Menjaga Gairah Belajar Anak dengan Metode CEPE (Curious, Explore, Predict and Explain)

 

“Mama garam ini kok asin, terbuat dari apa sih garam?”

“Gula kok rasanya manis, darimana asal gula?”

 

Adalah beberapa pertanyaan yang diajukan oleh anak saya –Luigi- beberapa waktu lalu. Tapi saya jawab sekadarnya, garam dari air laut dan gula dari tebu. Semakin hanya dijawab singkat, semakin ia terus bertanya. Saya pikir toh setelah ini dia sekolah, pasti gurunya akan menjelaskan panjang kali lebar.

 

Ternyata kehadiran Covid-19 membuyarkan semuanya termasuk rencana sekolah TK Luigi. Ia mundur dari sekolahnya. Bagaimanapun kesehatan dan keselamatan anak adalah yang utama. Dan belajar di rumah adalah pilihan terbaik saat ini. Jujur awalnya saja saya bingung, tidak siap, dan mulai mengikuti webinar bertema aktivitas anak usia dini.

 

Hingga saya menyimak live streaming youtube “Sekolah Pening, belajar di Rumah Pusing” bersama Bu Okina Fitriani, Terry Putri dan dr Reisa Brotoasmoro pada (4/6). Webinar tersebut disimpan di IGTV oleh Bu Okina, dan diawal beliau mengingatkan bahwa “Mendidik anak adalah tugas orang tua, sekolah bagus adalah bonus”.

 

Jleb.

 

Saya sudah menyiapkan sekolah TK (yang katanya) terbaik di kota kecil tempat kami tinggal (kabupaten Gresik), tapi lupa bukankah kelak yang akan dimintai pertanggungjawaban bukan sekolah melainkan orangtua. 





Pandemi tidak tahu kapan berakhir, sekolah tak tahu kapan dibuka. Maka, yang perlu diperhatikan selama belajar di rumah adalah menjaga gairah belajar anak. Dalam IGTV tersebut Bu Okina memberikan metode balajar bernama CEPE. Yang ini selaras dengan tujuan pembelajaran jarak jauh ala Kemendikbud yakni memberikan pengalaman belajar yang bermakna.

 

(Baca juga : Fleksibilitas Kurikulum Pembelajaran Jarak Jauh)

 

Apa itu CEPE?

CEPE adalah singkatan dari Curious (rasa ingin tahu), Explore (eksplorasi mencari jawaban), Predict (dugaan, memperkiraan hasil dari eksplorasi), and Explain -based on analysis- (menjelaskan).

 

Apa itu gairah belajar anak?

Gairah adalah keinginan (hasrat, keberanian) yang kuat (KBBI). Sedangkan minat itu kecenderungan hati yang tinggi terhadap sesuatu ; gairah ; keinginan (KBBI). Ijinkan saya menyamakan antara minat dan gairah berdasarkan pengertian diatas.

 

Sehingga anak yang minat/bergairah dalam belajar adalah mereka yang merasa senang tanpa ada paksaan untuk belajar, yang hasilnya bisa berupa perubahan pengetahuan, perilaku atau keterampilan. 

 

Mengapa gairah belajar anak harus terus dijaga?

Dalam bukunya The Secret of Enlightening Parenting, Bu Okina menjelaskan bahwa setiap anak adalah pembelajar tangguh yang pantang menyerah. Ibarat gawai, mereka sudah diinstal olehNya dengan fitrah (potensi) baik salah satunya fitrah belajar hingga piawai. Jadi, fitrah belajar hingga piawai sudah ada sejak anak masih bayi.

 

Di IGTV bu Okina menuturkan, sayangnya potensi belajar ini seringkali mati karena orangtua malah ngomel jika anak eksplorasi. Hal ini karena orangtua tidak aware bahwa ini adalah potensi yang harus dijaga.


(Baca juga : Seni Mengasuh ala Enlightening Parenting)

 

Bagaimana metode CEPE untuk menjaga gairah belajar anak?

Menteri pendidikan memberikan surat edaran bahwa pembelajaran jarak jauh adalah memberikan pengalaman belajar yang bermakna. Tanpa siswa terbebani menuntaskan kurikulum secara menyeluruh.

 

Maka, -menurut bu Okina- ambil saja kurikulum yang utama, untuk diolah dalam CEPE ini. Misalnya anak SD ketika melihat katak, muncul pertanyaan katak dulu waktu kecil seperti apa ya? Apakah seperti katak besar tapi ukurannya kecil?. Hal ini masuk dalam ranah curious.

