Pernah dengar istilah Montessori?
Atau sekolah Montessori? Berapa biayanya? Pasti hanya kalangan elite yang bisa
sekolah disana. Atau pernah dengar hestek Montessori dirumah? Paham enggak
maksudnya apa? Dimulai dari mana? Filosofi metodenya seperti apa. Urutannya
seperti apa.
“Ah bayar duit puluhan jeti dulu dong, baru kita bisa tau
jawabannya. Tuh sekolah Montessori masih berdiri kokoh enggak kemana-mana kalau
mau masukin sekolah anaknya disitu” batinku sedikit menggerutu saat itu.
Lalu
kita berfikir bahwa Montessori adalah pembelajaran anak usia dini untuk horang
kaya. Dan Montessori hanyalah mimpi yang harus dilupakan jauh.
Suatu sore yang sejuk di kota
Santri, Gresik saya tetiba melihat IG teman (Mom's Ethan) yang disana
terpampang poster info mengenai Workshop Metode Montessori di Surabaya. “Yuuuuhuuu
mari di goyang mak2 Suroboyo. Wajib kudu ikut nehhh. Worthed lah”. Begitu
kira-kira teksnya.
Dari sana saya langsung membatin “Oh jadi selama ini aktifitas
anaknya pakai Montessori” gumamku. Tapi aku sendiri enggak paham apa itu
Montessori. Sampai akhirnya bertemu 2 (dua) website berbahasa Indonesia mengenai
Montessori. Penulisnya Bu Ivy Maya Savitri dari Rumah Montessori dan tulisan
Elvina Lim Kusumo founder Indonesia Montessori (dot) com.
Darisanalah saya tanyakan ke teman sy tersebut mengenai apa beda Montessori keduanya? dari jawaban mama Ethan saya dapati bahwa antara Montesssori Elvina Lim Kusumo dan Ivy Maya Savitri adalah sama. “Cuma karena Mom C (Elvina Lim Kusumo) ga pernah adakan seminar or training jadi terkesan mereka b2 berbeda” “intinya sama stimulasi anak untuk 5 area perkembangan, kalo mau stimulasi anak ala Montessori sebaiknya seh ikut training mom. Mom akan amaze banget de ama segala detail aktifitas Montessori. Karena aku pun begitu” lanjut mama Ethan.
Darisanalah saya tanyakan ke teman sy tersebut mengenai apa beda Montessori keduanya? dari jawaban mama Ethan saya dapati bahwa antara Montesssori Elvina Lim Kusumo dan Ivy Maya Savitri adalah sama. “Cuma karena Mom C (Elvina Lim Kusumo) ga pernah adakan seminar or training jadi terkesan mereka b2 berbeda” “intinya sama stimulasi anak untuk 5 area perkembangan, kalo mau stimulasi anak ala Montessori sebaiknya seh ikut training mom. Mom akan amaze banget de ama segala detail aktifitas Montessori. Karena aku pun begitu” lanjut mama Ethan.
Belum puas tanya teman, saya tanya hal
yang sama pada panitia (mbak Dian) dan jawabannya tidak jauh berbeda “Elvina
mom C itu kan penggerak komunitas @IndonesiaMontessori beliau di Amerika. Kalo
Bu Ivy Maya Savitri memang berkecimpung di dunia Montessori sebagai praktisi
(punya sekolah @rumah_montessori) dan trainer pelatih guru Montessori juga
pembimbing beberapa sekolah Montessori”.
Saya langsung buka dan baca lagi secara
detail web Rumah Montessori dan ada pertanyaan lagi “Siapakah profile trainer
Rumah Montessori?”. Lalu saya masih berfikir lagi (cuma ikutan seminar ginian, kebanyakan
mikirnya nih saya haha).
Sejujurnya kenapa sampai gini banget, tanya sana sini,
tidak lain tidak bukan adalah karena rupiah tiket seminarnya yang (menurut
saya) tidak sedikit. Senilai satu juta seratus lima puluh ribu rupiah. Makanya
saya harus ‘dapat apa’ dengan uang segitu dengan minimal paham siapa
pengisinya. Ketika teman kerja saya ceritain mengenai harga seminarnya, ada
yang nyeletuk “Mbak Septi bisa KP khan (Keterampilan Proses)?, kenapa enggak
lihat di You tube aja, dan di KP sendiri” begitu katanya.
Aku berfikir lagi. “Eh
bener juga ya, liat di youtube pasti bisa sendiri” gumamku. Sampai ada teman
kerja lain yang menimpali “Kalau seminar biasanya emang beda, lebih detail dan
ada praktikumnya”.
