Mengenal 4 Aspek Perkembangan Anak Usia Dini


Masa keemasan !!! begitulah gambaran untuk menunjukkan pentingnya periode anak usia dini atau masa kanak-kanak. Pada masa itu, anak mampu menerima dan kepekaan menyerap banyak informasi tanpa melihat baik dan buruk.

 

Masa inilah masa perkembangan anak terbentuk. Maka penting banget buat kita mengenal aspek perkembangan anak usia dini agar bisa memberikan stimulasi yang tepat.

 

Aspek perkembangan anak usia dini pada tulisan ini adalah hasil serapan mengikuti bincang-bincang Pendidikan Pra Sekolah pada Maya Talk di Kelas Kepik dengan pemateri Maya Lestari Gf.



Mengenal-4-Aspek-Perkembangan-Anak-Usia-Dini


Siapa Maya Lestari Gf?

Saya bisa dibilang penggemar rahasianya seorang Maya Lestari Gf – yang selanjutnya dalam tulisan ini saya panggil mba Maya-. Sebagai buktinya, saya punya beberapa novel karyanya :p

 

Sejak mba Maya terpilih juara 1 kategori blog pada Apresiasi Pendidikan Keluarga 2019 Kemdikbud RI, saya jadi penasaran semua tentang beliau. Saya dekati tempat duduknya setelah pengumuman lomba di lantai 2 Ruang Merica Hotel Menara Peninsula Jakarta kala itu. Dan saya kenalan deh :p


(Baca juga : Diundang Menteri Pendidikan ke Jakarta karena Lomba Blog)

 

Ya, kami sama-sama menjadi pemenang lomba blog, tapi saya cuma juara harapan wkwkwk :p makanya kepo sama pemenang utamanya. Usut punya usut, memang nama Maya Lestari Gf berderet prestasi dibidang tulis menulis mulai buku anak dan remaja pada situs Wikipedia. Ia adalah penerima Anugerah Literasi Minangkabau 2017 dari Gubernur Sumatera Barat.

 

Bukunya Smong Si Raksasa Laut menjadi buku rekomendasi yang didongengkan di banyak sekolah dasar karena isinya dianggap sangat penting untuk mengajarkan kearifan lokal dalam menghadapi bencana tsunami. Belum lagi prestasi tulisan lainnya yang segambreng buanyaaknya.

 

Jangan dibayangkan mba Maya adalah penulis berkacama tebal, misterius dan irit senyum. Nggak kok. Beliau tidak berkacamata dan sangat ramah. Sosoknya keibuan, bersahaja dan sederhana. Ternyata Maya Lestari Gf juga praktisi homeschooling dan pengajar kelas menulis kreatif untuk anak-anak. Ia juga pendiri Selingkar. Ketiga putrinya diajarin sendiri alias tidak sekolah formal.

 

OK, sepertinya cukup ya perkenalan kiprah pengisi kelasnya. Jadi insyaAllah semua yang disampaikan mba Maya sesuai keilmuan dan pengalaman beliau.



Pentingnya Pendidikan Anak Usia Dini

Pada pembukaan kelas, mba Maya jelasin bahwa tujuan bincang-bincang ini adalah untuk membuka seluas-luasnya kesempatan berbagi tentang pendidikan dan pengasuhan anak usia dini. Hal ini karena fase prasekolah adalah fase krusial. Tidak bisa terulang lagi.

 

Mba Maya meyakini bahwa apa yang terlewat di masa remaja, masih bisa dikejar di masa dewasa. Namun apa yang terlewat di masa kanak-kanak, akan terlalu banyak upaya besar yang mesti dilakukan pada masa remaja.

 

“dalam bahasa pepatah, biarlah kita bersakit-sakit dahulu baru bersenang-senang kemudian” ujarnya pada 161 peserta grup whatsapp (13/1/2022).

 

Ibu 3 anak ini juga menekankan, tidak apa-apa mengupayakan habis-habisan untuk mengembangkan kemampuan pada usia dini, karena nanti para orangtua yang akan memetik hasilnya setelah usia awal remaja.

 

Sebelum masuk pada materi, mba Maya menceritakan pengalamannya pernah ditemui orang tua B (sebut saja Bunga) pada 4 tahun silam untuk meminta pendapat mengenai kondisi Bunga. Bunga saat itu berumur hampir 12 tahun.