 

Lalu anak eksplore - mencari di buku atau nonton di youtube apakah benar katak kecil adalah katak besar yang ukurannya kecil. Hingga anak menemukan jawaban ternyata masa kecil katak tidak seperti katak besar.

 

Kemudian mereka predict - berarti ada perubahan bentuk, lalu diamati, misalnya dari katak ditaruh di kolam.

 

Terakhir, anak melaporkan dengan presentasi kepada Ibunya (explain) mengenai penemuannya mengenai bagaimana katak bertumbuh.

 

Inilah proses belajar CEPE. Dengan cara ini gairah belajar anak hidup sekaligus bisa mengikuti target kurikulum.

 

Dengan metode CEPE kita bisa menghidupkan gairah belajar anak meski sekolah di rumah saja. Kita kemas kurikulum dari sekolah secara menarik dengan langkah-langkah CEPE diatas. Teknisnya ibarat anak melakukan riset secara sederhana.

 

Proses belajar ini penting karena dalam pendidikan sejak SD hingga S3 yang dibutuhkan adalah 4 kemampuan belajar CEPE diatas. Misalnya ada sebuah masalah yang kita sebut latar belakang (curiosity), lalu kita eksplore kita cari teorinya seperti apa, kita bandingkan, kemudian kita lakukan prediksi atau namanya hipotesis (kayaknya ini jawabannya ini deh). Terakhir kita analisa, dan jawaban yang dihasilkan kita presentasikan.

 

Dalam refresh ilmu alumni Enlightening Parenting, Bu Okina menuturkan bahwa rasa ingin tahu anak adalah hal yang natural, menjadi modal belajar manusia. Dengan rasa ingin tahu ia akan explore disekitarnya. Tinggal orang tua menangkap moment, dipupuk hingga menjadi keahlian. 


Jika anak tidak ada tanda-tanda CEPE kemungkinan ada yang terbunuh, entah C (curiosity)-nya, E (exploration)-nya, P (prediction)-nya atau Explain-nya. Bagaimana caranya jika sudah pupus? kita panggilkan dewa 19 aja. Eh salah :p

Maksudnya kita hidupkan lagi.

 

Mba Elfira dalam presentasinya pada refresh ilmu juga mengatakan bahwa Rasa ingin tahu anak tidak selalu harus hal-hal besar, dan berhubungan dengan akademis. Terkadang bisa datang dari pertanyaan atau pengamatan anak. Bahkan tidak selalu berasal dari anak, tapi kita yang memancing pertanyaan.

 

Eksplorasi tidak harus mencari di buku atau google. Tergantung konteks, misalnya bisa bertanya pada yang ahli.

 

Untuk predict, belum tentu anak dapat langsung memprediksi, dan tidak harus dalam satu waktu bisa prediksi.

 

Explain teknisnya bisa dengan anak yang bercerita, bisa presentasi atau bentuk lainnya yang penting maksudnya adalah ia menjelaskan kepada orang tua.

 

Pengalaman menerapkan CEPE pada Luigi

Penjelasan Bu Okina diatas menjadi bekal saya dalam menjawab pertanyaan Luigi yang belum selesai. Keingintahuannya adalah bagaimana cara membuat garam? Ini saya jadikan curoisity.

 

Sebelumnya pernah saya jawab singkat bahwa garam dari air laut. Dia malah bingung kok bisa garam terbuat dari air.

 

Langkah-langkah untuk mendapat jawaban adalah kita sama-sama cari tahu di youtube.

Kami melihat proses pembuatan garam oleh petambak garam Madura yang memang dikenal sebagai Pulau Garam. Mereka menggunakan air laut untuk membuat garam.

Ini saya sebut Luigi sedang tahap eksplore

 

Kemudian ia mendapat jawaban bahwa air laut dipanaskan, lalu menguap karena sinar matahari akan menjadi garam. Luigi menyimpulkan berarti air laut jika dipanaskan dibawah sinar matahari menjadi garam yang asin karena air laut asin. *Kebetulan dia sering incip air laut ketika kami main di pantai.