Nah, dari buka detail web Rumah Montessori saya tau bahwa seorang
bernama Ivy Maya Savitri adalah seorang ahli di bidang metode Montessori untuk
anak usia dini. Pengalaman sebagai konsultan dan trainer beberapa sekolah
Metode Montessori dan pembicara seputar Metode Montessori baik nasional dan
internasional event.
Benar saja, saya langsung berfikir beliau ini magister Manajemen
yang bertransformasi menjadi praktisi di dunia Montessori. Dan membayangkan pasti
nanti akan banyak pengalaman riel yang bisa share. Dan aku inget lagi akan tujuannya
ikutan workshop ini “Mau belajar buat persiapan Luigi saat 15 bulan” Udah itu
aja.
Apapun kegiatannya kalau demi mempersiapkan diri jadi Ibu, harus diikuti.
Lalu tanggal 01 Februari 2017 maghrib dengan mengucap Bismillah, saya tranfer
ke panitia dan berencana tidak bilang Adit karena pasti tidak di setujui
mengingat baru saja bayar hal lain (wisuda) di bulan Februari yang bukan
nominal kecil juga.
Dan entah kenapa, hati saya bilang “ Kamu harus ijin Adit “
Akhirnya saya bilang, dan akhirnya ini jawabannya.
Seketika itu seperti bergelimang hujan
hadiah nan luar biasa dari Adit. Ijinnya membuka satu jalan, bahwa saya bisa
mengikuti seminar dengan hati yang tenang karena Luigi akan bersama Adit di
hari Sabtu dan Minggu. Ijin dari pak bos pun juga sudah di tangan. Hari Sabtu surat
cuti mulus ibarat kulit pipi saya, dan tanpa hambatan seperti jalan tol.
Sebelum mengikuti acara ini, saya
mendapat beberapa data mengenai Metode Montessori. Yang saya tau bahwa
Montessori adalah metode belajar anak usia dini yang pasti menggunakan alat –
alat (apparatus) dan alatnya khusus. Alat Montessori ada ciri khasnya, alias
dimana-mana, di luar negeri sekalipun juga menggunakan alat yang sama.
Setelah
itu kepoin harga apparatus Montessori di medsos yang OMG (buat saya) kalau
untuk stimulasi anak mah mahal banget
lah ya. Cuma balok-balok susun bisa ratusan ribu. Itu masih satu alat. Lah
masalahnya apparatus montessori itu banyak sis. Kalau ratusan ribu di kali 3
alat, duitnya jadi nambah nol nya dong. Hmm. *setengah pingsan*.
Sebelum mengikuti seminar tepatnya
tanggal 04 Februari 2017 malam saya sengaja mencari buku tema Montessori di
Toga Mas Surabaya (setelah sebelumnya saya sudah hunting di berbagai Gramedia
Surabaya dan udah enggak ada, sampe pesen ke petugas Gramedia Royal, tetep
kosong). Apa yang saya dapati setelah membaca buku tersebut? Satu kata.
Bingung.
Buku ini lebih banyak bercerita tentang kegiatan anak dengan metode
Montessori (khususnya di Practical Life), namun tidak di detailkan mengenai filosofi
Montessori dan maksud dari setiap aparatus Montessori itu sendiri. Ya untuk
targetan permainan stimulasi sih detail, namun hanya 1 area perkembangan saja
yang di bahas.
Darisana otak saya tetep ngerasa buntu dan bikin saya semakin
yakin dan harus semangat ikut pelatihan Montessori dari Rumah Montessori. Sengaja
berangkat dari Gresik jam 06.00 pagi berharap bisa duduk depan dan mengikuti
seminar dengan fokus. Padahal acara dimulai jam 08.00. *peserta teladan* *hasyeek*
*Ada yang masih lanjut baca? Haha maaf saya kalo
nyerocos bisa panjang gini #sungkem satu-satu dulu biar gak bosen :D
Ternyata beneran, saya amaze banget dengan Montessori.
Saya bingung cara nulis reportasenya, jadi dimodel pertanyaan aja ya?
A. Ini
acara seminar apaan sih?
Pelatihan dasar
metode Montessori 2 hari. Pengisi materi : Ivy Maya Savitri, SP, MM. Dibantu EO dari XC
Enterprise. Kuota 40 peserta.
B. Apa metode Montessori?
1.
Metode Montessori adalah metode belajar anak
usia dini, umur nol-12 tahun. Dipelopori oleh seorang bernama dr. Maria
Montessori yang berasal dari Itali. Metode ini memadukan antara Ilmu Kedokteran
(psikologi perkembangan anak) dengan ilmu pendidikan konvensional. Sekolah
Montessori pertama tahun 1906 Casa De Bambini (Rumah Anak) di Roma untuk 3-6
tahun (kebanyakan merupakan anak terlantar).
