
Jepang dan berhasil dilucuti setelah Jepang menyerah kalah terhadap sekutu, dan
digunakan oleh anggota Polri di Indonesia hingga saat ini. Senjata ini masih
banyak digunakan oleh kepolisian baik dari dalam negeri maupun luar negeri.
Colt merupakan salah satu produksi senjata yang cukup lama.
koleksi senjata |
Ada pula koleksi pesawat radio, alat penyadap suara
tahun 1980an, alat pengering foto tahun 1980an yang dapat dengan mudah mendapatkan
data foto tersangka, radio telefunken, mesin ketik kecil dan masih banyak lagi.
Disisi kanan museum terdapat replika ruangan rapat M.
Yasin dan dikenal sebagai Bapak Brimob Polri. Karena beliau sebagai pucuk
pimpinan satuan tersebut. Baru-baru ini Jalan Polisi Istimewa Surabaya diganti
menjadi nama Jalan M. Yasin untuk mengenang sosok beliau.
Dilengkap beberapa pigura yang dipasang di tembok perjalanan seorang M. Yasin. Diantaranya riwayat penugasan dan jabatan, ketika M. Yasin membentuk Brigade Mobil tahun 1946, operasi militer yang pernah dilaksanakan, M. Yasin pada pertempuran 10 November 1945, dan tak kalah menarik adalah kisah M. Yasin bebaskan budak seks di sarang tantara, sampai kisah beliau meninggal dunia.
Dilengkap beberapa pigura yang dipasang di tembok perjalanan seorang M. Yasin. Diantaranya riwayat penugasan dan jabatan, ketika M. Yasin membentuk Brigade Mobil tahun 1946, operasi militer yang pernah dilaksanakan, M. Yasin pada pertempuran 10 November 1945, dan tak kalah menarik adalah kisah M. Yasin bebaskan budak seks di sarang tantara, sampai kisah beliau meninggal dunia.
PT.
Perkebunan Nusantara XI (persero)
Perjalanan kami masih dilanjutkan di gedung PT.
Perkebunan Nusantara XI (persero). Gedung ini pasti membuat decak kagum semua
orang yang melihatnya. Bangunan depan gedung ini terdapat pilar-pilar menawan
yang menggambarkan bahwa bangunan ini adalah bangunan khas kolonial belanda.
Diatas pilar tersebut terdapat jam dinding megah. Gedung PTPN XI semula adalah
kantor Handelsvereeniging Amsterdam (HVA) atau Asosiasi Pedagang Amsterdam. HVA
berdiri di Amsterdam pada tahun 1879 dan berdagang gula, kopi dan singkong.
Gedung PTPN yang megah |
Pembanguan Gedung HVA di Surabaya dimulai pada tahun
1911 dan selesai dikerjakan tahun 1921. Gedung ini dibangun oleh trio arsitek
Belanda bernama Bureau Hulswit, Fermont, dan Edcuypers. Peresmiannya sendiri
baru pada 18 April 1925. Sebelumnya ditempat itu berdiri Gedung Pertunjukan
Surabaya yang ketiga. Dengan total 167 pabrik gula di Jawa yang dikendalikan
HVA, menghasilkan delapan juta ton gula per tahun.
Gedung dua lantai yang berdiri diatas lahan seluas 1,6 hektar ini memiliki bangunan utama seluas 2.016 m2 dan bangunan penunjang seluas 4.126 m2. Material Gedung ini langsung didatangkan dari Belanda dan Italia seperti kaca, besi sampai pegangan tangga.
trio arsitek pembangunan gedung, prasasti ini ada disisi kanan pintu masuk |
Gedung dua lantai yang berdiri diatas lahan seluas 1,6 hektar ini memiliki bangunan utama seluas 2.016 m2 dan bangunan penunjang seluas 4.126 m2. Material Gedung ini langsung didatangkan dari Belanda dan Italia seperti kaca, besi sampai pegangan tangga.
