Benteng Kedung Cowek, Pelindung Kota Dalam Hening


Dibawah langit biru dengan gumpalan awan putih, suara air laut yang tenang, senyap. Debur ombak membungkus bibir pantai terdengar syahdu. Angin bertiup lembut, tidak dingin, hanya terasa hangat dari udara lautan. Aku berdiri di sisi timur Jembatan Suramadu.

Siapa sangka, dibelakang tempat aku berfoto merupakan bangunan bersejarah. Bangunan kokoh yang terlilit banyak tumbuhan liar. Ditempat itulah terdapat sebuah benteng yang disebut banyak orang dengan nama Benteng Kedung Cowek. 

Foto oleh : Rachmad Juliantono


Awal mula perjalanan
Ketika seorang menjanjikan padaku mengajak ke Benteng Kedung Cowek, tanpa berfikir panjang aku mengangguk dan tersenyum. Entah apa yang menyebabkan aku begitu menyukai segala hal berbau sejarah bangunan kuno terutama di Surabaya. Nama benteng Kedung Cowek ini agak asing di generasi Surabaya hari ini, termasuk aku.

Setelah membelah perkampungan nelayan, dengan bau amis ikan yang dijemur, melewati sebuah makam, melajukan motor pada jalan setapak, barulah sampai pada benteng yang dimaksud.

Ketika sampai, aku gak “ngeh” kalo itu sebuah benteng dengan kisah sejarah heroik didalamnya. Mungkin malah terkesan bangunan tua yang belum jadi. Lebih tepatnya bangunan liar yang sebagian tertutup tanaman. Padahal inilah sisa-sisa peninggalan Belanda sebagai pelindung Surabaya dengan panjang lebih kurang 1,2 km.

Benteng ini terdiri dari banyak bangunan. Tak semua bangunan aku singgahi. Hanya dua bangunan saja yang sempat saya jelajahi. Itupun sudah bikin bulu kuduk merinding.

Lubang intai musuh. Foto oleh : Rachmad Juliantono


Sejarah Benteng Kedung Cowek
Belanda membangun rangkaian perbentengan setidaknya sebanyak 11 benteng sepanjang pantai sisi Surabaya dan Madura salah satunya Benteng Kedung Cowek. Tujuannya adalah melindungi aset penting kota Surabaya sebagai pelabuhan dan pangkalan Angkatan Laut.

Ketika Gubernur jenderal H.W Daendels (1808-1811) dikirimkan ke Hindia Belanda pada tahun 1907, ia bertindak sebagai kepanjangan tangan dari kekuasaan Napoleon Bonaparte. Daendels diserahi tugas utama untuk melindungi pulau Jawa dari serangan tentara Inggris, sebab Jawa adalah satu-satunya daerah koloni Belanda-Perancis yang belum jauh ke tangan Inggris. Daendels memiliki visi seperti penguasa-penguasa Jawa sebelumnya, yaitu Surabaya harus dipertahankan dan dikembangkan menurut potensi pentingnya sebagai kota pelabuhan modern dan pengkalan angkatan laut.

Dibangunlah dinding pertahanan kota dan selesai pada tahun 1845, namun dihancurkan total pada tahun 1880. Hal ini dikarenakan teknologi perang telah berkembang pesat, dan dinding pertahanan kota sudah tidak efektif. Pembangunan kota Surabaya terus berlanjut dengan pesat. Pada tahun 1920-an, pelabuhan modern Tanjung Perak mulai dibangun di sisi barat Kalimas.

sumber gambar : darisini
Inilah mimpi awal Daendels, membangun sebuah kota Eropa yang maju dengan pelabuhan besar dimana para pelaut Eropa dapat mengangkut hasil bumi Nusantara dan mendapatkan keuntungan besar serta terasa bagai tinggal di tanah air sendiri.