2.
Awalnya metode ini di khusukan untuk anak dengan
kebutuhan khusus, sehingga alat-alatnya khusus, warna yang dikenalkan khusus
dan cara pemakaiannya pun ada SOP nya tersendiri.
3.
Sehingga alat Montessori memiliki fungsi, cara
penyampaian dan control yang jelas.
Mengapa harus menggunakan Montessori?
1.
Metode belajar anak usia dini dengan 5 area
perkembangan. Yakni :
-
Exercises of practical Life (EPL) – keterampilan
hidup
-
Area Sensorial
-
Matematika
-
Cultural (peradaban dan budaya
-
Bahasa
2.
Metode Montessori memahami bahwa setiap anak
adalah berbeda / unik, sehingga penanganannya pun berbeda-beda dan bersifat
PERSONAL..
3.
Pembelajaran metode Montessori adalah banyak
observasi (pengamatan). Sehingga memberikan pengalaman riel dengan touch, metode
ini pasti melibatkan seluruh indra. Dan tidak menggunakan KERTAS KERJA (yang
abstrak nan mengawang di langit pikiran). Jadi tujuannya tidak sekedar bisa
menjawab soal, namun yang lebih penting adalah memahami konsep.
4.
Dalam kelas Montessori “saya sedang bekerja”.
Sehingga mereka membuat karya dengan bermain. Mereka akan berusaha, dan kita
jangan pernah meng ‘cut’ proses belajar anak dengan memberi interupsi,
pembenaran, sangsi atau hukuman. Karena dalam Montessori tidak ada punishment.
Justru
apresiasi proses adalah cara memberi penghargaan yang diterima anak. Namun yang
menarik, reward dalam Montessori bukan barang atau benda. Kata positif mengenai
proses belajarnya lah yang memotivasi anak. Jadi dalam Montessori tidak ada
punishment atau interupsi/pembenaran kesalahan aktifitas belajar .
5.
Montessori sangat menghargai proses anak. Seorang
anak butuh banyak kesempatan, pengulangan, dan jam terbang. Untuk menjadi
sempurna perlu proses, bukan hasil. Sehingga dalam Montessori MEMBERI WAKTU
anak berusaha. Secara tidak langsung ia
bisa mengoreksi kesalahannya sendiri. Sampai ia bisa. Buatlah ia bangga bisa
melakukannya. Karena anak ingin mandiri, kita harus memberi nya waktu. Contoh
kecil : membawa nampan, menuang gelas, membagi air dalam gelas yang semuanya
tidak boleh tumpah.
6.
Anak memilih sendiri permainan, bukan kita yang
memilihkan. Kita sebagai “fasilitator” yang memberikan pilihan-pilihan. Dan
menghormati hak kebebasannya dan keinginannya. Menghormati pilihan-pilihannya. Kita
tidak boleh sedih alias ‘baper’ jika dia tidak mau memilih permainan yang kita
siapkan.
Hal kecil tujuannya : arahnya ini nanti adalah anak terbiasa untuk
memutuskan sesuatu dengan pilihannya sendiri dengan penuh tanggung jawab. (ini
menohok banget buat saya, saya pikir bahwa stimulasi anak diarahkan alat-alat
permainannya alias kita yang memilihkan).
7.
Karakteristik lingkungan Montessori bahwa ada
rak atau tempat untuk mengembalikan permainannya dan tidak ditumpuk-tumpuk.
Agar menarik dalam proses pemilihan stimulasi dan mereka bisa mengembalikan
lagi mainannya seperti semula. Inilah lanjutan dari tanggung jawab terhadap
pilihan permainannya. Bahwa ia akan
merapikan kembali alatnya. Dan alat-alat nya selalu ada tujuannya, hendak
menstimulasi apa?
8.
Dalam kelas Montessori minim percakapan. Gunanya
adalah untuk menjaga konsentrasi. Dan mencontohkan setiap kegiatan dengan
kosakata yang tepat. Sehingga alurnya à
bicara, kerja, memperhatikan, menunggu
dan mengulang. Dalam mencontohkan kegiatan, fokuslah dan tidak menambahi tata cara. Misalnya : tanpa sengaja menggaruk kepala. Anak pasti akan meniru.
9.
Fasilitator Montessori berbicara dengan anak
menggunakan eye level. Bicaralah sejajar dengannya.
10.Sehingga metode belajar anak
usia dini pendekatan Montessori adalah sangat humanistik. Alat-alatnya pun
sangat filosofis (dijelaskan di bawah).
