Sebenernya pengen nyimpen pengalaman ini di blog
udah lama. Tapi baru kesampean sekarang. Tanggal 05 Mei 2016 adalah hari yang
bersejarah buat saya. Pertama : ini adalah hari dimana saya pertama kalinya meninggalkan
baby Luigi selama 3 hari. Kedua : saya bisa menginjakkan kaki ke Lombok. Saat
ditinggal, Luigi berumur 2 bulan 16 hari. Hmm masih kecil ya.
Sebenernya
awalnya Luigi mau diajak terbang, namun karena masih terlalu kecil sehingga
sangat rawan untuk kesehatannya. Toh Luigi juga belum ngerti apa-apa. Yang ada
malah dia capek sendiri khan. Akhirnya aku dan Adit aja yang berangkat.
Sebenernya ini adalah acara kantor nya Adit. Tiap taun selalu ada acara liburan
kayak gini. Dan taun ini beneran jauh, di Nusa Tenggara Barat.
Saat itu karena
pertama kali meninggalkan Lui beberapa hari dan Lui masih ASI Eksklusif,
sehingga membuat saya lumayan detail sama persiapannya. Aku bilang ke Adit,
bahwa dia harus bantu saya selama di Lombok buat pumping. Itu adalah syarat supaya
saya mau ikut acara ini.
Oia dari pengalaman kemaren ada beberapa hal paling awal yang saya
lakukan :
- Mencari tau aturan membawa ASIP di pesawat
- Meminta scedule acara dari berangkat sampai pulang
- Apakah penginapan yang akan ditempati ada lemari es nya
- Acaranya kebanyakan indoor ataukah outdoor
- Selama traveling dari satu tempat ke tempat lain apa alat trasportasinya
- Berikut ini data yang saya dapat dari AyahBunda.com disini mengenai aturan membawa ASIP di pesawat terbang
1. Aturan penerbangan internasional membatasi penumpang membawa cairan, yaitu tidak boleh lebih dari 3 ounces atau sekitar 90 mililiter. Namun untuk ASI, ternyata aturannya berbeda. Amerika Serikat melalui TSA (Transportation Security Administration atau Badan Keamanan Transportasi), menerbitkan aturan:
- Ibu yang terbang dengan atau tanpa anak dibolehkan membawa ASI/susu formula/jus dalam jumlah lebih dari 90 mililiter, asal dilaporkan dulu (declared) di pabean.
- ASI maupun susu formula boleh dibawa di tas jinjing atau tas lainnya. Prosedur pemeriksaannya sama dengan barang-barang lain, yaitu melalui pemeriksaan sinar X, pabean dan boleh dibawa ke kabin. Anda dan anak tidak akan diminta untuk mengetes ASI atau susu formula.
- Pisahkan ASI atau susu formula tersebut dari cairan lain (gel, aerosol, cairan). Simpan di dalam tas berukuran 1 liter yang memiliki ritsleting di bagian atas.
2. Aturan maskapai Nasional.
Berdasarkan peraturan Dirjen Perhubungan Udara nomor SKEP/43/III/2007
tentang Penanganan Cairan, Aerosol dan Gel (Liquid, Aerosol, Gel) yang
dibawa penumpang ke dalam kabin pesawat udara pada penerbangan
internasional, tersebut dalam pasal 3 ayat 2 bahwa obat-obatan medis,
makanan/minuman/susu bayi dan makanan/minuman penumpang untuk program
diet khusus tidak usah diperlakukan seperti membawa cairan, aerosol dan
gel (harus dimasukkan ke satu kantong plastik transparan ukuran 30 cm x
40 cm dengan kapasitas cairan maksimum 1.000 ml atau 1 satu liter dan
disegel). Jadi, silakan membawa ASI perah ke dalam kabin tanpa dibatasi.
3. Laporkan juga ice pack di dalam cooler box ke petugas pabean saat check-in. Bila ice-pack tidak boleh dibawa, karena kemungkinan akan mencair setelah lewat batas waktu, sampaikan ke petugas pabean atau kru pesawat Anda akan menitipkan ASI perah di lemari pendingin pesawat.
