Review Buku Rahasia Masa Kanak-Kanak

Judul Buku : Rahasia Masa Kanak-Kanak
Penulis :Maria Montessori
Diterjemahkan dari The Secret Childhood yang diterbitkan oleh Ballantine Books, New York tahun 1966
Diterjemahkan dalam Bahasa Indonesia oleh Ahmad Lintang Lazuardi
Cetakan I Tahun 2016
Diterbitkan oleh Pustaka Pelajar Yogyakarta
ISBN : 978-602-229-548-8



Buku ini sukses membuat saya tertegun lama, dan akhirnya keluarkan embun dipelupuk mata. Tanpa sadar saya menangis. Betapa buku ini membuat saya banyak menyesal dan membuat saya marah tanpa sebab yang jelas. Saya ingin marah pada diri saya sendiri bagaimana cara saya menghadapi Luigi. Entah. Saya hanya mencoba menghayati setiap peristiwa dan pengamatan yang dilakukan oleh Maria Montessori. Yang akhirnya selesai membaca buku ini, tumbuh empati secara dalam apa yang dirasakan oleh anak usia dini terhadap segala perlakukan orang dewasa terhadap mereka selama ini.


Setiap pengamatan penulis yang dituangkan dalam bukunya, terlihat jelas ada motivasi yang kuat untuk melakukan pemecahan masalah. Yang akhirnya sekarang disebut sebagai pendekatan belajar anak usia dini bernama metode Montessori. Metode itu tak serta merta ada. Tapi melalui proses pergulatan pengalaman riel penulis menyelami dunia anak yang penuh misteri dan kondisi sosial yang melingkupi.

Buku ini dimulai dengan pengamatan Maria Montessori terhadap anak yang dilakukan orang dewasa. Bahwa bagi orang dewasa, anak-anak adalah sumber masalah yang tidak pernah habis. Dikota besar, padat penduduk, tidak ada tempat untuk anak-anak. Jalan dan trotoar dipenuhi kendaraan dan orang dewasa yang berjalan tergesa-gesa menuju tempat kerja. Tidak lebih baik ditempat lain, dikondisi anak-anak yang ‘beruntung’ alias anak orang kaya, penulis melihat bahwa anak-anak terkurung dikamar meraka dan diserahkan pengasuhannya kepada orang asing. Tidak ada tempat bagi meraka melakukan aktifitas-aktifitas pilihan meraka sendiri.  Dipaksa tenang dan tidak boleh menyentuh apapun. Semua barang adalah milik orang dewasa. Apa yang menjadi milik anak-anak? Tidak ada. Montessori mencontohkan ketika anak duduk di lantai atau diatas furniture dari para orang dewasa, anak akan dimarahi dan seseorang harus mengangkat dan memangkunya.

Pada bab 8 dijelaskan mengenai tatanan. Bahwa anak sangat peka terhadap tatatan. Padahal berdasarkan pandangan orang dewasa, bukankah anak-anak dasarnya tidak teratur? Namun betapa sering seorang anak berulah tanpa alasan yang jelas dan menolak semua usaha untuk menenangkannya. Kita sebagai orang dewasa perlu menduga bahwa ia memiliki kebutuhan tersembunyi yang harus terpuaskan. Montessori mencontohkan mengenai beberapa kisah.

Misalnya kisah payung. Seorang wanita meletakkan payung diatas meja dan anak menjadi menangis. Ternyata apa masalahnya? Sebab anak menangis adalah payung diletakkan diatas meja. Bagi anak, sebuah benda yang diletakkan tidak pada tempatnya sangat mengganggu memori anak tentang bagaimana benda seharusnya ditata.

Contoh lainnya adalah Ibu yang mengajak anak jalan kaki melewati Terowongan. Saat anaknya kecapekan jalan kaki ibunya segera menggendong. Karena ibunya gerah dilepaslah jas yang dipakai sang Ibu dan menyampirkan ditangan. Tetiba anak menangis dan tangisannya keras dan bertambah keras. Setiap orang yang menghibur malah memperburuk situasi. Ketika pemandu rombongan menarik dan menggendong sang anak, respon sang anak malah kacau dan seperti tidak teratasi. Saat itu Montessori mendatangi sang Ibu dan menawarkan bantuan untuk memasangkan jas dipundaknya. Ibu menerima meski ia masih gerah. Anak kecil tersebut tiba-tiba tenang. Ketika airmatanya hilang anak berkata “jas pundak”. Sang anak seakan mengatakan bahwa seharusnya jas dipakai di pundak.

Montessori mencontoh kan hal lain mengenai Profesor Piaget dari Genewa dan juga permainan petak umpet. Dan seorang bayi yang diduga sakit akut karena setiap malam susah tidur dan digendong sepanjang malam. Oleh dokter anak diberi obat-obatan. Namun apa berubah? Setiap malam tetap menjadi penderitaan bagi orang tuanya karena masih saja menangis. Dan hal ini berlangsung 2-3 kali dalam sehari. Didatangkan spesialis syaraf anak yang terkenal, namun anak tampak baik-baik saja. Dan ternyata masalahnya ada pada tempat tidur yang berbeda seperti biasanya dirumah. Padahal selama perjalanan jauh, keluarga ini selalu menginap di hotel berbintang. Anak kecil hanya ingin tidur dengan suasana sebagaimana dirumah.