Diawal tahun 1900-an sistem pertahanan kota kembali diperbaharui sesuai dengan jamannya. Surabaya sudah tidak lagi menggunakan sistem pertahanan dinding kota yang mengelilingi titik vital. Sistem pertahanannya kemudian diubah menjadi sistem pertahanan yang memanjang mengikuti garis pantai untuk menyesuaikan pola morfologi Surabaya sebagai kota pelabuhan. Salah satunya dibangun benteng disepanjang jalur masuk pada sisi kota Surabaya. Salah satunya Benteng Kedung Cowek.

sumber gambar : darisini
Benteng ini direncanakan dibangun pada tahun 1900. Setelah dikuasai Belanda benteng beralih ke tangan Jepang. Kemudian jatuh ke tangan pejuang Indonesia yang menamakan dirinya Batalion Sriwijaya. Dari benteng ini pejuang berhasil menembak jatuh pesawat Brigjen Guy Loder Symonds. Pesawat yang memonitor jalannya pertempuran 10 November 1945 dari udara. Dan Guy Loder adalah pimpinan Inggris yang tewas ditangan pejuang Indonesia selain Mallaby.

Dari sumber yang aku baca, ada 200an pejuang Indonesia yang meninggal di benteng dan tanpa sempat dievakuasi. Dan benteng Kedung Cowek berhasil diduduki Inggris pada 27 November 1945.

Penjelajahan
Saat memasuki area benteng, aku tertegun dan menghela napas panjang. Banyak sekali vegetasi liar yang menutupi benteng. Sungguh jika tak memahami sejarahnya, mungkin aku takkan tertarik berada ditempat ini. Tak ada penanda apapun mengenai sejarah perbentengan. Tak ada patokan atau tetenger ala kadarnya disekitar benteng. Hanya suara burung berkicau yang ada, selebihnya hening.

Foto oleh : Rachmad Juliantono

Aku dan seorang kawan berhenti pada sebuah bastion dengan anak tangga yang tak terlalu tinggi. Dinding benteng sudah tercoret entah oleh tangan jahil siapa. Meski sedikit takut, namun kucoba menaiki setiap anak tangga yang ada. Tak ada barang peninggalan apapun.

Yang ada, kulihat pemandangan yang sungguh indah dari atas. Pantai yang tenang dan megahnya jembatan Suramadu dari kejauhan. Udarapun tak panas, karena banyak pepohonan tinggi yang ada diantara benteng ini.

Foto oleh : Rachmad Juliantono

Tak banyak yang kutahu tentang bastion tersebut, namun didalam otakku sedikit menari-menari memikirkan sesuatu. Betapa Belanda sungguh revolusioner dalam hal strategi. Membangun benteng kokoh di pinggir laut dan bangunan tersebut tak runtuh meski berusia puluhan tahun. Bahkan ketika dihantam dengan ledakan dahsyat meriam kapal perang saat Inggris datang. Lamunanku terhenti saat kawan mengambil gambarku.

Lalu kami turun, dan maju melanjutkan penjelajahan di bastion selanjutnya. Suasana tetap sunyi. Dilokasi ini lebih banyak tanaman liar dan sedikit “seram” menurutku. Terdiri dari tangga-tangga, bastion ini lebih besar dari yang sebelumnya. Dari buku yang aku baca, tangga inilah menuju salah satu sarang meriam.

Sarang meriam. Foto oleh : Rachmad Juliantono

Dan keheningan itu akhirnya sirna ketika mengetahui beberapa muda mudi berlenggak lenggok sambil tersenyum ke arah fotografer. Mereka tertawa, fokus, lalu kembali tertawa. Ternyata mereka sekawanan tim yang melakukan sesi foto “prewedding”. Uh, niat bener foto di semak-semak dan bangunan sepi kayak gini batinku. Namun kalimat ini tak sempat terlontar karena bukankah aku juga niat melakukan penjelahan ditempat seperti ini, mhuahaha.

Foto oleh Rachmad Juliantono

Dan benar saja seorang kawan mengajakku ke sebuah lorong gelap, dan mengintipnya. Oh tidak, sungguh tak terlihat apapun kecuali kegelapan. Dan bulu kuduku merinding, bahkan sampai menuliskan kalimat ini. Bukan tidak mungkin, dari 200an pejuang Indonesia yang gugur tanpa sempat dievakuasi salah satunya disini. Huhu. Enggak ngintip lagi deh, apalagi memasukinya. Dan penjelajahan kami hanya berhenti pada bastion ini.