 

“Membaca masih terpatah-patah. Tidak mengerti apa yang diajarkan kepadanya, mudah marah, dan (maaf) sering mencuri uang orang tuanya.“ tuturnya mengenang

 

Dari hasil dialog hati ke hati dan berteman dengan Bunga, mba Maya mendapat informasi sebagai berikut:

1. Bunga tidak mendapat perhatian penuh pada perkembangan anak (di keempat area perkembangan) dari orang tua

2. Orangtua kurang waktu untuk ngobrol dan menghabiskan waktu bersama Bunga

3. Untuk memenuhi kebutuhan mendapat perhatian, Bunga mencuri duit orang tua dan membelikan teman-temannya benda-benda mahal

 

Sehingga dari sini mba Maya menyimpulkan, secara psikologis Bunga merasa mendapatkan apa yang tidak dia dapat dari orang tuanya, yakni perhatian dan apresiasi. Jadi, Bunga tidak mencuri untuk membeli sesuatu bagi dirinya. Hadiah adalah penyelesaian persoalannya. Kebiasaan itu berlangsung terus hingga jadi kebiasaan.

 

Ketika anak mulai ABG menjadi kebiasaan buruk dan mulai menetap. Terlalu banyak ‘hutang’ pengasuhan yang akhirnya harus dibayar orang tuanya saat anak sudah besar. Saat itu penyelesaiannya ada beberapa terapi yang dilakukan untuk si Bunga. Memang butuh waktu, upaya, dan sinergi dari berbagai pihak, baik orang tua maupun guru.

 

Kisah tersebut menjadi pelajaran berharga dan bukti otentik bagi mba Maya mengenai betapa mahalnya masa kanak-kanak. Seperti dough (plastisin), di masa kanak-kanaklah seseorang dibentuk. Baik secara sosial emosi, bahasa, kognitif, dan sensor motornya. Karena itu, Ibu 3 anak ini menekankan pada kami semua untuk tidak pernah melewatkan masa kanak-kanak.

 

Penerima Apresiasi Pendidikan Keluarga Kemdikbud RI ini juga menuturkan pentingnya kami saling berbagi informasi tentang pendidikan dan pengasuhan anak, agar kasus seperti Bunga di atas bisa diminimalisir jumlahnya.

 

Mengenal 4 Aspek Perkembangan Anak Usia Dini

Apa sih yang pertama kita pikirkan mengenai pendidikan pra sekolah? Mungkin sebagian orangtua akan menjawab kegiatan seperti teknis menggunting, menempel, berhitung, dan lainnya.

 

“Itu benar, tapi sebaiknya kita mengawalinya dengan 'apa yang harus kita kembangkan', dan 'bagaimana mengembangkannya?” ujar mba Maya.

 

Menggunting dan menempel itu hanya soal teknis, bukan inti pendidikan. Anak berkembang di empat area. Kalau kita sudah hapal empat area ini, maka akan mudah bagi kita menyusun kegiatan belajarnya. Apa saja empat area itu?

 

1. Area sosial emosi

Area ini dikembangkan dengan kasih sayang dalam keluarga. Bentuknya seperti memberi respon positif saat anak menunjukkan suatu perilaku. Misalnya jika anak menangis, orang tua melihat dulu sebabnya, lalu menunjukkan empati.

 

Respon negatif yang sebaiknya dihindari seperti kalimat “halah, itu saja nangis, cengeng. Dia aja gak nangis”. Hal ini menurut mba Maya akan membuat anak merasa tidak diterima. Jika respon ini terus menerus dialami anak, maka ia akan membangun jarak emosi dengan orang tuanya.

 

“Pernah nggak sih kita mendengar kisah anak remaja yang merasa lebih nyaman ngobrol ama temannya?” mba Maya mencoba melempar pertanyaan.

 

“Itu sebabnya karena dia tidak nyaman berkomunikasi dengan orang tuanya sendiri” tambahnya. Hal itu bisa terjadi karena anak selalu dinilai dan dihakimi. Lalu bagaimana jika terlanjur terjadi?

 

“Jika itu terjadi pada anak kita, keluarga kita, maka cepat-cepatlah refleksi. Bagaimana pun, orang tua semestinya menjadi tempat pertama anak mengadukan persoalan hidupnya” jawab Maya.