11.Menurut Bu Ivy Maya,
Montessori adalah sebuah metoda yang mengajarkan kita tidak hanya untuk sekolah
tetapi juga mengajarkan kita untuk HIDUP.
D. Bagaimana
metode Montessori itu?
Untuk
mendetailkan mengenai teknis pembelajaran 5 area perkembangan, maka Montessori
di bantu oleh alat yang dirancang khusus, filosofis dengan tata cara penggunaan
yang detail. Sehingga setiap alat yang digunakan ada SOP khusus.
Sebagai asumsi
bahwa setiap pembelajaran dengan alat pasti menggunakan alas kerja, agar ia tau
bahwa inilah area kerjanya. Tidak tercecer kemana-mana dan fokus di satu
tempat. Alas kerja di rapikan dari kiri ke kanan untuk proses belajar menulis.
Kita bahas
satu-satu ya, mengenai 5 area perkembangan.
1. Exercises of practical Life (EPL) – keterampilan hidup
Ini adalah kegiatan praktis yang dilakukan
oleh orang dewasa dalam kehidupan sehari-hari dalam memelihara dan mengelola
lingkungan hidup dan tempat bekerja. Tujuan EPL adalah : kemandirian,
konsentrasi, kemampuan motoric dan koordinasi, aspek social, intelegensi dan
disiplin diri. Dan menggunakan alat di kehidupan sehari-hari.
Contoh aktifitas yang di demokan oleh Bu
Ivy diantaranya :
-
Menuang air dari teko ke gelas
Dinamika di lapangan : tumpah.
Penyelesaian : menyudahi dan membersihkan bersama, besok demo dan diulang lagi.
-
Memindahkan obyek benda dengan menggunakan
sendok ke gelas/teko
Dinamika di lapangan : ia memindah obyek
ke teko/gelas dengan tangannya, bukan dengan sendok. Penyelesaian : biarkan,
dan jangan pernah menghilangkan sendoknya. Kata Bu Ivy, suatu saat ia akan
mencoba sendiri ketika siap sebagai tantangan baru. Latihan ini sebagai dasar
kemampuan menulis (memegang pensil) selain kemampuan motorik. Dan dilakukan
dari kiri ke kanan, karena kedepan belajar menulis juga dari kiri ke kanan.
-
Meronce dan menggunting.
Keterampilan untuk melatih koordinasi jari
tangan, koordinasi, dan koordinasi tangan dan mata. Dan ada latian-latihan
menggunting yang di sarankan.
-
Mencuci dan mengeringkan tangan
2. Sensorial
Area sensorial merupakan area dimana
tersedia alat-alat untuk kegiatan sensori motor anak yang dirancang secara
sistematis untuk kelima inderanya sehingga memungkinkan anak untuk memahami
konsep baru melalui pengamatan indera serta latihan.
Karena pada usia 0-6 tahun
indera anak sedang dalam masa perkembangan yang pesat. Tujuan sensorial :
membantu anak mencapai kemampuan indera yang maksimal, mengembangkan rentang
konsentrasi, intelegensi dan persiapan tidak langsung untuk perkembangan bahasa,
sains, music dan matematika.
Prinsip dasar sensosial : membentuk pola pikir
runut/bertahap. Disini ada tahapan pembelajaran. Misalnya dalam penggunaan alat pengenalan
warna (saya lupa namanya apa, tapi wujudnya membentuk rel kereta api), maka
step nya :
1.
Sebutkan “ini merah” dan mintalah anak untuk
mengulang, lalu sebutkan“ ini biru”
2.
Minta anak untuk menunjuk mana yang biru dan
merah
3.
Tanyakan “yang ini warna apa?”
Kegiatan
yang di demokan Bu Ivy Maya :
1.
Stimuli penglihatan (ukuran dan dimensi)
-
Yang didemokan Pink tower, knobbed cylinder, brown
stairs dan long rods. Ketiga alat inilah yang saya maksudkan apparatus
Montessori khas. Ada urutan tahapan pembelajaran yang harus dijalankan. Ada SOP
penggunaannya. Selain untuk memaksimalkan sensorinya, alat stimulasi indra ini untuk
menunjukkan konsep 1-10. Tapi tidak hanya itu, luar biasanya alat Montessori
diatas bisa menunjukkan konsep bilangan pangkat.
foto : dari panitia |
-
Contohnya Pink tower secara tidak langsung
merujuk pada pembelajaran pangkat 3. Contohnya : kubus dengan panjang, lebar
dan tinggi 3 cm, maka volumenya adalah 3cm x 3cm x 3cm = 3 pangkat 3 = 27 cm3. Pink tower di area sensori juga ngajarin konsep ukuran, urutan, susunan, dan perbandingan.