Area benteng sebenarnya termasuk kepemilikan Paldam V Brawijaya, sehingga untuk memasukinya harus ada ijin. Dan setelah melihat foto-foto ini, jangan pakai celana pendek atau sandal jepit kesini. Minimal pakai atasan dan bawahan panjang dan bersepatu. Kita gak tau, apakah ada ular atau hewan melata lain ditengah rimbunnya semak belukar.



Apa menariknya di Benteng Kedung Cowek
Berjalan ke arah Benteng, seakan oase di pinggir Surabaya yang panas. Disana kita akan temukan rerimbunan pohon tinggi-tinggi, bahkan pohon dengan warna yang cantik. Semilir angin sejuk dengan mudah menerpa wajah. Tak panas dan tak dingin, namun hangat yang terasa.

Jembatan Suramadu dari kejauhan, dan batu pinggir pantai disekitar Benteng. Foto oleh : Rachmad Juliantono


Gerombolan burung berkicauan saling sapa. Bangunan cor-coran ini atmosfernya berbeda, seperti pikiran yang dibawa melayang ke taun silam. Andai menjadi wisata sejarah, pasti keren. Karena perpaduan antara bangunan tua dengan kisah heroiknya, suasana bak hutan kota, dengan view pantai dan jembatan Suramadu. Klasik nan memukau.

Namun jika ini dibiarkan, cerita benteng Kedung Cowek hanyalah kesunyian lalu hilang. Dan bangunan perlahan lenyap dimakan usia. Semoga kelak ada upaya pemerintah kota Surabaya untuk bersungguh menjadikan benteng Kedung Cowek sebagai salah satu alternatif wisata sejarah pertempuran Surabaya. Ataukah tetap menjadi “pelindung kota” dalam hening.



Referensi :
Setyawan, Ady. 2015. Benteng-Benteng Surabaya. Yogyakarta : Matapadi Presindo

26 komentar

  1. tempat yg instagramable buat yg suka situs sejarah.

    BalasHapus
  2. Saya malah baru dengar ada benteng Kedung Cowek ini. Padahal ini peninggalan sejarah ya.

    Mba kenapa tidak sertakan foto Bastion/lorong nya hehehe... Saya sih orangnya penasaran penampakannya itu lorong kaya apa. Semoga pemerintah segera memberikan revitalisasi ya kalau tempat bersejarah ini selayaknya dirawat dan dilestarikan.

    BalasHapus
    Balasan
    1. takut mbak, tempatnya gelap hehe :) jadi moto yang diluar saja

      Hapus
  3. Wewww.. salut ama mama cantik ini
    orang sibuk travel ke pelosok dunia, dia malah sibuk explore Surabaya sampai ke detail2nya.

    btwwww..
    ini masuknya dari mana?
    yang gudang peluru atau apa gitu namanya?

    tauuu aja dirimu tempat2 kece anti mainstream gini.

    diriku juga pengen blusukan kayak gini, meski sejujurnya takut ular tuh wakakakaa

    BalasHapus
    Balasan
    1. Surabaya khan keren mbak hehe. Masuknya dari makam bisa, iya bener banyak yang kenal dengan nama Gudang Peluru. Aku juga takut ular, makanya pakai sepatu wkwk :D

      Hapus
  4. Tempatnya bagus yaa, dulunya bangunan yang menjadi saksi masa lalu :D sekarang menjadi tempat wisata buat berfoto :D bisa juga mengenalkan anak tentang sejarahnya

    BalasHapus
  5. Benteng-benteng peninggalan Belanda selalu terletak di lokasi yang bagus-bagus yaa.. Alam sekitarnya selalu yang asri-asri.

    BalasHapus
  6. Waah beberapa kelihatan kalo itu benteng ya mna, pohon yg mutusin pin besar besar. Jadi motor biru buta pemerintah setempat melirik salah satu sumber sejarah potensi tersebut ya.