 

Luigi cicip air laut di pantai Delegan, Kabupaten Gresik


Kemudian Luigi tanya, berarti air lautnya dibawa ke tambak? Pakai apa ya? Eh iyaya, saya sebagai Mama juga kepo, dibawa pakai apa ya air lautnya. Padahal tambak seluas itu. Pakai galon? Pakai jirigen? Pakai apa ya?

 

Dari sini saya sebut Luigi tahap predict, memperkirakan bahwa air lautnya diangkut dan digerojok ke petak-petak tambak.

 

Untuk mendapat jawaban, siang itu Luigi saya bawa langsung ke tambak garam di sekitar Gelora Bung Tomo (GBT) Surabaya pada hari Kamis, 15 Oktober 2020. Ah jadi kangen nonton Persebaya, sementara Liga 1 masih belum diijinkan berkompetisi karena pandemi. Hiks -.-

 

(Baca juga : Terjebak di Tribun Utara Gelora Bung Tomo (GBT) Surabaya)

 

Ok kembali ke garam.

 

Kami mencari tambak yang sudah mulai panen dan cari petani garam yang bisa ditanya mengenai proses pembuatan garam hingga panen. Saya amati dari kejauhan ada rumah kecil di tengah lahan tambak dan disebelahnya ada gunungan garam yang belum dikemas karung.

 

Melewati jalan setapak diantara petak tambak, kami berjalan pelan menuju kesana. Bertemu dengan seorang Ibu yang menjaga 2 anaknya dipinggir tambak. Beliau memperbolehkan kami jalan-jalan di sekitar tambak.

 








 


Darisana kami mengamati dengan berjalan di setiap petak tambak dan mengamati kincir angin. Hingga akhirnya kami menemukan jawaban dari sang Ibu tadi, bahwa bahan baku air di setiap petak lahan tambak bukan dari air laut melainkan dari air sungai yang dialirkan pelan-pelan dari kincir angin.

 

Air yang dialirkan berasal dari Sungai Bengawan Solo yang memang ada jalurnya dekat tambak (perbatasan Gresik – Surabaya). Air sungai itulah yang dipanaskan berhari-hari, menguap, hingga menyisakan kristal-kristal asin yang disebut garam.

 

Setelah sebelumnya melakukan prediksi bawah air tambak adalah air laut, maka dari penjelasan Ibu tersebut kami jadi tahu bahwa air sungai juga bisa dipakai untuk membuat garam.

 

Ini sungguh saya juga baru tahu -.- dulu waktu SD ngantuk pas pelajaran ini, Errrr -.-





















Akhirnya kami menyimpulkan - berarti tidak hanya air laut yang asin, air sungai juga asin. Air sungai juga bisa dibuat menjadi garam. Dan ada perubahan bentuk ketika air sungai dipanaskan, lalu menguap dan menjadi garam.

 

Sesampainya di rumah kami mencari tahu jawaban kenapa air sungai rasanya juga asin. Kami mencari jawaban di kanal youtube Kok Bisa dengan judul Kenapa Air Laut Rasanya Asin?

 

Inilah petikan jawaban dari kanal youtube dengan 1 juta subscriber tersebut :

“Awalnya karena hujan, airnya yang jatuh menghantam berbagai jenis batuan, hingga mengikis batuan di daratan kemudian membawa garam dan mineral dalam batu-batuan tersebut bersamanya. Air hujan kemudian pergi ke sungai membawa garam dan mineral dari batu. Setelah berkelana jauh garam dan mineral lainnya sampai ke tujuan akhirnya yaitu laut. Garam dan mineral akhirnya berkumpul di lautan. Ketika air laut menguap untuk membentuk awan garam di laut tetap ada laut.”

 

Darisini kami mendapat jawaban bahwa hujan mencuci batuan yang mengandung garam di daratan, lalu mengalirkan ke sungai kemudian terus mengalir ke laut. Oleh karena itu, air sungai juga bisa diolah menjadi garam

 

Esoknya Luigi saya suruh menjelaskan (explain) kepada Ayahnya mengenai bagaimana proses air sungai menjadi garam. Saya nyimak sambil mata berbinar.

 

Dari proses CEPE ini ada pembelajaran yang pasti didapat, seperti :

Literasi : saat bertanya selama di tambak garam dan ketika menjelaskan ke Ayahnya

Matematika : saat menghitung jumlah karung garam

Sains : perubahan bentuk dari air yang menguap menjadi butiran garam (water cycle)

 

Beberapa malam selanjutnya (karena ini lupa di bahas) kami mensyukuri bersama karena bisa jalan-jalan ke tambak garam.