- Long rods atau tongkat merah dan biru
Tongkat paling pendek adalah bilangan 1
pangkat 1, baris kedua adalah 2 pangkat 1 (dst). Menunjukkan konsep panjang dan
pendek juga.
-
Brown stairs
Sedangkan brown stairs adalah pengenalan
konsep pangkat 2.
(semoga
pemahaman ini bener ya, maklum pembahasan ini sudah sore menjelang berakhir
huhu)
Dan
pembelajaran ini adalah langkah awal anak belajar matematika, karena dalam
matematika ada kegiatan mengurutkan dengan membandingkan.
2.
Stimulasi penglihatan warna
Yang didemokan Bu Ivy Maya diantaranya :
-
Kotak warna dengan 3 warna utama sebagai
pengenalan awal yakni warna merah, kuning dan biru. Dinamika di lapangan dalam pengenalan warna
dasar, mereka menyusun alatnya menjadi rel kereta api. Apa kita menyalahkan? Tidak.
Besok bisa di simulasikan lagi, toh konsep warna dasar sudah dia dapatkan.
-
Geometric solids
Ini merupakan bangun geometri dalam bentuk
mini yang biasanya diajarkan di matematika SMP. Kedepan bisa mudah memahami
konsep sudut, garis, volume dan ukuran.
Kata Bu Ivy, kadang kita dulu suka
bingung dengan pelajaran geometri saat menggambar kubus, balok, ada bagian
titik-titiknya itu loh. Bingung bayanginnya. *ada yang nasib masa SD nya gini?* *itu saya*. Nah, alat ini memudahkan dalam menunjukkan
bangun ruang 3 dimensi tersebut.
gambar diambil dari : montessorialbum.com |
3.
Perabaan
Yang didemokan :
- Papan kasar halus (papannya khusus) dengan
mengajarkan konsep kasar halus, lebih -kasar halus, paling - kasar halus,
- Papan kayu untuk menunjukkan konsep berat ringan.
Di aktifitas ini, satu indera nya ditutup agar semakin peka. dalam hal ini adalah mata. sehingga anak bisa maksimal di indera yang lain.
- Papan kayu untuk menunjukkan konsep berat ringan.
Di aktifitas ini, satu indera nya ditutup agar semakin peka. dalam hal ini adalah mata. sehingga anak bisa maksimal di indera yang lain.
4.
Pendengaran
Yang didemokan :
Kotak suara (kotaknya dari kayu khusus).
Gunanya nanti di pendengaran dalam memahami bunyi huruf atau angka dan
pengejaan kata dalam pembelajaran membaca.
Add captiongambar diambil dari : id.aliexpress.com |
3. Cultural (peradaban dan budaya)
Area cultural adalah area dimana tersedia
alat-alat (yang dirancang Maria Montessori) untuk membantu anak mengenal dunia
atau lingkungan hidup, baik
yang ada di sekitarnya maupun lingkungan yang lebih luas (alam raya).
Mengapa
perlu diajarkan sampe seperti ini? Karena dalam Montessori ada tujuan untuk
membantu anak dalam beradaptasi dengan budaya lingkungannya dan mandiri.
Kegiatan dan alat yang di demokan Bu Ivy
Maya di forum :
-
Geografi : bentuk daratan, air, udara, teluk dan
semenanjung.
-
Sains : makhluk hidup dan benda mati, magnet,
konsep terapung tenggelam.
Oia di forum ada cerita unik mengenai murid Bu Ivy yang setiap hari selama berapa bulan ya (lupa) maunya bermain dengan alat tentang konsep terapung dan tenggelam. Diulang itu terus. Sampai suatu ketika ia menunjukkan ke fasilitator bahwa kelereng itu tidak tenggelam, tapi terapung.
Oia di forum ada cerita unik mengenai murid Bu Ivy yang setiap hari selama berapa bulan ya (lupa) maunya bermain dengan alat tentang konsep terapung dan tenggelam. Diulang itu terus. Sampai suatu ketika ia menunjukkan ke fasilitator bahwa kelereng itu tidak tenggelam, tapi terapung.
Fasilitator pun tidak menyalahkan, namun dia diminta menunjukkan gimana kelereng
yang harusnya tenggelam menjadi terapung. Dan ternyata benar!!! Kelereng bisa
terapung dengan cara ia masukkan terlebih dahulu mangkuk / wadah kecil lalu
ditaruh dalam air dan kemudian kelereng di letakkan di mangkuk tersebut. Luar
biasa kreatif.
