Apa sih makna
ulang tahun pertama anakku? tidak ada yang special. Karena aku pun tidak pernah
merasakan ulang tahun kecuali saat usiaku 15 tahun. Hanya saja akhirnya aku dan
Adit telah bergelar orang tua dengan sederatan tanggung jawab. Aku
membersamainya untuk pertumbuhan Luigi agar selalu sehat dan ceria.
Hidup ini
pilihan ya. Hmm, ternyata pernikahan itu proses belajar tiada henti. Dimulai
dari berkenalan dengan Adit aku tidak percaya apapun dari dia. Tapi toh
akhirnya kita bareng juga. Semakin lama semakin mengenal ternyata dia seorang
pejuang ulung. Dilahirkan dari hidup yang keras membuatnya semakin kuat
menginjak kerikil kecil sampai yang besar sekalipun.
Malam ini aku
belajar, bahwa kedewasaan itu bukan dilihat dari umur seseorang. Aku dan adit
cuma berjarak 2 tahun saja. Tapi secara pemikiran dia melesat menjauhi ku yang
kekanak kanakan. Kadang suka bikin nangis kalau di nasehati yang bikin aku
tertampar banget. Iya sih bener, tapi susah banget berubah. Tapi ya Allah,
dibalik sikapnya yang cuek melebihi bebek. Dia selalu memikirkan aku dan Luigi.
Dia memikirkan detail bagaimana agar hidup kami lebih indah dari hari ke hari.
Bekerja keras untuk nutrisi kami sementara dia sendiri lebih suka memilih
makanan yang paling murah yang ada di dunia ini. Ini sih contoh kecil ya.
Pagi sampai
malam tidak pernah mengeluh, hanya sekali dua kali saja minta pijit di
punggung. Itupun juga karena dia nya sakit dan drop banget. Dia menjaga aku
dari kemarahan (dan kewarasan) dengan nasehat-nasehat hidupnya yang ibarat 'bapak' ngasih tau ke anaknya. Malam ini serius ya, dia beneran keliatan sifat
aslinya. Dia beneran berjuang buat kami, aku dan Luigi. Peluhnya bahkan mungkin
belum pernah aku lap tisu. Tapi hatinya berharap ada surga sebelum surga (hiks
beneran dia bilang gini).
Dimulai dari
rumah kecil kita yang sempit dan pengab. Kontrakan yang penuh dedikasi kerja kerasnya
dengan baju, sepatu dan segala pernik bola di tiap sudut rumah. Aku jadi tau
bahwa ya memang benar, pernikahan itu tidak segampang bilang iya aku mau nikah
sama kamu. Tidak. Menikah itu bukan jalan keluar ke jombloan. *uhuk* Menikah
bukan supaya bisa leha-leha disayang suami setiap hari. Menikah bukan karena
keren bisa upload foto keluarga di Instagram. Menikah bukan ajang pamer.
Menikah bukan kompetisi dan perlombaan. Ih apaan sih. Menikah bukan untuk itu
semua.
Dalam pernikahan
ada harapan, ada targetan, ada pembelajaran, ada masalah, ada tangis, ada suka,
ada sabar dan ada perjuangan. Yang tidak boleh adalah putus asa. Kita semua
harus saling menjaga. Terimakasih kesabaran dan pembelajarannya selama ini.
Maafkan aku malam ini banyak salah. Semoga bahagia menyertai kita di usia anak
kita yang pertama. Kalau boleh disuruh milih, masih mau yang lain apa tetap
memilih Adit saat itu. Meski saya ngos-ngosan ngikutin ritme kerja dia, tapi
akan tetap memilih Adit. Yailah udah nikah pula haha. Bukan. Ini pengandaian
jika memang bisa keulang. Aku bakal tetap milih dia dan ternyata benar. Dia
mendidik aku dengan caranya yang unik. Kadang bikin puyeng juga. Eh salah ding.
Bikin migrain. Tapi rasa cinta ternyata tak cukup hanya dengan kata-kata
mutiara. Tak cukup hanya dengan puisi dan janji. Tak cukup dengan cokelat dan
se tangkai bunga. Atau tidak cukup hanya di ukur dengan bongkahan berlian
*emang saya punya?* *enggak kogh* :D
Rasa cinta itu
mewujud dalam pikiran yang rasional, perasaan sayang, dan kadang dalam perilaku
nya yang misterius.
Hai diriku, perubahan
itu dari hati dan segeralah berubah karena hati. Mari bersama menciptakan surga sebelum surga
di dalam rumah tangga yang seumur kuku ini.
.
.
.
.
Maaf antara
paragraph pertama dengan kedua isinya enggak nyambung. Intinya Selamat ulang
tahun pertama anakku, dan selamat telah menjadi orang tua selama setaun diriku.
![]() |
Bahagialah selalu para lelaki ku :( |
Tertanda seorang
istri yang habis nangis.
Gresik, 17
Februari 2018
di malam menjelang keberangkatan ke Kota Batu
Tidak ada komentar