    BalasHapus
  7. Sepi ya mbak...tapi indah banget dengan tumbuhan dan pohon-pohon plus riak air yang tenang...tempat yang mesti dikunjungi buat nenangin pikiran

    BalasHapus
  8. MaasyaAllah keren deh tempat yang enggak pernah aku duga... Kalau orang enggak tahu paling dikira hanya sekedar bebatuan anak tangga ya, bacannya aku juga merinding nih... Salut dek sama mama luigi:)

    BalasHapus
  9. Aku pribadi setiap datang ke tempat bersejarah selalu kagum dengan cerita yang menyertainya. Selalu kagum sekaligus merinding membayangjan dulu ditempat itu ada banyak kejadian, apalagi kalau tempat itu banyak kejadian berdarahnya. Sedih..

    BalasHapus
  10. Suasananya hening tapi sepertinya adem, semoga bentengnya selalu terawat dengan baik yah sebagai wisata sejarah

    BalasHapus
  11. Eh saya baru tau loh tujuan dandles membangun di indonesia ini ternyata biar berasa di rumah sendiri, bukan buat kesejahteraan rakyat indonesia ya. Ya ampuun.. terlalu polos saya memaknai pembangunan jaman dulu.

    Tetep aja mereka merampas hasil bumi kita ya.. hiks.

    BalasHapus
  12. Wow, ada jembatan Suramadu di kejuahan..
    Ini ngeri juga Mbak septi, semak belukarnya...Tapi keren banget memang bagunan dan kisahnya!
    Tadi ditulis harus ijin dulu kalau masuk area, apakah ijin saat datang di petugas jaga di depan atau ijin kemana sebelumnya?

    BalasHapus
    Balasan
    1. setau saya ijinnya ke Paldam V Jalan Soekarno-Hatta (merr) Surabaya, mbak :)

      Hapus
  13. Ngeri juga ya mba 200an pejuang gugur pasti rada horor itu yang tempat gelapnya :) aku baru tahu juga nih sejarah benteng Kedung Cowek ini jadi belajar sejarah lagi baca ini

    BalasHapus
    Balasan
    1. saya juga kepo sama sejarahnya mba, makanya cari buku terkait. Alhamdulillah ada yang minjemin :) jadi belajar juga hehe

      Hapus
  14. Tempatnya sangat mistik dan fotogenik ya kak anggra. Aku suka sekali menelisik bangunan bersejarah begini dan cukup tinggi juga ya.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Aku jadi keren kalo dipanggil Anggra gini :D
      makasih kak sudah mampir blog aku :)

      Hapus
  15. Baru tau aku ada benteng Kedung Cowek ini, tadi ada salah satu foto malah sekilas mirip Goa Sunyargai di Cirebon.

    BalasHapus
  16. duuhh Mbak, uji nyali banget deh ya kesini..
    saya seram deh lihatnya, secara itu rumputnya lumayan tinggi yaahh.. kelihatannya suasananya juga gimana gitu, ulalaaa..
    yg sampai foto Prewedd disitu, weleeehhh, salute deeh :D

    BalasHapus
    Balasan
    1. justru itu sensasinya Kak, tapi seru kogh hehe :) coba deh. Makasih kak sudah mampir blog ini ya :)

      Hapus
  17. Seru dan menantang banget nih mbak. Kalau saya belum berani nih mbak, masih rad takut sama yg ekstrim2.

    BalasHapus
  18. Bangunan tua seperti ini memang selalu jadi tempat menarik untuk foto prewed ya mba. Tapi ya yang sangat aku sayangkan, kok ya bisa-bisa orang nyoret2 tembok bangunan bersejarag gitu ya. Mungkin mereka gak tau sebenarnya bangunan itu apa kali ya.

    BalasHapus
  19. Sejarahnya cukup menarik ya tapi sayang banget kurang dipelihara. Pakdahal bisa jadi spot kece yaa buat foto foto. Aku klo liat bangunan kaya gini suka serem sendiri hehe

    BalasHapus
  20. Makasih banyak udah berbagi pengalamannya, mbak septi😁 numpang nanya mbak, kemarin pas mbak septi foto2 di sana, pake izin juga kah? Kebetulan saya lagi cari info soal perizinan foto di tempat ini

    BalasHapus