Ini lah keindahan
Montessori yang menunjukkan jika kita sabar dengan proses belajar anak, dia
akan bisa memahami konsep dengan ‘caranya’. Dengan cara mereka sendiri. Dan mereka akan bisa menjelaskan konsep
tersebut dengan ‘bahasanya’ dan membuat mereka semakin kreatif.
4. Bahasa
Membantu mengembangkan kemampuan komunikasi,
persiapan pengembangan keterampilan Bahasa lebih lanjut (menulis dan membaca)
dan membantu anak berinteraksi dengan lingkungannya.
Yang paling saya ingat dalam mengajarkan
kata, maka tunjukkan wujud bendanya. Tujuannya agar ia tau apa maksud lambang
yang ia baca. Misal : ia membaca baju, maka sebelahnya taruh baju Barbie
misalnya. Ia membaca bola, taruhlan bola mini di sebelahnya.
Sehingga dalam Montessori
itu, dia tau cara menulisnya, dia tau huruf apa saja yang dibutuhkan disana,
dan dia tau apa maknanya yang dibaca itu. Sempat di bandingkan juga dengan
flash card (ehem karena saya juga pakai ini) kemungkinan anak sebatas membaca symbol
saja, apa dia tau apa arti yang di baca? apa dia tau isi dari huruf yang membentuk
kata itu? Begitu kira-kira kata Bu Ivy Maya.
Pembanding dengan metode selain
Montessori anak dipaksa bisa membaca doang. Padahal hakekat membaca itu apa? Paham
apa yang dibaca. Karena guru SD, guru SMP pun kedepan juga minta apa dari
kemampuan membaca anak? Dalam 1 paragraf, suruh cari itu yang namanya pikiran
utama. Kalau enggak paham tentang hakekat membaca, ya enggak akan bisa lah.
Anak-anak
PAUD dan TK sekarang “just read”. Jadi enggak belajar babibubebo, cacicuceco,
lha kalo ditanya babibubeno aja enggak tau. *tertohok ya* Dan usia peka membaca
adalah 4,5 tahun.
Alat Montessori yang digunakan ada secara
khusus yang di bedakan antara huruf vocal dan konsonan. Huruf vocal berwarna
biru dan konsonan berwarna pink, dan ukuran sesama konsonan pun ukuran papan
nya beda. Misal huruf s dan j. Dalam menulis lebih panjang j. Dalam Montessori
pengenalan hurufnya tidak berurutan. Seperti A, B, C, D, E dan seterusnya urut.
Mengapa? Karena nanti seperti menghafal. Dan cara mengenalkan ejaannya bukan
seperti metode konvensional sekarang ah untuk A, be untuk B, ce untuk huruf C,
de untuk huruf D dan seterusnya. Tetapi seperti lagu dalam Phonics song.
Saya
dikasih tau teman sesama peserta di forum mengenai referensi pembelajaran
Bahasa (karena anak beliau sekolah di Surabaya Montessori School), diantaranya Badanamu
song, ants for the apple song, dan phonics song (yutubing sendiri aja ya).
Dalam pembelajaran Bahasa di Metode
Montessori tahapan dalam pengenalan huruf yakni 3 huruf. Missal L U I (nama
panggilan anak). Dan proses belajar membaca ada buku khusus, yakni : Buku kata,
Buku frase, dan Buku kalimat. (ini Bu Ivy bikin sendiri, dari terjemahan
Montessori versi asli / Bahasa Inggris ).
Buku kata : Sapi - diatasnya gambar sapi
Buku frase : contohnya bayi lucu, tahu basi, mata hati, meja kaca, pita baju
Buku kalimat : Luigi mencari bola, Mama beli roti
Buku kata : Sapi - diatasnya gambar sapi
Buku frase : contohnya bayi lucu, tahu basi, mata hati, meja kaca, pita baju
Buku kalimat : Luigi mencari bola, Mama beli roti
5. Matematika
Area dimana tersedia alat-alat-alat untuk
membantu anak mengenal konsep matematika, dimulai dari yang KONKRET. Matematika
bagian dari pembentukan pola berfikir kritis dan sistematis, dan membatu
kemampuan dalam problem solving skill.
Matematika dalam kelas Montessori adalah
keterampilan Menyamakan-Membandingkan-Mengelompokkan-Mengurutkan. Dan ini
bagian dari pembelajaran sebelumnya yakni EPL, Sensorial dan Cultural.
Alat yang di demokan di forum :
- Penggunaan manik-manik. Manik warna-warni yang terdiri dari manik satu hingga manik sembilan.Warna manik sesuai dengan urutan warna pada metode Montessori yaitu warna merah untuk menik satu, hijau untuk warna manik dua, merah muda untuk manik tiga, kuning untuk manik empat, biru muda untuk manik lima, ungu untuk manik enam, putih untuk manik tujuh, coklat untuk manik delapan dan terakhir warna biru tua untuk manik sembilan.
