Kemenangan Kompetisi Blog Membawaku Diundang Menteri Pendidikan


Halo apa kabar blogku? Kosong melompong yak, huhu. Emang November kayaknya aku sok sibuk. Mulai dari persiapan keberangkatan ke Jakarta, ke Jakarta 3 hari sampe lanjut training Transforming Behaviour Skill by Okina Fitriani 3 hari juga. Belum lagi ngintipin kok banyak lomba blog ya bulan ini. Rasanya pengen ikut semua, haha. Tapi apalah daya, tangan cuma dua jadi dikerjakan yang prioritas dulu. Kemaruk ah lu. Biarin napa? :p

By the way aku tuh pengen banget cerita proses aku bisa ke diundang Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia alias Kemendikbud. Gak tanggung-tanggung guys, undangannya resmi dari Menteri Pendidikan loh. 

Siapa lagi kalo bukan menteri yang lagi jadi sorotan se Indonesia Raya, Mas Nadiem Makarim. Aku, si ibu rumah tangga, mama Luigi yang hobby ngemall sampe bisa diundangan pembantu presiden yang lagi hits gegara menjadi menteri termuda di kabinet pak Jokowi.

Bahagia membuncah memegang buku antologi pertamaku, karya pemenang lomba jurnalistik, blog dan vlog Pendidikan Keluarga 2019

Cerita ini bermula ketika ada info berseliweran di media sosial mengenai lomba blog Pendidikan Keluarga. Tepatnya 20 April 2019, aku skrinsut info tersebut dan aku simpan rapat. Bulan Ramadhan aku buka lagi ponsel dan mengintip deadline lomba tertulis 30 September 2019. “Wah masih lama” gumamku dalam hati. Aku tertarik dengan temanya yakni “Peran Keluarga dan Masyarakat dalam Membudayakan Literasi”. 


Motivasi saat itu adalah karena ingin mencoba tantangan yang lebih, yakni ikut lomba tingkat nasional. Ini sesuai dengan target dalam TBS tahun 2018, bahwa salah satu option goal yang aku buat adalah mengikuti lomba tingkat kota dan nasional. Lomba tingkat kota sudah aku coba (meski kalah huehe), dan inilah gilirannya, merambah ke tingkat nasional (yang diikuti bloger 34 propinsi). Sekilas pemahaman di otakku, literasi adalah kemampuan membaca dan menulis. Hanya itu.

Aku membeli buku tentang literasi keluarga di Gramedia Tunjungan Plaza, aku kumpulkan semua. Aku baca poin-poin penting dalam outline buku mereka, namun tak ada yang sesuai dengan harapanku. Aku simpan rapat-rapat di lemari dan gak aku buka lagi. 

Lalu aku ingat-ingat lagi training Baca Tulis Metode Montessori yang pernah aku ikuti. Di forum itu, Montessorian bernama Vidya memberi tahu bahwa kemampuan pra membaca dan pra menulis itu yang lebih penting sebelum anak dikenalkan huruf abjad dan melafalkan kata/kalimat.

Ting...
Ide datang ...

Ngobrol!!! Bukankah aku suka ngobrol dengan anakku Luigi? Bukankah aku suka membahas apapun dengannya yang mulai cerewet? Apakah ini tidak bisa dijadikan bahan tulisan? Taraaaaa akhirnya terfikir judul Membiasakan Ngobrol sebagai Aktivitas Pra Membaca Anak Usia Dini. Karena selama ini Luigi aku kenalin huruf untuk proses membaca adalah dengan banyak ngobrol ngalor ngidul. Eeeeetapi kok ngobrol sih? Buka lagi KBBI. Berakhir dengan kata ngobrol diganti berbincang. 


Konsep tulisan aku garap bulan Agustus. Lalu aku lupakan lagi karena mikirnya “khan deadline masih lama” haha. Dasar aku nih pejuang deadline huhu. Barulah ketika ada moment One Day One Post dari satu komunitas blogging, konsep itu aku lanjutkan. Kemudian Jumat 13 September aku publish tulisan tanpa foto (supaya ODOPnya gak ada yang bolong wkwk). 

Membaca lagi judulnya, kok aneh sih. Khan temanya peran keluarga dan masyarakat, kalo tulisanku khan cuma peran Mama alias akyuuuuu sendiri. Narsis bener lah gue!!! Lah mana peran masyarakatnya? Auh ah, gelap.

Lalu berseliweran postingan teman-teman di Facebook mengenai tulisan lomba. Waw tulisannya bagus banget, buanyak dan detail. Dijabarkan apa itu literasi, bla bla... Keren dagh pokoknya. Lalu menengok tulisanku lagi? Cuma 1000an kata. Singkat euyyy

Seketika menyusut semangat ini. Tapi aku ingat pesan suamiku, selama masih ada kesempatan mencoba pasti ada peluang berhasil. Karena tanpa mencoba, peluangnya hanya gagal.

Trus cek lagi goalnya apa? Menang? Kalo tujuannya menang ya siap-siap aja frustasi. Karena menang kendalinya di orang lain alias juri. Aku ganti goalnya dengan : Septi ikut lomba, berpartisipasi, dan menggenapkan ODOP (meski akhirnya ODOP gagal juga hiks), hati jadi lebih tenang. 