 

Bagaimana jika ada ada sebagian orang berpendapat bahwa jika anak terus dilembut-lembuti jadi lembek. Dia harus dikerasi supaya tahu kerasnya hidup dan belajar menaklukkannya.

 

“Sekarang begini, di luar sana anak-anak kita mungkin mengalami hari tak menyenangkan, atau mungkin dibuli sama temannya. Ia pulang tentu mengharapkan penerimaan dan simpati. Apa yang terjadi kalau di rumah dia juga dihakimi? Dia juga mengalami hal yang tidak menyenangkan. Akhirnya dia tidak bisa kemana-mana untuk menemukan kedamaian. Ketika ia mulai merasa demikian, jarak mulai terbangun” paparnya panjang lebar.

 

Jadi, hal paling penting yang harus dilakukan untuk menguatkan mental anak adalah sejak kecil anak harus merasa diterima di rumahnya sendiri, merasa diapresiasi, dan merasa dihargai. 


Anak yang dihargai akan tumbuh dengan sosial-emosi yang positif. Ia akan punya nilai diri yang baik. Anak juga akan mudah memahami orang lain, karena ia belajar cara memahami dari bagaimana orang tua memahami dia.

 

Mengembangkan area sosial emosi tentu dikembangkan dengan cara keluarga memperlakukan anak.

 

2. Area bahasa

Mba Maya menjelaskan area ini dengan kalimat yang mudah dipahami. Menurutnya bahasa adalah alat komunikasi dan ilmu disampaikan dengan bahasa. Orang berpikir dalam bahasa dan bahasa membentuk pikiran. Nah, bahasa adalah alat anak untuk mendapatkan ilmu pengetahuan. Maka, kemampuan berbahasa dan akhirnya literasi, mesti menjadi pelajaran prioritas di masa kanak-kanak.

 

Penggagas Selingkar ini membuat lembar belajar dan rangkaian kegiatan dari minggu ke minggu untuk menguatkan kemampuan literasi anak. Ia menyusunnya dalam bentuk E-book berjudul Kurikulum Belajar Prasekolah (selama setahun) berdasarkan pengalaman empiris menemani ketiga putrinya belajar mandiri (homeschooling) dan pendampingan berbagai kelompok belajar anak sejak 2014.


kurikulum-anak-usia-dini
E-book karya Maya Lestari Gf sebagai opsi kurikulum belajar di rumah


Ada cerita kenapa seorang Maya Lestari Gf memprioritaskan pelajaran bahasa di masa kanak-kanak. Mba Maya sangat menyukai sejarah. Baginya sejarah dapat digunakan untuk mengkaji sesuatu dan menjadi pelajaran untuk kita hari ini.

 

Nah dari banyak membaca buku sejarah, ia tertarik pada periode sejarah Islam abad 8-12 M. Di mana pada masa itu ribuan cendekiawan tumbuh seperti jamur di musim hujan.

 

“Kalau hanya satu-satu yang muncul, kita bisa bilang ini kasus, tapi kalau munculnya rame-rame, kita bisa bilang ini hasil sebuah sistem” tambahnya. Hal yang sama juga terjadi di Yunani. 


Akhirnya karena penasaran, mba Maya pun mencari banyak jurnal penelitian soal itu dan inilah yang ia temukan:

 

1. Masyarakat Arab itu Gila Sastra dan Sejarah

Mereka suka mengumpulkan cerita-cerita dan mengkaji cerita tersebut. Pada masa kekhalifahan, para sastrawan beken itu memiliki majelis ilmu yang sangat rame. Rata-rata ilmuwan yang kita kenal, lahir dan tumbuh di majelis para sastrawan ini. Apa yang dikaji?

 

“yang dikaji macam-macam, tapi semuanya berkaitan dengan bahasa dan sastra. Pelajaran bahasanya punya banyak cabang. Saat masa anak-anak yang belajar di majelis ini berusia 14 tahun, mereka sudah khatam bahasa dan literasi, mereka siap masuk madrasah (universitas). Makanya banyak ilmuwan di masa itu muda-muda” tutur lulusan UIN Imam Bonjol Padang ini.

 

Karena mereka sudah punya alat mendapatkan ilmu pengetahuan (kemampuan bahasa dan literasi yang baik), mereka semua bisa mempelajari apapun dengan mudah. Baik ilmu filsafat, kedokteran, matematika, kitab agama, dan banyak lainnya.