- Penggunaan manik-manik. Manik warna-warni yang terdiri dari manik satu hingga manik sembilan.Warna manik sesuai dengan urutan warna pada metode Montessori yaitu warna merah untuk menik satu, hijau untuk warna manik dua, merah muda untuk manik tiga, kuning untuk manik empat, biru muda untuk manik lima, ungu untuk manik enam, putih untuk manik tujuh, coklat untuk manik delapan dan terakhir warna biru tua untuk manik sembilan.
- Tongkat angka, Darisini bisa belajar penambahan dan
pengurangan juga.
- Papan Seguin, untuk memahami belasan, puluhan, dan konsep angka 0 (nol)
gambar diambil dari : montessori-doma.cz |
gambar diambil dari : id.aliexpress.com |
*maaf dari demo ini saya agak nge heng*
*nanti janji saya perdalam lagi* *entah
janji sama sapa*
Itulah rangkuman pembelajaran 5 area perkembangan
dalam Montessori yang saya pahami di kelas Bu Ivy Maya. Jika ada kesalahan
pemahaman, yah sambil jalan, sambil belajar dan diperbaiki mana yang kurang.
Pertanyaan fenomenal dalam pembelajaran Montessori
(karena saya pun begitu).
"Apakah harus memiliki semua apparatus Montessori?"
Dalam sejarahnya, setiap alat yang di ciptakan dr.
Maria Montessori memiliki fungsi yang disesuaikan dengan anak berkebutuhan
khusus. Dengan penyampaian khusus dan cara pemakaiannya yang detail tahapannya.
Ada latar belakang dan tujuan apa dari adanya alat – alat tersebut?
Sebenarnya kalau saya pahami alat Montessori ini membantu membuat nyata sebuah konsep. Ketika nyata akan lebih mudah dipahami.
Misalnya :
- Alat pengenalan warna dengan warna merah kuning
dan biru. Kenapa dengan pengenalan warna itu? Karena sangat kontras. Apakah
tidak bisa di ganti dengan kertas buffalo dengan kita print warna yang sama? Menurut
saya bisa
-
Kayu panjang untuk menunjukkan konsep panjang
dan pendek
Apakah tidak bisa jika diganti dengan tali raffia? Atau meja
yang ada dirumah?
Menurut
saya bisa jika tujuannya untuk mengenalkan konsep panjang pendek saja. Namun
dalam alat itu ada pembelajaran meng urutkan sebagai pembelajaran konsep 1-10.
-
Keramik kasar dan keramik halus untuk
menunjukkan konsep halus kasar, lebih halus lebih kasar, sangat halus sangat
kasar. Bisakah diganti dengan amplas biasa? Bisa aja lah. Atau langsung pegang batang pohon
-
Kayu khusus yang dirancang untuk memahami konsep
berat dan ringan. Ya mungkin bisa diganti dengan obyek yang sama dengan berat
yang berbeda. Jangan beda obyek.
-
Pink tower untuk memahami konsep 1-10. Nah ini
yang saya bingung. Diganti sama apa ya? Karena ukurannya udah diatur presisi buat belajar konsep ukuran, urutan, susunan, dan perbandingan.
-
Alat khusus untuk memahami konsep teluk dan
semenanjung, daratan dan lautan. Bisa diganti dengan plastisin dan sterofom,
kasih air.
-
Manik-manik untuk mengenalkan 1-10 dengan butir
1 warna merah. Kayaknya sih bisa bikin sendiri gitu dari kawat.
- Geometri 3D dan turunan obyeknya
gambar diambil dari : pinterest.com |
Ada yang mau nambahi lagi? Atau ide bikin DIY alat peraga Montessori? Saya masih buntu, anak
saya masih 11 bulan *alesan* *mhuahaha*
Intinya gini, semua alat
Montessori kita pahami prinsipnya, bukan plek
ketiplek alatnya. Lah menggunakan alat peraga nya khan adalah sebuah ‘teknologi’
untuk mempermudah pembelajaran menjadi Nyata. Dengan ide kreatif, InsyaAllah alat dirumah bisa
dimanfaatkan untuk membuat nyata, sehingga Montessori bisa dilakukan dimana saja.
Menyenangkan
sekali memahami metode belajar anak usia dini pendekatan Montessori. Membuat
anak menjadi kreatif dan berani mencoba. Dengan jam terbang tinggi membuat
meraka selangkah untuk tahap-tahap tantangan lain, membuat mereka bangga dan
percaya diri bahwa mereka bisa.