Rahasia Tidur
Sangat mudah bagi orang dewasa untuk berkata “ seorang anak seharusnya tidak banyak bergerak. Dia seharusnya tidak menyentuh benda-benda yang bukan miliknya. Dia seharusnya tidak mengomel dan berteriak-teriak. Dia seharusnya makan dan tidur” para orangtua memilih jalan yang paling mudah bagi mereka sendiri. Mereka memaksa anak-anak meraka untuk tidur. Padahal bagi Maria Montessori pada dasarnya anak bukan tukang tidur. Anak memang memiliki kebutuhan untuk tidur dalam jumlah yang mencukupi, tetapi penting untuk membedakan apa yang seharusnya dan apa yang dipaksakan. Orang-orang dewasa bersekongkol untuk memaksa ‘makhluk hidup’ aktif ini untuk tidur. Dalam pengamatan penulis buku ini, dirumah orang-orang kaya para bayi dan bahkan anak umur dua, tiga atau empat tahun dipaksa untuk tidur lebih dari yang seharusnya. Pernah ada anak kecil yang mengadu pada Maria Montessori seorang anak usia tujuh tahun bahwa dia tidak pernah melihat bintang-bintang karena orangtuanya selalu menidurkannya sebelum malam. “Aku ingin” kata dia, “pergi ke puncak gunung suatu malam dan rebahan diatas tanah sehingga aku dapat melihat bintang-bintang.”

Kontras ya dengan tempat tidur anak yang lembut, namun ternyata menjadi sangkar bagi meraka. Bahkan kamar sengaja digelapkan agar cahaya matahari pagi tak membangunkan meraka.

Salah satu bantuan terbesar yang dapat diberikan bagi perkembangan psikologis dari seorang anak adalah dengan memberinya sebuah tempat tidur yang cocok untuk kebutuhan-kebutuhannya dan mencegahnya tidur lebih lama dari yang diperlukan.

Seorang anak harus diijinkan tidur ketika dia lelah dan untuk bangkit ketika dia menginginkannya. Maka maria Montessori menyarankan tempat tidur anak dibuat dari ranjang yang rendah yang hanya sedikit diatas lantai, dimana ia dapat merebahkan diri dan bangun dengan mudah. Jadi anak bisa berangkat tidur dengan sukarela menuju tempat tidurnya dan gembira dimalam hari dan bangun di pagi hari tanpa menggangu siapapun.

Dari contoh ini kita sebagai orang dewasa harus berjuang menafsirkan kebutuhan seorang anak sehingga dapat memuaskan kebutuhan tersebut dengan menyediakan sebuah lingkungan yang sesuai untuk anak (halaman 108)

Rahasia Berjalan
Penulis buku ini berpendapat berjalan bagi seorang anak adalah seperti kelahiran kedua, dimana dia berubah dari sebuah makhluk yang tidak berdaya menjadi makhluk yang aktif. Seorang anak digerakkan oleh sebuah dorongan yang tak dapat dilawan dalam usaha dia untuk dapat berjalan. Dia sangat berani dan bahkan gegabah dalam usaha dan seperti prajurut sejati, dia bergerak menuju kemenangan tanpa peduli risiko-risiko yang dihadapi. Nah semangat yang menyala-nyala ini mendorong para orang dewasa untuk mengelilinginya dengan pengamanan-pengamanan yang sebenarnya justru menghalanginya. Mereka berusaha untuk membuat anak aman dalam sebuah kotak. Apa itu? Kereta dorong misalnya. Bahkan meski ia sudah mampu berjalan sendiri, langkah kaki mereka harus menyesuaikan kecepatan berjalannya orang dewasa. Anak-anak ‘dipaksa’ ditaruh kereta dorong dengan maksud melindungi anak dari kecelakaan yang mungkin terjadi. Namun bagi maria Montessori pengasuhan seperti ini diarahkan pada pertumbuhan fisiknya saja, tetapi tidak pada perkembangan psikisnya.
Dalam halaman 111 dijelaskan keberhasilan anak berjalan ini adalah indikasi perkembangan normal anak. Namun setelah langkah pertama dia masih membutuhkan latihan terus menerus.
Tujuan berjalan anak dan orang dewasa adalah BERBEDA. Bayi yang berjalan salah satu tujuannya adalah untuk menyempurnakan fungsi-fungsi tubuhnya. Tujuannya berjalan bayi berbeda seperti orang dewasa. Tujuan meraka berjalan adalah berjalan.
Seorang anak antara umur satu setengah tahun hingga dua tahun dapat berjalan beberapa mil dan dapat mendaki tempat-tempat yang sulit seperti tanjakan dan tangga, dan secara alami mereka suka berjalan-jalan dan berkeliling.