M : Luigi ingat gak, yang kita ke tambak garam?

L : ingat Ma, panas

M : Haha. Alhamdulillah panas dek, jadi petani garamnya nggak susah. Kalo nggak ada sinar matahari malah entar airnya nggak bisa jadi garam. Alhamdulillah kemarin adek bisa ngitung jumlah karungnya, Lui disana juga banyak tanya sama Mama dan Ayah, dan Alhamdulillah adek semangat pas jelasin ke Ayah. Mama seneng banget.

L&M : (berpelukan)

M : Alhamdulillah Luigi dan Mama bisa jalan-jalan ke tambak garam, terus kita belajar cara membuat garam. Dulu Mama dan Luigi nggak tahu bagaimana cara bikin garam, sekarang jadi tahu. Enak banget ya Lui, kalo kita belajar dan punya ilmu.


Sehingga, itulah gambaran proses pengalaman Luigi menerapkan CEPE untuk mendapat jawaban bagaimana cara membuat garam.


(Baca juga : Mengatasi Anak yang Takut Eskalator)




 

Tips menerapkan CEPE pada Anak Usia Dini

Bertanya adalah modal belajar sepanjang hayat dan mencari jawaban dengan cara yang fun akan membuat anak terus mencari tahu. Maka, jawab pertanyaan anak dengan bahasa yang mudah dipahami menyesuaikan usianya.

 

Tidak pernah ada pertanyaan atau pernyataan anak yang sepele. Kita harus terima rasa ingin tahunya. Jangan pernah mengatakan hal yang seakan meremehkan misalnya “kamu masih kecil” atau “tanya mulu sih”. Karena membuat rasa ingin tahunya mati.

 

Justru kita harusnya bahagia anak yang banyak tanya. Apalagi anak usia dini adalah masa golden ages, masa yang tak akan terulang, dimana otaknya berkembang sangat cepat.

 

Bila perlu, cari tahu jawaban bersama-sama. Jika orangtua tidak tahu jawabannya, beri anak pengertian untuk memberi waktu ayah bunda menjawab secara tepat. Jujurlah jika memang masih belum tahu. Kita jangan memberi jawaban “asal jawab” karena takutnya nanti berbohong. Misalnya anak tanya kenapa ya langit warnanya biru? Kita jawab karena pantulan dari laut yang juga warna biru. Padahal itu keliru.  


Teruslah seeding value nikmatnya belajar dan punya ilmu, agar ia selalu belajar semangat, belajar dengan binar bahagia.   


Menurut Bu Okina anak yang terus digairahkan belajarnya dengan CEPE, kelak tidak akan kesulitan dalam mengambil keputusan dan bisa menghadapi segala tantangan. Hal ini karena kemampuan prediksi dan analisa resikonya terasah.


Baca juga : (Mengenal Metode Montessori)


Kesimpulan

Tak perlu pusing dengan belajar di rumah, toh pemerintah juga tak mengharuskan menuntaskan semua kurikulum. Tak perlu bingung dengan proses pembelajaran selama pandemi karena kita bisa melakukan proses belajar dengen CEPE (Curious, Explore, Predict and Explain).

 

Dengan menjawab keingintahuannya (curious), memberinya kesempatan untuk eksplore, kemudian biarkan anak memprediksi hasil eksplorasinya, dan mencoba menjawabnya dengan riset sederhana. Dan kita dorong anak untuk menjelaskan hasil belajarnya kepada penghuni rumah.

 

Yang penting, CEPE dilakukan dalam koridor yang menyenangkan, tidak kaku dalam prosesnya dan bahagia bersama orang tua.

 

Dengan cara ini pengalaman belajar menjadi asyik, menjadi fun, dan tentunya bermakna seperti pesan mas Menteri Pendidikan.

 

Yuk, lakukan CEPE di rumah, agar gairah belajar anak tetap membara. Lakukan dari hal yang sederhana, hingga kelak ia bisa menjawab tantangan dunia.