 

2. Pelahap Buku

Karena suka sastra, rata-rata mereka pelahap buku. Makin banyak buku yang dibaca, makin banyak wawasan dan perbendaharaan kalimat. Makin banyak perbendaharaan kalimat, makin mudah mencerna sebuah bacaan.

 

“Kalau misalnya kita pernah mengalami, membaca sesuatu tapi nggak ngerti, itu mungkin karena kita belum punya wawasan kalimat dan gagasan yang cukup untuk memahaminya” tambahnya.

 

Nah dari sini mba Maya Lestari Gf menyusun suatu kurikulum pengembangan kemampuan berbahasa dan literasi.

 

“pada saat anak-anak saya masih kecil, sekitar 75% pelajarannya adalah bahasa. Saya fokus ke sini dulu. Kalau ini beres, setelah anak di usia sekolah menengah, dia akan bisa mencerna bacaan jenis apa saja. Alhamdulillah, keyakinan saya waktu itu terbukti hari ini. Jadi, inilah hikmah belajar dan mengkaji sejarah.” tuturnya bersemangat.

 

Untuk mengembangkan area bahasa dan literasi, fokus di tiga cabang utama terlebih dahulu, yaitu komunikasi lisan, membaca efektif, dan menulis.

 

Membaca efektif disini maksudnya membaca yang memahami, bukan asal baca tapi tidak paham maksudnya.


Umumnya anak usia 4-5 tahun seperti Luigi suka buku cerita bergambar yang enak saat dibaca nyaring, yaitu buku level 1 yang terdiri dari 4-8 kata. Kalimatnya menggambarkan peristiwa aktif (misalnya : dia berteriak, dia melompak dan lainnya). Jika anak sudah biasa dibacakan buku level 1, secara alamiah mereka akan membutuhkan tantangan baru. Maka tugas kita kasih buku level 2-3 yang kalimat dan ceritanya lebih kompleks.


Bagaimana dengan mengaji pada usia prasekolah? Pengalaman mba Maya saat anak usia itu lebih banyak hafalan doa saja. Belajar huruf hijaiyah mulai usia 7 tahun (menggunakan Iqro') setelah anak mengerti betul huruf latin. Jadi seperti bahasa. Ada bahasa pertama dan bahasa kedua. Pun juga ada huruf pertama dan huruf kedua.



novel-maya-lestari-Gf
sebagian karya Maya Lestari Gf yang ada di rak buku saya :) Cinta Segala Musim adalah novel yang menjadi nominee fiksi dewasa terbaik Indonesia Islamic Book Award 2014


3. Area kognitif

Area ini merupakan area berpikir, bernalar. Area ini dikembangkan bersamaan dengan area bahasa. Kemampuan kognitif sangat penting agar anak bisa belajar dan hidup dengan baik.

 

Mba Maya juga menjawab mengenai pendapat sebagian orang yang mengatakan, 'di masa kecil ini yang penting itu bukan kemampuan kognitif, tapi akhlak'.

 

“sebenarnya, kemampuan kognitif itu menunjang akhlak. Bayangkan misalnya, seorang anak mau mengirim pesan sama gurunya, lalu karena kemampuan kognitif nya tidak berkembang baik, dia tidak bisa menulis pesan yang baik pada gurunya. Jadi, keduanya saling menunjang hidup” terang Maya. 


Untuk usia prasekolah kegiatan area kognitif misalnya : mengenal huruf, mengenal angka dan menggambar. Atau bisa juga main bongkar pasang.


(Baca juga : Perkembangan Otak, Kunci Kehebatan Si Kecil)

 

4. Area perseptual motorik

Area ini adalah area gerak baik gerak motorik kasar dan motorik halus. Perseptual motorik itu maksudnya kemampuan bereaksi dengan gerak.

 

“Jadi, misalnya anak dikejar anjing, anak tahu mau ngapain dengan gerakannya. Mau lari atau manjat pohon. Jadi fokus di empat area ini ya” ujar Maya.

 

Mengembangkan perseptual motorik, bisa dengan main sepedaan, main sepakbola, berenang, manjat-manjat, olahraga, dan lainnya. Sedangkan untuk mengembangkan motorik halus bisa dengan melakukan pekerjaan seperti menggunting, menempel, melipat, main pasir, main tanah, main air, dan lain-lain.