Rahasia Tangan
Tangan manusia begitu hebat dan rumit. Maria montesssori mengatakan manusia menguasai lingkungannya dengan tangan-tangannya. Tangan-tangan manusia dengan panduan dari kecerdasannya mengubah lingkungan dan memungkinkan untuk menuntaskan misinya didunia ini. Sehingga harusnya gerakan pertama dari tangan kecilnya kearah benda-benda luar harus ditunggu dengan penuh antusias. Gerakan cerdas pertama dari tangan kecil mereka menunjukkan usaha dari ego untuk menembus dunia. Tetapi lagi-lagi orang dewasa justru takut tangan-tangan kecil tersebut meraih benda-benda yang sebenarnya tidak berharga  dan orang dewasa menjauhkannya dari anak-anak. Kita berkata “jangan sentuh itu!”. Padahal terkadang gerakannya tangganya adalah usaha mereka mencoba menggunakan benda-benda yang biasa dilakukan orang dewasa. Mereka ingin menyapu lantai, menyisir rambutnya dan kecenderungan ini alami yang disebut Maria Montessori istilah “imitasi”.

Belum lagi aksi alamiah mereka yang suka membuka menutup pintu, pintu lemari atau benda yang bertutup. Mencopot dan memasang kembali tutup-tutup ini tampak menjadi salah satu kegiatan faforit mereka. Namun kita suka meng’cut’ proses meraka dalam memahami lingkungan sekitar mereka (tunjuk muka sendiri huhu -.-).

Maka Maria Montessori menginginkan kebangkitan. Bahwa anak-anak memiliki sebuah kehidupan psikis yang rumit dan seringkali lepas dari perhatian dan pola aktivitasnya dapat terkekang tanpa disadari oleh para orang dewasa.

Lingkungan orang dewasa bukan merupakan lingkungan yang sesuai bagi anak-anak, tetapi merupakan kumpulan rintangan-rintangan yang justru memperkuat perlawanan diri mereka.
Ciri yang paling mencolok dari system Pendidikan Montessori adalah penekanannya pada lingkungan. Dan ciri khas pengajaran dalam Montessori adalah penghargaan terhadap kepribadian anak yang dibawa menuju sebuat titik yang tidak pernah dicapai sebelumnya. Yang akhirnya dijalankan di Casa dei Bambini, Itali. Sehingga teknis Pendidikan Montessori adalah guru tanpa meja, tanpa otoritas, dan hampir tanpa mengajar, dan anak sebagai sosok pusat aktivitas, bebas untuk bergerak sesuai keinginannya dan memilih sendiri kegiatan-kegiatannya. Sebagaian menganggap hal ini utopis (tidak akan pernah terjadi) dan sebagian lain menganggap berlebihan.

Khas dalam pendidikan Montessori benda disesuaikan dengan ukuran tubuh anak, jendela yang rendah, miniature seperti dirumah namun dengan ukuran kecil, meja kecil, kursi kecil, lemari kecil yang dapat dibuka dan ditutup anak dengan mudah, dan didalamnya terdapat benda yang dapat digunakan oleh anak kapanpun mereka menginginkannya. Dan hal ini diakui oleh Maria Montessori sebagai pengembangan praktis yang berkontribusi bagi perkembangan anak. Dan selanjutnya Maria Montessori menceritakan konteks sosial asal mula ia membuat suatu metode pendidikan anak usia dini yang dimulai 6 januari 1907. Bagaimana ia membangun sekolah dengan kondisi diantara lingkungan kumuh dan anak-anak miskin yang semua orangtua mereka bahkan buta huruf. Ia menyebut dirinya seperti petani yang sedang menyemai benih.

Dari sekolah yang dibuatnya, penulis menuliskan beberapa hal yang disukai anak diantaranya : pengulangan latihan, pilihan bebas, ketenangan , tatanan dalam lingkungan, perawatan kebersihan diri, latihan indrawi, menulis terpisah dari membaca. Dan yang ditolak anak adalah penghargaan dan hukuman.

Meski buku yang saya baca adalah versi terjemahan, namun bahasanya masih mudah dipahami. Dan buku ini merupakan buku yang membuat saya berfikir “sebenarnya anak tidak akan tantrum”, dan secara tidak langsung mendorong sikap empati yang lebih terhadap anak. Pikiran menerawang “dosa saya banyak ya sama Luigi”. Karena terkadang saya sebagai orang tua egois, anak harus menurut kemauan kita tanpa kita tau isi hati anak. Dan dibuku inilah rahasia anak dibuka sangat gamblang tanpa banyak teori muluk-muluk. Berdasarkan pengamatan riel selama bertahun-tahun. Sampai menghasilkan sebuah metode pembelajaran anak usia dini yang dipakai diseluruh dunia. Metode yang masih sangat relevan pada jaman modern. Dan apparatus “kuno” yang self corrected Montessori pun masih dapat diaplikasikan meski pada anak jaman now. Buku yang diterbitkan pertama kali berpuluh-puluh tahun sebelum saya lahir ini, sangat recommended tidak hanya untuk orangtua. Namun juga para pendidik anak usia dini, guru PAUD, guru TK, pengasuh daycare, dan siapapun yang menjadi jalan anak usia dini untuk BAHAGIA.

Surabaya, 24 Januari 2018

Tidak ada komentar