Gedung cagar budaya ini saat ini menjadi kantor pusat
PTPN XI salah satu BUMN dibidang perkebunan tebu yang menghasilan gula sebagai
produk utama.
Bunker. Dok : Edoniar Jery Pratama |
Kami diajak berjalan-jalan ke bunker alias ruang bawah
tanah PTPN XI. Dibunker meski pengab namun sudah di renovasi menjadi lebih
rapi. Kami juga sempat menunduk untuk melewati antara lorong satu dan lainnya.
Didalamnya terdapat peta Indonesia pada masa Belanda.
Lalu naik ke lantai berikutnya tepat didepan ruangan Direktur Utama. Terdapat kursi dan meja jati asli sejak masa Belanda. Diatas tembok terdapat relief menamam tebu, panen kopi, panen tebu sebagai gambaran dari aktivitas perkebunan masa Belanda. Yang paling unik dari gedung ini adalah tatanan jendela yang menyerupai lawang sewu. Eksotik dan klasik.
Lalu naik ke lantai berikutnya tepat didepan ruangan Direktur Utama. Terdapat kursi dan meja jati asli sejak masa Belanda. Diatas tembok terdapat relief menamam tebu, panen kopi, panen tebu sebagai gambaran dari aktivitas perkebunan masa Belanda. Yang paling unik dari gedung ini adalah tatanan jendela yang menyerupai lawang sewu. Eksotik dan klasik.
relief aktivitas perkebunan |
Lantai II. Dok : Edoniar Jery Pratama |
Lalu naik tangga keatas, ke tempat badminton para
karyawan. Disisi kanan terdapat ruang arsip yang sangat luas. Disini juga ada beberapa
arsip sejak masa Belanda. Beberapa teman sempat (nekat) naik tangga tua yang
sebenarnya menurut security rapuh. Namun karena mungkin mereka tidak diinfokan
terlebih dahulu akhirnya mereka naik ke rooftop PTPN XI. Meski cuaca saat itu
sedang sangat panas, namun tak menghentikan semangat mereka untuk berfoto
dibawah terik matahari.
meja kursi sejak jaman kolonial Belanda |
Jika gedung ini menurut ketua Love Suroboyo –Mas Shandi- merupakan gedung yang paling megah diantara Kampung Eropa lain,
namun menurut saya pribadi gedung ini yang paling berkesan dihati. Mengapa?
Karena Bapak saya menghidupi keluarga, membangun karir sebagai PNS BUMN disini sebelum purna tugas. Sehingga sejak kecil saya sering diajak ke gedung
ini.
relief menanam tebu, eks ruang kerja Bapak |
Penjara
Kalisosok
Karena saat itu hari Minggu dan kita tidak masuk ke
penjara kalisosok, sementara teman-teman sudah kelelahan, maka rute diubah. Langsung menuju ke tempat titik kumpul
awal di De Javasche Bank.
Kesan
Jujur ini pertama kali saya sebagai arek Suroboyo mengerti dibalik megahnya gedung
Surabaya Lama terdapat kisah-kisah sejarah yang sangat keren. Mungkin kita
terbiasa riwa riwi melewati gedung-gedung tua tersebut, namun kurang ngeh bahwa
gedung tersebut merupakan bagian dari sejarah Surabaya. Saya beneran ngerasa
wow terutama ketika masuk kedalam gedung-gedung yang sebelumnya belum pernah
dikunjungi. Dan kampung Eropa adalah sejarah yang menarik untuk dipelajari.
Tidak hanya sejarah gedungnya, namun kita bisa menikmati arsitektur dan ornament
klasik yang masih asli meski gedung-gedung tersebut berusia lebih dari satu
abad.
Tips
buat kamu yang akan mengikuti Blusukan Kampung Surabaya kedepan :
1.
Siapkan kamera tercanggihmu. Beberapa yang
mengikuti Blusukan ini merupakan para pecinta fotografi. Sayang sekali jika
kameramu jika tak menggambarkan indahnya bangunan indah yang dilewati hanya
karena kameramu kurang memadai.