(Baca juga : Aktivitas Fisik Anak Selama di Rumah Aja)

 

Mba Maya Lestari menyimpulkan 4 aspek perkembangan anak usia dini diatas berdasarkan riset-riset perkembangan dan psikologi selama bertahun-tahun, yang hasil risetnya sudah banyak diterapkan.

 

jadi bukan kata saya” ujar mba Maya disertai emoji terkekeh.

 

Cara mba Maya mendidik putrinya dengan memberikan sekitar 75% pelajaran bahasa saat masih usia dini membuahkan hasil. Berdasarkan ke-kepoan saya di halaman facebook @Maya Lestari Gf, anak-anaknya sangat bersahabat dengan buku dari berbagai genre, baik berbahasa Indonesia maupun bahasa Inggris.

 

Baru-baru ini putri pertamanya memenangkan lomba Menulis Resensi Seri Monolog di Tepi Sejarah kategori pelajar dari Kemdikbud RI. Tidak hanya itu, cerita pendek berjudul Kisah Seekor Kucing dari putri keduanya berhasil masuk 20 besar kompetisi menulis kategori cerpen anak dari penerbit Indiva.


Penutup

Masa usia dini adalah masa yang tidak akan terulang lagi, maka yuk kita optimalkan 4 aspek perkembangan anak usia dini agar mereka tumbuh tidak hanya pintar, namun juga tuntas semua tumbuh kembangnya. Semua aspek saling berhubungan dan jangan lupakan untuk menguatkan aspek bahasa karena darisanalah ia akan menjadi pembelajar sepanjang hayat.

 

Tentang Kelas Kepik

Kelas Kepik adalah bagian dari upaya membangun jaringan keluarga pembelajar Indonesia. Di Kelas Kepik para orangtua bisa sama-sama berbagi informasi dan berdiskusi, serta membangun energi kreatif untuk mengembangkan potensi anak. 


Dengan berjejaring dan berada dalam jaringan, diharapkan akan semakin luas kesempatan kita untuk memperkaya pengetahuan, dan semakin banyak pula alternatif tempat belajar bagi anak-anak Indonesia. Info programnya dipublikasikan di Instagram @kelaskepik.

 

 

18 komentar

  1. Penasaran dengan mba may lestari ini, dan aku akhirnya cari bukunya di ipusnas mba. Banyaaaaaaaaak 💃💃💃. Duuh aku seneng, akhirnya mau coba baca yg Cinta Segala Musim dulu. Apalagi halamannya tipis cuma 200an.

    Salut Ama mbak nya yg melakukan homeschooling buat anak2nya. Bukan hal yg mudah kalo buatku. :( . Emosiku sendiri selalu ga stabil kalo udah ga sabaran.

    Tapi beberapa aspek yg harus diperhatikan oleh anak2, itu bakal aku catat buat reminder diri. Biar gimana aku juga ga mau anak2 nanti besarnya jadi ga terbuka dengan orangtuanya sendiri.

    BalasHapus
    Balasan
    1. kalo bukunya mba Maya Lestari buanyaak banget mba, mulai buku anak, novel dll. Penulis, ya HS anaknya, ya bikin kelas kepenulisan, banyak kegiatannya hehe. Iya mba, aku pun nulis ini buat catetan juga. Biar nggak lupa :) Makasih selalu mampir ke blogku :)

      Hapus
  2. Woww... makasih buat sharing nya ya mba.. bacanya enjoy banget aku �� Aku punya novelnya yg habibie itu, jadi pengen nyari novel yg lainnya ��

    BalasHapus
  3. Membayar utang pengasuhan itu gak main-main ya ... saya masih perlu banyak introspeksi juga apalagi anak bungsu sudah masuk usia remaja.

    Masya Allah ya, Mbak Maya ini inspiratif.

    BalasHapus
  4. Terima kasih sudah berbagi tentang penulis keren dan juga materi perkembangan ansk yg sangat penting ini, mba.. Saya jadi ikug belajar juga..

    BalasHapus
  5. ahhh...saya banyak belajar dari postingan ini. hutang pengasuhan memang nggak main-main ya mbak..itulah mengapa saya merasa nggak mau melewatkan momen yg nantinya di masa dia tumbuh besar ada yg belum tuntas di usia dini.

