Pemburu Bus

Pagi yang sejuk. Angin semilir menerpa jilbab para pemburu bus. Ya pagi itu aku sedang melihat orang-orang dengan seragam dinas, dengan sepatu mengkilat, menenteng tas, tua muda, laki-laki dan perempuan untuk berebut bus. Mereka semua wangi. Aku ditempat arah masuk tol Romokalisari.

Memori otak berputar mundur ...

Mereka saling berebut naik untuk mendapat kursi duduk. Sementara beberapa pedagang tak mau kalah. Mereka pun ikut masuk dalam bus. Untuk lalu lalang didalam tempat sesak itu, tertatih membawa air mineral yang bersatu dengan bongkahan es. Penjual tahu goreng dan kacang tak henti menawarkan dagangan yang hanya seharga seribu. Mereka maju kedepan, kembali kebelakang lagi dan kedepan lagi mengikuti kemana bus menuju. Sementara para penumpang sibuk melihat pergelangan tangan. Khawatir perjalanan yang ramai, berakibat pada terlambat ngantor.

Sementara saat jam pulang kerja, wajah-wajah sejuk berubah menjadi penuh keringat. Bau pakaian mereka menjadi bau asap kendaraan. Jidat dan pipi mereka mengkilat. Dan siap-siap terpenyet jika penumpang sedang penuh. Terutama saat moment libur panjang. Kaki siap gempor. Menahan badan dan menahan diri agar tidak roboh karena desakan penumpang lain. Sementara jilbab ini entah apa bentuknya. Miring sana sini. Dan kulihat wajahku dicermin, ah dekil sekali batinku. Terkadang perutku berorkestra. Melilit karena butuh sekedar cemilan. Tahu goreng dengan rasa debu kulahap dengan nikmat malam itu.

Aku pernah berdiri sejak naik dipasar Babat sampai turun di Rolak Surabaya. Dengan tentengan tas yang berat membawa laptop dan beberapa potong pakaian ganti. Dan ditempat lain, aku pernah menangis sejak awal menghentikan bus di jalan besar, diiringi suara klakson mobil yang bersahutan. Sampai tiba ke kota lahirku.


Ah rasanya aku seperti kembali kemasa itu. Aku pernah menjadi bagian dari mereka. Menjadi para pemburu bus. Yang menjadi bagian dari perjalanan perantauanku. Perjalanan spiritualku. Di dua kota kecil yang selalu terpatri didalam hati. Aku bisa merekam jelas segala memori perjuangan. Dimasa aku masih bergelora. Semangat membangun mimpi-mimpi. Bagiku saat itu tak penting bus dengan nama apa. Yang penting aku bisa sampai ke tempat perjuangan dengan segera atau kembali bertemu Ibu dengan bahagia.


#30dwcjilid6 
#day14

Tidak ada komentar