Tanggal 30 September di siang yang panas, aku submit link blog ke panitia Kemendikbud. Mepet banget khan sis? Deadline tanggal 30, eee ngumpulin juga tanggal 30. Toyor pala sendiri. Toeng

Aku ini khan orangnya suka pamer tulisan *eaaa (cem manalah kalo nulis gak ada yang baca, haha). Namun khusus untuk lomba Kemendikbud ini aku gak share dimanapun guys. Asli!!! Aku gak pede huhu. Minimal kalo kalah, gak malu-maluin aja lah wkwk. Lalu melupakan lomba itu. Gak ada yang bisa diharapkan.

Hingga akhirnya hitungan 25 kalender bulan Oktober jam 7.20 WIB, mas Belalang Cerewet bloger  Lamongan kasih link di sebuah WA. “Cieee. Selamat. Alhamdulillah. Keren (emoticon tepuk tangan)”. Deg. Hatiku gak karuan. Kubuka link yang dimaksud. 

Dan ternyata namaku menjadi salah satu nominasi pemenang lomba blog Pendidikan Keluarga. Tertulis Septia Wahyu Anggraeni menjadi Top 10 Indonesia lomba yang diadakan Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan dan diikuti bloger se-Nusantara.  

Info dari ms Rudi Belalang

Pagi itu, berderet pesan singkat padaku, info di grup dan hujan ucapan selamat dari teman-teman sesama bloger. Tanganku gemetar. Ponselku hampir jatuh. MashaAllah. 

Bahkan yang lebih haru lagi, mba Nurul Rahmawati salah seorang bloger Surabaya ngasih ucapan selamat di Instagram Storynya. Mba Nurul tag namaku dan mba Dian yang juga masuk nominasi. Alhamdulilah puji syukur atas kebahagian pagi itu.

Igs mba Nurul

Bapak Ibuku sampe bingung sama tingkahku. Ketika mereka aku kasih tahu, meraka juga gak ngerti. Bahkan Bapak bilang “emang itu infonya resmi ya?”. Haha Bapak oh Bapak. Biarlah kebahagiaan ini memang aku peluk sendiri dulu, sebelum cerita ke orang lain malah menjadi misscom, betul apa betul?

Siang itu juga, aku dimasukkan dalam WAG lomba jurnalistik, blog dan vlog bersama para nominasi pemenang se-Indonesia. Totalnya ada 40 orang yang terdiri dari berbagai profesi. Di WAG itu juga diberi tahu bahwa kami akan berangkat ke Jakarta tanggal 5-7 November 2019. 

Apa cobak pertanyaanku di grup “Btw, berangkat ke Jakarta dibayarin panitia khan ya?” (emoticon dua jari damai). Sungguh pertanyaan konyol wkwk. Biarin !!!

Tanggal 29 Oktober diedarkan undangan resmi dari Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan, Direktorat Jenderal Pendidikan Anak Usia Dini, dan Pendidikan Masyarakat untuk semua nominasi. Tanggal 5-7 November kami akan menginap di Hotel Menara Peninsula. 

Dilanjutkan menghadiri acara puncak penyerahan penghargaan Apresiasi PAUD dan Pendidikan Keluarga tanggal 6 November 2019 di Nusa Indah Theater, Balai Kartini, Jakarta Selatan.

undangan dari Mas Menteri Pendidikan ditujukan buat aku :')

MashaAllah, tak henti mulut ini berucap Hamdalah. Jakarta menari dipelupuk mataku. Ada rasa haru bahwa dengan caraNya, Allah membawaku lagi ke Jakarta. Janjiku satu : khan kutuntaskan rinduku pada ibukota yang pernah menempaku dulu.

Tanggal 30 Oktober, sebagian foto edaran itu aku share di facebook dengan caption “Tuhan memeluk segala mimpi. Aku akan ke Jakarta bulan depan (emoticon nangis)”. Tak disangka hujan ucapan datang lagi bahkan beberapa komentar banyak yang bernada ikut bahagia. Ya allah aku merasa dicintai oleh banyak orang. Terimakasih banyak teman-teman. Sungguh aku terharu atas ini semua.

Hujan doa dalam postingan ini :')

Tak lama setelah itu, sahabatku yang sekarang jauh di Sleman, mengirim hadiah kerudung cantik buatku. Terimakasih banyak Firda, semoga kita ketemu lagi ya. Aku suka banget sama jilbabnya :)

Disuruh pakek saat kerja liputan bloger katanya :)

Ternyata semesta menyertai langkahku. Sebelum info kemenangan lomba Kemendikbud, aku kalah lomba blog yang diadakan pemerintah kota Surabaya. Lalu mba Fira nawarin “apa masih berminat ikutan kelas TBS?” (karena sebelumnya aku ngantri seat in alumni katanya udah penuh), dan ternyata ada yang mundur. 

Sehingga setelah dari Jakarta, esoknya tanggal 8-10 November aku bisa ikut kelas training TBS bu Okina Fitriani. Artinya apa? inilah rejeki bertubi-tubi dari Allah yang dikasih ke aku.

Diberinya aku segala kenikmatan ini pasti ada satu tujuan. Kugali hikmah semua kejadian yang baru menyergapku, dan kucoba rangkai dalam deretan kalimat pada tulisan setelah ini. InsyaAllah akan ada cerita lanjutannya, terutama perjalanan keberangkatan, sampai tiba di Ibukota.

ya ke Jakarta menang lomba, ya belajar sama bu Okina Fitriani lagi di training Transforming Behaviour Skill esoknya :) Dikasih ucapan selamat bu Okina pula :')

Terimakasih sudah membacanya, semoga turut bahagia seperti aku yang masih bahagia. 


1 komentar