- -------------------------------------------------------
Asumsi acara saya saat itu adalah :
- Berangkat dari Gresik jam 03.00 WIB
- Setelah nyampe Bandara Juanda, shalat Shubuh disana. Sementara jadwal keberangkatan terbang adalah first flight jam 06.00 WIB. Berarti masih ada waktu pumping di sela itu.
- Nyampe Bandara Internasional Lombok, acaranya full ke pantai
- Nyampe hotel alias cek in adalah jam 21.00 WITA
- Hari kedua acaranya ke Gili Trawangan dari pagi sampe sore
- Malamnya jam 18.00 WITA acara kekeluargaan, makan malam di pinggir pantai Senggigi
- Besoknya nya sarapan di hotel dan siangnya cabut dari hotel, ke pusat oleh-oleh, ke pusat pembuatan Mutiara dan terbang untuk kembali ke Surabaya jam 15.00
Bisa dibayangkan ya, betapa banyak waktu di luar daripada didalam
hotel. Sehingga ini adalah catatan beberapa peralatan tempur yang saya bawa :
- Breastpump
Saya bawa double elektric BP.
- Botol penampung ASI
Saya bawa 6 botol Medela
150 ml.
- Plastik ASIP dan spidol maker
- Coller Bag berserta bungkus plastiknya. Saya bawa coller bag Gabag Calmo.
- Coller Box
- Ice Gell dan Icepack
Saya bawa ice gell
gabag dan ice pack Medela dalam keadaan beku dari rumah.
- Aluminium foil
Untuk mempertahankan
dingin lebih lama saat packing pulang
- Plastik ziplock/zipper bag
Untuk membungkus
corong setelah digunakan pumping
- Nursing cover
Untuk pumping
dimanapun kita berada meski outdoor atau pumping di ruang publik
- 1 kotak plastik Lion Star ukuran sedang
Untuk alat steril
di hotel
- Sabun pencuci botol ukuran paling kecil
- Sikat botol
- Tas kecil ransel kecil (semacam diaper bag)
- Hand sanitizer - mungkin kita tidak sedang dekat dengan watafel
- Tisu kering dan tisu basah anti bacterial
Setelah semua siap, maka semua barang-barang
tersebut dimasukkan tas sesuai dengan kapan penggunanaanya. Dari barang-barang
diatas hanya 1 kotak plastik Lion Star yang masuk koper dan ditaruh bagasi. Pun
juga coller box dengan isi ice gell beku juga masuk bagasi. Selainnya saya taruh
di tas ransel kecil dan dibawa ke kabin.
Setelah nyampe Bandara Lombok, tidak langsung
menuju ke hotel. Tapi baru nyampe hotelnya sudah malam. Dan selama itu
mengunjungi 2 pantai dan Desa Sade, sehingga otomatis acaranya outdoor terus.
Akhirnya manajemen pumping yang aku lakukan seperti ini :
- Membawa semua icegell beku di coller box lalu aku taruh di bagian belakang bus
- Membawa 2 icegell dalam coller bag yang akan aku bawa kemana-mana
- Sehingga, bisa tuker ice gell. Ice gell yang berada di cooler box lebih tahan dingin daripada yang ditaruh di coller bag. Setelah icegel dalam coller bag yang sudah tidak ada titik bekunya, baru aku tuker dengan ice gell di coller box.
- Hari pertama , aku pumping di :
-
Di bus pariwisata
dalam goncangan, tetap pumping meski tidak nyaman |
pumping di bus |
- Sampai di hotel jam 21.00 WITA . Hiks. Langsung bergegas masukin semua ice gel dan ice pack ke zipperbag (biar ga bocor). ASIP yang di perah hari pertama juga dijadikan satu ditaruh zipperbag. Semua digabungin jadi satu di tas plastik coller bag Gabag. Depan tas aku tulis “Breastmilk – Keep Frozen, Room 314". Ice gell yang dititipin adalah ice gell yang digunakan saat bawa pulang ASIP. Trus ke reseptionist, untuk menanyakan bisa gak nitip ASIP di hotel. Setelah mereka bilang iya, maka dipanggilkan petugas hotel lain buat bawa ASIP saya.