 

 

“Education is a natural process carried out by the child and is not acquired by listening to words but by experiences in the environment.” (Maria Montessori)

 

 

 

Referensi :

IGTV @Okina Fitriani 5 Juni 2020 https://www.instagram.com/p/CBCTeiQAG5q/

Okina Fitriani dkk, The Secret of Enlightening Parenting, (Jakarta : PT Serambi Ilmu Semesta), 2017

Menghidupkan Gairah Belajar Anak oleh Elfira Mahda dalam Malam Minggu Refresh Ilmu Alumni Enlightening Parenting melalui zoom meeting 17 Oktober 2020 

Kanal Youtube "Kok Bisa" Mengapa Air Laut Rasanya Asin? 23 September 2015 https://www.youtube.com/watch?v=XuequhjXWrc&t=1s

36 komentar

  1. Thankiss mbak septi share ilmunya. Aku itu kadang kalau anak mulai bertanya, ku masih pake media youtube ni mbak, belum eksplore langsung.

    BalasHapus
  2. Seneng nih kalo punya ibu inspiratif kaya Mba Septi.

    BalasHapus
  3. Seneng nih kalo punya ibu inspiratif kaya Mba Septi.

    BalasHapus
    Balasan
    1. aku juga seneng entar bakal sebuku sama mba Nana di project buku Dieng sama tim Kemendikbud. Ya ampun mimpi aku bakal jadi penulis buku, sama ibu guru blogger satu ini pula :D

      Hapus
  4. Baca topik parenting jadi merasa berdosa ke anak anak
    Karena ngga maksimal menerapkan CEPE, ngga sabar dst

    BalasHapus
    Balasan
    1. yang penting sekarang ambu sudah sabar dan sangat bijaksana, kelihatan dari tulisan2nya :)

      Hapus
  5. Metode cepe ini juga bisa diterapkan ke semua usia ya, mak? Soalnya bagus banget buat yang pengen mempelajari sesuatu lagi. Biar tau langkah awalnya gitu.

    BalasHapus
    Balasan
    1. ini kayak belajar cara belajar mba, jadi bisa dilakukan segala usia, tinggal kontennya aja yang diubah2 :)

      Hapus
  6. DAEBAAAKKK tenan kamu sist!
    Waahh aku salut ama ibu2 yg antusias dan passionate banget menerapkan ilmu ke anak.
    Bismillah, semoga aku bisa ikuti jejakmu ya!

    BalasHapus
    Balasan
    1. anggap aku ngisi diary mba, hehe, daripada fotonya ilang sekalian aja diceritakan :D aih aku juga selalu salut sama mba Nurul loh, kapan kita meet up yak, kangen :D

      Hapus
  7. Wah aku baru denger mba metode CEPE. Tapi pas baca pengertiannya konsepnya kurang lebih sama dengan metode yang lain ya. Yaitu sama-sama caranya menyenangkan untuk anak 😍. Aku ikut seneng sekarang semakin banyak seminar online tentang parenting ini. Jadi bikin kita nggak terlalu gamang ya dan ngerasa ada temen bareng-bareng belajarnya 😍

    BalasHapus
    Balasan
    1. kalo belajar nggak menyenangkan nanti anaknya kabur mba, hihi. Cukup pandemi aja yang kita harapkan segera kabur :D

      Hapus
  8. Ya ampun aku jg baru tau mbak kalo air sungai jg bisa m dijadikan bahan utk pembuatan garam.

    Eksplorasi mba nih mantep banget sampe beneran lgsg ke tambaknya. Perlu saya tiru nih. Selama ini masih mengeksplor ya lewat YouTube tp kurang komprehensif juga. Thanks berat buat sharing ilmunya mbak

    BalasHapus
  9. Bahasan yang menarik, Anggi. Jadi pengen ikut bahasan seperti ini. Anakku udah ABG, tentu dengan permasalahannya juga. Kadang2 kangen anak-anak masih kecil dan kepoan kayak Luigi deh.

    BalasHapus
    Balasan
    1. wah asiknya aku dipanggil Anggi :D Iya anak-anak itu emang alamiahnya kepo, jadi kita kudu menjawab setiap keponya ya teh hihi

      Hapus
  10. Anak-anak sering banget mudah bosan dalam belajar dan dengan adanya metoda menarik dalam belajar tentu membuat mereka ingin terus melakukannya ya mba. Saya pun punya murid yang mudah sekali bosan dan pernah juga lakukan metode belajar dengan cara mengeksplorasi lingkungan sekitar dan membuat rasa ingin tahu mereka bisa dikeluarkan dari hal-hal yang dilihat mereka.