    BalasHapus
  6. Mendidik anak di masa emasnya itu memang penting sekali ya, Mbak. Sayangnya tidak semua orang tua mengetahui ilmunya, bahkan tau ilmunya belakangan setelah anak sudah besar hehehe, dan akhirnya ada istilah hutang pengasuhan itu ya...

    BalasHapus
  7. Wah, keren sekali ya. Uraiannya detil. Apakah beliau punya latar belakang kependidikan atau psikologi? Saya belum mengenal buku2 beliau karena anak2 saya memang sudah dewasa. Tapi benar apa yg beliau jabarkan, bahwa masa kanak2 itu sangat penting utk landasan jika dewasa kelak.

    BalasHapus
  8. Saya mengucap salut pada orangtua yang bisa mendampingi anak-anak utk home schooling. Pendidikan dan perkembangan usia dini ini sangat penting, tapi juga menyangkut kenyamanan anak. Sy sempat merasakan anak yg 'patah arang' di sekolah saat pendidikan usia dini.
    Kudu membaca bukunya mba Maya juga nih, walau sekarang anaknya sudah remaja.

    BalasHapus
  9. selalu salut dan dua jempol untuk orang tua yang memutuskan untuk home schooling dan ajarin sendiri anaknya. Saya kayaknya gak bakalan bisa kayak gitu, selain ilmu gak cukup, emosi saya juga gampang tersulut kalo anak susah mencerba pelajaran

    BalasHapus
  10. lumayan banyak ya range of issues yang diangkat dalam buku - buku karya bealiau.. perkembangan anak usia dini memang satu isu yang penting untuk kita semua

    BalasHapus
  11. Duh jadi keingetan sama aku dan anakku yang nomor 4 nih. Aku meskipun udah punya 4 anak, dan 2 di antaranya udah pada dewasa, punya anak usia dini rasanya baru lagi. Aku berasa baru punya aja. Jadinya suka bingung. Aspek emosi nih yang kadang suka nyamain dengan kakak-kakaknya. Untung suami suka ngingetin. Makanya anak nomor 4 ini selalu bilang mamah tukang marah2. Pdhl maksud aku tegas. Karena ini dia jadi exciting dengan bulan Ramadhan. Katanya nanti seneng, mamah gak akan marah. Hehehe.

    BalasHapus
  12. Ya Allah aku jadi mengevaluasi diri sendiri jangan2 aku juga ada yang miss ke anak2ku. Memang yang namanya bonding kudu diusahakan ya mbak, salah satunya dengan komunikasi yang berkualitas dengan anak2 kita. Semoga kita semua bisa jd ibu yang baik dan selalu dekat dengan anak2 kita. Jd penasaran sama buku Simong Si Raksasa Laut.

    BalasHapus
  13. Aku baru tahu soal Kelas Kepik ini mba. Teryata memang ya perkembangan anak usia dini benar-benar luar biasa pengawasannya. Area kognitif ini yang seringkali jadi perhatian namun area lain terabaikan

    BalasHapus
  14. Terima kasih sharingnya Mbak. Langsung aku share juga ke suami dan teman2 di grup kecil yang sama-sama punya anak balita. Soal kepenulisan sih Mbak Maya memang nggak diragukan lagi ya. Kami juga pernah ikut Selingkar yang diasuh oleh Mbak Maya. Jadi lebih semangat untuk membacakan buku ke anak2 dan belajar terus sebagai orang tua.

    BalasHapus
  15. senang sekali baca blog post ini, mbak. "investasi" untuk anak memang harus sejak dini ya, mbak. kebetulan anak2ku satu masih balita dan satu udah usia 6 tahun bulan lalu. makasih sudah berbagi ya, mbak. aku malah jadi pingin baca2 bukunya mbak maya.

    BalasHapus
  16. klo anak laki-laki mungkin lebih mudah menangani ya, cmn ya harus tricky soal komunikasi karena anak laki-laki cenderung lebih cuek

    BalasHapus
  17. Lucu yah..
    Aku masih suka sekali membaca buku anak-anak.
    Melihat warna dan ceritanya, aku yakin membuatnya membutuhkan sebuah tim dan kerjasama yang baik.

    Membersamai pertumbuhan anak-anak ini memang luar biasa sekali.
    Investasi masa depan dan kenangan yang akan membentuk karakter.

    BalasHapus