2.
Pakai sunblock. Jangan sampai pulang dari Blusukan
kulitmu belang karena kepanasan
3.
Pakai jaket atau topi untuk melindungi diri dari
matahari yang terik
4.
Sarapan sebelum berangkat sebagai bahan bakar
tenaga
5.
Bawa bekal minum supaya sesekali bisa minum
dijalanan yang tidak ada warungnya
6.
Bawa bekal cemilan bahkan makanan berat. Karena jangan
sampai kamu pingsan di jalan hanya karena cacing diperutmu sedang ber-orkestra
7.
Pakailah baju yang nyaman
8.
Pakailah sepatu yang ringan dan awet. Karena berjalan
kaki dengan rute yang lumayan jauh, jangan sampai sepatumu hak nya lepas
dijalan, atau rusak ditengah jalan. Bahkan bikin kaki lecet.
9.
Aktif
bertanya pada tour guide jika ada sejarah yang kurang jelas
Sampai jumpa di Blusukan Kampung Surabaya lainnya. Ikutin terus akun @LoveSuroboyo ya gaes 😊
Referensi tambahan :
http://badanbahasa.kemdikbud.go.id/lamanbahasa/content/apa-arti-kata-blusukan-yang-sebenarnya diakses Kamis, 24 Agustus 2018 pukul 13.00 WIB
http://badanbahasa.kemdikbud.go.id/lamanbahasa/content/apa-arti-kata-blusukan-yang-sebenarnya diakses Kamis, 24 Agustus 2018 pukul 13.00 WIB
Anonim, profile Hoofdbureau
Anonim, Humas Pemerintahan Kota Surabaya, Jelajah Kampung Surabaya – Cruising Surabaya Kampung
Anonim, Humas Pemerintahan Kota Surabaya, Jelajah Kampung Surabaya – Cruising Surabaya Kampung
Anonim, Humas Pemerintahan Kota
Surabaya, City Park of Surabaya
Wah, Surabaya ada yg beginian yah? Next harus di planing kesini sama anak2 nih. Makasih ya Mba infonya.
BalasHapusayok menjelajah kota Pahlawan :D
HapusWaah...klo pulkam kudu jalan kesini nih...tks infonya Mba
BalasHapusharus dong, sama-sama semoga bermanfaat :)
HapusJadi pingin ke Surabaya de...
BalasHapusharus dong hehe :) selamat menjelajah kota Pahlawan
HapusKok kereeeen?? Saya gatau kalo Surabaya punya ini wkwk, nanti kalo ke Surabaya mau ah di note kudu kesini. Makasih infonya mba
BalasHapusSurabaya keren itu pasti hehe. Sama-sama semoga bermanfaat :)
Hapussaya tinggal di Surabaya dua tahun tapi belum pernah ke tempat yang ini dan ituuuu
BalasHapusayo main diluar rumah mbak, menjelajah Surabaya :D
HapusJadi sampean anaknya Dirut PTPN XI mbak ? Hehehe, mantap ini lengkap dari A-Z, informatif juga. joss pokoke, sini mah lewat. Hahaha..
BalasHapusDuduk Mas, wes tak tambahi foto eks ruang kerja Bapake ben gak salah paham, haha. Blio wes pensiun. Suwun yo mas, gara2 tulisan pean aku semangat ngebut nulis wkwkwk :D
HapusYook mas, blusukan nang panggon liyane.
Tulisan versi pean yo keren kogh. Suer :D
Owalah, makane kok foto2 nang ngarep pintu SekDir, pikirku lapo kok gak foto nang tengah malah asik dewe, tibake nostalgia. Hehe,
HapusSiiip, Lanjuuuut (y)(y) ...
Bagus banget ini, wah baru tahu di Surabaya ada Kampung Eropa. Kalau di Jakarta mungkin sejenis Kota Tua gitu ya Mbak.