Sehingga titik tekan Montessori bukan
pendekatan belajar dengan alat (saja), tapi Montessori adalah keseluruhan pembelajaran
hidup terutama di 5 aspek perkembangan dengan bukti yang riel, nyata, bukan abstrak, bisa diraba dan
dirasakan, dapat diamati prosesnya. Secara tidak langsung membuat mereka 'hidup' seperti kata Bu Ivy Maya di awal.
Terimakasih untuk teman-teman baru
saya di seminar, guru PAUD-TK, dosen PAUD, psikolog, penggiat metode belajar
paud, rumah bermain anak, terapis ABK, penulis, ibu bekerja, sampai ibu rumah tangga.
Jujur aja ya, selama di forum saya merasa kehausan. Semakin haus karena merasa
ilmu saya seperti gak ada apa-apanya di bandingkan mereka semua yang memang terjun langsung di pendidikan anak usia dini. Saya bersyukur ada di deretan Ibu-Ibu keren diatas. Mereka datang dari Surabaya, Gresik, Sidoarjo, Jember, Banyuwangi, sampe Mataram, NTB (eh ciyusan).
foto diambil dari panitia |
Bu Ivy Maya Savitri sebagai
pembicara pun semangat sehingga kami pun tertular semangatnya. Seorang yang
sederhana tampilannya namun punya mimpi mulia : Montessori for Everyone. Bahwa metode belajar Montessori untuk anak usia dini bisa di rasakan semua kalangan. Semoga sehat
selalu, Bu. Dengan berkeliling mengenalkan Montessori di semua kalangan. Ini
adalah ladang pahala jariyahmu. Amin.
Terimakasih untuk mom Ichiban,
mama nya Ethan. Bersyukur nya Ethan punya mommy yang sayang kamu. Terimakasih
untuk Adit yang dengan ijinnya memberikan keleluasaan pada minat saya, saya bisa
sedikit melangkah. Iya sedikit. Di kelas Montessori ilmu saya seperti buih di lautan.
Dan terimakasih untuk Luigi.
Dialah alasan terbesar saya untuk terus meng upgrade kualitas diri. Berkembang dengan
Ilmu dan mengamalkan untuknya.
Secara umum acara ini sangat
menarik dan keren. Namun kekurangannya : pertama tidak semua alat di demokan
(mungkin karena waktu juga ya), kedua ada alat yang tidak disediakan panitia
(Bu Ivy nyari-nyari emang enggak disediakan) padahal alat tersebut merupakan
urutan dalam pembelajaran aktifitas. Dan ketiga foto acara tidak segera dikirim
ke email peserta. Selebihnya sudah OK.
Keren dagh untuk panitia. Bisa membawa
seorang praktisi Montessori Ivy Maya Savitri ke Surabaya. Dan pelatihan
Montessori ini tidak dikhususkan untuk guru PAUD-TK (saja), namun untuk umum.
Sehingga untuk emak-emak biasa seperti saya bisa bergabung. Mamah muda yang
ingin terus belajar.*dan tetiba lupa umur* :D
Huah akhirnya sekitar 4.000 kata telah terketik dalam tulisan
ini. Hayati sudah lelah. Kalau pengen lengkapnya, hmm yah saya aja 2 hari
daripagi sampe sore. Kalau diketik semua bisa gak muat blog ini.. hoho.
Gresik, 23 februari 2017
Ditulis di sela-sela malam hari, sambil menemani anak
kecil terlelap.
Sumber referensi tambahan :
Modul Pengenalan Filosofi Singkat Metoda Montessori
by Julia Ahmad dan Ivy Maya Savitri
Mbak kalau ada pelatihan kaya gini lagi tolong beritahu ya ke laksmi.budiwardhani@gmail.com. Matur nuwun
BalasHapusTerima kasih ulasan super lengkapnya, mbak... Sangat membantu menyatukan pemahaman saya yang belajar otodidak tapi masih terpisah-pisah memahaminya :)
BalasHapusSalam semangat makan untuk Luigi, hehe
makasih ulasannya mba, saya baru belajar tentang metode montessori ini. semoga bisa punya aparatus sendiri ya, jadi kepengen punya liatnya, hihi.. semangat terus dalam memberi stimulus pada anak ya ^^ salam kenal
BalasHapusGw baca dari awal sampai selsai bermanfaat sekali bagi orang awam seperti saya & sekarang jadi tau apa itu pembelajaran metode montessori yaitu sebuah metode yang dengan nyata menjelaskan sebuah konsep. Terima kasih banyak bun sehat² selalu ya bun salam buat keluarga semoga rezekinya melimpah, saya orang banjarnegara jawa tengah.👋😁
BalasHapus