- Setelah itu aku balik kamar, cek kulkas kamar, apa beneran dingin. Kalau bener-bener dingin, baru deh aku lap-lap pakai tisu basah. Kita gak tau sebelum kita, kulkas tersebut habis buat naro apa.
- Aku sisain 2 ice gell di kulkas kamar untuk pumping selanjutnya.
- Sebisa mungkin aku pompa sesuai jadwal. Jika biasanya aku pumping 8X, berarti saat di Lombok pun aku berusaha pumping 8X pula. Sebelum keluar hotel, jika belum waktunya pumping, aku tetap menyempatkan pumping meski hanya 10 menit.
- Hari kedua acaranya di Gili Trawangan. Kami berangkat sangat pagi. Sampe Gili Trawangan, saya pumping di restaurant. Pakai apron. Meski banyak orang lalu lalang, tetap aman.
- Malamnya, hasil pumping seharian itu, saya titipin lagi ke dapur restaurant hotel. Ternyata ASIP-ASIP hari pertama kemaren beneran beku. Oia saya sangat memanfaatkan betul pumping di midnight sesion. Di hotel saya hanya tidur sebentar-sebentar, karena saya selalu mikir belum tentu besok saya bisa konsisten jam pumping.
- Di hari terakhir, saya sempet salah asumsi sama Adit mengenai jam cek out hotel. Asumsi Adit, kita makan siang di hotel sehingga kita di kamar masih santai dan belum ambil (apalagi bungkus) ASIP dari dapur restaurant hotel. Sampai akhirnya ditelfon sama temen Adit kalau kita udah ditungguin di bis. Sampe di jemput guide selama kita di Lombok. Akhirnya secepat kilat kita packing baju, dan segera mungkin ke dapur buat ambil semua ASIP beku selama dititipin.
- Saya packing ASIP di bis dengan di omelin teman-teman Adit (bisa dibayangkan riwehnya haha). Cara packingnya : Semua ASIP beku dari nitip hotel dibungkus zipperbag, kemudian ASIP diapit ice gell dan dibungkus aluminium foil. Ditiap sisi coller box saya taruh ice gell beku. Lalu ditutupin koran sampe berusaha meminimkan tidak ada udara masuk. Coller box dikunci dan isolasi. Sayang sekali coller box yang saya bawa terlalu kecil. Sehingga saya hanya bisa memasukkan 3 ice gell di dalam coller box. Saya sudah was-was. Apa bisa ASIP saya bertahan beku?
- Coller bag gabag saya bawa untuk lanjut pumping di bandara dan kabin.
- Nyampe bandara Lombok saya double dengan packing wrap. Kalo gak salah di Bandara Lombok waktu itu bayar 50ribu. Dan langsung menuju musholla buat pumping. Saya gak ngerti dimana baby room nya. Yang saya pikirkan, yang keliatan musholla yaudah disitu ajalah.
- Coller box aman masuk bagasi. Coller bag saya bawa di kabin. Ditanya petugas Bandara cairan apa itu. Saya jawab ASI perah karena saya busui dan Alhamdulillah lolos.
ASIP made in Gili Trawangan |
Nikmat ASI dari Allah |
midnight sesion - day 1 |
midnight sesion - day 2 |
kumpulan ASIP hari pertama - yang akan dititipkan ke hotel |
menata beberapa ASIP beku dari kulkas kamar untuk dititipin lagi |
ASIP yang sudah di packing wrap, siap dibawa terbang |
Saat itu saya sedih banget, nyampe Bandara udah
sore. Kenapa? Semenjak keluar hotel kita pergi ke pusat oleh-oleh, ke pusat
mutiara, dan makan. Dan lebih bikin deg-degan adalah pesawat Singa delay tanpa
kepastian jadwal. Sampe saya kelaparan, sampe makan bakso yang harganya aduhai
di Bandara. Sampai saya gak bisa pumping, takut tetiba di umumin pesawat Singa
udah siap. Kita semua para penumpang dikasih ganti rugi keterlambatan waktu
dengan sekotak roti dan minum.