    BalasHapus
    Balasan
    1. iya nih kalo anak diajak eksplore jadi pembelajaran lebih menarik ya mba, karena belajar gak melulu dari teks :)

      Hapus
  11. Baru tau nih, istilah CEPE. anak2 pasti makin bergairah ya, belajarnya.

    BalasHapus
    Balasan
    1. emaknya juga kudu bergairah dalam menjawab keingintahuan anak :)

      Hapus
  12. Nice nih pake metode belajar CEPE, bagus buat menaikkan semangat anak-anak untuk belajar yaa, cobain ah praktekkin

    BalasHapus
  13. garis bawahi banget itu pernyataan di atas, TIDAK ADA PERTANYAAN ANAK YANG SEPELE!

    Aku juga termasuk ortu yang seneng menjawab pertanyaan anak dengan bahasan laiknya kepada dewasa tapi dengan cara anak anak mencerna, wah ribet nih ..

    maksudnya aku selalu berusaha menjelaskan ke anak anak tapi tidak menganggap mereka "anak kecil" tapi manusia yang akan dewasa

    BalasHapus
    Balasan
    1. iya mba, kalo dijawab ala orang dewasa yang ada dia pusing :p

      Hapus
  14. Alhamdulillah ketemu artikel ini..bener banget menjaga gairah belajar penting... juga konsistensi gairah kita mengajar ya mba.. btw ada kah link yutub nya mba? yang live streaming

    BalasHapus
    Balasan
    1. coba mba buka kanal yutub SheandShe linknya https://www.youtube.com/watch?v=g997CAQmI5c (link gak bisa hidup ya kayaknya), atau ketik aja Wanita Punya Cerita, judul yutubnya NGOBROL BARENG DR REISA BROTO ASMORO - JUBIR BARU GUGUS TUGAS COVID-19 DAN OKINA FITRIANI. Sekolah pening, Belajar di rumah pusing.

      Hapus
  15. Menjadi guru sesungguhnya membuat kita menjadi murid. Kita harus nambah ilmunya, pengetahuannya dan kebisaannya sebelum mengjarkan sesuatu kepada anak.

    Saya setuju dengan semboyan bahwa mengajar sejatinya adalah tugas orangtua, pendidikan yg didapat dari sekolah yg bagus adalah bonus.

    Teknik CEPE membuat anak mengikuti proses belajar. Sementara hasilnya adalah bukan hanya ilmu. Tapi juga pemahaman akan sesuatu yg baru

    BalasHapus
    Balasan
    1. iya nih CEPE bikin pemahaman anak2 jadi makin nanceup hehe

      Hapus
  16. Nice share nih Mba Anggraeni... CEPE ya... Anak² emang hrs belajar keluar dari buku teks pelajarannya seperti yg disampaikan Maria Montessori di atas

    BalasHapus
  17. Anak-anak dimasa yang akan datang kualitasnya bisa bagus-bagus ni kalau kaya gini, selain cerdas juga dekat sama ibunya. Materi pembelajaran anak fkip kedepannya harus banyak upgrade nih kalau kelas2 webinar yang diambil orang tua udah kece-kece gini, jadi bisa ngimbangin kemampuan pendampingan belajar si emak dirumahnya ya mbak, betewe makasih infonya mbak.ku keep buat referensi kedepan.

    BalasHapus
  18. Dalam menerapkan pola belajar dari rumah, mesti ada sikap yang komunikatif antara orang tua dan anak. Dan setidaknya orang tua mesti memahami bagaimana tipe belajar yang tepat bagi anak sehingga dapat menyesuaikan cara dan alat yang diperlukan

    BalasHapus
  19. Luigi: Ingat, Ma.. panas.

    Hahaha aku auto teringat Babybear waktu kuajak lihat air terjun. Yang teringat malah suara tongeret drpd air terjunnya.

    Itu lah anak ya, sejatinya mereka kadang mengamati hal lain juga.

    BalasHapus
  20. Metode belajar yang sangat bagus, ini. Saya baru tahu lho. Dan saya suka konsep belajarnya. Langsung ke alam atau ke sumber ilmu.

    BalasHapus
  21. wah keren ini ya, dan saya mah sdh terlambat ya wong anakku sdh pada dewasa semua

    BalasHapus
  22. Nah,, itu yg aku pikirkan selama ini, walaupun aku belum punya anak, aku selalu mikir, mendidik anak adalah tugas orangtua. Gimana dia dididik di rumah, akan tercermin di luar. Sekolah adalah tambahan.

    BalasHapus