BalasHapusNah sepertinya begitu. Karena aku tidak pernah ke Kota Tua Jakarta. Tapi kayaknya sih masih keren Surabaya karena kota Pahlawan wkwkw :D
HapusWuaaaah ... ternyata banyak tempat yang nggak saya tahu sejarahnya.
BalasHapuskalo tau sejarah Kotanya bisa semakin cinta mbak :) tak kenal maka tak sayang hihi
HapusWah aku baru tau ada Kampung Eropa di Surabaya. Belum pernah ke sanaaa.
BalasHapusMuseum yang di Surabaya cuma Museum House of Sampoerna aja yang pernah kukunjungi.
House of Sampoerna jg termasuk Surabaya Lama mba, dan dekat dengan daerah yang jadi cerita di tulisan ini
HapusAku belum pernah main ke Surabaya ternyata banyak tempat bersejarah ya mba di sana
BalasHapusiya mbak karena Surabaya kota Pahlawan hihi
HapusSama nggak ya sama yg di kota tua jakarta, saya belum pernah main sampai surabaya
BalasHapusMungkin masih keren Surabaya, hehe *piss :D
Hapusayok mbolang ke Surabaya
Jadi ingat Kawasan Kota Tua di Jakarta...
BalasHapusSudah indah sih, tapi sepertinya kebersihan belum terjaga, terus pedagang kaki lima itu..nutupi bangunan yang ada.
Ada juga tour semacam ini, tapi saya belum jadi-jadi mau ikutan...hiks
Tapi, memang daerah lain mustinya banyak belajar dari Suroboyo nih..!
Suroboyo kota penuh cerita sejarah, dan bisa jadi destinasi wisata menarik untuk pembelajaran ke anak juga mbak :)
HapusBagus nih mba buat rekomendasu tujuan liburan bawa anak-anak. Biar mereka tau betapa kayanya sejarah bangsa Indonesia :)
BalasHapusHidup kampung Suroboyo, merdeka merdeka !!!
HapusYa ampun Surabaya banyak banget pilihan destinasi wisatanya
BalasHapusbesok tanggal 30 Aku ke Surabaya transit doang tapi mba :-D
yang deket-deket stasiun aku mau
Wiiih wisata sejarah gini suka beraroma ngeri-ngeri sedap ya mba.. membayangkan puluhan tahun lalu kehidupan masyarakat seperti apa. Tapi pastinya tetap asik apalagi kalo datang rombongan gini.
BalasHapusNungguin suami dapat job di surabaya dulu, biar bisa blusukan di kampung-kampung yang keren di atas. Makasih infonya, Mbak. Jadi tahu banyak. :)
BalasHapusBeberapa bangunan mirip dengan yg ada di kota tua jakarta ya
BalasHapusoh yaya, sy malah belum pernah ke Kota Tua Jakarta mbak. Semoga kelak bs kesampaian mbolang ke Jakarta lagi hehe
HapusBerarti cukup ke surabaya aja udah bisa merasakan sensasi keliling dunia ya mba hihi
BalasHapusHmmm, juga sensasi histori kota Pahlawan :D
HapusTips yg pengen ke Eropa dengan budget minim hehe
BalasHapusAku baru tau ternyata di Surabaya ada kampung2 kaya gitu.
Wih, Surabaya emang kota bersejarah ya, sampai ada kampung Eropa kayak gini. Seru banget sih mba di Surabaya banyak tempat wisata sekaligus belajar
BalasHapusKok lucu sih satu gedung beda nomer wkwk.
BalasHapusAku kangeeem surabaya, rapi dan aaah sukaaa sm surabaya :"
Huwaaaaa, gak sabar nungguh si bayi setahun, pengen eksplore Surabaya lagi kayak dulu.
BalasHapusSaya baru pernah masuk di Gedung PTPN saja nih, waktu itu ikut tur dari SHT.
Entah kapan tiba-tiba saja akhir-akhir ini saya suka banget sejarah, terutama jika bisa melihat langsung peninggalan sejarah tersebut.
Dan Surabaya kereeeennn banget buat wisata sejarah :D