Gimana nasib ASIP saya? Jika di total ASIP saya
menempuh perjalanan 10 jam perjalanan semenjak packing di bus. Akhirnya Singa
telah siap dan terbang menuju Surabaya. Sampe Bandara Juanda udah malem. Itu PD
udah nyut-nyut penuh, sampe merembes. Adit naik bis Petrokimia Gresik bareng
rombongan teman-teman karyawan yang lain. Saya pilih tidak bareng bis. Kenapa?
Jarak Juanda-Surabaya dengan Juanda-Gresik pasti lebih lama ke Gresik. Sehingga
untuk menebus waktu, saya naik ojek Bandara. Setelah deal, saya suruh bapaknya
agak ngebut. Huift nyampe rumah Surabaya, Alhamdulillah ASIP saya tetap beku. Meski ada
3-4 kantung yang cair. Meski cair tapi masih dingin. Yang masih beku saya taruh
freezer. Yang sudah cair saya taruh chiller.
Ketika saya posting foto pumping di Bandara, ada
yang sempat komen Instagram saya. “Gimana cuci sterilnya mom?” seperti itulah
kira-kira pertanyaanya.
Jadi selama saya acara outdor saya selalu membawa
- Coller
bag
- Coller
box
- Tas
ransel kecil
Hasil pumping sehari-hari ditempat wisata saya taruh cooler bag dulu
beserta corong (yang udah dibungkus zipper bag). Saya nyesel bawa coller bag
kecil. Untuk naruh corong sempit banget. Nah setelah ganti tempat wisata khan
naik bis pariwisata lagi, disitulah saya oper ASIP hasil pumping sebelumnya ke
colller box. Beserta corongnya.
Sehingga ASI yang nempel di corong juga enggak
basi. Lalu jika turun dan nyampe tempat wisata berikutnya saya ambil corongnya
yang dingin dan dipakai lagi. Karena acara nya outdoor mulu, maka saya maksimalkan
cuci steril adalah di hotel.
Saat itu cara cuci steril nya adalah :
- Mencuci semua botol penampung ASIP dan dua corong
- Panasin air di teko (setiap kamar khan pasti ada tuh alat pemanas buat bikin teh atau kopi)
- Setelah panas, air tadi dimasukkan ke wadah kotak plastik Lion Star
- Cemplungin deh tuh gerombolan botol penampung ASIP dan corong
- Tunggu minimal 10 menit
- Buang airnya
- Angkat
- Kibas-kibas (tidak di lap menggunakan tisu)
- Ditata yang rapi di atas lap bersih sampai kering.
- Rakit
Taraaa...bisa dipakai lagi
Dari pengalaman ini saya membawa 2,5 liter ASIP
made in Lombok. Oleh-oleh berharga buat Baby Luigi di usia 2 bulan 16 hari.
Terimakasih buat Adit yang udah mau bantuin saya pumping di manapun. Ternyata
saya bisa melakukan pekerjaan yang ribet namun menyenangkan ini.
Oia sebagai penutup tulisan ini, di saat menunggu
jadwal keberangkatan yang Delay di Bandara Internasional Lombok, saya sempat
menyaksikan sesuatu yang membuat saya haru. Apa itu?
Seorang Ibu yang mojok,
dekat kamar mandi Bandara untuk berduaan dengan bayinya. Ya, sang Ibu
mengasingkan diri. Untuk apa? untuk menyusui anaknya.
Saya menangis -.-
Saya bersyukur diberi kesempatan Allah menjadi Ibu menyusui. Saya bangga kasih Luigi ASI.
Baca juga : 10 Peralatan Menyusui Ibu Bekerja
Mba untuk cooler box nya totalnya beratnya berapa ? Dan butuh berapa ice gel agar tetap beku
BalasHapus